Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Bonceng Pastor

1/22/2025

0 Comments

 
Puncta, 22 Januari 2025
Rabu Biasa II
Pekan Doa Sedunia
Markus 3:1-6

SEORANG pastor naik mobil pulang dari turne di stasi. Hari itu cuaca sangat panas. Di tengah perjalanan ada seorang ibu yang menyetop mobilnya. 

Ia minta tolong agar diperbolehkan menumpang. Ibu itu sudah kelelahan berjalan jauh. Sementara kampung yang dituju masih berjarak sekitar 12 km lagi. 

Karena rasa belas kasihan, pastor itu mempersilahkan si ibu naik ke mobilnya. Sesampainya di kampung ibu itu mengucapkan terimakasih kepada Pastor yang sudah menolong dan memberi tumpangan.

Tiga hari kemudian pastor itu dilaporkan suami ibu yang ditolongnya kemarin. Dia dituduh selingkuh dengan istrinya dan minta dihukum adat. 

Suami itu mendapat laporan dari orang bahwa istrinya berada satu mobil dengan pastor.

“Saya mau dihukum adat. Tetapi tunjukkan buktinya kalau saya berbuat jahat dengan perempuan itu,” kata si pastor. “Saya hanya menolong ibu itu yang kelelahan karna perjalanan jauh. Jika karena berbuat baik saya harus dihukum, ya silahkan.” Pastor itu menjelaskan kepada khalayak.

Yesus merasa sedih dan marah atas sikap kaum Farisi yang mencari-cari kesalahan-Nya karena berbuat baik pada hari Sabat. Kebaikan seringkali tidak ditanggapi dengan baik. 

Tetapi justru dicurigai dan dipersalahkan. Inilah pikiran jahat kaum Farisi. Orang yang benci suka mencari-cari kesalahan dan berusaha menjatuhkannya.

Bagi Yesus hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Aturan dibuat untuk kebaikan manusia, bukan manusia menjadi budak aturan. Manusia lebih berharga daripada aturan hari Sabat.

Yesus lebih memilih menolong orang lumpuh daripada menuruti pola pikir Kaum Farisi yang suka mencurigai, mencari kesalahan dan menghakimi orang. 

Baginya manusia lebih utama daripada hal apapun. Domba yang tersesat saja ditolong-Nya, apalagi manusia yang lebih berharga daripada domba.

Bagaimana sikap kita sebagai murid Yesus jika menghadapi pola pikir kaum Farisi itu? Masih tetapkah kita berbuat baik walau kadang dinilai buruk oleh orang lain?

Atap kapel roboh kayunya lapuk,
Harus bangun kembali dari awal mula.
Hati buruk hasilkan pikiran buruk,
Tindakan dipengaruhi oleh pikirannya.

Wonogiri, jangan mudah berprasangka buruk
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Jari Telunjuk

1/21/2025

0 Comments

 
Puncta 21 Januari 2025
PW. St. Agnes, Perawan dan Martir
Markus 2:23-28

JARI-JARI tangan kita bisa menjadi contoh yang baik agar kita tidak suka menghakimi sesama. Cobalah perhatikan jari telunjuk. 

Jari ini sering kita pakai untuk menunjuk kesalahan orang lain, suka memerintah, suka memperingatkan orang. Kalau orang marah-marah sering memakai jari telunjuk untuk menuduh atau menghakimi.

Namun kalau kita perhatikan lebih seksama, kalau kita menunjuk orang lain, satu jari telunjuk mengarah ke orang lain. Tetapi tiga jari lain (jari tengah, jari manis, kelingking dan dikuatkan oleh jempol) menunjuk kepada kita sendiri.

Artinya apa? Sebelum kita menghakimi atau menunjuk orang lain, kita diminta menunjuk atau melihat diri kita sendiri. Jangan mudah menghakimi atau menyalahkan orang lain, tanpa mawas diri lebih dahulu.

Yesus membela murid-murid-Nya yang dihakimi oleh kaum Farisi. Para murid itu memetik bulir gandum pada hari Sabat. Kaum Farisi menyalahkan mereka. 

Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"

Kaum Farisi merasa paling benar dan berhak menghakimi orang lain. Itu yang jadi masalah. Mereka suka melihat kejelekan dan keburukan orang. Mereka menganggap diri yang paling benar. 

Jawaban Yesus atas kasus ini menyadarkan kita untuk tidak mengikuti sikap orang-orang Farisi yang suka memanfaatkan aturan agama untuk mengagungkan diri dan suka menghakimi orang lain. Jangan kita suka menunjuk orang lain, tetapi tidak sadar akan kekurangan sendiri.

Kalau kita menyalahkan orang lain atau menghakimi mereka, apakah kita sudah lebih baik dari mereka? 

Janganlah memakai aturan agama untuk menindas dan merugikan orang lemah dan menderita. Awas kita bisa jadi kaum Farisi modern saat ini.

Pagi-pagi naik ke Gunung Merapi,
Di atas gunung melihat terbitnya matahari.
Kaum Farisi suka menakut-nakuti,
Dengan dalil agama mereka suka menghakimi.

Wonogiri, jangan suka menakuti umat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mempelai, Kain dan Anggur

1/20/2025

0 Comments

 
Puncta 20 Januari 2025
Senin Biasa II
Markus 2: 18-22

SETIAP agama pasti ada kewajiban atau aturan berpuasa. Sebab berpuasa adalah cara yang baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan pertobatan dan penyangkalan diri. 

Puasa semestinya dilakukan dengan waktu, cara dan maksud atau tujuan yang tepat agar makin mendekatkan diri dengan Tuhan.

Berpuasa tidak hanya melakukan kewajiban rutin beragama. Berpuasa harus disadari sebagai sarana untuk mengolah diri agar hidup semakin baik dengan Tuhan dan sesama. Puasa tidak dimaksud untuk mengganti waktu makan saja.

Orang-orang Farisi mempersoalkan mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa. Kaum Farisi dan murid-murid Yohanes berpuasa mengikuti adat istiadat mereka. Yesus lalu menjelaskan apa makna puasa yang sesungguhnya.

Perumpamaan tentang mempelai mau menjelaskan bahwa puasa harus dilakukan pada waktu yang tepat. Kalau orang bersukacita karena mempelai ada di tengah-tengah mereka, waktu itu orang tidak berpuasa. 

Masak ada jamuan pesta kita tidak ikut serta? Kita dikira tidak menghormati yang mengundang pesta dong.

Perumpamaan tentang menambal baju lama dengan kain yang baru menerangkan bahwa puasa harus dijalankan dengan cara tepat. Puasa bukan untuk dipamer-pamerkan agar dipuji atau dianggap saleh, tetapi dengan cara tersembunyi.

Perumpamaan tentang anggur baru tidak bisa disimpan dalam kantong yang tua dimaksudkan bahwa puasa mesti ditempatkan atau ditujukan pada maksud yang tepat. 

Puasa tidak hanya memindahkan waktu makan. Siang tidak makan, malam dipuas-puaskan sebanyak-banyaknya.

Puasa bertujuan agar kita semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Dengan sikap yang benar puasa dimaksudkan agar kita semakin rendah hati, ugahari dan terus menerus bertobat di hadapan Tuhan.

Mari kita membangun pandangan yang benar tentang berpuasa. Bukan hanya demi kewajiban agama tetapi lebih-lebih semakin mendekatkan diri pada Tuhan dan semakin mengasihi sesama.

Ada kapal menuju Jayapura,
Singgah bersandar di Surabaya.
Berpuasa untuk kekuatan jiwa,
Makin cinta Tuhan makin cinta sesama.

Wonogiri, berpuasa dengan niat hati....
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Doa Restu Seorang Ibu

1/19/2025

1 Comment

 
Puncta, 19 Januari 2025
Minggu Biasa II
Yohanes 2: 1-11

PERJALANAN dari Wonogiri ke Semarang sangat jauh. Saya sengaja tidak lewat jalan tol tetapi lewat Magelang, Ambarawa, Ungaran karena mau singgah di kota-kota itu. Jalur ini adalah jalur hilir mudik truk mengangkut pasir dari lereng Merapi sisi Muntilan.

Saya sering terhalang laju truk yang berjalan pelan. Saya sambil iseng membaca tulisan-tulisan di belakang bak truk. Tulisan itu bikin tersenyum sendiri. Lucu tetapi juga reflektif dan inspiratif.

Misalnya ada tulisan sedikit berbau rohani berbunyi; “Ngebut adalah Ibadah, makin ngebut makin dekat dengan Allah.” Atau “Jangan menangis karena cinta, menangislah karena dosa.” 

Ada tulisan berbau nasehat; “Setia itu mahal, makanya tidak bisa dilakukan orang murahan.” Ada pula yang berlagak pakai Bahasa Inggris; “See Book Carry do it.” Ada lagi yang berisi doa, “Di doa ibuku, kugantungkan nasibku.”

Doa seorang ibu sungguh mujarab. Peristiwa di Kana tidak lepas dari doa dan kepekaan seorang ibu. Yesus dan para murid-Nya diundang ke pesta perkawinan. Begitu juga Maria ikut serta. Tuan rumah kehabisan anggur hidangan utama pesta.

Maria seorang ibu yang peka, dan tahu resiko yang akan ditanggung tuan rumah pengundang pesta. Mereka pasti malu dan menjadi pergunjingan seluruh kampung kalau pestanya gagal.

Maria datang kepada Yesus dan mengatakan, “Mereka kehabisan anggur.” Walaupun “saatnya” belum tiba, tetapi Yesus melaksanakan juga apa yang diminta ibu-Nya. 

Yesus mengubah air menjadi anggur pesta nomor satu. Per Mariam ad Jesum, melalui Maria kita ditolong oleh Yesus.

Keluarga itu tidak jadi malu. Tetapi justru dipuji karena terus menghidangkan anggur top paling enak sampai pesta berakhir. Ini semua karena doa seorang ibu. Kedudukan ibu sungguh luar biasa. Maka Tuhan berpesan, “Hormatilah bapa ibumu.”

Jangan pernah menyakiti hati ibumu, karena di dalam bibirnya ada doa dan restu yang bisa membuat hitam dan putihnya hidupmu. 

Ke Madura mau potong rambut,
Rambut dipotong wajah jadi imut.
Di doa ibuku namaku disebut,
Jangan bikin wajah ibu cemberut.

Wonogiri, lewat Maria kita sering berdoa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Pahlawan Kali Code

1/18/2025

1 Comment

 
Puncta, 18 Januari2025
Pekan Doa Sedunia Hari Pertama
Markus 2: 13-17

PADA decade 1970-1980 pinggiran Kali Code adalah tempat yang kumuh, kotor dan menakutkan. Di situ banyak gelandangan, pencopet, tukang becak, pemulung, tukang koran dan warga miskin yang menetap. 

Mereka membuat rumah dengan dinding dan atap dari kardus, plastik atau terpal. Gambaran tentang kemiskinan kota.

Tahun 1982 terjadi banjir besar yang menyapu rumah-rumah bedeng di bantaran sungai. Banyak orang kehilangan “rumah.” 

Datanglah Romo Mangun dari Pastoran Jetis ke Code. Ia ingin membantu orang-orang kecil membangun rumah di Code.

Romo Mangun juga seorang insinyur dan arsitek. Dibangunlah Code dengan rumah-rumah yang sederhana tetapi dengan arsitek yang cantik. 

Tempat itu tidak lagi kumuh tetapi berubah jadi obyek wisata yang menarik dengan rumah bercat warna-warni.

Romo Mangun juga memperhatikan pendidikan anak-anak Code. Warga masyarakat juga diajari berbagai kegiatan antara lain dengan koperasi. Kehidupan berubah. Mereka tidak lagi dipandang sebelah mata, tetapi dilirik dengan kekaguman.

Romo Mangun menjadi pahlawan bagi orang kecil, miskin, terpinggirkan dan tersingkir. Ia juga hidup bersama mereka selama dua tahun di Kali Code. 

Ketika Pemerintah Kota Yogyakarta akan menggusur warga Kali Code, Romo Mangun pasang badan di depan sendiri.

Yesus memanggil Levi si pemungut cukai. Bahkan Dia diajak makan bersama para pemungut cukai. Masyarakat Yahudi memandang negatif para pemungut cukai. Mereka digolongkan sebagai kelompok pendosa.

Tetapi Yesus tidak peduli dengan stigmata jelek itu. Ia menegaskan, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Ia tinggal, hidup bersama dengan mereka. Jangan mudah menghakimi orang lain kalau hidup kita sendiri belum sempurna. 

Allah saja mengasihi kaum pendosa, mengapa kita justru menjauhinya?

Menunggu duren dari Surabaya,
Dikirim lewat mbak-mbak Rosalia.
Yesus datang untuk orang berdosa,
Ia rela mati untuk kita manusia.

Wonogiri, kasihani kami orang berdosa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Dalamnya Titanic Bisa Diketahui

1/17/2025

1 Comment

 
Puncta,17 Januari 2025
PW. St. Antonius Abas
Markus 2: 1-12

“MENGAPA kamu berpikir begitu dalam hatimu?” tanya Yesus kepada ahli-ahli Taurat ketika mereka mendengar Yesus sedang berkata kepada orang lumpuh, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” 

Para ahli Taurat itu menuduh dalam hatinya bahwa Yesus telah menghojat Allah.

Ada pepatah mengatakan, “Dalamnya lautan dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu.” Pepatah itu menjadi bagian dari lirik lagu “Cinta Palsu,” yang dinyanyikan Elsa Gambus.  

Kita masih ingat kapal Titanic tenggelam di Samudera Atlantik pada tahun 1912 dalam pelayaran perdana. Baru pada 1 September 1985 kapal itu ditemukan di kedalaman 3.800 meter dari permukaan laut. Dalamnya laut bisa diselami. Titanic bisa ditemukan.

Manusia bisa menduga dalamnya lautan dan berhasil menemukan bangkai Titanic. Tetapi dalamnya hati siapa yang bisa mengetahui? 

Dengan alat secanggih apa pun kita tak mampu mengetahui dalamnya hati seseorang. Akibatnya seperti dalam lagu Cinta Palsu itu, dikira mencintai ternyata mengkhianati.

Tetapi Yesus mampu mengatahui dalamnya hati manusia. Apa yang dipikirkan oleh ahli-ahli Taurat itu dapat diketahui oleh Yesus karena Dia adalah Allah yang Mahakuasa. 

Ahli Taurat itu menuduh Yesus telah menghojat Allah. Mereka berpikir bahwa yang bisa mengampuni dosa hanyalah Allah.

Maka Yesus membuktikan di hadapan mereka bahwa Dia adalah Allah. Ia menyembuhkan dulu kelumpuhan orang itu. Karena lumpuh, orang dicap sebagai pendosa. Orang Yahudi menganggap mereka yang lumpuh, buta, bisu, tuli, kusta, kerasukan roh sebagai kelompok pendosa.

Yesus adalah Allah yang berkuasa ketika Ia berkata, “dosamu sudah diampuni.” Ia membuktikan kuasa-Nya dengan berkata, “bangunlah, angkatlah tilammu dan pulanglah.” 

Kok hanya sakit penyakit kita, dosa seberat apa pun, Allah berkuasa mengampuni kita.

Allah bisa menjungkir balikkan megahnya dan mewahnya kota Los Angeles, mengapa Allah tidak bisa mengampuni dosa? 

Kuasa Allah merasuk ke dalam lubuk hati manusia. Ia maha mengetahui apa pun yang ada di dalam isi hati kita. Maka bukalah hatimu biar Allah meraja di dalam dirimu.

Allah itu sungguh berkuasa,
Jangan pernah meragukannya.
Los Angeles adalah buktinya,
Dalam sekejap tinggal cerita.

Wonogiri, aku percaya ya Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

“End Stigma, Embrace Equality”

1/16/2025

0 Comments

 
Puncta, 16 Januari 2025
Kamis Biasa I
Markus 1: 40-45

MINGGU terakhir Bulan Januari ditetapkan oleh WHO, Organisasi Kesehatan Dunia sebagai Hari Kusta Sedunia. Hal ini digunakan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menghilangkan stigma buruk terhadap penderita kusta. 

Tema Hari Kusta Sedunia tahun ini adalah “End Stigma, Embrace Equality.”

Indonesia termasuk negara yang memiliki penderita terbanyak nomor tiga di dunia setelah India dan Brasil. Masih banyak orang yang menganggap kusta sebagai penyakit yang menajiskan. Mereka disingkirkan oleh masyarakat. 

Dalam tradisi Yahudi, orang kusta tidak boleh tinggal di kampung. Mereka dibuang jauh dari masyarakat. Mereka tidak boleh bergaul dengan orang banyak. 

Kita harus menghargai mereka karena para penderita ini punya martabat yang sama, seperti Yesus yang menerima si kusta dalam bacaan Injil hari ini.

Kita perlu menghargai orang kusta yang datang kepada Yesus. Ia berani melawan stigma buruk masyarakat. Iapun berpasrah kepada Yesus, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”

Banyak penderita kusta mungkin sudah putus asa, selain karena penyakitnya, tetapi lebih-lebih karena anggapan umum yang memojokkan si kusta. 

Yesus menghargai keyakinan dan keberanian si kusta ini. Maka Ia berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Yesus menerima dan menghargai orang kusta dan menyembuhkannya.

Iman orang kusta ini sangat besar. Niatnya mengalahkan segala ketakutan dan stigma yang dituduhkan kepadanya. Ia berusaha dengan keras agar ada orang yang peduli padanya. Yesus membuka tangan bagi dia.

Karena telah disembuhkan, ia sampai lupa akan pesan Yesus untuk datang kepada imam dan mempersembahkan kurban untuk kesembuhannya. Ia malah menyebarkan berita itu kepada orang banyak. Kegembiraan yang luar biasa bisa membuat orang lupa diri.

Mari kita bersikap seperti Yesus berani menerima dan menghargai siapapun tanpa pandang bulu. Keluhuran seperti itulah yang dikehendaki Tuhan kepada kita semua.

Naik pedati sapinya tiga,
Yang jantan lari mengejar betina.
Mari hargai sesama kita,
Terlebih mereka yang menderita.

Wonogiri, embrace equality….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kunjungan Keluarga

1/15/2025

0 Comments

 
Puncta, 15 Januari 2025
Rabu Biasa I
Markus 1: 29-39

SENIN pertama dalam Bulan Januari 2025 kami mulai mengadakan kunjungan keluarga di lingkungan. Rama dan Dewan Pastoral Paroki menyapa keluarga-keluarga yang ada di lingkungan. 

Ada tiga tim yang berkunjung sesuai jumlah rama yang ada. Kami mengawali dengan doa dan mengakhirinya juga dalam doa.

Kami membatasi setiap lingkungan hanya 6 keluarga saja, supaya ada waktu cukup untuk berbincang-bincang bersama. Umat merasa senang disapa hingga waktunya terasa sangat pendek. 

Seharusnya jam 20.00 sudah selesai, tetapi molor sampai jam 22.30. Kami harus berhenti karena besuk pagi harus bekerja kembali. 

Berkontemplasi dengan perikope Injil hari ini bisa membayangkan betapa sibuknya Yesus melayani banyak orang. Waktunya begitu padat dipakai untuk mengajar, berkunjung, mendoakan, dan menyembuhkan orang-orang yang sakit.

Mendengar ibu mertua Simon sakit, Yesus segera datang ke rumahnya. Ia memegang tangan perempuan itu, mendoakannya dan sembuhlah perempuan itu. menjelang malam banyak orang datang ke rumah itu.

Mereka juga minta disembuhkan dari penyakitnya. Saking banyaknya orang datang sampai mereka berkerumun di depan pintu rumah. Yesus melayani mereka dan juga mengusir roh-roh jahat yang mengganggu.

Pagi-pagi benar Yesus sudah berdoa di tempat sunyi, menimba semangat dan kekuatan dari Allah. Namun sepagi itu juga, orang banyak sudah datang mencari-Nya untuk mendengarkan sabda-Nya.

Pelayanan jika tidak disatukan dengan relasi yang mesra dengan Tuhan akan sangat melelahkan. Doa itu sangat penting, agar kita bisa menemukan roh demi karya dan tugas-tugas kita. Pelayanan tanpa disertai doa bisa membosankan.

Yesus mengajari kita agar selalu menyeimbangkan antara pelayanan dengan doa-doa pribadi dengan Allah. Di sana kita menemukan sumber kekuatan dan semangat yang terus menyala-nyala. Teruslah berkarya dan berdoa.

Menunggu buah durian tiba,
Dari jauh tercium baunya.
Jangan lupa selalu berdoa,
Agar pelayanan tetap menyala.

Wonogiri, melayani dengan doa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mentertawakan Tuhan

1/14/2025

0 Comments

 
Puncta 14 Januari 2025
Selasa Biasa I
Markus 1:21-28

PADA tanggal 5 Januari 2025 waktu Amerika, Golden Globe Award diadakan di Beverly Hilton Hotel, Los Angeles, California. Di Indonesia tanggal 6 Januari kemarin. 

Sebelum acara dimulai diadakan semacam kuis “guyonan” dengan pertanyaan kira-kira siapakah yang menciptakan alam semesta ini. 

Ternyata Tuhan berada di urutan terbawah alias nol. Nikki Glaser sebagai pembawa memandu kuis itu. Ketika dia membacakan bahwa Tuhan mendapat angka O, semua orang tertawa terpingkal-pingkal. 

Semua orang mentertawakan kalau Tuhan menciptakan alam semesta. Mereka tidak percaya.

Tanggal 7 Januari 2025 terjadilah bencana dasyat, kebakaran hebat melanda California. Kota Los Angeles dilanda api dimana-mana, termasuk hotel tempat Golden Globe dilangsungkan. 

Bahkan rumah-rumah mewah para artis top dunia dimakan si jago merah. Kota megapolitan yang megah dan mewah ludes tinggal puing-puing. 

Kemarin yang mentertawakan Tuhan, sekarang menangis sampai kehabisan suara. Air mata mereka tak mampu mematikan api yang berkobar membara melanda seluruh sudut kota. Los Angeles seperti Sodom dan Gomora.

Demikian pula yang terjadi di Kapernaum. Yesus datang ke kota itu. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya. Ajaran-Nya tidak seperti para ahli kitab. Ia mengajar dengan kuat kuasa. Tetapi mereka berhenti hanya kagum, tidak sampai percaya.

Walau berita tentang nama-Nya tersebar kemana-mana, orang-orang Kapernaum itu tidak ada yang percaya. Mereka melihat karya besar Yesus yang mengusir roh jahat. Namun mereka tetap tidak mau percaya. 

Kapernaum nanti adalah salah satu kota yang “dikutuk” Tuhan dengan ungkapan, ”Celakalah engkau, Kapernaum!” 

Apakah Los Angeles saat ini sedang dikutuk Tuhan karena mereka mengejek dan mentertawakan Tuhan Sang Pencipta Semesta? Silahkan dijawab menurut keyakinan masing-masing.

Mari kita bertanya pada diri kita sendiri. Keyakinan pada Tuhan yang seperti apa yang kita hayati? Apakah sebatas kagum, takjub saja? tidak sampai merasuk ke dalam keyakinan yang mendalam dan terwujud dalam tindakan nyata?

Semoga kita tidak perlu mengalami seperti Kapernaum atau Los Angeles di Amerika sekarang ini. 

Api membakar seluruh kota,
Los Angeles sekarang tinggal cerita.
Kepada Tuhan Yesus kita percaya,
Dialah jaminan keselamatan kita.

Wonogiri, jangan hanya kagum, tetapi percayalah 
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Tak Ada Alasan

1/13/2025

1 Comment

 
Puncta 13 Januari 2025
Senin Biasa I
Markus 1: 14-20

SEORANG Prodiakon bernama, Ignatius Redes. Dia hanyalah orang biasa, petani di kampung Betenung, Nanga Tayap, Ketapang. Dia harus menanggung hidup dua anak dan istri. Tetapi dia merasa sangat bersyukur karena dikasihi oleh Tuhan. 

Suatu kali dia sharing di tengah umat. “Dekat dengan Gereja membuat hidup saya tenang, tentram dan damai. Walau hidup saya miskin. Tetapi saya merasa dikasihi Tuhan,” katanya.

“Karena saya sudah dicintai Tuhan, maka saya sebisa mungkin membalas cinta-Nya. Dengan menjadi prodiakon saya punya kesempatan mencintai Tuhan tanpa pamrih. Saya sering diajak romo turne ke stasi-stasi, melayani Tuhan lewat orang lain dengan ikhlas. Tuhan sudah memberi rejeki dengan cara-Nya,” sharing Pak Redes.

Saya mengagumi orang-orang yang tulus, sederhana, ikhlas dan selalu bersyukur karena dikasihi Tuhan. Hidupnya dipakai untuk menanggapi kasih Tuhan. 

Ada yang jadi prodiakon, ketua umat, pengurus lingkungan. Saya jadi teringat janda miskin yang mempersembahkan seluruh nafkahnya di rumah Tuhan.

Kebahagiaan mereka bukan karena mendapat imbalan. Sering mereka malah harus berkorban. Kebahagiaan mereka adalah bisa melayani orang lain, umat di pelosok jauh dari pusat paroki. Kebahagiaan itu tak bisa digantikan dengan uang atau materi. Mereka siap diutus kemana saja.

Kali ini Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Andreas dan Simon dipanggil, “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Mereka berdua segera meninggalkan jalanya.

Demikian juga Yohanes dan Yakobus, anak-anak Zabedeus, mereka segera meninggalkan perahu dan orang-orang upahannya, lalu mengikuti Yesus. 

Tidak pakai alasan macam-macam, mereka tinggalkan semuanya dan mengikuti Yesus.

Kebanyakan dari kita sering menghindar bahkan menolak jika dipanggil untuk melayani. Mungkin kita tidak punya pengalaman dikasihi Allah sehingga kita juga tidak berani mengasihi-Nya lewat sesama.

Jika Tuhan memanggil, tak ada alasan apapun untuk menolak. Dia sudah memperhitungkan segalanya bagi kita.

Sekarang sudah musin durian,
Ada buah jatuh di depan gereja.
Kita semua dipanggil Tuhan,
Untuk menjadi penjala manusia.

Wonogiri, siap diutus melayani....
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki