Pagi-pagi benar, Maria Magdalena Suti Rahayu (64) sibuk menyiapkan barang bawaan seperti ditentukan di grup WhatsAppnya, Minggu, 29 Juni 2025. Tak lupa, Kaling Petrus Bero itu mengenakan kaos merah bertuliskan "Yoras Wonogiri". Ia tidak sendiri, ada 99 orang lain yang memakainya hari itu. Kaos itu menjadi identitas umat perwakilan dari Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri pada Misa Syukur Hari Ulang Tahun Keuskupan Agung Semarang ke-85, di GOR Jatidiri Semarang.
"Bersama Berziarah Berbagi Berkah", demikian tema yang diusung pada HUT KAS ke--85 tahun ini. Misa Syukur menjadi puncak acara HUT KAS ke-85 yang diadakan pada hari Minggu, 29 Juni 2025 di GOR Jatidiri Semarang. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan biarawan-biarawati dan kurang lebih 18.000 umat se-Keuskupan Agung Semarang. Acara dimulai pukul 14.00 WIB dengan rangkaian pra acara. Kemudian pada pukul 15.00 WIB diadakan acara defile dari setiap kevikepan dan kelompok kategorial. Acara berlanjut dengan sambutan-sambutan. Pada sambutannya, Uskup Agung KAS, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr mengajak umat untuk menghadirkan diri sebagai gereja yang berbagi dalam masyarakat. Beliau menegaskan bahwa kekuatan KAS terletak pada partisipasi umat beriman serta para gembala dari KAS. Sebelum akhir acara, diberikan penghargaan kepada Katekis dari perwakilan wilayah di Keuskupan Agung Semarang. Lima katekis yang terpilih adalah katekis yang terbaik serta mendapat penghargaan berupa Sarikrama Award. Pada pukul 18.00 Misa Syukur pun dimulai dengan selebran utama Mgr. Robertus Rubyiyatmoko, Pr. HomilI pada Perayaan Ekaristi tersebut disampaikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo, Pr yang saat ini menjabat sebagai Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta. Dalam catatan sejarah, beliau pernah menjabat sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang periode tahun 1997-2009. Dalam Homilinya, Kardinal Ignatius Suharyo mengingatkan bahwa tema HUT KAS ke-85 kali ini adalah upaya untuk menjaga semangat kepeloporan dan mengembangkan peran yang lebih luas di seluruh Indonesia. Tema tersebut juga mengajak umat untuk dapat semakin menjadi murid-murid Yesus yang mempersatukan. Dengan mempersatukan berarti umat semakin secitra dengan Allah, semakin bersatu dengan Kristus. Kardinal Ignatius Suharyo mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Semarang untuk menuju kebersamaan kasih melalui jalan kemartiran. Perayaan Ekaristi ditutup dengan Adorasi Sakramen Maha Kudu. Sebelum Adorasi, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C selaku ketua Ketua Presidium KWI menyampaikan sambutannya. Beliau menyampaikan syukur atas perayaan iman HUT KAS ke-85. Beliau mengatakan bahwa gereja mengambil tipe murid-murid Yesus di Yerusalem yakni berkumpul, berdoa, memecah roti, dan membagikan kepada semua orang. Beliau mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Semarang untuk dapat dikenal sebagai murid Tuhan yang berziarah dan berbagi berkah. Seluruh rangkaian Perayaan Puncak HUT KAS ke 85 selesai pada pukul 21.00 WIB YORAS WAKILKAN 100 UMAT Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri mendapatkan kuota 100 kursi pada pelaksanaan Misa Syukur HUT KAS ke-85 Pendaftaran diri secara terbuka dan sukarela ditawarkan kepada umat yang berkenan ikut sejak beberapa bulan sebelumnya. Menurut data dari Sekretariat Paroki, hampir semua wilayah dan lingkungan terwakili. Pada hari keberangkatan, rombongan umat berkumpul di halaman pendopo Kabupaten Wonogiri. Berangkat pukul 09.00 WIB, umat terbagi dalam 2 bus dimana masing-masing didampingi oleh Romo Alexander Joko Purwanto, Pr, dan Romo Lambertus Issri Purnomo, Pr. Para suster di Wonogiri pun ikut bergabung, berbaur dengan umat. Sesampainya di GOR Jatidiri, umat menempati tribun sisi Utara, lantai 3 Blok E tepatnya menghadap lurus ke Altar. Dari posisi tersebut, umat bisa menyaksikan jalannya acara dengan jelas terbantu oleh layar LCD besar. Atas pengalaman menjadi bagian dari misa syukur ini, umat dari Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri mengungkapkan kegembiraannya. Seperti disampaikan oleh Hari Sapto Wibowo dari lingkungan Simon, Wilayah Kota Tengah, "Ya gembira, senang, bersyukur, bisa mengikuti, bisa berpartisipasi. Jadi ketemu saudara se- keuskupan". Tanpa direncana, ia pun bisa bertemu rekan- rekan sesama staf sekretariat paroki dari paroki lain di acara tersebut. Rasa senang juga di sampaikan oleh Yohanes Chrisostomus Dwi Sulistyo Purnomo, Ketua Wilayah Manyaran. "Perasaan saya sangat senang, campur aduk, luar biasa. Hampir 20 ribu umat memenuhi Stadion Jatidiri Semarang," begitu ia bercerita. Hal yang lebih membuat berkesan yaitu saat pembagian komuni. "Meskipun umat sebegitu banyaknya, prosesi Misa dapat berlangsung dengan khidmat, dan pembagian komuni tidak sampai 30 menit". Apresiasi pun diberikan kepada panitia. Hal itu disampaikan oleh Rafael Budoyo Hartono, umat dari Lingkungan Timotius, Wilayah Kota Utara. "Saya sangat terkesan dengan kerja dari panitia penyelenggara dengan mekanisme yang angat terorganisir sejak masuk Stadion, pengaturan tempat duduk peserta misa, hingga urut-urutan keluar stadion yang di mulai dari jarak asal paroki peserta yg terjauh. Hal ini menghindari keruwetan di lokasi stadion ataupun tempat parkir." Panitia benar-benar bekerja dengan profesional sehingga seluruh rangkaian acara dari awal hingga akhir telah berlangsung dengan lancar dan sangat mengesankan. Begitu ia menambahkan. Saat jadwal kepulangan, Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri mendapat kesempatan untuk pulang lebih awal bersama umat Paroki Jumapolo. Keluar dari GOR Jatidiri pada pukul 21.00 WIB, rombongan pun sampai kembali dengan selamat di Wonogiri pada pukul 23.00 WIB. (Fransisca Anindya- Franciska Anis/ Komsos)
0 Comments
Minggu, 22 Juni 2025- Ratusan umat dan warga memadati area Monumen Bedol Desa, Plasa Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Dalam rangka memperingati HUT ke-58 Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri, gereja menggelar kegiatan jalan sehat yang turut dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lain.
Acara dimulai dengan sambutan dari panitia. Dalam sambutannya Romo Alexander Joko Purwanto, Pr. menyampaikan tujuan dari acara jalan sehat ini, "Paroki mengadakan acara ini agar masyarakat ikut berpartisipasi dengan giat yang dikemas dalam jalan sehat. Kegiatan ini mengajak kita untuk menjaga kesehatan jasmani maupun rohani". Setelah senam sejenak sebagai pemanasan, jalan santai pun dimulai. Rute jalan sehat melewati area waduk gajah Mungkur kurang lebih sejauh 3 kilometer. Selain acara inti, panitia juga menyiapkan hiburan berupa persembahan drumband dari SD Kanisius, tarian dan door prize. Salah satu panitia jalan sehat menyampaikan harapannya"Semoga dengan diadakannya kegiatan ini, umat Katolik dapat berbaur dengan umat lainnya. Sehingga warga gereja tidak dianggap hanya berbaur di lingkungan gereja saja dan masyarakat dapat lebih mengenal umat Katolik" ujar Aurel, ketua penyelenggara acara. Berbagai macam door prize sudah terpajang di sebelah kiri panggung. Diantaranya yaitu : TV 32 inch, Jam Dinding, Dispenser, Kulkas, Voucher Makan seharga @50k, Jam Dinding, Payung, Mug, Handuk, Voucher seharga @25k, Magikom, Rice Cooker, Air Cooler, Ketel, Kipas Angin, Setrika, Kambing, dan Sembako. Agung, salah satu peserta jalan sehat dari wilayah Timang menyampaikan antusiasmenya, "(Saya menjadi) Semakin mengenal umat disekitar waduk, menjadi pengalaman gaya hidup sehat dan mempererat tali persaudaraan" ujarnya. Sementara itu, Siti Rahayu, salah satu pemenang door prize utama dari wilayah Wuryantoro, mengaku terkejut saat nomor undiannya terpanggil oleh pembawa acara. "Saya tadi ikut kegiatan Jalan Sehat dari paroki. Saya sangat kaget dan tidak menyangka dapat kenang-kenangan Televisi, terimakasih paroki, Tuhan Yesus memberkati" ungkapnya. Para peserta pun menunggu door prize boom dengan sangat antusias, hingga door prize terakhir jatuh di tangan salah satu peserta. Acara pun telah usai, para panitia mengungkapkan rasa terimakasih atas kehadiran para peserta, serta harapan untuk kemajuan Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri. (Grasia Agata A. P./Agustina Widya P./ Komsos) (Wonogiri, 22 Juni 2025) – Dalam rangka merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun pelindung Paroki Yohanes Rasul, Paroki Yohanes Rasul Wonogiri mengadakan kegiatan Jalan Sehat yang berlangsung meriah dan penuh semangat pada Minggu pagi, 22 Juni 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan HUT pelindung paroki yang sebelumnya telah diisi dengan kegiatan positif seperti Touring, Camping, dan penyebaran benih ikan.
Jalan sehat kali ini tidak hanya menjadi ajang olahraga bersama, tetapi juga menjadi wadah mempererat tali persaudaraan dan memperkuat relasi, baik antarumat paroki maupun dengan masyarakat umum. Kegiatan yang dipusatkan di kawasan PLTA Wonogiri ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa hingga lansia, serta melibatkan partisipasi aktif dari pelaku UMKM lokal. Acara dibuka secara resmi oleh Romo Alexander Joko Purwanto, Pr, yang memberikan sambutan hangat dan penuh makna. Dalam sambutannya, Romo Joko menekankan pentingnya kegiatan semacam ini sebagai bentuk nyata gereja yang hadir dan terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat. “Kita tidak hanya merayakan iman secara liturgis, tetapi juga mewujudkannya dalam kebersamaan dan pelayanan nyata. Jalan sehat ini adalah bentuk ungkapan syukur dan kebersamaan kita,” ujar Romo Joko. Sebelum peserta memulai rute jalan sehat, acara diawali dengan senam pagi yang dipandu oleh salah satu umat Paroki Yohanes Rasul Wonogiri. Semangat dan keceriaan begitu terasa saat seluruh peserta ikut bergerak mengikuti irama senam, menciptakan suasana hangat dan penuh kekeluargaan. Setelah senam dan pelepasan peserta jalan sehat, suasana semakin meriah dengan berbagai kegiatan hiburan. Anak-anak menampilkan tarian daerah dan juga beberapa orang dewasa menampilkan beberapa nyanyian. Penampilan demi penampilan tersebut menambah warna dan keceriaan acara. Salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu peserta adalah pembagian doorprize. Puluhan hadiah menarik dibagikan kepada peserta yang beruntung, mulai dari peralatan rumah tangga, sembako, hingga sepeda. Keceriaan dan tawa mengisi area panggung saat nomor undian diumumkan satu per satu. Tidak kalah penting, kehadiran para pedagang UMKM yang menjajakan makanan dan minuman tradisional juga menjadi daya tarik tersendiri. Para peserta jalan sehat menikmati kuliner lokal sambil bersantai bersama keluarga dan teman-teman. Kegiatan ini sekaligus menjadi dukungan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Menurut salah satu peserta, warga dari lingkungan sekitar PLTA, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. “Kami senang bisa ikut serta. Selain menyehatkan tubuh, kami juga merasa lebih dekat dengan gereja dan umat Paroki Yohanes Rasul. Semoga tahun depan bisa lebih meriah lagi.” Panitia pelaksana juga menyampaikan rasa syukur atas suksesnya acara ini dan berharap kegiatan semacam ini bisa menjadi agenda rutin tahunan. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat, terutama umat paroki dan masyarakat sekitar. Ini bukti bahwa semangat kebersamaan mampu menciptakan kegiatan yang positif dan membangun,” ujar salah satu panitia. Dengan semangat persaudaraan dan kegembiraan yang dirasakan bersama, Jalan Sehat Paroki Yohanes Rasul Wonogiri tahun ini tidak hanya menjadi perayaan iman, tetapi juga menjadi momen kebersamaan yang mempererat relasi antarumat dan masyarakat secara luas. Harapannya, kegiatan ini bisa terus berlanjut dan berkembang, menjadi berkat bagi banyak orang. Fr. Bonfilius Monaldio Lima puluh anak di Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri menerima Sakramen Komuni Pertama pada Sabtu, 21 Juni 2025. Misa sore itu, bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Alexander Joko Purwanto, Pr. Dalam homilinya, Romo menekankan pentingnya makanan baik jasmani maupun rohani, dalam kehidupan manusia. Beliau mengingatkan bahwa sebagaimana tubuh membutuhkan makanan agar kuat, jiwa pun memerlukan “makanan rohani” agar tumbuh dan hidup dalam Tuhan. Salah satu makanan rohani utama yang disediakan Tuhan adalah Ekaristi. Lebih lanjut, Romo mengajak umat, khususnya orang tua, untuk tidak ragu mendorong anak untuk terlibat dalam kehidupan Gereja, serta membimbing anak-anak agar tetap aktif setelah menerima Komuni Pertama. Anak-anak diajak untuk terlibat dalam pelayanan seperti menjadi misdinar, lektor, atau pemazmur. Bahkan di rumah, mereka bisa mulai dengan hal sederhana seperti memimpin doa bersama. Homili ditutup dengan ajakan agar seluruh umat saling mendukung satu sama lain dalam pertumbuhan iman, agar hidup jasmani dan rohani berjalan seiring dalam kemuliaan Tuhan. Salah satu penerima Sakramen Komuni Pertama, Matilda Ratna Candra Kirani (Candra) dari Lingkungan Aloysius, Wilayah Kota Timur bercerita tentang perasaannya. "Senang, bahagia, bersyukur bisa lebih mendalami ajaran Kristus," begitu ungkapnya. Senada dengan anaknya, Nathanael Yoan Agung Prasetyo & Agatha Nita Wurdiyanti, mengungkapkan rasa syukur mereka. "Yang kami rasakan campur aduk antara bahagia dan terharu kami merasa ternyata anak kami sudah tumbuh dewasa dan siap menerima salah satu sakramen, yaitu ekaristi." Tahun ini, penerimaan Sakramen Komuni Pertama diikuti oleh 50 anak. Sebelumnya, mereka mengikuti rangkaian persiapan selama kurang lebih 8 bulan. Proficiat untuk para penerima Sakramen Komuni Pertama. Semoga semakin semangat dalam mengikuti Tuhan Yesus. (Tim Liputan/ Komsos) Perayaan Novena kali ini dipimpin oleh Romo Yustinus Agus Purwadi, Pr, dari Paroki Mater Dei Lampersari, Semarang, Jawa Tengah. Dalam homilinya, Romo Agus mengenang masa pelayanannya di Paroki Wonogiri sekitar tahun 1999 hingga 2003/2004. Beliau bercerita dengan hangat dan penuh nostalgia tentang pengalamannya selama berkarya di tengah umat Wonogiri.
Tak hanya bernostalgia, Romo Agus juga membagikan refleksinya mengenai perbedaan karakter umat antara Wonogiri dan Semarang. Ia mengamati bahwa umat di Wonogiri sebagian besar merupakan warga asli kampung, sedangkan di Semarang didominasi oleh umat pendatang yang bekerja atau menempuh pendidikan di kota tersebut. Meski berbeda, menurutnya, umat di kedua tempat tetap saling melengkapi dalam karya pelayanan dan terus memotivasi satu sama lain. Dalam kesempatan itu, Romo Agus juga menyampaikan rasa syukur dan sukacitanya karena masih dapat diundang memimpin Perayaan Ekaristi atau sekadar “dolan” (berkunjung) ke Paroki Wonogiri. Namun, beliau juga mengingatkan agar kesempatan pelayanan diberikan secara bergiliran kepada para imam lain agar karya pelayanan menjadi lebih merata. Tak lupa, Romo Yustinus turut mengapresiasi pemilihan lokasi Novena yang dianggapnya sangat mendukung suasana doa dan kebersamaan umat. “Menurut saya, pemilihan tempat ini sudah sangat cocok—mantap dan pas. Suasananya asri, banyak pohon, udaranya sejuk. Tempat duduk juga sudah tersedia dan bersih. Bahkan anjing-anjing milik warga yang kadang masuk ke Gua Maria pun anteng dan lucu-lucu,” ujarnya disambut tawa umat. Mengakhiri homilinya, Romo Agus berpesan kepada umat untuk terus menjaga semangat kebersamaan dan kekompakan, serta tetap melestarikan budaya lokal dan tradisi yang ada. Ia berharap agar semangat pelayanan antara petugas liturgi dan umat dapat terus tumbuh tanpa rasa terbebani, sesuai dengan peribahasa, “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Klara & Tyas/Komsos Pekan ketiga Juni 2025, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Perayaan Ekaristi dan ibadat sabda berlangsung di seluruh wilayah di Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri. Perayaan Ekaristi diantaranya berlangsung di Kapel Roh Kudus Wilayah Timang dan Kapel Petrus & Paulus Wilayah Manyaran, masing-masing pada Sabtu dan Minggu, 14-15 Juni 2025.
Di Kapel Roh Kudus Timang, perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Lambertus Issri Purnomo Murtyanto, Pr. Dalam homilinya, Romo Issri mengajak kaum muda untuk belajar menggunakan konsep "Tritalis" yang ada dalam rumusan Tritunggal Mahakudus yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. "Kita semua harus menjadi satu karena Allah yang satu adalah yang esa," begitu Romo menekankan. Lebih lanjut Romo menjelaskan mengapa warna liturgi hari itu berwarna putih, yaitu simbol khusus (Triqueta) dari ke-Tritunggalan. Perayaan kenaikan Tuhan memiliki makna yang sama dengan kebangkitan-Nya, yaitu bahwa Yesus telah dipermuliakan oleh Bapa setelah melaksanakan tugas-Nya didunia ini. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan hanya peristiwa simbolis untuk di peringati, tetapi merupakan bagian dari proses pengamatan manusia oleh Allah. Hal ini memberikan tugas dan tanggung jawab kepada umat Katolik yang beriman kepada Tuhan Yesus untuk melanjutkan misi-Nya didunia, yaitu memberikan kabar kerajaan surga telah dekat dan keselamatan kepada semua orang yang mau menerimanya. Sementara itu pada Minggu, 15 Juni 2025, perayaan Ekaristi di Wilayah Manyaran dipimpin oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro Pr. Dalam homilinya, Romo mengajak umat untuk mengimani konsep Tritunggal Mahakudus kaitannya dengan bagaimana kebaikan Allah yang ingin selalu menyelamatkan umatnya. Tritunggal memuat kepercayaan bahwa Tuhan Bapa, Yesus Sang Putra dan Roh Kudus adalah satu kesatuan. Dalam kitab suci sudah dijelaskan tentang keesaan Allah: Bapak, Anak dan Roh Kudus serta bagaimana karya yang dilakukan. Rasul Paulus menegaskan bahwa kita adalah anak Allah, "Semua orang yang dipimpin Roh Kudus adalah anak Allah . Roh itu bersaksi bersama sama dengan Roh kita, bahwa kita adalah anak anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita menerima janji-janji Allah yang akan menerimanya bersama sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama sama dengan Dia." (Agustina Widya Pratiwi & Yolenta Bellena/ Komsos) Sabtu (7/6/2025) Senja memancar di sudut langit barat, saat sebuah lonceng nyaring berbunyi. Suara musik pengiring pun mulai memainkan perannya. Barisan berjubah putih lalu berjalan memasuki altar, diiringi lagu "Datanglah Roh Pencipta". Sore itu, seluruh umat di kapel St. Christoporus Wuryantoro, Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri bersiap menyambut perayaan Ekaristi Vigili Pentakosta.
Roh Kudus itu membimbing kita, Roh Kudus itu menuntun kita, Roh Kudus itu menyatukan kita. Sehingga persatuan iman di dalam Kristus, kita hidup bersama. Kita Disadarkan oleh nilai-nilai yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Dan nilai-nilai itu adalah yang terutama dalam hukum cinta kasih begitu tutur Romo Alexander Joko Purwanto, Pr dalam homilinya. Romo Joko juga menyinggung tentang keterbatasan manusia, seperti dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian, saat sekelompok orang ingin setara dengan Tuhan. Maka mereka membangun kota dengan menara yang tinggi, supaya mereka mampu menyetarai Tuhan. Tetapi kita perlu sadar diri bahwa seorang manusia memiliki keterbatasan, kerapuhan. Sehingga, perasaan ingin setara dengan Tuhan merupakan perasaan angkuh manusia dan tidak mencerminkan buah-buah Roh Kudus. Perayaan Pentakosta menjadi momentum umat untuk kembali merefleksikan bagaimana Roh Kudus selalu menuntun untuk berbuah kepada Tuhan dan sesama. Seperti diungkapkan oleh salah seorang umat yang hadir. "Secara pribadi aku harus banyak belajar memahami dan menaati apa yang dibisikan Roh Kudus kepadaku agar dalam kehidupanku seturut dengan kehendak Roh kudus yang selalu membimbing dan menuntunku, sehingga buah-buah Roh Kudus menjadi nyata dalam kehidupanku" ungkap Gegod (67), seorang umat di wilayah St. Christoporus Wuryantoro. Buah-buah Roh Kudus adalah kasih sayang, damai sejahtera, suka cita, kerendahan hati, pengampunan, kerukunan. Saya juga berharap setiap pribadi mau belajar mentaati apa yg menjadi kehendak/bisikan Roh, sehingga tidak hanya mengikuti ego pribadi yang menjauhkan kasih Tuhan, Imbuh Gegot. Perayaan Ekaristi malam itu berjalan begitu hangat. Selain membawa ingatan akan terbentuknya gereja, peristiwa Pentakosta memperbaharui semangat umat pada Kuasa Roh Kudus untuk terus berbuah seperti apa yang sudah diajarkan Tuhan. Menyoal tentang Pentakosta, yakni peristiwa yang begitu sakral bagi umat katolik di seluruh dunia. Sebab hal tersebut tentunya berkaitan tentang sejarah gereja, yaitu bermula saat Roh Kudus turun atas para rasul pada hari ke-50 setelah paskah. Peristiwa Pentakosta menjadi momentum Roh Kudus memberikan karunia-Nya kepada para rasul untuk menjalankan misi penginjilan di seluruh dunia. Kuasa Roh Kudus tersebut memampukan para rasul dalam mengajar, memberkati, dan mepertobatkan orang-orang sehingga terbentuklah komunitas beriman yang menjadi dasar Gereja Katolik. Oleh: Rachel Sukma/Peserta Magang Komsos Pada Minggu pekan kedua Juni, gereja Katolik merayakan Hari Raya Pentakosta, yaitu peringatan akan turunnya Roh Kudus. Perayaan Ekaristi Hari Raya Pentakosta di Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul Wonogiri berlangsung khidmat dan lancar. Misa terselenggara dalam dua jadwal, yaitu Sabtu, 7 Juni 2025 pukul 17.00 WIB dan hari Minggu, 8 Juni 2025 pukul 07.00 WIB. Khusus untuk hari Minggu, misa juga disiarkan secara online melalu platform YouTube di channel yang bertajuk “KOMSOS St. Yohanes Rasul Wonogiri”.
Dengan warna Liturgi merah, Perayaan Ekaristi Hari Raya Pentakosta memuat makna perwujudan dari api semangat Roh Kudus yang turun ke atas Para Rasul. Warna merah juga memberikan tanda bahwa Roh Kudus selalu hadir dalam pengorbanan, keberanian iman, serta kekuatan bagi umat Katolik. Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr, yang memimpin jalannya Perayaan Ekaristi pada hari Minggu menegaskan, bahwa warna merah adalah lambang kemartiran seorang Katolik. Berani mengakui iman sebagai pengikut Kristus serta berani berkorban untuk kasih adalah contoh sederhana menjadi “martir” dalam menghidupi api semangat Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari. Pentakosta juga mengingatkan kita akan 9 buah karunia Roh Kudus, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Pentakosta adalah momen yang tepat untuk merenungkan apakah kita telah menghidupi buah karunia Roh Kudus dalam hidup kita selama ini sekaligus menjadi pengingat penting akan semangat iman yang selalu diperbarui layaknya api yang terus bekorbar. (Maria Klara Widowati/ Komsos) Wonogiri, 7 Juni 2025 — Halaman Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang dipenuhi sorak dan tawa bahagia saat umat dari berbagai usia berkumpul merayakan Pesta Emas 50 Tahun berdirinya gereja tercinta. Sabtu pagi itu menjadi momen penuh syukur, nostalgia, dan harapan baru bagi seluruh umat paroki. Suasana haru dan gembira menyelimuti halaman Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang saat umat berkumpul merayakan momen bersejarah: Pesta Emas 50 Tahun berdirinya gereja yang menjadi pusat iman bagi masyarakat setempat. Sabtu (7/6) itu, menjadi hari yang tak terlupakan bagi seluruh umat, dari anak-anak hingga para imam, yang hadir dalam semangat syukur dan kebersamaan.
Perayaan diawali dengan Misa Syukur yang khidmat dan menyentuh, dipimpin oleh Romo Erwin. Dalam homilinya, Romo menekankan pentingnya mengenang perjalanan panjang gereja sebagai bentuk kesetiaan umat dan penyertaan Tuhan yang tak putus selama lima dekade. Misa menjadi momen reflektif sekaligus penuh harapan bagi masa depan pelayanan gereja. Usai misa, umat disambut dengan suguhan hidangan bersama di halaman gereja. Suasana penuh keakraban terasa ketika para keluarga dan komunitas saling berbagi cerita dan tawa. Hidangan ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol persaudaraan dan rasa syukur yang nyata. Kemeriahan pun semakin terasa saat rangkaian pentas seni dimulai. Dengan antusiasme tinggi, umat dari berbagai usia menampilkan bakat mereka, mulai dari tarian anak-anak, paduan suara remaja, hingga pertunjukan musik dan drama yang disiapkan oleh kelompok dewasa. Panggung sederhana di depan gereja berubah menjadi pusat kreativitas yang menggugah semangat. Namun, sorotan utama malam itu adalah ketoprak spesial yang sukses menyita perhatian penonton. Uniknya, pertunjukan ini melibatkan langsung para imam paroki—Romo Joko, Romo Budi, dan Romo Erwin—serta seorang frater, yang tampil memukau dalam balutan kostum dan riasan yang nyaris membuat penonton tak mengenali mereka. Mengangkat kisah Injil "Anak yang Hilang" ketoprak ini dikemas dengan nuansa komedi ringan, tetapi tetap sarat makna. Tawa penonton pecah berkali-kali. Akan tetapi di balik kelucuan tersebut, terdapat pesan moral tentang kasih dan pengampunan yang tersampaikan dengan kuat. Dan, hehadiran para imam di atas panggung menambah kesan hangat dan dekat antara gembala dan umat. Kejutan demi kejutan di atas panggung menjadi perekat suasana. Tak sedikit umat yang tak menyangka bahwa sosok ayah dalam cerita ketoprak ternyata diperankan oleh Romo Joko yang dikenal serius. Kehadiran Romo yang turut menjadi aktor ‘dadakan’ telah membuka ruang keakraban baru yang mempererat hubungan antarumat dan pemimpin rohani mereka. Lebih dari sekadar hiburan, pentas seni dan ketoprak ini menjadi simbol hidupnya semangat komunitas. Perayaan 50 tahun ini bukan hanya mengenang masa lalu, melainkan juga menyulut api semangat baru untuk terus membangun gereja sebagai tempat yang hidup, penuh cinta, dan terbuka bagi siapa saja. Pesta Emas Gereja Katolik Stasi Roh Kudus Timang pun menjadi bukti nyata bahwa kebersamaan dalam iman dapat dirayakan dengan cara yang menyenangkan, bermakna, dan tak terlupakan. Menjaga Iman, Merawat Alam: OMK Paroki Yohanes Rasul Gelar Camping dan Misa Alam di Waduk Song Putri6/6/2025 Wonogiri, 6 Juni 2025 — Dalam semangat iman, ekologi, dan kebersamaan, Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri bersama Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr, Frater Bonfilius Monaldio, dan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri menyelenggarakan kegiatan kamping dan pelantikan pengurus baru yang penuh makna di kawasan indah Waduk Song Putri, Kecamatan Eromoko, Wonogiri. Kegiatan yang digelar Jumat (6/6) ini menjadi momen spiritual dan ekologis yang menyatukan kaum muda Katolik dalam suasana doa, alam, dan aksi nyata untuk lingkungan.
Dengan mengusung tema “Menjadi Penjaga Ciptaan dalam Iman dan Kebersamaan”, kegiatan ini menjadi penanda dimulainya masa bakti pengurus OMK yang baru. Tak sekadar seremoni pelantikan, acara ini dikemas dalam rangkaian kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai iman Katolik, kecintaan terhadap alam, dan semangat solidaritas lintas generasi. Misa Alam: Doa yang Bersatu dengan Alam Kegiatan dimulai dengan Misa Alam dan Tebar Benih Ikan yang dipimpin oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr. Perayaan ekaristi yang berlangsung di tengah alam terbuka Waduk Song Putri itu menciptakan suasana syahdu dan penuh syukur. Suara alam berpadu dengan nyanyian umat menciptakan harmoni spiritual yang mendalam. “Alam adalah kitab kedua setelah Kitab Suci,” ucap Romo Budi dalam homilinya. “Di tengah keheningan alam ini, kita bisa lebih mudah mendengar suara Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya yang nyata.” Suasana misa yang terbuka, tenang, dan menyatu dengan alam memberikan pengalaman rohani yang berbeda bagi para peserta. Bukan hanya menjadi momen reflektif, misa ini juga menjadi bentuk nyata penghormatan terhadap bumi sebagai rumah bersama. Tebar Benih dan Eco Enzim: Aksi Nyata untuk Bumi Usai misa, kegiatan dilanjutkan dengan aksi tebar benih ikan sebanyak 22 ribu ekor ke perairan waduk dan pelaksanaan tahap kedua pembuatan eco enzim. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya konkret mendukung gerakan Laudato Si’, ensiklik Paus Fransiskus tentang pentingnya merawat bumi. Laudato Si’ adalah surat penting dari Paus Fransiskus yang mengajak semua orang, khususnya umat Katolik, untuk mengajak bahwa merawat bumi adalah bagian dari iman dan tanggung jawab moral sebagai umat beriman. Alam bukan sekadar tempat tinggal, melainkan bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dihormati dan dilestarikan. Dalam wawancara bersama Koordinator Kegiatan, Michael Wahyu Kristian, Misa Alam dan Tebar Benih Ikan, ia menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keinginan untuk menghubungkan dimensi spiritual dengan aksi ekologis. "Kami ingin menyampaikan bahwa iman itu tidak hanya soal berdoa, tetapi juga bertindak. Misa dan tebar benih adalah simbol penaburan benih kebaikan dan tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa persiapan dilakukan secara kolaboratif antara panitia HUT Paroki, OMK, umat Rayon 2 (Wuryantoro, Manyaran, dan Eromoko), serta komunitas lokal seperti Karang Taruna Desa Sindukarto dan pihak Dinas Perikanan. “Kami ingin kegiatan ini menjadi ruang belajar dan juga ruang inspirasi bagi OMK agar semangat pelayanan tumbuh bukan hanya di gereja, tetapi juga di lingkungan sekitar,” tambahnya. Dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan berupa tambahan benih ikan serta kehadiran tokoh masyarakat desa memperkuat dimensi sosial dan ekologis kegiatan ini. Tidak hanya itu, banyak dukungan masyarakat atas kegiatan ini, salah satunya dukungan dari Karang Taruna Desa Sindukarto yang ikut menjaga ketertiban dan keamanan selama kegiatan di Waduk Song Putri. Kamping dan Malam Keakraban Setelah rangkaian kegiatan utama, para peserta melanjutkan malam dengan kamping bersama di sekitar waduk. Dapur sederhana dibuka dan para suster, dibantu ibu-ibu paroki, menyiapkan makan malam hangat yang dinikmati bersama. Malam keakraban diisi dengan karaoke, sesi sharing pengalaman iman, serta refleksi bersama. Suasana penuh kehangatan dan kekeluargaan tercipta, menjadikan kegiatan ini bukan hanya spiritual tetapi juga healing space bagi para peserta. “Suasana malam itu luar biasa. Kami bernyanyi, bercerita, dan tertawa bersama di bawah langit terbuka. Rasanya seperti keluarga besar yang berkumpul kembali,” ujar salah satu peserta OMK. Di akhir kegiatan, dilaksanakan briefing dan pembekalan untuk pengurus baru OMK. Di momen ini ditekankan pentingnya semangat kolaboratif, ketulusan dalam pelayanan, dan keberanian menjadi terang di tengah dunia yang penuh tantangan. Kesaksian Umat: Merasa Lebih Dekat dengan Tuhan Tak hanya panitia, umat yang hadir pun merasakan pengalaman spiritual yang menyentuh. Salah seorang masyarakat menyatakan bahwa dalam Misa Alam dan Tebar Benih Ikan, ia merasakan pesan Tuhan tentang pentingnya menjaga ciptaan-Nya. Saat kita berdoa di tengah alam, merasa benar-benar dekat dengan Tuhan. Udara segar, suara air, dan nyanyian alam membuat misa terasa sangat sakral. "Yang paling menyentuh hatinya adalah melihat Romo, suster, dan umat saling bekerja sama menebar benih ikan. Itu seperti gambaran kecil dari Kerajaan Allah—di mana semua orang berperan, tak ada yang kecil di mata Tuhan," lanjutnya. Kegiatan ini, katanya, juga mengajarkan pentingnya berpikir jangka panjang dan bertindak bagi keberlangsungan bumi dan generasi mendatang. Melangkah ke Masa Depan dengan Harapan Baru Kegiatan di Waduk Song Putri ini menjadi gambaran bagaimana kaum muda Katolik bisa memadukan iman, pelayanan, dan aksi sosial-ekologis dalam satu kegiatan yang sederhana namun bermakna. Dalam dunia yang serba cepat dan individualistik, kegiatan seperti ini mengingatkan kembali pada nilai dasar hidup Kristiani: kasih, kepedulian, dan komunitas. Panitia berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Mereka berencana menjadikan kegiatan serupa sebagai agenda rutin baik dalam bentuk kamping, edukasi lingkungan, maupun aksi sosial lainnya. "Kami ingin membangun semangat baru dalam pelayanan, bahwa Gereja itu hidup, dinamis, dan menyatu dengan realitas zaman," tegas koordinator kegiatan. Dengan semangat Laudato Si’ dan teladan Yesus yang peduli pada sesama dan ciptaan, OMK Paroki Yohanes Rasul Wonogiri siap menyongsong masa depan dengan iman yang kokoh, hati yang peka, dan tangan yang siap bekerja. |
Archives
June 2025
Categories
All
|