Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

Pelayanan

Isolasi Mandiri: Pastikan HP Penuh

8/5/2021

0 Comments

 
Beberapa waktu lalu salah satu teman, Doni, mengabarkan di WA Group bahwa dia dan keluarganya terpapar Covid-19. Spontan, karena bela rasa dan empati, satu persatu dari kami masing-masing memberikan semangat. Akan tetapi, yang terjadi adalah kebalikannya. Karena justru Doni yang memberi semangat kepada kami. Awalnya ia menceritakan bahwa pernyataan semangat yang diberikan oleh teman-teman sangat berarti. Selain itu. Ada beberapa petunjuk informasi dari dokter tentang isoman. Dalam isoman, Doni harus mengonsumsi makanan sehat, multivitamin, dan istirahat cukup, serta melakukan protokol kesehatan di rumah. Namun, yang terpenting dari itu semua adalah mengusahakan supaya Hati dan Pikiran untuk tetap senang sehingga dapat meningkatkan imun.
 
Dalam isoman tersebut Doni bercerita mengenai pengalamannya menghadapi Covid-19. Pada awalnya ia mengalami masa yang cukup berat terkait dengan kondisi fisiknya. Satu hal yang membuatnya lemah secara psikologis, yakni Doni, sebagai kepala keluarga, kurang mampu berbuat apa-apa terhadap kondisi keluarga. Ditambah pula anggota keluarga lain juga yang juga terpapar Covid-19. Sehingga membutuhkan perhatian khusus. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi Doni karena ia harus memperhatikan kondisi anggota keluarga yang juga terpapar Covid-19, sedangkan kondisinya pun kurang baik. Saat genting itulah Doni kemudian teringat dengan pesan dokter puskesmas: “Buatlah Hati dan Pikiran untuk tetap Senang”. 
 
Apa yang dilakukan Doni? Pada masa isolasi mandiri, Doni memutuskan untuk berhenti menonton televisi dan membaca sosial media tentang Covid-19. Televisi hanya dipergunakan untuk melihat hiburan yang menyenangkan.  Selain itu, Doni melakukan meditasi meskipun hanya duduk. Ia pun merasakan sakit pada dada. Namun, Doni menyatakan bahwa situasi meditasi sangat membantu dalam pernapasan. Apa yang dilakukannya hanya mengolah pernapasan. Dengan duduk senyaman mungkin, memejamkan mata pelan-pelan, kemudian dua detik menarik napas, empat detik tahan, dan lima detik hembuskan pelan-pelan. Walaupun waktu meditasi dengan olah napas itu tidak panjang ternyata sudah membuat lelah. Akan tetapi, manfaat yang didapat setelah latihan, yaitu pernapasan mulai membaik.
 
Dalam akhir sharing-nya di WA Group, Doni menyampaikan suatu pengalaman reflektif bahwa  pada saat mengalami situasi seperti itu pikiran buruk mudah sekali datang. Ia menyatakan bahwa keluarganya sangat bersyukur dan bahagia karena ada teman-teman yang memberikan perhatian. Meskipun tampak sepele dan mungkin hanya sekadar kalimat penyemangat, tetapi bagi Doni itu sangat berarti berarti karena dengan hal sederhana tersebut nyatanya membuat Doni menemukan kembali keinginan untuk kembali sehat dan tetap mempunyai semangat hidup.
 
Berdasar dari cerita Doni, ada satu kalimat yang menarik untuk direfleksikan bersama, yaitu  Menjaga Hati dan Pikiran untuk Tetap Senang. Tidak hanya terkait dengan semangat spiritualitas yang bermanfaat menjaga kondisi psikologis untuk tetap seimbang, tetapi pada kenyataannya secara fisiologis juga bermanfaat. Saat kondisi sedang dalam keadaan buruk, hal yang sering muncul dan yang sering dirasakan adalah adanya tegangan pada otot, aliran darah naik sehingga tubuh merasa sakit. Secara neurologis, hal ini terjadi karena saat mengalami situasi buruk atau dalam tekanan (stres), Axis Hypothalamic-Pituary-Adrenal (HPA) suatu sistem yang mengatur keseimbangan tubuh akan respon terhadap stres. Aktifnya Axis HPA ini kemudian meningkatkan peripheral cortisol yang menghasilkan depressmood sehingga meningkatkan Autonomic Nervous System (ANS) yang kemudian ANS ini bekerja untuk mengupayakan coping atau cara mengatasi masalahnya. Kondisi inilah yang jika tidak disadari dan dijaga akhirnya dapat menurunkan imun.
 
Maka dari itulah, penting untuk tetap Menjaga Hati dan Pikiran (HP) tetap dalam kondisi Penuh rasa Senang, sebagaimana disampaikan oleh Green & Green, ahli psikoneurologis, dalam pernyataannya mengatakan ketika kita menjaga hati dan pikiran tetap senang, maka akan mengaktifkan cerebral cortex, sistem limbic, dan hyphotalamus yang berfungsi mengubah autonomic nervous system (ANS) dengan bekerja ‘mengendalikan sakit’ karena akan menutup ‘gerbang kesakitan’ sehingga neurotransmiter mengeluarkan serotonin yang menekan transmisi kesakitan. Itulah mengapa Doni dapat melewati masa buruknya dalam menghadapi Covid-19. Karena Doni mengupayakan Hati dan Pikirannya tetap dalam kondisi Penuh rasa senang dengan cara membuat diri senyaman mungkin, terhibur, dan tertawa. Ia pun menyadari kebaikan lingkungan sekitar dengan rasa syukur, ditambah dengan latihan relaksasi berupa olah napas. Meski dikatakannya lelah dalam berjuang, tetapi Doni tetap  senang. Hal ini dikarenakan Doni dapat meredakan sakit atau ketegangan yang dirasakan dan menjadikan Covid-19 dengan kelegaan sehingga dapat mengurangi beban psikologis. Dan pada akhirnya dapat mempercepat pemulihan kondisi tubuh melawan Covid-19.
 
Penulis : Markus Nanang Irawan Budi Susilo, S. Psi., M. Psi., Psikolog.
Editor : Kristina Wuri Desmayani
0 Comments



Leave a Reply.

    Categories

    All
    Devosionalia
    Kumpulan Doa Katolik
    Ruang Kaca
    Sekretariat Paroki

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki