Wonogiri, 7 Juni 2025 — Halaman Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang dipenuhi sorak dan tawa bahagia saat umat dari berbagai usia berkumpul merayakan Pesta Emas 50 Tahun berdirinya gereja tercinta. Sabtu pagi itu menjadi momen penuh syukur, nostalgia, dan harapan baru bagi seluruh umat paroki. Suasana haru dan gembira menyelimuti halaman Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang saat umat berkumpul merayakan momen bersejarah: Pesta Emas 50 Tahun berdirinya gereja yang menjadi pusat iman bagi masyarakat setempat. Sabtu (7/6) itu, menjadi hari yang tak terlupakan bagi seluruh umat, dari anak-anak hingga para imam, yang hadir dalam semangat syukur dan kebersamaan.
Perayaan diawali dengan Misa Syukur yang khidmat dan menyentuh, dipimpin oleh Romo Erwin. Dalam homilinya, Romo menekankan pentingnya mengenang perjalanan panjang gereja sebagai bentuk kesetiaan umat dan penyertaan Tuhan yang tak putus selama lima dekade. Misa menjadi momen reflektif sekaligus penuh harapan bagi masa depan pelayanan gereja. Usai misa, umat disambut dengan suguhan hidangan bersama di halaman gereja. Suasana penuh keakraban terasa ketika para keluarga dan komunitas saling berbagi cerita dan tawa. Hidangan ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol persaudaraan dan rasa syukur yang nyata. Kemeriahan pun semakin terasa saat rangkaian pentas seni dimulai. Dengan antusiasme tinggi, umat dari berbagai usia menampilkan bakat mereka, mulai dari tarian anak-anak, paduan suara remaja, hingga pertunjukan musik dan drama yang disiapkan oleh kelompok dewasa. Panggung sederhana di depan gereja berubah menjadi pusat kreativitas yang menggugah semangat. Namun, sorotan utama malam itu adalah ketoprak spesial yang sukses menyita perhatian penonton. Uniknya, pertunjukan ini melibatkan langsung para imam paroki—Romo Joko, Romo Budi, dan Romo Erwin—serta seorang frater, yang tampil memukau dalam balutan kostum dan riasan yang nyaris membuat penonton tak mengenali mereka. Mengangkat kisah Injil "Anak yang Hilang" ketoprak ini dikemas dengan nuansa komedi ringan, tetapi tetap sarat makna. Tawa penonton pecah berkali-kali. Akan tetapi di balik kelucuan tersebut, terdapat pesan moral tentang kasih dan pengampunan yang tersampaikan dengan kuat. Dan, hehadiran para imam di atas panggung menambah kesan hangat dan dekat antara gembala dan umat. Kejutan demi kejutan di atas panggung menjadi perekat suasana. Tak sedikit umat yang tak menyangka bahwa sosok ayah dalam cerita ketoprak ternyata diperankan oleh Romo Joko yang dikenal serius. Kehadiran Romo yang turut menjadi aktor ‘dadakan’ telah membuka ruang keakraban baru yang mempererat hubungan antarumat dan pemimpin rohani mereka. Lebih dari sekadar hiburan, pentas seni dan ketoprak ini menjadi simbol hidupnya semangat komunitas. Perayaan 50 tahun ini bukan hanya mengenang masa lalu, melainkan juga menyulut api semangat baru untuk terus membangun gereja sebagai tempat yang hidup, penuh cinta, dan terbuka bagi siapa saja. Pesta Emas Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang pun menjadi bukti nyata bahwa kebersamaan dalam iman dapat dirayakan dengan cara yang menyenangkan, bermakna, dan tak terlupakan.
1 Comment
Andi Asmara
6/12/2025 07:48:24
Seni peran dan musik dimana Rm Joko, Rm Budi dan Rm Erwin ikut bermain itu bukan kethoprak melainkan Lerok. Mungkin istilah LEROK ini relatif masih asing dan kurang dikenal. Konon, kesenian LEROK ini berasal dari Jawa Timur dan merupakan cikal bakal lahirnya LUDRUK. Entah bagaimana ceritanya, LEROK ini dapat berkembang sampai Wonogiri. Menurut beberapa sesepuh yang pernah aktif dalam dunia per-LEROK-an di wilayah Timang, LEROK dengan ciri khas pemainnya laki-laki semua ini pernah berkembang di daerah TIMANG dan JATISRONO namun saat ini sudah hampir hilang. Itulah sebabnya kami yang berada di wilayah Timang berupaya nguri-uri dan melesraikan budaya LEROK ini, salah satunya adalah dengan menampilkannya pada pesta emas 50 tahun berdirinya Gereja Roh Kudus Wilayah Timang.
Reply
Leave a Reply. |
Archives
June 2025
Categories
All
|