Perayaan Novena kali ini dipimpin oleh Romo Yustinus Agus Purwadi, Pr, dari Paroki Mater Dei Lampersari, Semarang, Jawa Tengah. Dalam homilinya, Romo Agus mengenang masa pelayanannya di Paroki Wonogiri sekitar tahun 1999 hingga 2003/2004. Beliau bercerita dengan hangat dan penuh nostalgia tentang pengalamannya selama berkarya di tengah umat Wonogiri.
Tak hanya bernostalgia, Romo Agus juga membagikan refleksinya mengenai perbedaan karakter umat antara Wonogiri dan Semarang. Ia mengamati bahwa umat di Wonogiri sebagian besar merupakan warga asli kampung, sedangkan di Semarang didominasi oleh umat pendatang yang bekerja atau menempuh pendidikan di kota tersebut. Meski berbeda, menurutnya, umat di kedua tempat tetap saling melengkapi dalam karya pelayanan dan terus memotivasi satu sama lain. Dalam kesempatan itu, Romo Agus juga menyampaikan rasa syukur dan sukacitanya karena masih dapat diundang memimpin Perayaan Ekaristi atau sekadar “dolan” (berkunjung) ke Paroki Wonogiri. Namun, beliau juga mengingatkan agar kesempatan pelayanan diberikan secara bergiliran kepada para imam lain agar karya pelayanan menjadi lebih merata. Tak lupa, Romo Yustinus turut mengapresiasi pemilihan lokasi Novena yang dianggapnya sangat mendukung suasana doa dan kebersamaan umat. “Menurut saya, pemilihan tempat ini sudah sangat cocok—mantap dan pas. Suasananya asri, banyak pohon, udaranya sejuk. Tempat duduk juga sudah tersedia dan bersih. Bahkan anjing-anjing milik warga yang kadang masuk ke Gua Maria pun anteng dan lucu-lucu,” ujarnya disambut tawa umat. Mengakhiri homilinya, Romo Agus berpesan kepada umat untuk terus menjaga semangat kebersamaan dan kekompakan, serta tetap melestarikan budaya lokal dan tradisi yang ada. Ia berharap agar semangat pelayanan antara petugas liturgi dan umat dapat terus tumbuh tanpa rasa terbebani, sesuai dengan peribahasa, “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Klara & Tyas/Komsos
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
June 2025
Categories
All
|