Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

“Gusti mBoten Sare”

2/1/2025

0 Comments

 
Puncta 1 Februari 2025
Sabtu Biasa III
Markus 4: 35-41

AKHIR Januari musim turne-turne Natal ke stasi-stasi biasanya hampir selesai. Saya teringat perjalanan dari Pangkalan Suka ke Stasi Kebuai dan Sei Ingin, di Tayap, Ketapang. Perjalanan panjang melewati ladang, hutan dan perbukitan. 

Kalau hujan, jalan menjadi licin dan berbahaya. Saya pernah terperosok dengan motor meluncur sendiri ke bawah karena jalanan berlumpur. Saya hanya melongo melihat motor terguling-guling tak terkendali.

Dari Kampung Kebuai ke Sei Ingin lebih ngeri lagi. Untung saya selalu ditemani prodiakon dan OMK yang siap mengawal. Kalau hujan, sungai banjir dan meluap. Jalan tidak bisa dilalui. 

Motor harus dipanggul empat orang dengan kayu dipalangkan di antara roda depan dan belakang. Bukan orang naik motor tetapi motor naik orang.

Kita mengharapkan perjalanan yang mudah, mulus dan lancar. Tetapi cuaca tidak bisa ditebak. Terpaksalah kita harus jalan untuk melayani umat di pedalaman. 

Terbersit tanya,”Kenapa Tuhan memberi kesulitan yang berat seperti ini? Bukankah semua ini demi melayani umat-Mu?”

Para murid dan Yesus sedang dalam perjalanan. Mereka menyeberang danau dengan perahu. Di tengah jalan, mengamuklah taufan dan mereka diterpa ombak besar. Yesus seolah tidak peduli. Ia tidur di buritan. 

Para murid cemas dan takut. Mereka berkata, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Yesus bangun dan menghardik taufan. 

Seketika itu juga laut menjadi tenang. Lalu Yesus berkata, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Kita dihadapkan pada pencobaan agar kita percaya dan hanya mengandalkan Tuhan saja. Kita diberi masalah agar mampu mengatasinya. Kita menghadapi taufan badai kehidupan agar kita berani dan kuat.

“Gusti mboten sare” artinya Tuhan tidak tidur. Ungkapan ini mau menyatakan bahwa Tuhan selalu menyertai dan menolong kita. Percaya saja, Allah akan bertindak pada waktu yang tepat. 

Pertolongan-Nya tidak akan ditunda-tunda. Kita hanya diminta percaya kepada-Nya. Sudahkah kita percaya?

Nunggu pesawat di bandara,
Ketemu pramugari bawa kursi roda.
Tuhan selalu bersama kita,
Marilah kita percaya pada-Nya.

Wonogiri, Gusti mboten sare
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Benih Tumbuh Jadi Berkat

1/31/2025

0 Comments

 
Puncta 31 Januari 2025
PW. St. Yohanes Bosco, Imam
Markus 4: 26-34


MUSIM hujan sudah tiba. Banyak petani sudah menyiapkan diri untuk menanam benih padinya di sawah. Sebelumnya mereka menyiapkan benih di tempat yang khusus. Jika benih itu sudah tumbuh, maka akan dipindahkan di sawah yang luas.

Tuhan sudah mengatur semua pertumbuhan benih. Kita hanya menunggu dan ikut memeliharanya. Tahu-tahu benih itu sudah bertunas, makin hari makin tinggi. 

Sungguh indah melihat pergantian warna daun padi dari hijau lama-lama berubah menjadi kuning dan siap dipanen.

Para petani sering pergi ke sawah untuk menjaga agar padinya tidak dimakan hama wereng, tikus atau burung-burung. Mereka hanya bisa berharap agar panenan berbuah banyak dan dijauhkan dari serangan hama atau bencana.

Yesus menggambarkan Kerajaan Allah tumbuh seperti tanaman gandum atau biji sesawi. Benih yang kecil itu akan bertumbuh menjadi besar dan menghasilkan buah. Begitu pula iman yang ditaburkan ke dalam diri manusia.

Iman akan bertumbuh baik jika kita ikut merawat dan menjaganya. Sebab zaman ini ada banyak sekali godaan dan hambatan yang bisa mematikan tumbuhnya iman. 

Pergaulan, media sosial, kesulitan ekonomi, sulitnya cari pekerjaan dan aneka macam hambatan lainnya. Kita diajak merawat dan menjaga iman kita.

Kerajaan Allah ibaratnya iman yang bertumbuh. Prosesnya memang sebuah misteri yang tidak kita mengerti. Namun kita bisa melihat bahwa kebahagiaan, damai sejahtera, sukacita dan ketentraman hidup memang sesuatu yang nyata. Seperti benih yang tumbuh, namun kita tidak menyadarinya.

Jika Kerajaan Allah itu hadir dan kita hidupi, maka seperti sesawi yang menjadi pohon besar, burung-burung akan bersarang di dahannya. 

Begitu pula hidup kita. Kalau kita mampu menghadirkan Kerajaan Allah, maka akan ada banyak orang yang memperoleh berkat dari kehidupan kita.

Dari Medan menuju Parapat,
Menikmati indahnya Danau Toba.
Hidup kita akan jadi berkat,
Kalau kita mau berbagi dengan sesama.

Wonogiri, mari kita jaga berkat Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Bijak Mengukur Diri Sendiri

1/30/2025

0 Comments

 
Puncta 30 Januari 2025
Kamis Biasa III
Markus 4:21-25


KALAU kita menuntut orang lain tepat waktu atau disiplin, maka kedisiplinan itu juga akan diterapkan kepada kita. Demikian juga kalau kita meminta orang lain untuk jujur, transparan atau tanggungjawab, maka nilai-nilai itu juga akan dikembalikan pada diri kita sendiri.

Mengapa sering kita temui kalau rapat bersama pejabat sering molor waktunya, karena orang-orang penting itu menuntut disiplin tetapi mereka sendiri tidak pernah disiplin. Mereka tidak memberi contoh untuk disiplin.

Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.”

Kalau kita mengukur atau menuntut orang untuk tepat waktu, semestinya kita sendiri juga menepati waktu. 

Pemimpin seharusnya memberi contoh atau teladan. Bahkan berani dituntut lebih dari yang lainnya, karena dia ditunjuk sebagai pemimpin.

Namun sering terjadi, undangan acara jam 09.00 baru dimulai jam 11.00. Para peserta sudah datang, ketua atau pejabat malah terlambat. Ini adalah sikap atau perilaku yang tidak terhormat.Pemimpin adalah orang terdepan yang memberi teladan. 

Kita ini diukur atau dinilai berdasarkan sikap, tutur kata dan perilaku kita sendiri. Kalau kita bisa menepati ukuran atau tuntutan kita, maka akan semakin banyak diberi peran dan tanggungjawab. 

“Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya," kata Yesus.

Kalau kita sudah tidak dapat dipercaya maka orang lain tidak akan memberikan kepercayaan lagi pada kita. Kesempatan dan peluang untuk berkembang akan hilang karena ukuran kita tidak sesuai dengan perilaku kita.

Kalau kita berani menilai, mengukur atau menuntut seseorang, kita juga harus berani melakukannya untuk diri sendiri. Kalau tidak, maka jangan menuntut orang lain.

Hari imlek makan roti,
Disajikan pada pesta kawin.
Ukurlah dirimu sendiri,
Sebelum mengukur orang lain.

Wonogiri, bijak mengukur diri sendiri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Jadilah Tanah Subur

1/29/2025

0 Comments

 
Puncta 29 Januari 2025
Rabu Biasa III
Markus 4:1-20


INDONESIA adalah negara agraris. Sayangnya kita masih harus mengimpor bahan-bahan pokok. Perkembangan jumlah penduduk menuntut adanya tempat-tempat permukiman. 

Akibatnya lahan-lahan subur diubah menjadi perumahan. Tanah subur malah ditanami semen-semen untuk bangunan.

Kabupaten Klaten yang terkenal dengan daerah pertanian, dalam dekade terakhir kehilangan kira-kira 43,5 hektar lahan untuk pembangunan perumahan, pabrik, jalan tol. Daerah yang dulunya penopang kehidupan, kini sering mengalami kekeringan dan gagal panen. 

Ancaman petani tidak hanya burung, semak-semak duri, dan kekeringan, tetapi juga kebijakan pembangunan. Dulu tanah subur ditanami padi, kini banyak lahan ditanami semen dan baja-baja besi.

Yesus menceritakan perumpamaan tentang penabur benih yang keluar untuk menabur. Ada empat kondisi yang dikisahkan. Pertama, tanah di pinggir jalan, benih yang ditabur dimakan burung. Kedua, tanah berbatu, dimana benih tidak berakar dan layu. 

Ketiga, tanah bersemak duri, benih dihimpit oleh duri-duri dan mati. Terakhir tanah yang subur, dimana benih bisa bertumbuh dengan baik. Ada yang tigapuluh, enam puluh dan seratus kali lipat. 

Perumpamaan ini mau menggambarkan bagaimana sikap kita menanggapi sabda Tuhan. Orang yang tipis imannya akan mudah tercabut oleh hambatan dan godaan sehingga imannya tidak tumbuh.

Orang yang menangapi dan melaksanakan Firman Allah diibaratkan seperti tanah yang subur yang menghasilkan buah yang berlipat ganda. 

Tanah macam apakah diri kita ini? Apakah kita bisa menghasilkan buah yang berlipat ganda?

Benih padi tumbuh di rerumputan,
Dimakan burung gelatik dan burung elang.
Tuhan menaburkan benih iman,
Jaga dan peliharalah agar benih itu berkembang.

Wonogiri, jadilah tanah yang subur
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Siapakah Ibuku?

1/28/2025

0 Comments

 
Puncta 28 Januari 2025
PW. St. Tomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja
Markus 3: 31-35


TIDAK ada induk harimau yang tega makan anaknya sendiri. Kenyataan itu mau mengatakan bahwa sebuas-buasnya harimau, ia tidak akan menyengsarakan anaknya sendiri. Sifat dari seorang ibu adalah kasih sayang pada anaknya.

Tidak ada ibu yang menginginkan anaknya sakit, susah, sedih dan menderita. Ia akan membela mati-matian agar anaknya selamat dan bahagia hidupnya. 

Ibaratnya kepala jadi kaki, kaki jadi kepala tetap dijalani, demikianlah pengorbanan seorang ibu. Yang penting anaknya bisa bahagia.

Ibu manakah yang tidak sayang akan anaknya? Begitu juga Maria sangat mengasihi Putranya. Mendengar omongan banyak orang tentang sepak terjang Yesus yang semakin berani, membuat Maria kawatir. 

Yesus dituduh bersekutu dengan Beelzebul. Yesus “melanggar” hukum sabat. Yesus makin dibenci kelompok Farisi karena sering mengkritik mereka. Musuh-musuh Yesus makin banyak. 

Mereka mengincar dan mengancam untuk membunuhNya. Maria takut keselamatan anaknya terancam. Maria datang ingin berbicara dan mungkin mengajakNya pulang kembali ke Nasaret.

Tetapi seolah-olah jawaban Yesus justru sebuah tamparan bagi Maria. “Siapa ibuKu? Siapa saudara-saudaraKu?” Yesus seolah-olah mempertanyakan eksistensi Maris, ibuNya sendiri.

Jawaban Yesus itu seperti menyakitkan. Namun keterangan berikutnya menjawab pertanyaan-Nya sendiri. “Barangsiapa melaksanakan kehendak Allah, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu!” Jadi secara tidak langsung Yesus menunjuk Maria sebagai orang yang melaksanakan kehendak Allah.

Yesus memperluas hubungan kekerabatan saudara, kekeluargaan. Tidak sebatas hanya hubungan darah, tetapi siapapun yang melaksanakan kehendak Allah, dialah saudara-Ku, dialah ibu-Ku, dialah keluarga-Ku. 

Nilai kekerabatan diukur dari aksi melaksanakan kehendak Allah. Siapapun juga yang berbuat baik karena melaksanakan kehendak Allah, mereka adalah saudara kita.

Dudu sanak dudu kadang,
Yen mati melu kelangan.
Orang yang membawa terang,
Hidupnya akan cemerlang.

Wonogiri, kita semua bersaudara
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh

1/27/2025

0 Comments

 
Puncta 27 Januari 2025
Senin Biasa III
Markus 3: 22-30


KALAU kita pergi ke Muntilan, bukan cuma tape ketan saja yang terkenal, tetapi di sana juga banyak pengrajin sapu lidi dan sapu lantai. 

Juga para pedagang yang jual cobek dari batu berderet-deret. Di sepanjang jalan banyak toko-toko yang menjual sapu.

Kita bisa belajar filosofi kehidupan dari sapu lidi. Batang-batang lidi diambil dari daun pohon kelapa. Batang lidi itu kalau hanya satu atau sendiri gampang dipatahkan. Tetapi kalau sudah dikumpulkan dan diikat menjadi satu akan kuat dan sangat berguna.

Maka ada pepatah berkata, ”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Layaknya sapu kalau menjadi satu akan kuat. Kalau dipisah-pisahkan atau diceriakan akan menjadi lemah tak berdaya.

Hari ini Yesus disindir oleh para ahli Taurat. Mereka menuduh Yesus menyembuhkan orang dengan memakai kuasa Beelzebul. "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Mereka melancarkan tuduhan jahat kepada Yesus.

Maka Yesus menjawab, “Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.”

Yesus tidak memanfaatkan kuasa kegelapan untuk mengusir iblis. Dia menggunakan kuasa Allah sendiri. Kuasa gelap biasanya membuahkan ketakutan, kecemasan, kegelisahan, tidak ada damai dan sukacita. Kuasa Allah akan membawa damai dan sukacita.

Tetapi Kuasa Yesus memberi damai, tentram, kesembuhan dan kebahagiaan. Maka waspadalah kalau ada orang mengaku bisa mengusir roh setan, lihatlah apa buah-buah dari peristiwa itu? Damai atau ketakutan? Tentram atau kegelisahan? Sukacita atau kecemasan? 

Ada setan berwajah seperti Tuhan,
Kata-katanya halus tetapi menakutkan.
Jangan terbuai oleh bujuk rayuan,
Harta terkuras amblas di dasar lautan.

Wonogiri, percayalah pada kuasa Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Merumuskan Arah Dasar

1/26/2025

0 Comments

 
Puncta 26 Januari 2025
Minggu Biasa III
Lukas 1:1-4; 4:14-21


MASIH terkagum-kagum dan penuh senyum (seperti ilmu doctoral yang dia peroleh di Ketapang), saya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Romo Uskup Didik dalam sambutannya.

Dia merasa sudah dipersiapkan sejak dari seminari untuk mengemban tugas-tugas penting. Dan sejak menjadi imam pun banyak tugas dia terima. Pernah sebagai pastor paroki, vikep, vikjen dan menjabat ketua Yayasan di berbagai institusi pastoral.

Oleh Mgr. Tikno, dia sudah diajak terlibat merumuskan arah dasar Keuskupan Surabaya. Dan tanggal 22 Januari 2025, arah dasar yang sudah dirumuskan itu harus digenapinya sebagai pimpinan keuskupan yang baru.

Dia minta maaf dalam tahbisan ini, mungkin ada banyak keterbatasan. “Percayalah, jauh lebih penting, nanti kita ke depan, sesudah ini kita akan membangun Gereja Keuskupan Surabaya (dalam kolegialitas bersama para imam dan umat),” demikian Bapak Uskup menegaskan arah penggembalaannya.

Hari ini dalam bacaan Injil, Yesus juga menegaskan arah pelayanan-Nya. Yesus datang untuk menggenapi arah yang sudah dirumuskan oleh Nabi Yesaya. 

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Yesus berkata: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 

Kalau kita baca kisah-kisah selanjutnya, Yesus berkarya dalam rangka memenuhi arah dasar yang telah dirumuskan. Orang sakit disembuhkan, orang berdosa diampuni, orang mati dibangkitkan dan orang miskin mendapat kabar baik. Tahun rahmat Tuhan sudah datang dalam diri Yesus Kristus.

Yesus menggenapi nubuat para nabi. Ia menghadirkan Allah yang mengasihi semua manusia. Itulah visi-Nya. 

Hidup harus punya arah atau visi. Kalau tidak, kita seperti mayat berjalan. Apa arah atau visi anda ke depan?

Menyusur sungai naik perahu,
Lihat buaya berjemur giginya satu.
Masa depan ada di hadapanmu,
Tentukan arah terus melangkah maju.

Wonogiri, menentukan arah ke depan
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Mewartakan Injil Adalah Kehendak Tuhan

1/25/2025

1 Comment

 
Puncta 25 Januari 2025
Pesta Bertobatnya St. Paulus, Rasul
Penutupan Pekan Doa Sedunia
Markus 16: 15-18
​

MENDENGARKAN sambutan Bapa Uskup Didik saat ditahbiskan menjadi uskup Surabaya kemarin, kita bisa melihat bahwa Tuhan mempunyai rencana dalam hidup kita semua. Tidak terkecuali apa yang dialami oleh Bapa Uskup.

Ketika masuk Seminari menengah, dia tidak punya rencana menjadi imam. Dia hanya diajak oleh temannya, Antonius Kasmanto mendaftarkan diri ke seminari. 

Bahkan Didik muda tidak tahu apa motivasinya menjadi imam. Tetapi melalui Romo Tikno, yang kemudian menjadi Uskup Surabaya, dia dibimbing memahami imamat.

Ketika bertugas menjadi imam pun, semua jalan yang dilalui bukan karena kehendaknya sendiri. Tetapi dia merasa dituntun oleh Tuhan dengan berbagai macam peristiwa. Bahkan juga peristiwa gagal dan jatuh.

Lima Tahun menjalani perutusan di Ketapang, dia merasa dibaptis kembali oleh Tuhan untuk semakin mencintai imamat, semakin mencintai umat. Selama di ketapang dia mendapat ilmu tingkat doctoral yakni ilmu “senyum semesta.”

Di Ketapang Romo Didik diajari untuk tersenyum kepada pohon, ular yang lewat dan tersenyum kepada ketakutan selama semalam tersesat di hutan. 

“Ketakutan itu pun layak untuk disenyumi dan akhirnya sampai pada Tuhan yang sudah tersenyum lebih dahulu dengan salib-Nya.”

Uskup Didik mengatakan,”Saya merasa perjalanan panggilan memang bukan dari diri saya, sungguh Tuhan yang menghendaki. Kita hanyalah sebagai hamba Tuhan, seperti Bunda Maria berkata, terjadilah.”

Hari ini kita merayakan pertobatan Santo Paulus. Kita semua tahu dari Kisah Para Rasul, siapa Paulus sesungguhnya. Dia “musuh” yang mengejar murid-murid Yesus. Tetapi di tengah jalan di Damaskus, dia dipanggil  dalam penampakan oleh Yesus. 

Sejak saat itu cintanya kepada Yesus “kepati-pati.” Dia sampai berani berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Dan “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil.”

Panggilan Tuhan tak bisa dibendung. Jika kita dipanggil menjadi imam-Nya, tak bisa kita menghindar. Paulus dan sekarang ini Uskup Didik adalah contohnya. 

Tuhan yang menghendaki agar kita mewartakan Injil seperti perintah-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk!”

Jika Tuhan sudah memanggil kita,
Gunung tinggi tak bisa menghalanginya.
Selamat kepada umat Surabaya,
Punya uskup baru yang masih muda.

Wonogiri, Tuhan juga memanggil kita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Romo Uskup Didik

1/24/2025

1 Comment

 
Puncta 24 Januari 2025
Jum’at Biasa II
Pekan Doa Sedunia
Pw. St. Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja
Markus 3: 13-19

DALAM homili pentahbisan Uskup Surabaya, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa Romo Didik yang akan ditahbiskan sebentar lagi menjadi Uskup berpesan kepada seluruh umat di Keuskupan Surabaya bahwa beliau tidak ingin disapa sebagai Monsinyur, tetapi cukup dengan panggilan Romo Uskup atau Bapak uskup saja. 

“Sebuah permohonan yang tidak sulit untuk dilaksanakan oleh umat,” demikian Kardinal menegaskan. Para uskup memang disapa dengan sebutan Monsinyur sebagai gelar kehormatan.

Uskup Didik merasa bahwa beliau tidak pantas memanggul tugas perutusan sebagai gembala utama di Keuskupan Surabaya. Beliau memilih disapa dengan sebutan Romo Uskup atau Bapak Uskup. 

Sebuah sikap kerendahan hati seorang gembala. Siapakah kita ini sampai dipanggil menjadi rasul-rasul atau gembala?

Yesus memilih duabelas orang untuk menjadi gembala umat yakni rasul-rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang sederhana dan bersahaja. 

Ada yang berlatar belakang nelayan, pemungut cukai, rakyat jelata, bahkan anggota pemberontak (Kaum Zelot) yang melawan penjajah Romawi.

Yesus mempersiapkan mereka untuk mewartakan Injil dan mengusir segala penyakit. Mereka diajak belajar dengan melihat karya-karya Yesus. 

Mereka harus siap menghadapi segala hambatan, bahkan rela mengorbankan nyawa dalam tugas demi Tuhan.

Bagi Tuhan, bukan soal kepandaian, kekayaan atau kehebatan untuk bisa menjadi rasul-Nya. Tetapi kesediaan atau komitmen untuk mengikuti Dia itulah yang penting. 

Seperti Romo Uskup Didik, bukan soal kehormatan, kedudukan atau jabatan yang penting, tetapi kesediaan untuk mengabdi dan melayani umat dengan tekun dan setia, mau berjalan bersama para domba yang digembalakannya.

Kita pun juga dipanggil menjadi murid-murid Yesus, apakah kita juga berani menjawab dengan setia dan tekun mengikuti Yesus kendati menghadapi hambatan dan rintangan yang sulit? Tidak dihargai dan dihormati?

Jadi petinju jangan takut dipukul.
Kalau mau enak jadilah atlit renang.
Kita semua dipanggil menjadi rasul.
Mewartakan Injil bagi semua orang.

Wonogiri, Proficiat Romo Uskup Didik
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Tidak Butuh Pujian dan Pengakuan

1/23/2025

0 Comments

 
Puncta 23 Januari 2025
Kamis Biasa II
Pekan Doa Sedunia
Markus 3:7-12

MANUSIA pada umumnya membutuhkan pengakuan. Ia ingin diakui atau dihargai. Orang belajar dengan keras agar mencapai prestasi tinggi supaya diakui. 

Orang juga mengejar kuasa agar bisa diakui. Orang ingin populer, terkenal, agar diakui dan dihargai banyak orang.

Dengan prestasi, kekuasaan dan popularitas orang disanjung dan dipuji dimana-mana. Semua itu tidak salah asal melalui jalan yang benar dan digunakan untuk kebaikan banyak orang. 

Sesuatu yang manusiawi bahwa kita semua membutuhkan pujian dan pengakuan.

Tetapi bagi Yesus bukan itu tujuan sesungguhnya kita diciptakan dan berada di dunia. Yesus sangat populer. Ia dicari banyak orang dari Galilea. 

Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.

Prestasi-Nya diakui banyak orang sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan datang kepada-Nya hendak menjamah-Nya. 

Kuasa-Nya sungguh luar biasa. Tidak hanya manusia, tetapi setan-setan pun tunduk pada-Nya. Mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."

Namun semua itu tidak ada artinya bagi Yesus. Bukan itu yang dicari. Maka Dia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia. Bukan pujian, bukan prestasi, bukan kuasa atau pengakuan yang dikehendaki. 

Tetapi setia melaksanakan kehendak Bapa itulah yang dilakukan-Nya. Kalau kita masih berkutat mencari pengakuan diri, ingin dikenal, populer, diakui oleh orang banyak, mengejar pujian, mungkin kita harus bertanya diri. 

Inikah tujuan hidup saya? Bahagiakah saya dengan semua itu?

Banyak orang pinter masuk angin,
Banyak orang kaya hidup merana.
Banyak orang bahagia walau miskin,
Bahagia itu tak perlu uang berjuta-juta.

Wonogiri, yang penting sehat bisa bahagia...
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki