Pater Petrus Chrisologus Soeharso Soetopanitro, SJ hadir sebagai Pastor Paroki Wonogiri. Pembangunan gereja dilakukan secara bertahap dikarenakan jumlah umat yang masih minim. Pastoran dan sekretariat Paroki masih menggunakan sisa peninggalan bangunan lama. Pembangunan gedung gereja yang berhasil dilaksanakan adalah bangunan gereja terbuka. Pada tanggal 20 September 1970, gedung gereja diresmikan oleh Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Justinus Kardinal Darmojuwono, Pr. Pater Petrus Chrisologus Soeharso Soetopanitro, SJ yang dikenal dengan Romo Soeta adalah seorang Romo yang sangat mencintai seni kebudayaan Jawa. Kecintaannya pada wayang dan juga gamelan Jawa membuatnya menghidupi inkulturasi liturgi misa dengan gendhing jawa. Sehingga setiap acara penting pasti akan diadakan pagelaran wayang kulit di lingkungan gereja. Romo Soeta merupakan seorang Romo yang sederhana. Beliau mengunjungi umatnya menggunakan alas sandal jepit, membawa tongkat, serta menggunakan pakaian abu-abu yang menjadi ciri khasnya. Perjalanan Romo Soeta ke wilayah di Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri membuahkan beberapa stasi yang memiliki kapel sebagai tempat misa bahkan Gua Maria. Pada tahun 1967, Romo Soeta rajin mengunjungi umat perdana di suatu stasi. Saat Romo Soeto berkunjung ke tempat tersebut beliau hanya berpesan direbuskan singkong. Di stasi tersebut terdapat sebuah sendang yang bernama Sendang Klayu dan terkenal sangat angker. Romo Soeto berhasil mengusir iblis yang ada di tempat itu bahkan air Sendang Klayu digunakan oleh Romo Suto untuk membaptis orang-orang Katolik perdana di daerah tersebut. Sejak peristiwa pembaptisan itu tempat tersebut dijadikan tempat doa. Tempat itu kita kenal dengan Gua Maria Fatima Sendang Klayu, Jlegong. Gua Maria Fatma Sendang Klayu ini berada di sebuah dusun di selatan Kabupaten Wonogiri Kecamatan Ngadirojo, Gemawang, yaitu Dusun Jlegong. Dusun ini terletak di sebuah ceruk antara bukit Watulumbung dan Gunung Gondel. Jalan menuju Gua Maria Fatima Sendang Klayu cukup terjal. Jalan yang menanjak menaiki tangga demi tangga yang agak tinggi akan mengantar perjalanan kita sampai ke depan pelataran gua. Meskipun jalan menanjak yang harus dilalui sampai ke depan gua, selama perjalanan ini peziarah akan disuguhi dengan pemandangan Bukit Watulumbung yang sejuk dan rindangnya pepohonan di sekitar Bukit Watulumbung.
0 Comments
|