Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

Pelayanan

Pribadi yang Bebas Merdeka

10/23/2021

0 Comments

 
Kita baru saja memperingati hari Kemerdekaan RI yang ke-76. Tujuh puluh enam tahun Inodonesia telah merdeka. Hanya saja, apakah setiap individu yang mendiami Indonesia sudah merdeka? Apakah diri kita sudah merdeka? Mari kita tilik bersama-sama.

Kita memiliki hak dan kewajiban dalam kehidupan sosialnya. Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal norma sosial. Norma sosial selalu dijadikan acuan dalam berperilaku di masyarakat. Hal itu akan berdampak pada perilaku di masyarakat. Dan, ternyata dampak tersebut berpengaruh pada pola perilaku dan secara psikologis. Ironinya,  alat pengendali perilaku saat ini bukan lagi mengacu pada  norma sosial, melainkan gunjingan masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, perkataan yang diucapkan seseorang tidak sepenuhnya berisi motivasi yang membangun bagi orang lain. Ada juga perkataan yang bersifat menjatuhkan pribadi orang lain. Hal inilah yang menjadi awal seseorang menjadi tidak genuine. Seseorang menjadi  takut pada dirinya sendiri. Takut dibandingkan dengan orang lain dan menjadi bahan pembicaraan orang lain. Sehingga, sangat sulit untuk menemukan orang yang mau menerima dan mengakui kekurangan dan kelebihan diri secara bijaksana. Mengapa disebutkan secara bijaksana? Karena orang bijak dapat menerima kekurangan diri dan menjadikan kekurangan tersebut sebagai motivasi hidup untuk terus memperbaiki diri. Dan orang yang bijak juga akan mengakui kelebihan diri di waktu dan tempat yang tepat tanpa merendahkan orang lain.

Di masa merdeka ini, kita harus menjadi orang yang merdeka. Orang yang merdeka merupakan orang yang memiliki sikap bijak dalam mengakui eksistensi diri dan selalu memandang orang lain yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Orang yang mampu menjadi dirinya sendiri akan lebih bebas dalam melakukan karya dalam perjalanan hidup. Orang yang memiliki tipe seperti ini tidak akan tergantung dengan komentar orang lain. Sehingga dapat dikategorikan pribadi yang bebas karena tidak membandingkan kebahagiaan yang didapat dengan kebahagiaan yang dimiliki orang lain. Akan tetapi, pernahkah kita mendengar pernyataan “Saya berperilaku sebagaimana kamu memperlakukan saya?” Bagi pribadi yang bebas dan merdeka pernyataan tersebut tidak akan ada dalam perjalanan hidupnnya. Orang yang memiliki pribadi bebas dan merdeka tentu saja tidak akan menunggu berbuat kebaikan saat orang lain berbuat baik padanya. Karenanya pribadi yang bebas dan merdeka akan senantiasa berbuat baik dan menjadi pribadi yang anggun dalam berperilaku.

Berkaca pada hal itu maka akan menimbulkan pertanyaan “Apakah kritik dari orang lain harus diabaikan?” Kritik dan saran dari orang lain bukanlah hal yang menjadi penentu pribadi yang bebas dan merdeka untuk menjadi orang lain seperti harapan kebanyakan orang. Pribadi yang merdeka akan menjadikan kritik dan saran tersebut sebagai alat untuk memperbaiki diri. Memperbaiki diri bukan menjadi seperti orang yang diinginkan orang lain. Hanya saja, memperbaiki diri ini bersifat reflektif. Saat kita mendapat kritik dan saran, kita dapat mengetahui letak kesalahan yang telah kita lakukan, Sehingga kita dapat memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik. Sebenarnya inilah yang disebut merdeka yang sesungguhnya. Pribadi yang bebas dan merdeka mengenali diri sendiri dan menentukan tindakan berikutnya untuk memperbaiki diri.

Oleh karena itu, gunjingan orang lain bukanlah suatu masalah yang besar jika kita dapat mengendalikan gunjingan itu dengan menyelesaikan masalah yang ada. Dan, secara otomatis gunjingan itu tidak akan menimbulkan gangguan psikologis bagi kita. Kebalikannya, bagi pribadi yang belum bebas dan merdeka tentu akan merasa cemas, khawatir, dan tentunya dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Maka dari itu, sangatlah penting bagi kita untuk mengenali pribadi kita masing-masing karena kita sebagai Homo Homini Socius. Kita tidak dapat terlepas dari orang lain yang hidup berdampingan dengan kita. Sehingga kita harus memiliki prinsip diri yang kuat dan tangguh dalams hidup bermasyarakat dengan pribadi yang bebas dan merdeka.
 
Penulis : Fransisca Anindya,S.Psi.,M.Psi., Psikolog.
Editor : Kristina Wuri Desmayani
0 Comments



Leave a Reply.

    Categories

    All
    Devosionalia
    Kumpulan Doa Katolik
    Ruang Kaca
    Sekretariat Paroki

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki