Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

Berita Paroki

Pandemi Bikin Orangtua Stres?

7/6/2021

0 Comments

 
Indonesia sedang mengalami pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir. Setiap hari jumlah penderita semakin bertambah. Dampaknya telah merambah ke segala sisi kehidupan manusia tak kecuali dalam dunia pendidikan. Kegiatan sekolah harus dialihkan ke rumah. Bagi orangtua yang memiliki anak kelas PAUD s.d. kelas  III SD, yang sering disebut kelas kecil menjadi tantangan tersendiri. Usia anak pada kelas ini  adalah 2 s.d. 8 tahun dan sering disebut sebagai Golden Age. Anak pada usia ini sangat membutuhkan pendampingan dan bimbingan penuh dari orangtua. Sehingga orangtua dituntut untuk membimbing dan mendampingi anak dalam belajar. Hal ini dikarenakan perkembangan kognitif anak sedang bekerja secara maksimal untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, sering kali orangtua salah mengartikan bahwa anak harus diberikan informasi akademik sebanyak-banyaknya. Sehingga, orangtua melupakan sisi karakter dan keimanan yang juga harus dikembangkan. Padahal, sisi karakter dan keimanan inilh yang nantinya akan berpengaruh bagi dasar kehidupan anak. Namun, masalah orangtua bukan hanya mendampingi anak, melainkan juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akibatnya, menimbulkan tingkatan stres yang berbeda dari orangtua.

Ternyata di masa pandemi ini peranan orangtua dalam pendidikan anak di rumah menjadi ekstra besar. Bahkan, orangtua yang sebelumnya menyekolahkan anaknya di sekolah swasta berbasis keagamaan  harus kembali mengajarkan buah hatinya tata cara berdoa yang baik dan benar. Orangtua harus berperan sebagai guru. Namn, memberikan penjelasan dan pembelajaran pada usia Golden Age bukan perkara yang mudah. Orangtua harus belajar bagaimana menyampaikan pembelajaran yang dapat dimengerti anak dengan metode masa kini. Sehingga Ikatan Psikolog Klinis Indonesia akhirnya melakukan penelitian terkait tingkat stres anak selama pandemi. Dari hasil penelitian tersebut ternyata bukan anak yang stres karena terlalu lama tinggal di rumah, melainkan orangtua yang stres karena harus ekstra membagi waktu.
​
Situasi seperti di atas banyak kita temui dalam keluarga. Pekerjaan orangtua yang bertambah membuat sebagian orangtua stres. Pekerjaan kantor yang menumpuk dikarenakan dengan work from home, sekolah anak dengan sistem daring, dan juga harus memikirkan siapa yang akan mengasuh anak saat ditinggal bekerja. Keadaan ini menjadi dilema tersendiri bagi orangtua karena orangtua berada dalam kondisi krisis secara psikologis. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu pribadi untuk orangtua.
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan orangtua kesulitan menyampaikan pembelajaran pada anak, salah satu di antaranya adalah



  1. Orangtua kurang memahami tipe belajar anak.
Tipe belajar pada setiap individu terbagi dalam visual, auditori, dan atau kinestetik. Ada anak yang model belajarnya dengan melihat contoh. Ada anak yang tipe belajarnya mendengarkan. Ada pula tipe anak yang belajarnya harus bergerak atau dengan mempraktekkan hal yang diajarkan.
 
  2. Harapan orangtua yang terlalu tinggi.Orangtua sering lupa bahwa pola pikir anak sangat sederhana, belum serumit orang dewasa. Dan orangtua selalu menjelaskan dengan pola pikir orang dewasa bukan pola pikir dalam Bahasa anak-anak. Sering kali anak menjadi bingung dengan penjelasan dari orangtua. Sehingga menimbulkan kekesalan orangtua karena penjelasannya tidak dapat dipahami oleh anak. Dari faktor inilah akhirnya orangtua memiliki kesimpulan bahwa anaknya tidak pandai dan tidak tanggap dengan penjelasan orangtua.
 
  3. Orangtua yang tidak siap menjadi orangtua.Bagaimana bisa ini terjadi? Sebagai contoh, pasangan yang mau menikah, namun tidak siap berumah tangga. Atau  pasangan suami istri yang mau mempunyai anak, namun tidak siap menjadi orangtua. Sebenarnya pasangan-pasangan ini tidak siap dengan orientasi masa depan. Dengan memiliki anak, orangtua harus meluangkan waktu mendengarkan, mendampingi, mendidik, dan bahkan menyiapkan banyak sekali investasi. Mereka tidak siap kehilangan waktu bebas. Karena menjadi orangtua terkadang harus mengesampingkan keinginan dan cita-cita demi mendampingi anak-anak.
Dari banyak kejadian akibat pandemi ini, sebenarnya banyak hal yang dapat kita syukuri. Karena kita memiliki banyak waktu untuk berdoa dan melakukan kegiatan sosial. Kita memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, kita menjadi lebih mengenal kepribadian buah hati kita.  Tidak hanya itu, kita menjadi pribadi yang tangguh dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga di tengah pandemi yang tidak kita ketahui kapan akan berakhirnya. Marilah kita melihat sisi berkat dari sebuah bencana menjadi  obat stres yang mujarab.
 
Selamat memaknai kehidupan _Salam Sehat Jiwa_
(Fransisca Anindya Mariesta Prabawati, M.Psi., Psikolog.)
Editor : Kristina Wuri Desmayani
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    December 2025
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    October 2024
    August 2024
    April 2024
    December 2023
    November 2023
    July 2023
    June 2023
    May 2023
    March 2023
    February 2023
    January 2023
    December 2022
    November 2022
    August 2022
    July 2022
    June 2022
    May 2022
    March 2022
    February 2022
    December 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Arsip Berita
    Berita Paroki
    Pengumuman
    Surat Edaran
    Surat Gembala

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki