Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Hello Romo!

12/25/2034

15 Comments

 
Berikut adalah kolom untuk bertanya pada Romo. Silakan menulis nama dan pertanyaan di kolom komentar. E-mail dan website dikosongkan saja apabila tidak punya.
15 Comments

Jatuh dari Perahu

7/1/2025

0 Comments

 
Puncta 1 Juli 2025
Selasa Biasa XIII
Matius 8:23-27

SUATU kali saya harus turun ke Ketapang. Dari Nanga Tayap naik motor dengan membawa laptop, handpone di dalam tas ransel. Saya mau ikut rapat di keuskupan. 

Sehari sebelumnya hujan turun dengan derasnya. Jalan sangat buruk dan banyak mobil terjebak lumpur.

Sebelum masuk kampung Sungai Kelik ada mobil tronton macet terjebak lumpur. Banyak kendaraan tidak bisa lewat. Saya dengan motor masih bisa mencari “jalan tikus” melipir lewat pinggir.

Rintangan pertama terlewati. Saya mencoba lewat jalur pendek, - pikir saya supaya cepat sampai Ketapang -  tidak melewati Sumber Priangan dan Siduk. Setelah kampung Sei Kelik saya belok kiri lewat Tanjungpura di pinggir Sungai Pawan.

Alamak! Ternyata banjir besar melimpah sampai di jalanan setinggi dada orang dewasa. Motor-motor harus naik perahu bersama penumpangnya. 

Terpaksalah saya ikut naik perahu kecil. Sedang siap-siap perahu jalan. Dari arah berlawanan lewat perahu mesin yang agak besar.

Karena kami bersisihan dekat, gelombang besar menghantam perahu kecil yang saya tumpangi. Kami oleng dan terbalik dengan motor dan segala bawaan. Jatuh ke sungai!

Motor, Laptop, HP dan juga kamera terendam bersama ranselnya. Mungkin karena tadi tidak berdoa dan kurang percaya. Dengan “njedhindhil” basah kuyub saya dituntun sampai ke jalan.

Para murid pergi naik perahu bersama Yesus. Di tengah jalan diterjang angin ribut. Mereka ketakutan dan berteriak, ““Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Mereka meminta pertolongan dari Tuhan.

Yesus berkata, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.

Dari pengalaman jatuh itu, saya kurang percaya pada Tuhan dan tidak menyebut nama-Nya dalam doa. Kalau kita menghadapi kesulitan dan mau datang pada-Nya, pasti Dia akan menolong kita.

Kita diajak untuk percaya. Tuhan mampu mengatasi segala perkara, karena Tuhan mahakuasa. Angin badai cobaan sebesar apa pun, kalau kita percaya, pasti Tuhan mampu mengatasinya. 

“Mengapa kamu tidak percaya” sabda Yesus itu ditujukan pada kita yang sedang mengarungi peziarahan hidup di zaman ini.

Ke Semarang lewat Salatiga,
Naik bus sambil gelak tawa.
Kalau Tuhan bersama kita,
Jangan takut dan percaya saja.

Wonogiri, percaya ke Dia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Serigala Punya Liang

6/30/2025

1 Comment

 
Puncta 30 Juni 2025
Senin Biasa XIII
Matius 8:18-22

Mengikuti Yesus itu tidak untuk mencari kenyamanan. Orang yang ingin menjadi murid-Nya tidak boleh puas dengan zona nyaman. Yesus mengingatkan agar mereka siap terhadap segala kondisi dan kemungkinan.

Kepada ahli Taurat yang menawarkan diri dengan mantap mau mengikuti-Nya, Yesus berkata; “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Sebagai pengikut-Nya kita harus siap sedia untuk tidak terikat pada satu tempat atau kondisi yang tetap. Sebagaimana Yesus yang selalu berkeliling dan berkarya untuk menolong dan menyelamatkan domba-Nya, murid-murid-Nya juga harus siap lepas bebas terhadap segala keterikatan.

Ketika bermisi di pedalaman Kalimantan, kita harus siap terhadap segala keadaan. Jangan berharap segala yang kita maui selalu tersedia atau sesuai dengan keinginan kita. 

Jangan kawatir dengan tempat, fasilitas atau prasarana. Semua itu akan dicukupi Tuhan, kalau kita fokus pada perutusan kita.

Jangan berpikir tentang kamar AC, tempat tidur empuk dan bersih, makanan sesuai selera dan fasilitas serba bagus dan deluxe.

 Kalau kita berpikir seperti itu, lebih baik jangan ikut Yesus. kamu akan kecewa seperti orang kaya yang disuruh menjual hartanya.

Kepada orang yang masih mementingkan relasi kekeluargaan juga diingatkan. Ada orang yang berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” 

Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Keluarga seringkali justru menghalangi orang untuk fokus mengikuti Yesus. Banyak masalah-masalah dan urusan-urusan dengan keluarga yang membuat tidak fokus menjadi murid Yesus. 

“Biarlah orang mati menguburkan orang mati” maksudnya adalah fokuslah dengan panggilanmu. Jangan dipengaruhi oleh relasi-relasi keluarga yang merintanginya. 

Kalau mau ikut Yesus tetap lurus ke depan, jangan menoleh ke belakang karena urusan-urusan tetek bengek yang mengganggu.

Beranikah kita hanya fokus pada perutusan Tuhan dan menyerahkan segalanya pada pemeliharaan-Nya? Tuhan yang mengutus, Tuhan yang akan mengurus, yang penting kita tulus.

Serigala memiliki sebuah liang,
Kalau burung pasti ada sarang.
Ikut Yesus jangan mentang-mentang,
Menuntut fasilitas serba cemerlang.

Wonogiri, ugahari dan lepas bebas
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
1 Comment

Soekarno Hatta

6/29/2025

1 Comment

 
Puncta 29 Juni 2025
HR. St. Petrus dan Paulus, Rasul
Matius 16:13-19


DUA nama ini tak bisa dipisahkan dalam sejarah Bangsa Indonesia. Soekarno Hatta adalah pendiri Bangsa yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. 


Jasa mereka dikenang dimana-mana. Mata uang rupiah terbesar nominal Seratus Ribuan diberi gambar dua tokoh ini untuk menghormati mereka.


Mereka adalah dwitunggal yang tak terpisahkan. Kendati cara berpikir mereka berbeda namun sebagai pendiri Bangsa mereka bersatu padu. Perjuangan mereka menghantar Indonesia menjadi Bangsa yang merdeka.


Hari ini kita memperingati dwitunggal dalam Gereja. Mereka adalah St.Petrus dan Paulus. Keduanya bisa disebut sebagai soko guru Gereja. Mereka adalah peletak dasar bagi Gereja perdana.


Petrus adalah seorang nelayan di Betsaida. Ia mengenal Yesus karena Andreas, saudaranya. Yesus memberi nama kepadanya Kefas atau Petrus yang berarti batu karang. Yesus berkata, “Di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku.”


Walaupun pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali, tetapi Petrus tetap mengikuti Yesus sampai mati. Ia disalib di Roma oleh Kaisar Nero. Kemartirannya justru makin menyuburkan iman kekristenan.


Paulus lahir di Tarsus, Asia Kecil. Ia dibesarkan dalam tradisi kaum Farisi dibawah bimbingan Gamaliel. Karenanya Saulus sangat membenci murid-murid Tuhan. Ia mengejar, menangkap dan memenjarakan mereka.


Tetapi di Damsyik, Saulus mendapat penampakan. Yesus memanggilnya menjadi rasul untuk bangsa-bangsa lain. Sejak saat itu dia gigih mewartakan Yesus kemana-mana. 


Kata-katanya yang terkenal adalah; “Celakalah aku jika tidak mewartakan Injil.” Dia juga pernah berikrar, ”Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” 


Karena dua tokoh ini, Gereja Kristus tetap kokoh berdiri hingga kini. Gereja Katolik mewarisi iman atas dasar para rasul. 


Succesio Apostolica atau estafet kepemimpinan diteruskan oleh para paus pengganti Santo Petrus sampai Paus Leo XIV sekarang ini. 


Kita bersyukur karena dua tokoh rasul ini, yang menanam benih iman pada kita.


Ikut misa di GOR Jatidiri Semarang,
di stadion panasnya “ngenthang-enthang.”
Gereja tetap kokoh sampai sekarang,
Atas dasar St. Petrus sang Batu Karang.


Wonogiri, belajar dari Petrus Paulus
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
1 Comment

Hati Seorang Ibu

6/28/2025

0 Comments

 
Puncta 28 Juni 2025
Pw. Hati Tersuci St. Perawan Maria
Lukas 2:41-51

SETIAP orang pasti pernah mengalami gagal atau jatuh. Saya juga pernah mengalami jatuh. Rasa-rasanya semua orang mengadili saya. Mereka mempergunjingkan, rasanya seperti pesakitan yang dihukum tanpa ada kesempatan membela diri. 

Semua orang menjauhi sepertinya saya sedang kena virus covid atau penyakit kusta yang menjijikkan.

Di saat-saat yang berat itu saya pulang ke rumah. Datang kepada ibu yang melahirkan dan menyusui saya. Ibu mengerti perasaan dan kegalauan saya. Hati ibu juga tersayat-sayat mendengar komentar banyak orang tentang saya. 

Tetapi ibu berkata, “Sak elek-eleke suarane wong akeh, kowe tetep anakku,” (Sejelek-jeleknya suara orang banyak, kamu tetap anakku). 

Ibu menguatkan saya. “Aku ora kendhat nyuwun lan ndedonga. Gusti ora sare.” (Ibu terus berdoa, Tuhan tidak tidur).

Hari ini kita peringati Hati Tersuci St. Perawan Maria. Maria mengalami banyak peristiwa hidup bersama Putranya. Ia sabar dan setia mendampingi Yesus menghadapi kesulitan dan hambatan. 

Dari awal sampai di bawah salib-Nya. Maria juga ikut menanggung salib Yesus di dalam hatinya.


Kutipan Injil hari ini menggambarkan sikap seorang ibu:
“Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.”

Maria menyimpan segala peristiwa Yesus, anaknya dengan hati seluas samudera. Kendati Yesus dihujat, didera, diludahi, sampai disalibkan, Maria berdiri di samping puteranya. 

Ia menerima Yesus di pangkuannya. Hati seorang ibu adalah tempat aman untuk berteduh dan berlindung.

Apakah kita mau meneladan hati Bunda Maria? Ataukah kita lebih suka mengadili, menghujat, menggosipkan dan menghukum orang lain hanya berdasar katanya-katanya saja? 

Maria lebih suka menyimpan semua perkara di dalam hatinya. Ia tidak menyebarkan kemana-mana. Baginya hati yang sabar dan legawa adalah perlindungan yang aman bagi semua.

Ke Batu naik ke Gunung Panderman,
Menikmati indahnya pemandangan.
Hati ibu tempat perlindungan aman,
Kita dikuatkan agar mampu berjalan.

Wonogiri, meneladan Hati Maria
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Menyelamatkan Domba di Stasi Kembera

6/27/2025

1 Comment

 
Puncta 27 Juni2025
HR. Hati Yesus yang Mahakudus
Lukas 15:3-7

PAROKI Simpang Dua di Ketapang memiliki beberapa stasi yang jauh-jauh. Selain jalan yang sering rusak, juga tidak ada lampu penerang di jalan, karena listrik belum masuk ke kampung-kampung. Menyusuri jalan gelap dan penuh lubang rusak sudah menjadi makanan sehari-hari.

Stasi Kembera adalah salah satu stasi terjauh. Sesudah melewati beberapa kampung; Banjur, Karab, Bukang, Otong, Merangin, kami harus masuk jalan tanah yang berlumpur dan berbukit. 

Pak Apolonius, Prodiakon di sana menjemput saya untuk memberi minyak suci seorang ibu yang sakit parah. 

Kami menyusuri jalan gelap, sepi dan terjal di malam yang senyap. Mulut ini terus komat-kamit mendaraskan doa Salam Maria untuk menghalau rasa takut. 

Demi menyelamatkan jiwa seorang ibu yang sakit, perjalanan jauh dan sulit harus ditempuh. 

Hari ini kita merayakan Hati Yesus yang Mahakudus. Hati yang penuh belaskasih itu digambarkan sebagai gembala yang mencari seekor domba yang tersesat. Tuhan mengasihi domba-Nya yang hilang dan mencari sampai ketemu. 

Tuhan tidak berpikir tentang mayoritas jumlah domba yang banyak  namun Ia justru berpikir bagaimana yang seekor itu selamat dan berkumpul kembali. 

Ia tidak berpikir untung rugi, pikiran bisnis transaksional. Ia lebih memikirkan keselamatan domba. 

Hati yang berbelaskasih itu belum nyaman kalau yang hilang, tersesat dan jatuh belum ditemukan kembali ke pangkuan. Ia akan berjuang sampai domba itu berkumpul kembali dalam kawanan. 

Logika dunia berbeda dengan logika Tuhan. Dunia lebih mementingkan yang mayoritas atau untung rugi dalam bertindak. Tuhan memilih menyelamatkan walau hanya seekor yang tersesat. Tuhan tidak punya logika untung rugi.

Lebih dari itu, Yesus mengatakan bahwa “akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat.” Ini menggambarkan betapa berharganya setiap pribadi di mata Tuhan. 

Pertobatan bukanlah momen yang hina memalukan, melainkan perayaan sukacita di surga!

Bermain tubing sampai basah-basah,
Menyusuri sungai di kaki Merapi.
Allah adalah belaskasih yang murah,
Ia menghargai martabat tiap pribadi.

Wonogiri, jadilah gembala yang murah hati
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
1 Comment

Paspor Porta Sancta

6/26/2025

1 Comment

 
Puncta 26 Juni 2025
Kamis Biasa XII
Matius 7: 21-19

SEKARANG ini Tahun Yubileum, tahun penuh rahmat. Orang mengejar berkah dari Tahun Rahmat ini. Tempat-tempat ziarah dipadati orang. Gereja-gereja katedral dan Co-katedral ramai dikunjungi peziarah.

Bahkan ada yang mengeluarkan paspor tanda kunjungan di tempat-tempat ziarah yang ditunjuk. Orang berbondong-bondong mencari cap stempel tanda bahwa sudah mendapat sembilan tempat ziarah. Bahkan ada yang bangga sudah mengunjungi lebih dari sembilan Gua Maria.

Seolah kalau sudah mengunjungi banyak tempat ziarah, apalagi mendapat banyak cap stempel di paspor ziarah, merasa yakin dosanya diampuni dan semuanya beres. Yesus mengingatkan kita dengan perkataan-Nya hari ini. 

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?”

Siapa yang akan diselamatkan adalah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. Bukan hanya orang yang banyak berdoa dan menyebut nama Tuhan, tetapi tidak melakukan kasih yang diajarkan-Nya.

Apa artinya banyak ziarah, banyak berdoa, sering menyebut nama-Nya, tetapi tidak peduli dengan sesamanya yang miskin dan menderita? 

Pepatah Latin mengatakan, “Ora et Labora.” Artinya berdoalah dan bekerjalah untuk berbuat kebaikan bagi sesama.

Banyak berdoa juga mesti diimbangi dengan banyak berbuat baik, berderma, beramal kasih kepada sesama tanpa pandang bulu. 

Dengan begitu barulah kita disebut orang yang bijaksana, yang mendengarkan dan melakukan sabda Tuhan. Orang yang membangun rumah di atas batu karang yang kokoh.

Mari perbanyak melakukan amal kebaikan, tidak hanya berhenti dan puas bisa berziarah ke sana kemari.

Banyak orang keluar dari Teheran,
Karena negara itu sedang diserang.
Banyak berdoa bukanlah jaminan,
Kalau kita tidak punya kasih sayang.

Wonogiri, ora et labora ya lur…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Serigala Berbulu Domba

6/25/2025

1 Comment

 
Puncta 25 Juni 2025
Rabu Biasa XII
Matius 7: 15-20

DALAM Injil hari ini, Yesus mengingatkan kepada para murid-Nya agar waspada terhadap nabi-nabi palsu. Mereka itu menyamar seperti domba, padahal mereka sesungguhnya adalah serigala buas dan beringas.

Zaman dulu, Nabi Elia harus melawan nabi-nabi palsu yang jumlahnya ratusan. Mereka menggadaikan imannya kepada dewa Baal. Hanya Elia sendirian yang setia dan percaya pada Tuhan.

Apa ciri-cirinya seorang nabi palsu? Yesus dengan jelas menunjukkan kepada kita. Nabi Tuhan menghasilkan buah-buah kebaikan dan kebenaran. 

Karya-karya mereka membuahkan damai sejahtera, kasih, sukacita, aman tentram, kerukunan dan kegembiraan, bukan sebaliknya; ketakutan, ancaman, pertengkaran, kebingungan, sedih dan penderitaan.

Sedangkan nabi palsu seperti serigala yang siap memangsa jemaat demi keuntungan sendiri. Mereka mengatasnamakan firman Tuhan untuk memeras, merampas harta umat demi kantong sendiri. 

Mereka menebar ketakutan dengan menghakimi umat masuk neraka, siksaan dan dosa. Mereka membuat gelisah umat agar mengikuti kehendak mereka. 

Mereka menipu umat dengan doa-doa “pembersihan dari kuasa jahat” dalam benda-benda kuno dan antik seperti pusaka, keris, cincin, batu-batu mulia.

Mereka menggunakan praktek atau ritus-ritus mistis. Praktek seperti ini biasanya tidak ada keterbukaan atau transparansi. 

Umat harus percaya. Setelah hartanya diambil, nabi-nabi palsu itu akan pergi ke tempat jauh. Karakter serigalanya muncul dengan menerkam dan memangsa domba-domba.

Yesus mengajak kita waspada dan kritis terhadap nabi-nabi palsu seperti ini. Jangan mudah terkecoh oleh kata-kata manis dan rayuan-rayuan menggiurkan padahal hanya mau merampas harta kita.

Di sisi lain, para gembala diajak menjadi nabi-nabi yang benar. Kalau tidak menghasilkan buah yang baik dan benar, kita juga akan “ditebang dan dibuang keluar.” 

Jangan hanya berpenampilan luar baik tetapi hati dan perbuatannya jahat. Kalau begitu kita menjadi nabi palsu. Dari buah-buahnya, kita bisa menilai pohonnya.

Penampilannya religius dan agamis,
Ternyata perilakunya seperti lintah darat.
Nabi palsu membuat umat jadi apatis,
Harta dirampas hidupnya makin sekarat.

Wonogiri, waspada dan kritislah 
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Bima Bungkus

6/24/2025

1 Comment

 
Puncta 24 Juni 2025
HR. Kelahiran St.Yohanes Pembaptis
Lukas 1:57-66.80

KELAHIRAN seorang tokoh hebat biasanya ditandai dengan peristiwa-peristiwa penuh misteri. Bima lahir dengan peristiwa yang aneh. Dia lahir dibungkus dengan placenta yang kuat. Senjata tajam apa pun tak mampu membedahnya.

Pandu, ayah bayi itu bingung. Maka bayi yang terbungkus itu dibuang di tengah hutan Mandalasara. Hampir tiga tahun Bungkus dijaga oleh Widura dan Permadi. 

Di hutan itu ada seekor gajah bernama Sena. Dia mendekati Bungkus dan menerjang, menendang, menginjaknya, tetapi tidak pecah. 

Gajah Sena menyeruduk Bungkus dengan gadingnya yang tajam. Pecahlah placenta itu dan keluarlah anak yang gagah perkasa.

Anak itu marah dan diterkamlah gajah itu sampai lemas dan mati. Tubuh gajah itu hilang menyatu dengan si anak yang perkasa. 

Oleh Batara Narada, anak itu diberi nama Bratasena. Kelak dia akan menjadi pahlawan perang dalam Baratayuda.

Hari ini kita merayakan lahirnya tokoh penting yaitu Yohanes Pembaptis. Lahirnya ditandai dengan peristiwa yang aneh. 

Orangtuanya memberi nama  berbeda dengan adat tradisi yang berlaku. Semestinya mengikuti nama keluarga yakni Zakaria. Tetapi ayahnya menamai anaknya Yohanes.

Semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia. 

Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.

Yohanes menjadi nabi besar yang menyiapkan datangnya Mesias. Ia membawa warta kebenaran sampai harus mati dipenggal kepalanya oleh Herodes. 

Demi nilai-nilai keadilan dan kebenaran, Yohanes mengawali karya-karya Yesus Sang Sabda Allah.

Seperti St. Aloisius Gonzaga yang mempunyai motto “Ad Maiora Natus Sum,” aku dilahirkan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar, keberadaan kita di dunia ini juga diutus melakukan hal-hal yang besar. 

Sebagaimana Yohanes Pembaptis, ia membuka jalan bagi Sang Mesias, kita pun dipanggil mewartakan kebenaran dan keadilan seperti Yohanes Sang Suara Kebenaran di Padang Gurun Yudea.

Jalan-jalan di Plasa Gajah Mungkur,
Matahari pagi muncul di ufuk timur.
Seorang nabi bertindak adi luhur,
Berjuang terus sampai babak belur.

Wonogiri, berjuang karena benar
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Gajah dan Semut

6/23/2025

0 Comments

 
Puncta 23 Juni 2025
Senin Biasa XII
Matius 7: 1-5

PEPATAH lama mengatakan, “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Pepatah ini berisi nasehat bijak. 

Kita lebih mudah melihat keburukan kecil dari orang lain. Sedangkan kejelekan kita yang besar malah tidak kita sadari.

Seseorang lebih mudah melihat kejelekan orang lain, tetapi kejelekannya sendiri yang mencolok mata malah tidak terlihat. 

Pepatah ini juga mengingatkan kita agar lebih banyak introspeksi diri bercermin pada diri sendiri daripada mengurusi hal-hal kecil dalam diri orang lain.

Dalam pertemuan, arisan, kumpul-kumpulan, orang seringkali menceritakan atau bergosip ria tentang orang lain. Menceritakan keburukan orang lain seolah menjadi sebuah kebanggan karena dianggap tahu segala-galanya.

Namun tidak sadar kita justru sedang mencoreng muka sendiri. Umat menceritakan keburukan romonya. Bawahan menjelekkan atasannya. Keluarga yang satu ngerumpi tentang keburukan tetangganya. Tidak ada habis-habisnya. 

Yesus mengingatkan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.”

Jika kita mengukur, menilai dan menghakimi orang, maka kata-kata yang keluar dari mulut kita itu akan dipakai untuk menilai diri kita sendiri. "

Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu,” demikian nasehat Yesus.

Mari kita melihat diri kita sendiri. Mari kita masuk ke dalam hati kita secara jujur, sudah sempurnakah kita sehingga kita berani menilai orang lain dengan kaca mata kita?

Tak ada gading yang tak retak,
Pikiran kita seperti air di daun talas.
Karena dosa kita jadi manusia rusak,
Suka nyacat orang lain tak berbelas.

Wonogiri, lihat dirimu sendiri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki