|
Puncta 21 Desember 2025
Minggu Adven IV Matius 1:18-24 DALAM Injil diceritakan ada dua pria yang mendapat kabar dari Malaikat Gabriel, yakni Zakharia, suami Elisabet dan Yusuf, suami Maria. Namun reaksi mereka jauh berbeda. Zakharia seorang imam yang bertugas di Bait Suci. Bisa ditebak pastilah hidupnya saleh dan memahami kitab suci. Namun saat Gabriel memberitahu bahwa istrinya akan mengandung, Zakharia tidak percaya. Zakharia mempertanyakan kehendak Tuhan, "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku telah lanjut umurnya." Karena meragukan kehendak Allah, Zakharia dihukum menjadi bisu. Yusuf berbeda dengan Zakharia. Ia seorang pria yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan tunangannya. Dengan diam-diam ia hendak meninggalkannya. Tetapi dalam kebimbangan, malaikat Gabriel datang. "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka," tegas sang malaikat. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf BERBUAT seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya. Kata BERBUAT sengaja saya beri huruf kapital. Karena inilah yang membedakan dengan reaksi Zakharia. Tanpa pikir dua tiga kali, tanpa ragu, tanpa banyak kata, tanpa menunda-nunda, setelah bangun dari tidurnya, Yusuf langsung berbuat apa yang diperintahkan Gabriel. Dia menjadi suami yang siap siaga bertanggungjawab untuk Maria dan bayinya. Sikap ragu-ragu membuat kita takut melakukan sesuatu. Zakharia takut untuk percaya bahwa Allah bisa melakukan segala sesuatu. Beda dengan Yusuf. Walaupun dia juga takut, tetapi Yusuf percaya dan segera berbuat apa yang diperintahkan kepadanya. Hasilnya adalah buah keselamatan bagi banyak orang. Belajarlah dari koloni semut, Mereka bersatu dan bekerjasama. Janganlah ragu dan takut, Sabda Tuhan dapat dipercaya. Wonogiri, jangan ragu tapi percaya Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 20 Desember 2025
Sabtu Adven III Lukas 1:26-38 DALAM kisah lahirnya Karna, digambarkan bahwa Kunti berguru pada Resi Druwasa. Ia diberi aji yang dapat menghadirkan dewa. Namun mantra itu tak boleh didoakan pada waktu tidur atau sedang mandi. Karena ingin sekali mengetahui kesaktian mantra itu, Kunti merapalkan saat mandi. Dewa Surya datang dan singkat cerita Kunti mengandung. Maka lahirlah Karna, yang kemudian dibuang di sungai Gangga. Karna kemudian mengabdi kepada Kurawa. Dalam Injil hari ini, Malaikat Gabriel datang kepada Maria. Ia memberitakan kabar bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang bayi yang akan diberi nama Imanuel, artinya Allah beserta kita. Maria terkejut dan bertanya, bagaimana mungkin itu terjadi karena dia masih perawan dan belum pernah berhubungan dengan lelaki. Malaikat menjelaskan bahwa Roh Kudus akan turun atasnya dan kuasa Allah akan menaunginya, sehingga anak itu akan kudus, Anak Allah. Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Ia berdaulat atas hidup manusia. Apa yang dikehendaki Tuhan pasti akan terjadi. Gabriel memberi bukti; Elisabet yang sudah tua dan dikatakan mandul jadi wujud nyata daulat Tuhan. Maria tunduk pada kedaulatan Tuhan. Ia berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut firmanmu.” Kesediaan dan ketaatan Maria menyelematkan seluruh umat manusia. Dari dia, lahirlah Sang Penebus yaitu Yesus Kristus. Sabda Allah menjadi manusia dan diam di antara kita. Kunti tidak mau menerima kehendak Allah. Dia membuang anak itu. Karna bergabung di pihak Kurawa yang jahat. Karna harus mati ditumpas oleh Pandawa. Maria menerima kehendak Tuhan dan menjawab panggilan Allah dengan setia. Yesus menjadi penyelamat bagi umat manusia yang berdosa. Kita bersyukur atas iman dan ketaatan Maria. Tanpa jawaban YA dari Maria, kita tak mungkin diselamatkan. Allah menggunakan Maria menjadi pembuka jalan keselamatan kita. Pergi ke Guci mandi air hangat, Hilang rasa penat badan jadi kuat. Salam Maria bunda penuh rahmat, Darimu kami menemukan Penyelamat. Wonogiri, doakan kami ya Bunda Maria Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 19 Desember 2025
Jum’at Adven III Lukas 1:5-25 THOMAS Alva Edison tidak pernah mengenyam pendidikan di kelas karena dianggap punya gangguan mental. Ia hanya masuk sekolah selama tiga bulan. Gurunya tidak mampu mengajar karena dia banyak bertanya dan rasa ingin tahunya sangat besar. Guru kelasnya mengembalikan Thomas kepada orangtuanya karena dianggap aib yang mengganggu di kelas. Ibunya menerima keputusan sekolah dan dengan tekun mendampingi anaknya di rumah. Berkat kesabaran dan kebijaksanaan sang ibu, Thomas bertumbuh menjadi anak yang cerdas dan luar biasa. Pada usia muda, Thomas Alva Edison mengembangkan penemuannya yang mempengaruhi kehidupan seluruh dunia, yakni lampu pijar. Sekarang hampir seluruh segi kehidupan manusia memerlukan lampu listrik. Anak yang dianggap aib di kelas, namun berkat pendampingan yang tekun dari seorang ibu, ia menjadi penemu hebat yang berguna bagi umat manusia. Zakharia dan Elisabet yang mandul dianggap aib bagi masyarakat. Namun keyakinan dan ketekunan mereka tidak pernah pudar. Mereka hidup saleh dan sabar menantikan penyelenggaraan Tuhan. Ketika Zakharia menjalankan tugas peribadatan di Bait Suci, Malaikat Gabriel datang menyampaikan kabar bahwa doa dan ketekunannya didengarkan Tuhan. Elisabet akan melahirkan seorang anak. Kata Malaikat, “Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan.” Kelahiran Yohanes Pembaptis menghapus aib yang ditanggung ibunya. Yang dianggap bodoh oleh mata dunia dipakai oleh Tuhan untuk menerangi hati dan pikiran banyak orang. Yang dianggap aib bagi dunia, ternyata justru sangat berguna bagi kehidupan umat manusia di dunia. Dengan penemuan lampu listrik, Thomas memberi kehidupan terang bagi semua orang. Dengan kelahiran Yohanes, dia memperkenalkan Sang Terang Sejati yaitu Yesus Kristus kepada dunia. Yohanes menjadi pembuka jalan bagi Mesias untuk tampil menerangi dan menyelamatkan umat manusia. Dari Zakharia dan Elisabet kita belajar, ketekunan, doa dan kesalehan membuahkan hasil yang luar biasa. Tuhan mendengarkan doa mereka pada waktunya. Mari kita tetap yakin dan percaya, hasil yang baik tidak mengkhianati usaha dan doa yang tekun terus menerus. Alva Edison dianggap anak sakit saraf, Ia menemukan listrik penerang jalan-jalan. Tak berhenti untuk berdoa dan berharap, Karena harapan tak pernah mengecewakan. Wonogiri, terus berdoa dan berharap Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 18 Desember 2025
Kamis Adven III Matius 1:18-24 Ketika Bisma maju berperang menjadi panglima darah Kuru, Para Pandawa ragu dan takut menghadapi kakek leluhur mereka. Bisma adalah leluhur darah Barata, termasuk anak-anak Pandu yakni Pandawa. Mereka takut dan bimbang karena Bisma orang yang sakti mandraguna. Lebih-lebih Bisma adalah leluhur yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Tidak ada satupun yang berani maju berperang melawan Bisma. Namun, Kresna penasehat Pandawa tahu apa yang harus dilakukan. Kresna minta agar Srikandi seorang perempuan ditugaskan untuk maju berperang melawan Resi Bisma. Srikandi telah diajari memanah oleh Arjuna. Srikandi dengan penuh keyakinan maju berperang. Ia melawan gurunya para Pandawa. Di hadapan seorang perempuan yang teguh dan pemberani, Bisma takluk dan menyerahkan diri. Dengan kepercayaan diri, Srikandi menjadi pahlawan. Dalam Injil hari ini, kita melihat pribadi Zakharia dan Elisabet. Mereka mendapat berita bahwa akan mempunyai seorang anak laki-laki. Reaksi Zakharia yang sudah tua itu tidak percaya. Ia meragukan berita Malaikat Gabriel. Kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku telah lanjut umurnya." Karena meragukan kehendak Allah, Zakharia dihukum menjadi bisu. Berbeda dengan reaksi Elisabet, isterinya. Dia menerima dengan suka cita dan percaya Bahwa Allah menepati janji-Nya. Allah selalu mendengarkan doa orang tekun dan setia. Ia percaya bahwa Allah terus bekerja untuk keselamatan manusia. Elisabet tidak banyak berkomentar atas peristiwa ajaib ini. Tetapi dia percaya bahwa Allah sedang berkarya dalam dirinya. Dia mengundurkan diri dari pergaulan dengan orang banyak. Dia menyendiri dan merenungkan karya ilahi ini. Dengan kepercayaan yang teguh, Srikandi mampu mengalahkan Bisma yang tak mungkin tertandingi. Begitu pula dengan keyakinan yang kuat Elisabet menghancurkan aib yang selama ini membelenggunya sebagai wanita mandul. Kepercayaan pada Allah dapat mengalahkan segala hambatan atau musuh yang besar. Elisabet mengajarkan kepada kita agar tetap teguh percaya kendati harus menghadapi ketidakjelasan dan ketidakpastian. Pada akhirnya Allah pasti menyatakan kebenaran-Nya. Hujan gerimis menyapu debu, Cuaca jadi cerah tidak kelabu. Jangan bimbang ataupun ragu, Kuasa Allah tetap besertamu. Wonogiri, teguh percaya Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 17 Desember 2025
Rabu Adven III Matius 1:1-17 KALAU kita masuk ke istana kerajaan, pasti di sana kita temui kronologi silsilah dari pendiri Kerajaan sampai keturunan yang terakhir, yang kini memerintah. Kadang yang tertulis di sana adalah tokoh-tokoh baik. Yang tidak baik disembunyikan. Sejarah dibuat mengikuti kemauan yang berkuasa. Dalam Injil hari ini kita disodori silsilah Yesus oleh Matius. Matius menulis apa adanya. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Dia mau mengungkapkan bahwa Yesus berasal dari keturunan Abraham dan Daud. Yesus adalah penggenapan dari janji keselamatan Allah sejak zaman Abraham. Ada tiga periode yang tuliskan yakni dari Abraham ke Daud. Periode Daud ke pembuangan Babel dan dari Babel sampai ke Kristus. Hal ini mau menunjukkan Allah adalah setia pada janji-Nya. Allah menggunakan manusia yang lemah dan berdosa untuk menghadirkan karya keselamatan-Nya. Hal ini nampak bahwa bukan orang baik-baik saja yang dipakai Tuhan. Tetapi juga ada pribadi-pribadi yang kurang sempurna. Kita bisa membaca siapa itu Tamar, Rahab, Rut, Bersyeba. Bahkan juga Daud sendiri adalah orang yang berdosa. Kedosaan manusia tidak menggagalkan rencana keselamatan Allah. Allah tetap setia pada janji-Nya untuk menyelamatkan kita. Maka Ia mengutus Yesus, Putera-Nya untuk menebus kita. Ketika tiba saatnya, Anak-Nya lahir melalui Perawan Maria. Allah sendiri tahu bahwa manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya. Dosa membuat manusia hancur. Tetapi kasih setia Allah melampaui kegagalan manusia. Oleh karena itu Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia dari dosanya. Kita bersyukur karena Allah itu setia. Allah tidak memandang kedosaan kita. Kasih-Nya mengatasi dosa-dosa kita. Yesus itulah tanda kasih Allah yang nyata. Kita menanti kelahiran-Nya. Kita juga mensyukuri asal-usul kita sendiri. Mungkin kita tidak mengenal nenek moyang kita. Tetapi dari merekalah kita dilahirkan ke dunia ini. Seraya mensyukuri kasih Allah kita kenangkan nenek moyang dan orangtua kita. Menikmati ombak bergulung di Pantai Osana, Banyak nelayan mencari ikan di tengah samudra. Kita lahir dari nenek moyang yang tidak sempurna, Namun Allah tetap setia mengasihi kita apa adanya. Wonogiri, kasih Allah tetap setia Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 16 Desember 2025
Selasa Adven III Matius 21:28-32 Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia. Kau janjikan sepatuku dari kulit rusa. Tapi janji tinggal janji. Bulan madu hanya mimpi. Tapi janji tinggal janji di bibirmu. Ini sepenggal syair dari lagu “Dingin” yang dinyanyikan Hetty Koes Endang era tahun 80-an namun tetap up to date sampai sekarang karena banyak orang mengobral janji dan sumpah tetapi tidak melaksanakannya. Bencana yang sering kita alami di negeri ini, salah satunya juga akibat janji-janji yang tidak dijalani. Para pemangku jabatan disumpah dan berjanji untuk bekerja jujur, tidak menerima suap, korupsi atau terima gratifikasi. Tetapi kenyataannya jauh api dari panggang. Korupsi sekarang nampak terang-terangan bahkan berjamaah. Kabar terakhir Bupati Lampung Selatan dicokok KPK karena karupsi pengadaan barang. Daftar pejabat yang korup semakin panjang. Orang Jawa bilang, “Nggih, nggih ning ora kepanggih.” Artinya berkata ya, ya tetapi tidak melaksanakannya. Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menggambarkan dalam diri dua anak yang diberi tugas oleh orangtuanya. Anak pertama menjawab YA, tetapi tidak bertindak. Anak kedua berkata, ”Aku tidak mau.” Tetapi kemudian menyesal dan melakukan perintah bapanya. Pertobatan lebih penting daripada janji-janji tetapi tidak ditepati. Tindakan lebih dihargai daripada sumpah dan janji namun tidak berbuat apa-apa. Lebih baik jadi orang berdosa yang mau bertobat daripada orang benar yang tidak butuh pertobatan. Kaum Farisi, para ahli Kitab merasa diri paling benar dan paling saleh. Tetapi mereka tidak mau bertobat dan mendengarkan Yohanes Pembaptis. Sebaliknya, pemungut cukai, pelacur, orang berdosa bertobat dan menjadi percaya pada pewartaan Yohanes Pembaptis. Merekalah anak kedua yang menyesal dan menuruti perintah Allah. Apakah kita lebih memilih seperti kaum Farisi yang merasa saleh dan benar, sehingga tidak butuh pertobatan atau kaum pendosa yang mau berbalik kepada Allah dengan bertindak yang benar? Naik kapal nyusur sungai, Sungai kapuas sungguh ramai. Mari kita perbaiki perangai, Kalau salah mau berdamai. Wonogiri, lebih baik bertindak Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 15 Desember 2025
Senin Adven III Matius 21:23-27 DRAMA tentang ijazah Jokowi seperti berjalan tak pernah berhenti. Seperti sinetron yang tidak diketahui kapan selesainya. Mempertanyakan ijazah berarti mempersoalkan legalitas atau keabsahan tingkat pendidikan. Kita ini suka membuat apa yang mudah menjadi sulit berbelit-belit. Dengan persoalan yang tak kunjung selesai itu, orang justru dibuat menjadi bingung dan bimbang. Kaum cerdik pandai dibuat seperti orang yang tidak mengerti apa-apa. Banyak orang mempertanyakan keabsahan atau legalitas seseorang. Demikian juga yang dilakukan oleh imam-imam kepala dan tua-tua Bangsa Yahudi. Mereka mempertanyakan kuasa Yesus. "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" demikian pertanyaan mereka pada Yesus. Para imam kepala dan tua-tua Yahudi mungkin terusik kepentingan mereka dengan munculnya Yesus dari Nasaret yang mengajar dan mempunyai pengikut yang banyak. Bisa jadi Yesus diteror dan diintimidasi agar menunjukkan legalitas dari semua tindakan dan ajaran-Nya. Kaum tua-tua itu kawatir karena Yesus mempunyai kharisma sebagai pengajar yang luar biasa. Banyak dari kelompok atau murid-murid mereka bergabung dengan Yesus. Dengan tenang Yesus menghadapi serangan pertanyaan itu. Dia balik menyerang seperti tim sepakbola Spanyol yang memiliki daya serangan balik mematikan. Yesus balik bertanya kepada mereka. Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Seperti kena skak mat, mereka tak berkutik menjawab pertanyaan Yesus. Mereka seperti judul Film Warkop, ‘Maju kena, Mundur kena.” "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Yesus mengajari kita untuk bersikap tenang dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan tenang kita bisa menilai apa yang sesungguhnya terjadi dan mengambil sikap tepat bagaimana cara mengatasinya. Orang yang tenang tidak mengandalkan reaksi emosional tetapi dengan pemikiran yang matang dan bijaksana. Mari kita hadapi persoalan hidup kita dengan tenang dan penuh perhitungan. Siang panas di kolam pemancingan, Tahu-tahu ada ikan di meja makan. Jangan gugup menghadapi persoalan, Berpikir tenang mengatasi keadaan. Wonogiri, kuasai diri dengan tenang Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 14 Desember 2025
Minggu Adven III Matius 11:2-11 SEORANG ibu mengungkapkan kekecewaaanya pada Tuhan karena ia harus menghadapi penderitaan hidup. Perkawinannya berantakan karena suaminya pergi dengan meninggalkan hutang banyak. Ia harus menanggung sendirian. Tidak lama kemudian ibunya meninggal. Ia harus merawat ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Sementara dua anaknya harus kuliah dengan biaya besar. Ia merasa kecewa, marah, putus asa, dan meragukan Tuhan. “Kenapa Tuhan tidak datang dan bertindak untuk menolong?” Apakah aku harus bertahan untuk menantikan Tuhan bertindak?” jeritan pilu menggema di kamar tamu pastoran dan terdengar menyayat hati. Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes Pembaptis mengalami derita di penjara karena dia memprotes Herodes. Dalam penderitaan itu Yohanes mempertanyakan kuasa Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" Jeritan Yohanes di dalam penjara terdengar sampai kepada Yesus. Maka Ia menjawab, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Dalam derita, kita sedang diuji oleh Tuhan. Ada yang meragukan Tuhan. Ada yang kecewa dan putus asa karena Tuhan belum bertindak menyelamatkan. Tetapi Tuhan menegaskan, “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Mampukah kita tetap bertahan dan percaya bahwa Tuhan akan bertindak pada waktu yang tepat? Selalu berharap pada Tuhan tidak akan mengecewakan. Tetaplah bertekun dalam ujian, kita tidak sendirian. Pada saat yang tepat Tuhan akan bertindak. Sewenang-wenang orang babat hutan, Banjir bandang membuat banyak korban. Derita hidup adalah ujian pendadaran, Orang hebat lahir dari banyak pencobaan. Wonogiri, jangan meragukan Tuhan Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 13 Desember 2025
Pw. St. Lusia, Perawan dan martir Matius 17.9a.10-13 atau RUybs SETELAH terjadi bencana banjir bandang yang menerjang Aceh, Medan, Sibolga dan Tapanuli Selatan yang meluluhlantakkan pemukiman warga akhir November kemarin, muncul film dokumenter perbincangan aktor Harrison Ford dengan Zulkifli Hasan di kantornya beberapa waktu sebelumnya. Film itu menunjukkan pembabatan hutan yang masif dan amat luas di daerah Sumatera. Ford ingin mewawancarai ZulHas yang menjadi menteri kehutanan zaman SBY periode 2009-2014. Ford terlihat marah karena sang menteri tidak serius melihat kerusakan hutan yang sangat masif. Ia terlihat tertawa kecil atas pernyataan keprihatinan Ford dan seluruh dunia. Sekarang baru kita sadari nubuat itu terjadi, betapa dahsyat dampak yang terjadi atas rusaknya hutan itu. Bencana itu berdampak sangat luas di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), mencakup 3,3 juta jiwa terdampak, 753 meninggal, kurang lebih 500 orang hilang, ribuan luka, serta puluhan ribu bangunan dan infrastruktur rusak (jalan, jembatan, irigasi, rumah, sekolah dan bangunan lainnya). Kerusakan meluas mencakup 829,81 hektare lahan pertanian puso (Agam), 11.650 rumah terendam (Pesisir Selatan), dan desa-desa porak-poranda seperti Desa Sekumur di Aceh Tamiang, dengan kerugian ekonomi ditaksir mencapai Rp 68,67 triliun. Nubuat kenabian telah didengungkan oleh Harrison Ford dan berbagai NGO baik dari dalam maupun Luar Negeri. Tetapi pejabat tinggi negeri ini tidak menggubrisnya. Tidak ada penindakan yang tegas bagi perambah hutan atau perusahaan-perusahaan tambang dan kayu yang menggunduli hutan. Hal ini juga pernah disabdakan Yesus kepada orang-orang Yahudi zaman itu. Yohanes datang mengingatkan akan pertobatan menyeluruh bagi semua warga. Tetapi mereka menolaknya. Suara Yohanes dianggapnya angin lalu belaka. Aku berkata kepadamu: “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Beberapa kali terjadi bencana, tetapi kita tidak mau belajar dari pengalaman dan nasehat orang. Tidak heran bila kerusakan mental dan kehancuran ekologis siap menghadang di depan kita. Apakah kita akan tetap sombong dan pongah tidak peduli dengan jeritan alam dan peringatan Tuhan melalui keprihatinan banyak orang? Jangan anggap remeh nasihat orang, Dunia luluh lantak baru jadi tangisan. Yohanes Pembaptis sudah datang, Mengajak semua lakukan pertobatan. Wonogiri, dengarkan suara hati Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 12 Desember 2025
Jum’at Adven II Matius 11:16-19 Suatu hari seorang tetangga yang malas dan suka memukul datang kepada Nasruddin Hoja untuk meminjam keledainya. Ia ingin menggunakan keledai itu ke ladangnya. Nasruddin tahu orang itu bukan tipe orang sabar dan akan memukul dan menyakiti keledainya, jika hewan itu tidak menuruti keinginannya. Untuk menolak secara halus, Nasruddin beralasan bahwa keledainya sedang dipinjam. Tetangga itupun pamit pulang. Ketika didengarnya bunyi suara keledai dari belakang rumah, orang ini segera naik pitam dan membentak Nasruddin. "Kau bilang keledaimu dipinjamkan orang, tapi tadi itu suara apa?!" Dengan tenang Nasruddin menjawab, "Kau lebih percaya keledaiku atau orang tua yang sudah berambut putih ini?" Orang itu pun pulang dengan dongkolnya. Hari berikutnya tetangga yang lain datang pula ingin meminjam keledai yang sama. Tak ingin dipermalukan dua kali, Nasruddin meminta orang ini menunggu sebentar. Nasruddin masuk ke rumahnya, dan tak lama ia kembali sambil berkata, "Mohon maaf saudaraku. Aku telah mengemukakan maksudmu kepada keledaiku, tapi ia menolak dan bilang 'aku sebenarnya suka melayani manusia dan meringankan beban mereka, tapi mereka sering menyakitiku dengan memukul dan mencaciku'." Tetangganya dengan heran berkata, "Sejak kapan keledai bisa bicara dan mempunyai pandangan seperti manusia?" Tak kurang akal Nasruddin membalasnya, "Memang demikianlah kenyataannya, saudaraku. Begitu banyak keledai saat ini yang pandai bicara, bahkan berdebat, bermusyawarah dan mengemukakan pendapat, berpidato, berkotbah sampai berbuih-buih….!" Yesus mengkritik orang-orang pada zaman itu yang menolak ajakan pertobatan Yohanes. Mereka menuduh Yohanes orang sinting karena askesenya yang keras. Namun ketika Yesus datang makan dan minum, mereka menuduh Yesus sebagai pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Manusia hanya mengikuti kemauannya sendiri. Mereka keras kepala dan tidak mau puas dengan keinginannya sendiri. Mereka tidak akan menemukan hikmat Allah. Cara Allah bekerja sering tidak sesuai dengan ekspektasi dan pikiran manusia. Kita harus menyesuaikan dengan pikiran dan kehendak Allah, bukan memaksakan kehendak kita sendiri. Orang lebih bodoh dari keledai malas, Tak mau kerja tapi pengin perut gendut. Yohanes hidup dengan askese yang keras, Yesus datang dengan kasih yang lembut. Wonogiri, dengarkan hikmat Allah Rm. A.Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed