<![CDATA[Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri - Katekese]]>Sat, 23 Aug 2025 17:06:57 +0700Weebly<![CDATA[Hello Romo!]]>Sun, 24 Dec 2034 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/hello-romoBerikut adalah kolom untuk bertanya pada Romo. Silakan menulis nama dan pertanyaan di kolom komentar. E-mail dan website dikosongkan saja apabila tidak punya.]]><![CDATA[Yesus Mengetuk Pintu Rumah]]>Sat, 23 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/yesus-mengetuk-pintu-rumahPuncta 24 Agustus 2025
Minggu Biasa XXI
Lukas 13: 22-30

WILLIAM Holman Hunt adalah seorang pelukis Inggris yang hidup pada tahun 1827-1910. Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan Yesus mengetuk pintu rumah. 

Sebelum dilaunching lukisan itu ditunjukkan ke teman-temannya. Hunt ingin agar mereka mencari titik lemah atau kekurangan dari karyanya itu.

Teman-teman yang meneliti tidak melihat kekurangan lukisannya. Mereka memuji karya Hunt sangat bagus. 

Sekali lagi dia mengundang banyak orang lagi untuk memberi komentar. Salah satu pemerhati lukisan mengatakan ada satu kekurangan fatal dalam lukisan itu. Yaitu tidak ada handle atau pegangan di pintu.

“Ada satu kekurangan fatal dalam lukisanmu, yaitu pintu ini tidak mempunyai handle untuk membuka,” kata teman yang disetujui oleh pengunjung lainnya. 

“Ini bukan kekurangan, tetapi kesengajaan.” Jawab Hunt. “Pintu ini tidak sekedar pintu. Tetapi ini adalah pintu hati kita. Yesus mengetuk hati kita. Yang membuka adalah kita sendiri dari dalam,” jelasnya. 

Ketika ditanya orang, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Yesus menjawab, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”

Mengapa tidak dapat? Karena ketika Yesus mengetuk pintu hati manusia, mereka tidak berusaha membukanya. 
Untuk bisa membuka hati dibutuhkan perjuangan. 

Orang harus berjuang sendiri. Yesus hanya mengetuk pintu hati. Dia tidak memaksa dengan kuasa-Nya. Kita bebas memilih mau diselamatkan atau hidup dalam dosa.

Semua tergantung dari kesediaan kita untuk berjuang. Perjuangan itu akan menentukan keberhasilan. 

Maka Yesus mengingatkan, “Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."

Kalau kita sudah dibaptis sejak bayi tetapi tidak mau bertobat, kita akan menjadi yang terakhir. Namun penjahat yang disalib di samping Yesus walau dia baru pada akhir-akhir bertobat, dia menjadi yang terdahulu masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. 

Maka maukah kita membuka pintu untuk bertobat?

Makan gratis bikin perutku kenyang.
Di kelas otakku jadi melayang-layang.
Ikut Yesus bukan soal senang-senang,
Harus bertobat dan mau berjuang.

Wonogiri, bertobat dan berjuang
Rm. A. Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Padi yang Bernas]]>Fri, 22 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/padi-yang-bernasPuncta 23 Agustus 2025
Sabtu Biasa XX
Matius 23:1-12

ORANG Parisi adalah orang yang berusaha mentaati hukum Taurat sedetil-detilnya, tetapi motivasinya adalah agar dilihat dan dihormati orang. 

Mereka mengajarkan, menasehati orang lain, tetapi tidak mau melakukannya. Kadang saya, anda, kita juga sering jatuh seperti orang-orang Parisi itu.

Yesus menunjukkan motivasi jahat mereka, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat. 

Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.”

Di kalangan kita sering terlihat orang yang suka pamer kemunafikan; memakai baju agamis, tetapi perilaku dan tutur katanya kasar, tidak sopan, menghakimi dan menjelek-jelekkan orang lain.

Ada yang suka mengkritik, tetapi tidak mau terlibat di dalam kegiatan. Anak sekarang bilang, ”OMDO, Omong Doang.” Merasa sok pinter, menyalahkan orang lain; ketua RT, ketua umat, pimpinan atau direktur, suka “nggerundel, slinthutan” ngomong di belakang tetapi kalau diberi tanggungjawab gak pernah mau. 

Ada yang suka cari hormat, ngejar posisi atau kedudukan, tetapi cuma pengin disanjung-sanjung. Suka dipanggil “Bos atau Tuan Besar,” tetapi suka menindas bawahan atau orang lemah.

Mari kita belajar dari karakter padi yang bernas. Padi yang berisi atau bernas adalah padi yang merunduk ke bawah. Kalau padi itu menjulang ke atas, tanda bahwa tak ada isinya alias “gabuk atau kopong.” Padi yang baik justru merunduk, merendahkan diri.

Mirip dengan prinsip padi, Yesus juga berkata, “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Orang akan dinilai dari tutur kata dan tindakannya. Orang Jawa bilang, “Ajining dhiri gumantung ana ing kedhaling lathi,” harga diri seseorang tergantung dari ucapannya. Apa yang diucapkan mesti terwujud dalam tindakan. 

Mungkin kita juga termasuk orang-orang Parisi atau ahli-ahli kitab yang dikritik Yesus pada zaman ini.

Penyanyi Dangdut namanya A.Rafiq,
Lagu hitnya “Pandangan Pertama.”
Kalau kita jadi orang munafik,
Tidak disukai dimana-mana.

Wonogiri, belajar dari padi yang bernas
Rm. A. Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Pancasila dan Hukum Cinta]]>Thu, 21 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/pancasila-dan-hukum-cinta​Puncta 22 Agustus 2025
Pw. St. Perawan Maria Ratu
Matius 22: 34-40

TIDAK secara kebetulan bahwa sila pertama dan kedua dalam Pancasila berbicara tentang Tuhan dan manusia. Sila pertama berbunyi, Ketuhanan yang mahaesa. 

Sila kedua langsung berkata, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Cinta pada Allah dan sesama itulah yang tertuang dalam Pancasila.

Sebagai seorang Katolik kita selalu membuat tanda salib. Salib terbuat dari dua palang kayu. Palang vertikal dan palang horisontal. Palang vertikal melambangkan relasi kita dengan Allah. Palang horisontal melambangkan relasi dengan sesama manusia.

Relasi vertikal mengarah pada hukum kasih kepada Allah. Sedangkan relasi horisontal menggambarkan hukum kasih kepada sesama manusia. 

Dua hukum itu seperti dua sisi dalam sekeping mata uang. Keduanya menyatu tidak bisa dipisahkan.

Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus untuk mencobai Dia, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 

Terasa aneh bahwa seorang ahli kitab yang setiap hari mempelajari Taurat tidak tahu mana hukum yang terutama.

Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kasih kepada Allah diwujudkan dengan kasih kepada sesama. Tidak mungkin mengasihi Allah tanpa mengasihi sesama. Begitu pun sebaliknya. Tidak mungkin mengasihi sesama dengan mengabaikan kasih kepada Allah.

Sejalan dengan pemikiran itu, kita pantas bersyukur mempunyai Pancasila. Karena dalam butir-butir Pancasila itu juga terkandung cinta kepada Tuhan dan sesama. 

Presiden Sukarno adalah peletak pondasi bangsa yang visioner jauh ke depan. Kita harus melandaskan hidup pada kasih dengan Tuhan dan sesama.

Pancasila itu bisa dikatakan sebagai perwujudan dari Hukum Kasih yang diajarkan Kristus. Mengamalkan Pancasila berarti juga mengamalkan Hukum Kasih. 

Dalam kehidupan berbangsa, Pancasila itu adalah hukum tertinggi yang menjadi rel bagi seluruh warga negara. Hukum Kasih adalah rel bagi kita seluruh umat manusia dalam membangun kehidupan damai dan sejahtera.

Dekat stasiun ada Pasar Kembang,
Tempat orang berjualan bunga.
Hidup kita harus seimbang,
Mengasihi Tuhan dan sesama.

Wonogiri, kasih tiada membedakan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Undangan Pesta Sunatan]]>Wed, 20 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/undangan-pesta-sunatanPuncta 21 Agustus 2025
Pw. St. Pius X, Paus
Matius 22:1-14

BEBERAPA kali saya  mendapat undangan hajatan ketika bertugas di Nanga Tayap. Ada undangan pernikahan, sunatan atau aqiqoh yang diadakan warga. 

Saya tidak mengenal tuan rumah yang mengadakan pesta. Entah mengapa kok kartu undangan diberikan kepada saya. 

Ketika saya datang ke pesta, saya tidak mengenal si empunya rumah. Tamu-tamu yang datang pun juga terasa asing. Sebagai rasa hormat, saya datang memasukkan amplop saja, bersalaman sesudah itu pulang. 

Sesudah tanya sana tanya sini, ternyata mereka itu mengundang siapa saja walaupun tidak mengenal satu sama lain. 

Ibaratnya menebar jala, pasti satu dua ikan akan masuk ke jalanya. Undangan disebar kemana-mana, siapa tahu mereka datang.

Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seperti raja yang mengadakan pesta pernikahan. Semua orang diundang tanpa kecuali. Hamba-hambanya disuruh mengumumkan kepada para undangan.

Tetapi mereka tidak mau datang. Berbagai alasan disampaikan; ada yang pergi ke ladang, ada yang mengurus usahanya. 

Bahkan utusan itu disiksa dan dibunuh. Maka raja itu menyuruh siapa pun orang di pinggir-pinggir jalan untuk datang ke pestanya.

Perumpamaan ini adalah sindiran bagi orang-orang Yahudi sebagai bangsa yang dipilih Allah. Tetapi mereka tidak mengindahkan undangan Allah. 

Ia mengutus nabi-nabi untuk mengajak mereka kepada Allah. Tetapi nabi-nabi itu ditolak, disiksa dan dibunuh.

Allah mengutus Putera-Nya dan mengajak siapa pun untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Orang baik, orang jahat, pemungut cukai, orang berdosa, wanita berzina, orang lumpuh, buta, semua orang sakit dan rakyat jelata tanpa kecuali diundang Tuhan. Itulah kemurahan hati Allah, siapa pun diundang tanpa kecuali.

Kita semua dipanggil dalam perjamuan-Nya, apakah kita siap memakai baju pesta agar pantas memasuki Kerajaan-Nya? 

Kalau kita datang ke suatu pesta,
Kita tidak asal pakai baju seadanya.
Kerajaan Allah untuk siapa saja,
Kita boleh masuk karena kasih-Nya.

Wonogiri, mari datang ke pesta-Nya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Iri Hatikah Engkau karena Aku Murah Hati?]]>Tue, 19 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/iri-hatikah-engkau-karena-aku-murah-hatiPuncta 20 Agustus 2025
Pw. St. Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja
Matius 20: 1-16

PETRUS bertanya kepada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" 

Lalu Yesus menceritakan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. 

Ada lima grup atau rombongan pekerja: mereka yang bekerja mulai jam 06.00. Grup jam 09.00. Grup jam 12.00. Rombongan jam 15.00 dan terakhir jam 17.00. Ternyata Tuan pemilik kebun membayar mereka masing-masing satu dinar.

Kelompok pertama merasa paling berjasa karena telah bekerja 12 jam dijemur di terik matahari. Maka mereka marah dan protes disamakan dengan kelompok yang bekerja hanya satu jam saja. 

Sambil menerima upahnya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.”

Pelajaran yang dapat kita petik dari perumpamaan ini adalah tentang kemurahan hati Allah yang tak pilih kasih. Kedua, Allah memberikan keselamatan berdasarkan kedaulatan-Nya, bukan karena jasa-jasa manusia. Ketiga, bagaimana sikap kita, lebih bersyukur karena Allah murah hati atau bersungut-sungut karena kita iri hati.

Cerita tentang Yunus yang marah kepada Tuhan karena Ninive diampuni memberi contoh pada kita yang suka iri hati karena Allah mengampuni orang berdosa dan menyelamatkan mereka. 

Pikiran kita sama dengan Yunus. Ninive yang jahat harus dihukum, bukan malah diampuni. Kita menuduh Allah bertindak tidak adil.

Orang iri hati suka membanding-bandingkan dan menghitung-hitung jasa dan prestasi. Orang iri hati tidak bisa bersyukur atas anugerah Allah. Mata orang iri hati hanya melihat kejelekan dan keburukan orang lain. Tak ada yang positif!

Sikap iri hati sering merusak hubungan personal dan komunal. Kita sering iri dan nyinyir dengan etnis tertentu yang sukses dan kaya. Padahal mereka bisa sukses karena kerja keras, ulet, rajin dan hemat. 

Orang iri hati hanya pinter ngomong dan menghakimi. Mereka tidak bertambah sejahtera, tetapi makin miskin, bodoh, malas dan tertinggal.

Di lingkungan umat sering terjadi hubungan rusak karena provokasi orang iri hati. Santo Yakobus mengingatkan, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”

Orang iri hati ngomongnya nyinyir,
Mulutnya nyerocos baunya anyir.
Kalau ngomong lebih dulu dipikir,
Jangan sampai dianggap wong kenthir.

Wonogiri, iri hatikah engkau?
Rm. A. Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Kera dan Kacang di dalam Botol]]>Mon, 18 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/kera-dan-kacang-di-dalam-botolPuncta 19 Agustus 2025
Selasa Biasa XX
Matius 19:23-30

ORANG Afrika memiliki cara cerdik menangkap kera.  Dia akan menanam botol di dalam tanah. Botol itu berbentuk seperti gitar. Badannya besar, lehernya sempit.  

Di dalam botol ditaruh kacang kesukaan kera.  Botol dipasang dimana kera-kera suka mencari makan.

Mencium ada bau kacang yang merangsang selera, kera itu akan menjulurkan tangannya ke dalam botol. Dia meraih kacang-kacang dan menggenggamnya untuk ditarik keluar.  

Tetapi karena jari-jari mengepal,  menggenggam biji-biji kacang, tangan kera itu tak bisa keluar dari leher botol yang sempit.

Sepanjang hari kera terjebak di situ karena tidak mau melepaskan kacang dari genggamannya. Makin kuat menggenggam, makin sulit dia keluar dari jebakan. Petani tinggal menangkap kera itu dengan mudah.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Mengapa orang muda kaya itu sukar masuk ke dalam Kerajaan Sorga? Karena ia terjerat oleh harta kekayaannya yang banyak. Seperti kera yang ngotot memegang kacang di dalam botol, orang muda itu juga ngotot tidak mau melepaskan hartanya demi Kerajaan Sorga. 

Seandainya kera itu mau melepaskan kacangnya, ia akan selamat dan tetap hidup di alam yang bebas. Tetapi karena tak mau melepaskan kacangnya, dia justru terjerat dan ditangkap.

Sama halnya dengan unta dan lubang jarum. Lubang jarum adalah bahasa kiasan dari sebuah pintu sempit yang bentuknya seperti lubang jarum demi keamanan warganya. 

Pada zaman dulu kota-kota sering diserang musuh atau perampok. Demi keamanan, dibuatlah pintu kecil yang hanya bisa dimasuki oleh seorang manusia atau seekor unta saja.

Supaya bisa masuk kota maka beban-beban yang dibawa unta harus diturunkan lebih dahulu. Dia harus melepaskan semua barang-barang bawaanya agar bisa selamat masuk ke dalam kota.

Begitu juga kita agar bisa selamat masuk ke dalam Kerajaan Sorga, harus rela melepaskan harta kekayaan dan dosa-dosa yang jadi beban-beban hidup kita di dunia. 

Maukah kita melepaskan itu demi memperoleh keselamatan dan hidup  kekal?

Naik onta di gurun Sahara,
Jalannya lambat tak berdaya.
Kalau kamu ingin bahagia,
Berbagilah dengan sesama.

Wonogiri, lepaskan beban-bebanmu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Muda Kaya Raya,Tua Foya-Foya, Mati Masuk Sorga. (emang sorga punya emak loe?)]]>Sun, 17 Aug 2025 07:06:19 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/muda-kaya-rayatua-foya-foya-mati-masuk-sorga-emang-sorga-punya-emak-loe​Puncta 18 Agustus 2025
Senin Biasa XX
Matius 19:16-22


ORANG Jawa bilang, “Urip kuwi kaya cakra manggilingan,” artinya, hidup itu ibarat roda yang terus berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.

Inilah yang dialami oleh Sirivat Voravetvuthikun, mantan CEO perusahaan investasi Asia Secutirities di Bangkok. Karena suksesnya dia dijuluki miliarder top dari Thailand.

Ketika krisis global tahun 1997 melanda, banyak sahamnya yang anjlog merugi. Bahkan dia harus menanggung hutang sebanyak 30,4 juta dollar. Kondisi ini membuatnya hancur berantakan. 

Usai kebangkrutannya, Sirivat harus mempertahankan hidupnya. Kini dia jualan roti di pinggir jalan di Bangkok dengan penghasilan yang tidak tetap. 

"Hidup saya berubah total dari gaya hidup kaya raya menjadi gaya hidup biasa saja," katanya dikutip dari VOA. “Kekayaan tidak membawa kebahagiaan yang sempurna,” tambahnya.

Hari ini dalam Injil, ada orang muda yang kaya  datang kepada Yesus. Ia bertanya bagaimana caranya memperoleh hidup yang kekal. Yesus menjawab, ”Turutilah segala perintah Allah?”

Orang muda itu nampaknya hidup dengan serius, juga berkelakuan baik dan saleh. Sebab dia telah menuruti segala perintah Musa. 

Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Hebat kan! Cracy Rich, Sultan Top, religius lagi. Kurang apa coba?

Yesus menunjukkan kekurangannya. "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Kekayaan, kesalehan tidak ada gunanya kalau hanya untuk diri sendiri. Itu semua tidak akan membawa kebahagiaan kekal. Berbagi dengan orang miskin tanpa pamrih itulah kebahagiaan sempurna. 

Harta kekayaan itu bersifat sosial juga. Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi bisa dibagi untuk dinikmati bersama. 

Rasakan pengalaman yang mendalam, kebahagiaan tak terlukiskan ketika anda bisa berbagi dengan orang sederhana tanpa dia bisa membalasnya. Hanya ucapan tulus terimakasih dari mulutnya. Itu adalah kebahagiaan tak terlupakan.

Kemarin ikut tirakatan warga,
Ada tarian gadis berkebaya.
Kaya tidak jaminan bahagia,
Berbagi cinta itulah kuncinya.

Wonogiri, marilah saling berbagi
Rm. A.Joko Purwanto,Pr]]>
<![CDATA[Pelajaran dari Warga Pati]]>Sat, 16 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/pelajaran-dari-warga-patiPuncta 17 Agustus 2025
HR. Kemerdekaan Indoneia
Matius 22: 15-21

RABU, 13 Agustus 2025 terjadi demo besar-besaran di alun-alun kota Pati dan memuncak di kantor Bupati Pati, Sudewa. Demo ini awalnya dipicu oleh keputusan Bupati menaikkan pajak PBB sampai 250% yang ditolak warga. 

Menanggapi rencana demo, Bupati malah menantang warga. “Jangankan Cuma 5.000 orang, 50.000 orang yang datang akan saya hadapi.” Katanya di depan wartawan. Pernyataan ini makin membuat masyarakat gemas. 

Warga dari mana-mana mulai mengumpulkan berbagai barang untuk mendukung demo. Ada yang menyumbang bertumpuk-tumpuk air mineral, makanan, bahkan beberapa warga membawa pisang hasil kebun mereka. 

Akhirnya hari Rabu tiba. Puluhan ribu orang bukan cuma limaribu berkumpul di Pati. Mereka tidak hanya memprotes kebijakan kenaikan pajak, tetapi meminta Bupati mundur karena arogan dan tidak peka terhadap suara bawah.

Pada hari raya kemerdekaan ini kita bisa bercermin dari peristiwa demo di Pati. Peristiwa itu adalah sinyal bagi para penguasa agar tidak arogan, dan membuat kebijakan yang sewenang-wenang serta membebani rakyat kecil.

Para penguasa tidak sadar bahwa amanat kedaulatan adalah milik rakyat. Mereka dipilih untuk melayani dan menyejahterakan rakyat, bukan menindas dan mencekik rakyat demi memperkaya diri sendiri. 

Mereka hanya diberi mandat yang harus dipergunakan dengan baik dan bertanggungjawab demi kesejahteraan umum.

Kalau rakyat tidak percaya kepada pemimpinnya, mereka bisa mencabut melalui jalan konstitusional atau revolusi lewat demo-demo di jalanan. 

Kekuasaan itu hanyalah pinjaman dari rakyat, bukan milik pribadi. Kekuasaan dipinjamkan selama batas waktu tertentu menggunakan mekanisme pemilu. 

Kata-kata Yesus harus menyadarkan kita. “Apa yang menjadi hak kaisar berikanlah kepada kaisar. Apa yang menjadi hak Allah berikanlah kepada Allah.” 

Para penguasa harus sadar bahwa kekuasaan berada di dalam kedaulatan rakyat. Penguasa harus mengutamakan kepentingan rakyat.

Apa yang menjadi hak rakyat sebagai pemilik kedauluatan berikanlah kepada rakyat. Apa yang menjadi hak Tuhan berikanlah kepada Tuhan. 

Tidak perlu rakyat turun ke jalan untuk menuntut haknya. Kalau para pemimpin sadar harus memberi apa yang menjadi hak mereka, tidak akan terjadi demo besar-besaran pengerahan massa. 

Mari kita menyadari bahwa rakyatlah yang memiliki kedaulatan sebagaimana bunyi sila dalam Pancasila kita. Mari kita jalankan tugas kewajiban kita sebaik-baiknya.

Di negeri Konoha rakyat tak berdaya,
Tertindas oleh penguasa yang kaya raya.
Delapan puluh tahun kita telah merdeka,
Tetapi pembangunan belum bisa merata.

Wonogiri, merdeka, merdeka, merdeka
Rm. A.Joko Purwanto, Pr]]>
<![CDATA[Aksi Panggilan]]>Fri, 15 Aug 2025 17:00:00 GMThttps://parokiwonogiri.or.id/katekese/aksi-panggilanPuncta 16 Agustus 2025
Sabtu Biasa XIX
Matius 19: 13-15

LAGU “Selamat Datang” dengan iringan kulintang yang meriah menyambut kami di Novisiat CB Gejayan. Kami mengantar anak-anak remaja putri Paroki Wonogiri mengadakan Live in Panggilan. 

Kami mengubah metode aksi panggilan dengan mengajak anak-anak datang langsung ke biara. Biar mereka mengenal langsung kehidupan para suster.

Kalau hanya disuruh mendengarkan sharing-sharing para suster, anak-anak zaman sekarang tidak terlalu antusias. 

Tetapi dengan datang dan mengenal langsung ada pengalaman yang menarik bagi mereka. Datang dan melihat langsung itulah yang kami tawarkan pada anak-anak muda.

Sebagaimana Yesus juga mengundang agar anak-anak datang kepada-Nya, demikian pun kita diajak memberi kesempatan agar mereka bisa datang dan mengenal Yesus secara langsung. 

Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."

Dalam pembinaan iman pun saya kira para orangtua harus mengajak anak-anak untuk datang kepada Tuhan. Kadang saya melihat orangtua tidak menghiraukan anak-anaknya untuk datang pada Tuhan. 

Misalnya, orangtua sering datang ke gereja tidak mengajak anak-anaknya. Dalam pertemuan lingkungan, doa-doa keluarga, anak-anak seringkali tidak dilibatkan. Ini membuat anak-anak merasa asing dengan Gereja dan kehidupan rohani.

Tindakan seperti ini sama halnya dengan para murid yang menghalangi anak-anak datang kepada Yesus. Orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Yesus telah membuka tangan-Nya bagi anak-anak, marilah kita memberi kesempatan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya. 

Jangan menghalangi atau menutup pintu bagi anak-anak untuk dekat pada Yesus.

Belajarlah dari warga masyarakat Pati,
Bersuara melawan arogansi penguasa.
Anak-anak kecil polos dan murni hati,
Merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Wonogiri, biarkan anak-anak datang
Rm. A.Joko Purwanto, Pr]]>