|
Berikut adalah kolom untuk bertanya pada Romo. Silakan menulis nama dan pertanyaan di kolom komentar. E-mail dan website dikosongkan saja apabila tidak punya.
15 Comments
Puncta 2 November 2025
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman Yohanes 6: 37-40 KETIKA terjadi tsunami di Aceh, seorang Bruder Karmelit dari Tim PSE Keuskupan Medan ditugasi untuk menjadi relawan. Ia datang ke Meulaboh sehari setelah tsunami. Kota itu luluh lantak dan banyak korban berjatuhan. Ia menyaksikan banyak jenasah di mana-mana. Waktu itu masih sedikit relawan yang datang. Tugas pertama adalah memasukkan jenasah-jenasah itu ke kantong mayat dan menguburkannya. Suatu sore sesudah maghrib, Bruder masih memasukkan beberapa jenasah ke kantong mayat. Diperkirakan satu keluarga tertimbun reruntuhan bangunan. Karena malam makin gelap, ada satu jenasah yang sulit diambil dari reruntuhan. Bruder berpikir jenasah itu akan diangkat besuk saja. Ia meninggalkannya dan menguburkan yang lain. Namun pada malam hari, saat tidur, ia didatangi arwah jenasah yang ditinggalkan tadi. Orang itu bertanya, kenapa dia ditinggal sendiri dan tidak dimakamkan bersama saudaranya yang lain. Pada subuh yang masih gelap, Bruder bangun dan langsung menuju jenasah yang ditinggalkan semalam. Dengan mudah ia mengambil jenasah itu. Ia memakamkannya dengan berdoa semoga arwah-arwah itu damai dalam keabadian. Pada malam berikutnya, orang yang sudah dimakamkan itu mendatangi Bruder lagi dan mengucapkan banyak terimakasih. Ia pergi dengan damai. Sabda Yesus hari ini menguatkan kita bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Semua yang diberikan Bapa kepada Yesus akan datang kepada-Nya, dan Yesus tidak akan menolak siapa pun yang datang kepada-Nya. Bruder itu menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang mengasihi siapapun tanpa terkecuali. Mendoakan, merawat orang yang meninggal dengan baik adalah cara membahagiakan mereka di alam baka. Mereka akan pergi dengan damai dan tenang karena dicintai dan disucikan dengan doa-doa dan penghormatan yang layak. Mari kita mendoakan para leluhur dan saudara-saudara kita yang meninggal. Karena kehendak Bapa adalah supaya setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal, dan akan dibangkitkan oleh Yesus pada akhir zaman. Makan mangut lele di kota Kendal, Pesan sepiring dimakan bertiga. Kita doakan mereka yang meninggal, Agar Yesus menyambutnya di sorga. Wonogiri, mendoakan arwah keluarga Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 November 2025
HR. Semua Orang Kudus Matius 5:1-12a NYADRAN atau Ruwahan dilakukan masyarakat Jawa untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal. Nyadran berasal dari Bahasa Sansekerta “Sraddha” artinya kepercayaan. Sedang Ruwahan berasal dari kata Ruwah adalah salah satu nama kalender Jawa. Dalam acara Nyadran ada beberapa kegiatan yakni; membersihkan (besik) makam leluhur, kondangan atau kenduri, bersyukur dan berdoa serta kembul bojana atau makan bersama di jalan dekat makam desa. Di Banyuaeng, tempat saya lahir, tradisi Nyadran masih dan selalu dilaksanakan di dua pemakaman. Sesudah gotong royong bersih makam, keluarga-keluarga membawa jodhang tempat makanan untuk di doakan Pak Modin. Setelah doa selesai, kami berbagi untuk makan bersama dengan seluruh warga dengan sukacita dan penuh keakraban. Siapa pun boleh ikut di sana merayakan pesta Nyadran. Kerukunan dan silaturahmi kebersamaan dapat dirasakan bareng-bareng. Nyadran ala Katolik terjadi pada Bulan November ini. Gereja secara berturut-turut hari ini merayakan Hari Raya Semua orang Kudus. Pada hari berikutnya, kita merayakan peringatan arwah semua orang beriman. Makna dari perayaan ini adalah hidup orang-orang kudus itu menjadi teladan atau jalan bagi kita untuk mencapai kesempurnaan. Kita bisa mengikuti cara hidup mereka yang suci, tekun dalam iman dan dekat dengan Tuhan. Kita juga diingatkan bahwa kelak kita pun menuju kepada kematian. Mereka adalah Gereja yang jaya mulia bersama Tuhan. Kita semua sedang berziarah menuju ke sana. Nama orang-orang kudus ini kita pakai merasuk dalam diri kita sebagai nama baptis. Mereka adalah pendoa sekaligus teladan untuk kita mencapai kesucian. Kita bersyukur memiliki arah dan rambu-rambu yang jelas menuju keselamatan dengan teladan para kudus dalam Gereja yang disatukan dalam iman akan Kristus. Orang Kudus Santo pelindung kami, doakanlah dan tuntunlah kami menuju hidup surgawi. Minum anggur di pinggir telaga, Mabuk sedikit lupa pulangnya. Orang kudus hidup bahagia, Bersama Allah di dalam surga. Wonogiri, meneladan orang kudus Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 31 Oktober 2025
Jumat Biasa XXX Lukas 14:1-6 BEBERAPA waktu lalu terlihat mobil ambulance yang membawa pasien ikut berhenti di perempatan jalan karena lampu trafick menyala merah. Sopir beralasan sering terkena tilang elektronik karena menerobos lampu merah saat bertugas. "Sekarang mah ikutin aturan aja, walaupun lampu merah, walaupun lagi bawa pasien, lampu merah dong, berhenti ambulans, menghindari ETLE daripada kena denda," ujar sopir ambulance. Sistem ETLE (Electronic-Traffic Law Enforcement) bekerja atas dasar algoritma yang tidak memahami konteks manusia sedang menjalankan tugas darurat. Aturan ya aturan, tidak bisa dibantah, demikian ETLE bekerja. Padahal sopir ambulance itu harus menyelamatkan orang yang sedang sekarat. Nyawa manusia lebih prioritas daripada aturan ETLE. Maka sudah seharusnya mobil ambulance mendapat prioritas utama demi kemanusiaan. Yesus datang ke rumah pimpinan orang Farisi. Mereka mengamat-amati apa yang diperbuat Yesus. Hari itu adalah Hari Sabat. Tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Namun datang seorang yang sakit busung air. Yesus bertanya, "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya. Orang Farisi secara ketat menjalankan aturan tanpa reserve. Mereka seperti ETLE. Mereka tidak punya hati. Mereka rela mengorbankan nyawa orang demi menjalankan aturan. Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Kita diajak menjalankan aturan demi keselamatan manusia, bukan aturan yang membelenggu sehingga tidak berani berbuat apa-apa. Aturan dibuat untuk manusia, bukan manusia diperbudak oleh aturan. Naik sepeda ke Surabaya. Kena tilang di Suramadu. Aturan dibuat oleh manusia, Bukan untuk membelenggu. Wonogiri, keselamatan adalah prioritas utama Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 30 Oktober 2025
Kamis Biasa XXX Lukas 13:31-35 REPUTASINYA dalam strategi perang membuat Sun Tzu dikenal oleh banyak kalangan. Bahkan sampai sekarang ilmu strateginya tidak hanya digunakan dalam perang, tetapi dipakai banyak orang dalam dunia bisnis dan politik. Sun Tzu tidak hanya dikenal karena kehebatannya dalam merancang taktik yang akurat, tetapi juga karena kemampuannya untuk memahami lawan dan kondisi tempat pertempuran dengan cermat. Kisah-kisah pertempuran dan strateginya ditulis dalam buku “Art of War.” Tulisan ini dipelajari banyak orang sebagai pedoman dan motivasi dalam menghadapi medan kehidupan yang nyata. Beberapa tulisannya terbaca antara lain; Bergerak secepat angin dan membentuk rapat seperti hutan. Seranglah seperti api dan diamlah seperti gunung. Jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri Anda sendiri, Anda tidak perlu takut akan hasil dari ratusan pertempuran. Kemenangan terbesar adalah yang tidak membutuhkan pertempuran. Ketahui seperti apa dirimu sendiri dan kamu akan memenangkan segala situasi. Lebih penting untuk mengalahkan pikiran musuhmu, daripada mengalahkannya secara fisik. Yesus juga seorang ahli strategi. Ketika dia diberitahu bahwa Herodes berusaha membunuh-Nya, Yesus berkata, "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” Yesus tidak melawan dengan kekerasan, tetapi Dia tetap berbuat baik kepada semua orang. Dia akan terus menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan untuk menyelamatkan banyak orang. Ancaman kekerasan dan kematian tidak dilawan dengan kekerasan, tetapi dengan kebaikan dan cintakasih. Itulah seni yang diajarkan Yesus. “Seni tertinggi dalam perang adalah menundukkan musuh tanpa bertempur. Mencintai temanmu itu mudah. Terkadang pelajaran tersulit adalah mencintai musuhmu.” kata Sun Tzu. Ke Bali naik pesawat terbang, Menembus mega dan awan-awan. Mengasihi adalah senjata perang, Untuk mengalahkan para lawan. Wonogiri, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 Oktober 2025
Rabu Biasa XXX Lukas 13:22-30 APAKAH anda ngalami nangkap laron dan menggorengnya jadi lauk yang enak? Kini musim hujan sudah tiba. Biasanya di awal-awal hujan pertama, akan banyak laron atau anai-anai keluar dari lubang kecil di tanah. Mereka berebutan untuk keluar dari lubang kecil di tanah untuk menghirup udara bebas. Ribuan laron atau anai-anai itu saling berebut melewati lubang kecil untuk terbang bebas. Subuh waktu hari masih gelap, kami sudah membawa botol atau tampah untuk menangkap laron. Untuk memancing laron-laron itu keluar, kami menangkap seekor laron atau dua dan kemudian tubuhnya kami tusuk dengan lidi, lalu dipasang di dekat lubang. Laron itu akan menggerak-gerakkan sayapnya seolah terbang sehingga menarik laron lain untuk berebutan keluar. Kami menangkapnya dengan mudah dan mengumpulkannya di dalam botol. Ibu akan menggoreng laron itu dengan telur menjadi lauk yang lezat. Tetapi ada yang alergi sehingga gatal dan bentol-bentol di sekujur tubuh setelah makan laron. Dalam Injil, ada orang yang bertanya pada Yesus, "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Untuk dapat selamat, orang harus berjuang melalui pintu yang sempit. Seperti laron tadi, agar bisa terbang bebas mereka harus berebut melewati lubang yang sempit. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa menghirup kebebasan dunia. Keselamatan diibaratkan sebuah perjamuan makan. Semua orang diundang, dari timur dan barat, utara dan selatan. Kita harus berjuang masuk melalui pintu yang sempit. Kita tidak bisa santai-santai saja. Jangan sampai kita terlambat sehingga pintu sudah tertutup. Mari kita berlomba menjadi orang baik agar dapat melewati pintu keselamatan Tuhan dan diperkenankan masuk dalam pesta perjamuan-Nya. Anai-anai terbang tinggi, Disambar cepat burung kenari. Jadilah orang yang baik budi, Pantas masuk ke pesta surgawi. Wonogiri, berjuang tiada henti Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 28 Oktober 2025
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul Lukas 6:12-16 HARI ini kita merayakan pesta dua rasul Yesus yakni Simon orang Zelot dan Yudas Tadeus. Pada mulanya Simon adalah pengikut gerakan politik yang berjuang melawan penjajah Romawi. Sebagai seorang Yahudi tulen, Simon sangat patuh pada hukum-hukum Taurat. Iman akan Yesus mengubah pandangannya tentang kerajaan Allah, bukan secara politik tetapi keselamatan kekal. Iman mampu mengubah seseorang menjadi lebih baik. Yudas disebut Tadeus sang pemberani. Ia dikenal sebagai pelindung perkara-perkara yang sulit dan berat. Banyak orang berdoa melalui perantaraannya untuk memecahkan hal-hal yang sulit dalam hidupnya. Mereka berdua mewartakan Injil sampai di Mesir dan Persia. Dengan imannya yang teguh kepada Yesus yang bangkit, mereka dibunuh sebagai martir dan menjadi saksi iman yang menyuburkan Gereja. Mereka berdua menjadi soko guru Gereja bersama sepuluh rasul yang lain. Iman rasuli inilah yang diwariskan kepada kita sampai sekarang melalui pimpinan Gereja yakni para uskup yang menjaga iman tetap hidup. Kita sangat bersyukur memiliki iman yang terhubung secara terus menerus melalui para rasul. Kemartiran mereka adalah benih yang subur bagi iman Gereja. Mereka menjadi pondasi yang kuat bagi Gereja. Sekarang kita dipanggil meneruskan iman rasuli ini kepada semua orang. Dengan baptisan kita dipanggil menjadi rasul-rasul masa kini. Seperti mereka kita diutus mewartakan kasih karunia Allah kepada semua orang. Maukah kita menjadi rasul-rasul cintakasih Allah agar semua orang mengalami damai dan sukacita dalam kehidupan bersama? Ingat, anda semua diutus untuk itu. Di Papua ada burung cendrawasih, Bertengger di hutan belantara. Kita semua adalah rasul cintakasih, Membagikan kasih bagi sesama. Wonogiri, rasul cinta kasih Rm.A. JokoPurwanto, Pr Puncta 27 Oktober 2025
Senin Biasa XXX Lukas 13: 10-17 “ADA enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat,” kata kepala rumah ibadat untuk memprotes Yesus yang menyembuhkan perempuan yang bungkuk karena dirasuki roh jahat selama 18 tahun. Hari Sabat bagi orang Yahudi adalah waktu sakral. Tetapi kesakralan Sabat diartikan terlalu berlebihan bagi mereka. Sehingga orang-orang tidak boleh melakukan suatu pekerjaan pada hari Sabat. Tidak bisa dibayangkan seandainya rumah sakit tutup pada hari Sabat. Betapa susahnya orang kalau pada hari Sabat para dokter atau perawat harus libur untuk merawat dan menyembuhkan orang sakit. Mereka tidak boleh melakukan pekerjaan karena harus mentaati hukum Taurat. Yesus punya pandangan yang berbeda menyikapi aturan-aturan. Hari Sabat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Aturan dibuat untuk kebaikan manusia, bukan untuk membelenggu dan mengikatnya. Yesus berdebat dengan kepala rumah ibadat. Bahwa hari Sabat dibuat untuk “melepaskan dan dilepaskan.” Hari Sabat dibuat untuk membebaskan, memerdekan bukan untuk membelenggu dan memperbudak. Yesus melepaskan perempuan itu dari ikatan iblis dan memerdekannya. Dengan membebaskan dari kuasa jahat, Kerajaan Allah dinyatakan dan damai sejahtera dirasakan kepada orang yang tertindas, seperti yang dialami perempuan itu. Kita justru sering menggunakan aturan-aturan untuk mempersulit orang. Maka ada adagium “kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.” Mental seperti ini harus diubah demi pelayanan yang lebih baik. Kemudahan pelayanan adalah salah satu cara untuk menghadirkan damai dan kesejahteraan. Berbuat baik tidak boleh dibatasi oleh waktu atau hari. Kapan pun kita bisa berbuat baik. Maka jangan sampai dihalang-halangi dengan aturan-aturan yang mengikat. Mari kita menolong orang kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi aturan-aturan. Tak ada hari libur untuk berbuat baik. Di alun-alun ada pesta pora, Orang berjoget sambil minum fanta. Berbuat baik tiada batasnya, Kapan pun kita bisa melakukannya. Wonogiri, terus berbuat baik Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 26 Oktober 2025
Minggu Biasa XXX Lukas 18:9-14 DALAM dunia tinju kita mengenal Jorge Luiz Gonzales dari Cuba yang dikenal sombong dan suka meremehkan lawannya. Memang dia punya prestasi luar biasa. Namun kesombongan akhirnya meruntuhkannya. Dia lupa bahwa “di atas langit masih ada langit.” Dia pernah mengejek Riddick Bowe yang pernah dikalahkannya di arena amatir. “Aku adalah singa, kamu hanyalah seekor sapi. Aku akan membunuhmu.” Kata-kata sampah sering diucapkannya. Namun kesombongan itulah yang menghancurkannya. Gonzales dihajar bertubi-tubi oleh Bowe di ronde ke tujuh dan dia jatuh KO. Sejak saat itu dia sering kalah dalam kariernya. Kesombongan membuat orang lupa diri. Dalam peziarahan mencari Allah, kita diajarkan oleh Yesus untuk memiliki sikap rendah hati. Hal ini dikatakan Yesus dalam perumpamaan Orang Farisi yang sombong dan pemungut cukai yang merendahkan diri. Bergaul dengan sesama manusia saja kita tidak boleh sombong, apalagi berhadapan dengan Allah yang Mahakuasa. Orang Farisi itu berdiri (tanda kesombongan) di hadapan Allah. Ia menyombongkan jasanya, kesalehannya dengan mentaati semua hukum Taurat, berpuasa dan beramal kasih. Seolah dia bisa membeli kekuasaan Tuhan dengan semua harta dan jerih payahnya. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” Doanya hanya berpusat pada diri sendiri dan suka membandingkan dengan orang lain. Yang disebut hanya, aku, aku, aku. Aku bukan seperti mereka. Berbeda dengan sikap pemungut cukai. Ia berdiri jauh-jauh dan tidak berani memandang ke atas. Ia menyadari kesalahannya dan mohon belas kasihan Tuhan. Ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Yesus berkata: “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Orang yang menyombongkan diri akan direndahkan, sedang orang yang merendahkan diri di hadapan sesama dan Tuhan akan ditinggikan. Jalan-jalan di kota Gombong, Beli gethuk goreng di Sokaraja. Jadi orang jangan sombong, Karena hidup itu berjalan seperti roda. Wonogiri, belajar rendah hati Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 25 Oktober 2025
Sabtu Biasa XXIX Lukas 13:1-9 KITA semua ikut berduka dan prihatin atas tragedi robohnya bangunan di Ponpes Al Khozyni, Sidoarjo yang menelan korban meninggal sejumlah 67 orang. Masih ada beberapa yang dirawat di rumah sakit. Beberapa pihak menyebutkan bahwa para korban ini meninggal dalam keadaan syahid atau syuhada. Mereka wafat syahid karena sedang menuntut ilmu. Mereka wafat sedang menjalankan salat di mushala. Mereka disebut syahid karena tertimpa musibah atau bencana. Ada beberapa pihak yang menuntut kasus ini diusut tuntas karena mereka bukan sekedar angka, tetapi nyawa. Keluarga korban punya hak untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak Ponpes karena mereka sedang menuntut ilmu di tempat pendidikan. Anak merokok di sekolah, ditampar oleh gurunya saja dipolisikan dan dituntut, bahkan sang guru sempat dinon-aktifkan. Apalagi ini soal nyawa yang cukup banyak. Namun pandangan positif bahwa mereka mati syahid akherat memberi pencerahan bahwa mereka mati dalam keadaan mulia. Mereka bukan sekedar korban, tetapi mereka sedang menjalankan tugas yang luhur. Dalam Injil, Yesus menanggapi pandangan orang banyak tentang nasib orang-orang yang darahnya ditumpahkan Pilatus dengan darah persembahan, atau korban yang tertimpa menara di dekat kolam Siloam. “Sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian," kata Yesus. Kita tidak boleh menghakimi orang atas bencana yang diterima. Kalau kita tidak bertobat, kita juga bisa mengalami hal yang sama. Sikap tobat dan tawakal dalam bertindak lebih dibutuhkan daripada kita menghakimi orang lain. Janganlah kita bersyukur atas penderitaan orang lain, tetapi tenggang rasa dan peduli dengan derita sesama itu lebih bermartabat. Mari kita ikut berbela rasa dengan mereka. Mandi di sungai pakai sarung, Ada gadis ngintip dari balik warung. Hidup bersama perlu srawung, Bertenggang rasa saling mendukung. Wonogiri, bertenggang rasa Rm. A.Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed