Puncta, 1 Januari 2025
HR. St. Maria Bunda Allah Hari Perdamaian Sedunia Lukas 2: 16-21 Mother, you had me but I never had you, I wanted you but you didn't want me, So I got to tell you, Goodbye, goodbye. Farther, you left me but I never left you, I needed you but you didn't need me, So I got to tell you, Goodbye, goodbye. Children, don't do what I have done, I couldn't walk and I tried to run, So I got to tell you, Goodbye, goodbye. Mama don't go, Daddy come home......... LAGU yang dinyanyikan oleh John Lenon ini menggambarkan pengalaman masa kecilnya yang suram karena ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya. John lahir dari pasangan Julia Stanley dan Alfred Lennon. Julia meninggal karena ditabrak oleh polisi yang tidak bertugas dalam keadaan mabuk saat John masih kecil. Alfred adalah seorang pelaut yang jarang pulang ke rumah. Pengalaman “primal scream” yakni kurangnya cintakasih dari kedua orangtuanya inilah yang dituangkan dalam jeritan lagu berjudul Mother. John mengatakan bahwa jeritan kepedihan ini bukan hanya pengalaman dirinya, tetapi 99% anak-anak yang terlahir di dunia ini, punya pengalaman yang mirip dengannya. Jeritan yang melengking panjang dan pilu, Mama don't go, Daddy come home adalah kerinduannya akan kehadiran seorang ibu pada saat-saat yang menentukan hidupnya. Itulah yang disebut terapi primal scream yang dijalani John untuk mengisi kepiluan hatinya karena kehilangan ibu yang disayanginya. Kita pantas bersyukur karena memiliki ibu Maria yang penuh kasih kepada setiap anaknya. Hari ini kita sebagai Gereja merayakan Santa Perawan Maria Bunda Allah. Maria adalah bunda bagi kita semua. Menghadapi aneka persoalan hidup yang pelik, rumit dan bergejolak, Maria menyimpan segala perkara itu dalam keheningan doa dan berdialog dengan Allah. Maria memahami apa yang tersimpan dalam hati kita. Ia ikut mendoakan dan mendampingi kita dalam doa-doanya kepada Allah. Maria adalah bunda yang memberikan hati untuk anak-anaknya. Tahun Baru telah tiba, Semua makhluk damai sejahtera. Hati Maria seluas samudera, Ia mengasihi kita anak-anaknya. Wonogiri, selamat tahun baru 2025 untuk anda pecinta Puncta...... Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
Puncta 31 Desember 2024
Selasa Oktaf Natal Yohanes 1: 1-18 PERSONA dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai topeng, wajah, ciri khas seseorang, hal yang identik dengan pribadinya. Topeng yang kita gunakan untuk beradaptasi dengan dunia luar. Seorang psikoanalis terkenal bernama Carl Gustav Jung mengatakan bahwa persona adalah wujud diri atau karakter yang kita mainkan dalam relasi sosial di tengah masyarakat. Persona berasal dari Bahasa Latin; per-sonus. Per berarti melalui, sonus berarti suara. Melalui suara yang diucapkan, orang menampilkan kepribadiannya. Suara atau ucapan seseorang menunjukkan karakter pribadinya. Karakter seseorang dapat dinilai dari apa yang ditampilkan lewat kata-kata dan tindakannya. Karakter atau topeng itu kita ciptakan agar kita diterima dalam kalangan sosial kita. Persona itu berciri sebagai branding image diri kita. Gambar macam apa yang kita mainkan sebagai ciri khas/branding diri kita kepada masyarakat. Persona diri juga berguna untuk defence mechanism atau pola pertahanan diri, sebab dunia atau lingkungan sosial kadang tidak mau menerima diri kita apa adanya. Kita pakai topeng untuk pertahanan diri. Melalui suara atau per-sona orang menciptakan dirinya sendiri berada di lingkungan sekitarnya. Dalam Injil, Yohanes mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Sabda itu menjadi manusia. Yesuslah Sang Sabda itu, karena Ia berasal dari Allah. Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, Firman itu adalah Allah. Yohanes memberi kesaksian bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Sabda itu menjadi pribadi yang hidup di antara kita. Sabda itu berasal dari Allah dan manusia tidak mengenal-Nya. maka Sabda itu datang untuk menjadi Terang, agar manusia percaya dan mengenal-Nya. Yesus Kristuslah Sang Terang yang telah datang ke dunia. Ia adalah Cahaya bagi siapapun yang percaya. Siapa yang melihat Cahaya dan mendengarkan Sang Firman, ia akan diberinya kuasa menjadi anak-anak Allah. Yesus adalah jalan menuju kasih sejati. Pribadi Yesus adalah pribadi kasih Allah. Sebagaimana Musa membawa hukum Taurat, demikianlah Yesus datang membawa hukum Kasih dan Kebenaran. Melalui Sabda yang menjadi manusia itu kita dihantar kepada Kasih dan Kebenaran. Marilah kita mewujudkan diri sebagai pribadi yang dikasihi oleh Allah melalui Yesus Sang Suara atau Firman sejati. Selamat tinggal tahun yang lama, Selamat datang dua ribu dua lima. Yesus Kristus adalah Terang dunia, Ia membawa harapan baru bagi kita. Wonogiri, akhir tahun yang penuh bahagia Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta, 30 Desember 2024
Senin Oktaf Natal Lukas 2: 36-40 SEWAKTU saya bertugas di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran,Yogyakarta, tiap sabtu pagi selalu ada kelompok ibu-ibu Warakawuri yang berkumpul di ruang sisi utara sakristi. Mereka adalah ibu-ibu yang sudah lanjut usia dan jadi anggota Legio Mariae. “Simbah-simbah tua” ini dengan rajin membersihkan alat-alat misa di gereja. Semua perabotan dari piala, sibori, kandelaar, bahkan wiroog juga dibersihkan sampai mengkilat. Tugas itu dilakukan rutin setiap sabtu pagi, tanpa komando tetapi dengan kerelaan hati dan penuh sukacita. Suatu kali saya ikut nimbrung dan bertanya kepada mereka, “Sugeng enjing eyang-eyang. Kok sampun gasik resik-resik alat-alat misa?” (Selamat pagi oma-oma kok sudah awal bersih-bersih alat misa). Salah satu dari mereka menjawab lirih, “Pados margi dhateng Swarga Rama.” (mencari jalan ke surga, Rama). Sungguh luar biasa semangat mereka! Ibu-ibu ini menghayati tugas-tugas kecil sebagai cara untuk mencari kebahagiaan surga. Dalam bacaan hari ini kita dipertemukan dengan Hana seorang nabi perempuan yang sudah lanjut usia. Ia seorang yang saleh, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Ia sedang menantikan keselamatan dari Allah. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Di bait Suci itu, Hana berjumpa dengan Yesus yang dibawa orangtuanya. Ia sangat bersyukur dan bersukacita karena dapat berjumpa dengan “Yang dijanjikan Allah,” yaitu Yesus Mesias. Apakah Natal ini kita juga mengalami perjumpaan dengan Yesus yang mengubah hidup kita menuju kepada kebahagiaan? Ataukah Natal berlalu tanpa makna hanya sejauh hura-hura saja? Mari kita belajar dari Hana atau ibu-ibu tua yang dengan rajin dan tekun mencari kebahagiaan surgawi dengan mengisi hidup mereka agar berguna bagi sesama. Pergi liburan ke Yogyakarta, Pawai naik sepeda bersama. Hidup hanyalah sementara, Gunakan waktu untuk sesama. Wonogiri, hidup berguna bagi sesama kita Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta, 29 Desember 2024
Pesta Keluarga Kudus Nasaret Lukas 2: 41-52 MINGGU ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus Nasaret. Ada tiga tema yang dapat kita teladani dari keluarga kecil dan sederhana ini. Yang pertama, keluarga Nasaret ini menjadikan Yesus sebagai poros keluarga. Dalam peristiwa kelahiran, semua orang datang kepada Yesus sang bayi sebagai pusat perhatian. Para gembala, orang-orang majus dari Timur, mereka semua hadir untuk menyembah Yesus. Yesuslah yang menjadi poros atau pusat dalam keluarga. Ketika Yesus menjadi pusat hidupnya, mereka semua mengalami kebahagiaan dan sukacita. Para gembala pulang sambil memuji dan memuliakan Allah. Demikian juga para Majus dari jauh, mereka pulang membawa sukacita. Maria menyimpan segala perkara dengan damai. Kedua, Maria dan Yusuf membangun keluarga dalam suasana kasih. Ketika Yesus hilang di Bait Suci, Maria dan Yusuf bingung mencari-Nya. Secara manusiawi mungkin mereka jengkel. Tetapi setelah Yesus mengatakan “Aku harus berada di rumah Bapa,” Maria menyimpan semua itu dengan tenang. Walau dia tidak mengerti. Dengan kasih orang akan bisa memahami apa yang tidak dimengerti. Ketiga adalah semangat pengorbanan. Orang yang mau hidup berkeluarga harus siap untuk berkorban. Mengorbankan kepentingan pribadi untuk mengasihi pasangan dan anak-anaknya. Orang yang hidup berkeluarga tidak lagi mementingkan egonya sendiri. Maria dan Yusuf menjadi contoh pasangan yang rela berkorban demi kebahagiaan keluarga. Yusuf harus mengungsikan mereka ke Mesir. Maria harus menanggung salib bersama Yesus sampai di puncak Golgota. Pengorbanan adalah wujud nyata dari cintakasih. Pada Pesta Keluarga Kudus ini banyak pasangan suami istri memperbaharui janji perkawinan. Semoga dengan pembaharuan janji, kita diingatkan akan komitmen saling mengasihi dan rela berkorban bagi kebahagiaan keluarga kita. Makan di warung tak ada serbet, Terpaksa harus pakai taplak meja. Keluarga sederhana di Nazareth, Teladan keluarga yang bahagia. Wonogiri, salam keluarga bahagia Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta, 28 Desember 2024
Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir Matius 2: 13-18 PERANG Israel Hamas masih terus berlangsung sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1,200 orang dan menyandera 250 warga sipil Israel. Israel membalas serangan itu dan terus memerangi kelompok Hamas. Sampai sekarang dilaporkan oleh pejabat kesehatan Palestina korban tewas sudah mencapai 45.028 orang. 106.962 orang lainnya telah terluka sejak perang dimulai. 70% dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Mereka adalah kelompok rentan dan lemah yang tak berdaya. Korban paling muda adalah bayi laki-laki berumur satu hari, dan yang tertua adalah seorang perempuan berusia 97 tahun. Dari banyaknya korban, perang ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Para pemimpin dunia mestinya lebih peduli untuk menciptakan perdamaian di atas muka bumi ini. Perdamaian harus lebih diutamakan daripada perang. Raja Herodes merasa diperdaya oleh para Majus dari Timur. Mereka tidak singgah di istana Herodes untuk melaporkan kelahiran Sang Raja Damai, yaitu Kristus. Maka murkalah Herodes. Ia memerintahkan kepada para prajurit untuk membunuh anak-anak Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah. Berbeda dengan Herodes yang jahat, di tengah peristiwa genosida Betlehem ini, tampillah Yusuf sebagai penyelamat sang bayi. Yusuf seorang pribadi yang tidak banyak bicara, tetapi langsung bertindak seturut kehendak Allah. Setelah diperintahkan Tuhan lewat mimpi, Yusuf langsung mengambil Maria dan bayinya mengungsi ke Mesir. Dengan tindakan ini, selamatlah keluarga kudus ini dari kebengisan Herodes. Kita harus bertindak seperti Yusuf, menyelamatkan mereka yang rentan dan tak berdaya yakni kaum perempuan dan anak-anak. Banyak kasus perundungan, pembullyan, pelecehan sexual terhadap mereka. Ini adalah kejahatan. Mari kita menghargai dan menjaga anak-anak dan perempuan. Melati tumbuh di tengah hutan, Sangat indah di antara rerumputan. Anak-anak adalah anugerah Tuhan, Mereka harus dijaga dan diselamatkan. Wonogiri, hormati anak dan kehidupan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta, 27 Desember 2024
Pesta St. Yohanes Rasul, Penulis Injil Yohanes 20: 2-8 PADA awal Injilnya, Yohanes menuliskan perjumpaannya dengan Yesus. Waktu itu ia dan Andreas menjadi murid Yohanes Pembaptis. Gurunya menunjuk pada Yesus sebagai “Anak Domba Allah.” Mereka berdua kemudian mengikuti Yesus. Ketika tahu bahwa dua orang murid mengikuti-Nya, Yesus bertanya, “Apa yang kamu cari?” Mereka menjawab, “Guru, (Rabi) dimana Engkau tinggal?” Yesus kemudian berkata, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun melihat dan tinggal bersama Dia. Pada akhir Injilnya, Yohanes menceritakan peristiwa kebangkitan Kristus. Ada banyak sikap dan cara pandang menghadapi peristiwa kebangkitan. Para wanita tidak paham akan kebangkitan. Mereka mengira Yesus diambil orang dari kuburNya. Maria Magdalena melaporkan kepada Petrus dan murid yang dikasihi-Nya. "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Petrus dan murid yang dikasihi Yesus lalu pergi ke kubur. Murid yang dikasihi ini lebih muda, maka dia datang lebih cepat. Namun dia mempersilahkan Petrus yang lebih tua dan punya wibawa sebagai pemimpin untuk masuk lebih dahulu dan menyaksikan. Dua orang ini sama-sama melihat suasana di dalam kubur. Tetapi berbeda juga cara mereka menyikapi. Petrus hanya melihat kain kafan terletak di tanah. Tetapi murid yang dikasihi itu melihat dan PERCAYA. Kata percaya berhubungan dengan sikap batin seseorang dalam relasi dengan Tuhan. Hal ini mau mengisahkan proses dari awal perkenalannya dengan Yesus. Pada mulanya, Yesus mengundang mereka untuk tinggal, hidup bersama, “nyantrik” kepada Yesus. Murid yang dikasihi ini berjumpa, hidup bersama dan mengenal siapa Yesus. Maka ketika Yesus mati dan makam-nya kosong. Ia melihatnya dan percaya akan apa yang dikatakan Yesus sebelum wafat-Nya. Kita pun diajak oleh Yohanes untuk mengenal siapa Yesus dengan tinggal bersama. Kita bisa tinggal bersama kalau kita mau membaca Injil yang ditulis Yohanes. Dalam Injilnya itu Yohanes menuliskan siapa yang dia percaya, Tuhanlah yang mengasihi. Sama seperti dia menjadi murid yang dikasihi Tuhan, kita pun juga bisa menjadi murid yang dikasihi-Nya. Asal kita mau tinggal dan percaya. Maukah kita? Yohanes murid yang dikasihi, Ia percaya sampai ke dalam hati. Marilah kita saling mengasihi, Sebab Allah adalah Kasih sejati. Wonogiri, Pesta Santo Pelindung Paroki Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta, 26 Desember 2024
Pesta St. Stefanus, martir pertama Matius 10. 17-22 KOTA Yerusalem dikelilingi oleh benteng. Ada delapan pintu gerbang sebagai jalan memasuki kota itu. Pintu-pintu gerbang tersebut antara lain Damascus Gate, Herod's Gate, Lions's Gate, Golden Gate, Dung Gate, Zion Gate, Jaffa Gate, dan New Gate. Salah satu pintu gerbang yang ada di kota Yerusalem adalah Gerbang Singa. Pada zaman pembangunan kembali kota Yerusalem yang runtuh, Nehemia memulai pembangunannya dari pintu gerbang ini. Temboknya melingkari kota dan berakhir di gerbang ini juga. Pada masa kini, nama gerbang ini adalah Sint Stephen’s Gate, karena di dekat gerbang ini Stefanus diseret keluar kota dan dirajam sampai mati. Kemartiran St. Stefanus diceritakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Stefanus adalah salah satu diakon saleh waktu itu. Ini terlihat karena namanya tercantum di barisan pertama para diakon terpilih yang syaratnya antara lain “terkenal baik dan yang penuh roh dan hikmat. Ia banyak mengadakan mukjijat atas nama Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Tentu saja dia tidak disukai oleh kaum Yahudi, para imam dan tua-tua bangsanya. Ada sekelompok jemaat Yahudi dari luar daerah seperti Kirene dan Aleksandria, Kilikia dan Asia yang tak mampu menandingi hikmah Stefanus. Mereka kemudian memfitnah, menghasut dan menyebarkan berita bohong kepada kalayak ramai. Stefanus ditangkap dan dibawa ke Mahkamah Agama Yahudi. Saksi-saksi palsu diajukan. Mereka menuduh Stefanus telah menghina tempat kudus (Bait Suci) dan hukum Taurat. Berita bohong disebarkan bahwa Stefanus menghujat Musa dan Allah. Ia dibunuh dengan dirajam di luar kota Yerusalem, dekat Gerbang Singa. Kemartiran adalah salah satu wujud kesaksian iman. Kita dipanggil menjadi saksi Kristus kendati situasi sulit. Kita tetap harus menunjukkan kualitas murid-murid Kristus, berani menunjukkan diri sebagai orang-orang benar di tengah masyarakat. Kendati resiko besar harus kita hadapi. Beranikah kita jadi saksi-Nya? Hujan mengguyur kota sepanjang hari, Tak ada secercah pun sinar matahari. Orang benar akan selalu dibenci, Orang tidak suka kejahatannya diketahui. Wonogiri, jadilah saksi kebenaran Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 25 Desember 2024
Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus Kristus Lukas 2: 15-20 KATA-KATA para gembala inilah yang menjadi tema renungan kita pada perayaan Natal tahun ini. Waktu itu Betlehem adalah dusun kecil di selatan Yerusalem. Berjarak kurang lebih 10 km. Penduduknya banyak menjadi gembala domba, sebab ada padang Efrata tempat mereka menjaga domba-dombanya. Kota ini juga dikenal sebagai kota Daud, karena Raja Daud lahir dan tumbuh di Betlehem. Setelah mendengar kabar dari malaikat bahwa telah lahir Sang Juruselamat di kota Daud, mereka segera bergegas menuju ke Betlehem. Kita ingin merenungkan ajakan ini. Ada apa di Betlehem atau siapa yang ada di Betlehem, sehingga kita diajak bergegas segera datang ke sana? Di sana mereka ingin berjumpa dengan Sang Juruselamat. Yesus Kristus. Perjumpaan mereka dengan Yesus membuahkan semangat hidup yang penuh pujian dan penyembahan bagi Tuhan. Para gembala itu bersukacita karena telah bertemu dengan Yesus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Para gembala ini pulang dengan memuliakan Tuhan. Inilah tujuan hidup manusia diciptakan. Memuliakan Tuhan bisa diwujudkan dengan iman, persaudaraan dan belarasa sebagaimana visi kunjungan Paus di Indonesia tahun ini. Orang beriman yang ingin memuliakan Tuhan mesti bisa menghargai perbedaan dalam persaudaraan. Apalah artinya beriman kalau tidak mampu bersaudara dengan semua orang? Membangun persudaraan diwujudkan dengan semangat belarasa. Apa artinya mengaku sebagai saudara kalau kita masih membenci dan membeda-bedakan sesama warga bangsa? Dalam konteks Indonesia, tema Natal ini juga mengajak kita hidup sederhana, dan mau melayani. Sebagaimana Kristus datang untuk melayani, bukan dilayani. Membeli sandal di pasar Pakem, Selamat Natal dan berkah Dalem. Wonogiri, damai di hati damai di bumi Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 24 Desember 2024
Vigili Natal Lukas 2:1-14 SUATU hari Thomas Alfa Edison membawa surat dari sekolahnya untuk sang ibu. Ketika ibu Thomas membuka surat itu, ia tercenung diam tak berkata. Thomas bertanya, “Apa isi surat dari Kepala Sekolah itu?” Ibunya menjawab, “"Anak Ibu adalah seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil baginya dan tidak memiliki cukup guru yang baik untuk mendidiknya. Silakan Ibu ajari dia sendiri.” Thomas ditolak di sekolahnya. Thomas hanya mengenyam pendidikan selama tiga bulan. Selebihnya ia dididik oleh ibunya sendiri di rumah. Dengan ketekunan dan kesabaran seorang ibu, Thomas berhasil menemukan lampu pijar. Lampu pijar selalu dipakai sebagai penerang di saat gelap pada malam hari. Cahaya dari lampu pijar dapat menerangi kegelapan. Penemuan ini sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai sekarang. Saat ibunya meninggal, Thomas membuka surat dari sekolah yang masih tersimpan. Di surat itu tertulis, "Anak Ibu mengidap gangguan mental. Kami tidak akan mengizinkannya datang ke sekolah lagi." Saat itulah Edison baru menyadari apa yang telah dilakukan ibunya selama ini. Ia kemudian menulis di buku hariannya: "Thomas Alfa Edison adalah seorang anak yang lamban yang berkat jasa ibu pahlawan, menjadi jenius abad ini." Kelahiran Yesus juga ditolak oleh dunia. Ia tidak memiliki tempat yang layak untuk lahir. Ia ditolak dari penginapan yang satu ke penginapan yang lain. Dia lahir di kandang kotor, kumuh dan bau di Betlehem. Yesus adalah Cahaya Dunia. Ia membawa terang bagi manusia yang hidup dalam kegelapan. Ia menerangi jalan manusia menuju Kerajaan Damai Sejahtera. Tetapi manusia menolak-Nya. Mereka tidak mengerti siapa yang lahir di malam gelap di kandang hewan di Betlehem. Dialah Sang Cahaya Sejati yang menuntun manusia menuju damai sejahtera. Marilah kita sekarang pergi ke Betlehem. Mari kita pergi ke Betlehem, Tidak jauh dari kota Yerusalem. Dunia penuh dengan problem, Hidup manusia tidak bisa ayem. Wonogiri, damai di bumi, damai di hati. Selamat Natal Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 24 Desember 2024
Selasa Adven IV Lukas 1:67-79 PENGALAMAN Zakaria mungkin juga menjadi pengalaman kita semua. Ia yang pada awalnya tidak percaya bahwa Allah bertindak, kini terbukalah tabir gelap yang menyelimuti hatinya. Ada banyak pengalaman kegelapan dan beban berat yang menggelayut di pundak kita. Langkah kita berat oleh beban persoalan yang kita hadapi. Bertubi-tubi kesedihan menimpa. Rasanya hidup sudah tidak punya harapan lagi. Tanpa disangka, Allah bertindak dengan kuasa-Nya. Ia menolong kita dengan jalan dan cara yang tidak terduga. Tabir gelap mulai terungkap. Cahaya pengharapan menyinari langkah kita. Allah menolong dan mengambil beban kehidupan kita. Begitulah pengalaman Zakaria. Ia yang tadinya bisu dan tidak mampu berkata-kata, kini bersorak sorai memuji keagungan dan kebesaran Tuhan. Dia mengalami bahwa sabda Tuhan itu benar. Janji-Nya tidak pernah gagal. Allah menggenapi janji kepada para nenek moyang kita. Pujian Zakaria menggambarkan bahwa Allah mahakuasa. Ia selalu menepati janji-Nya. Seperti sinar mentari yang tiap pagi setia hadir mendatangi kita, demikianlah Allah tak pernah terlewatkan selalu setia pada sabda-Nya. “Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." Itulah gambaran kesetiaan Allah pada janji-Nya. Kita tidak perlu meragukan kesetiaan Allah. Walaupun Zakaria pernah meragukan, tetapi Allah tetap bertindak menyelamatkan kita. Ketidak-percayaan, keraguan manusia tidak menghalangi Allah untuk terus mengasihi kita. Tetaplah percaya dan jangan sangsi lagi. Pada waktu yang tepat, Allah pasti bertindak. Pengalaman Zakaria sangat manusiawi, seperti pengalaman kita juga, tetapi Allah selalu menuntun kita dari gelap menuju terang iman. Sangat merdu lagu-lagu Rinto Harahap, Jadi lucu dinyanyikan oleh Aziz Gagap. Jangan berhenti percaya dan berharap, Tuhan akan menghalau hati yang gelap. Wonogiri, selamat menyongsong Hari Natal Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |