|
Puncta 7 Desember 2025
Minggu Adven II Matius 3:1-12 BUAH pertobatan yang nyata digambarkan oleh Viktor Hugo dalam pribadi Jean Valjean dalam Novel “Les Miserables.” Dari seorang narapidana yang penuh dendam menjadi walikota yang murah hati. Pertobatan itu terjadi ketika Jean Valjean diampuni dan dikasihi oleh Uskup Meyriel yang memberinya tumpangan dan belas kasihan. Sejak saat itu Valjean berubah hidupnya. Ia membantu banyak orang untuk hidup layak. Ia membantu Fantine yang sakit dan tuna wisma. Ia menyelamatkan Cosette, anak yatim piatu. Valjean menolong Marius Pontmercy yang hampir mati. Pertobatan Valjean diwujudkan secara nyata dalam tindakan belas kasih pada yang kecil dan menderita. Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan kepada banyak orang karena Kerajaan Allah sudah dekat. Ia menggambarkan orang yang tidak bertobat seperti pohon yang tidak menghasilkan buah. Pohon itu akan ditebang dan dibakar ke dalam api. Pertobatan sejati nampak dalam sikap hidup dan tindakan kita. Ada perubahan ke arah yang baik dan benar dalam diri kita. Yohanes tampil memberitakan pertobatan; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Hidup Yohanes Pembaptis sendiri memberi contoh tentang pembaharuan diri dan pertobatan. Ia hidup dengan askese yang tinggi, matiraga dan menahan diri terhadap nafsu duniawi. Pertobatan tidak sekedar hanya niat, tetapi nyata dalam tindakan. Untuk menyiapkan kedatangan Sang Mesias, kita juga diajak untuk bertobat. Perlu menyiapkan diri agar pantas menerima anugerah Tuhan. Masa Adven ini adalah masa pertobatan. Masa untuk pembaharuan diri menuju pertobatan sejati. Jangan sampai kita menjadi pohon yang tidak menghasilkan buah dan akan dibuang. Mari kita menghasilkan hidup yang berkelimpahan. Alat penampi sudah ada di tangan-Nya untuk memisahkan gandum dan jerami. Jadilah gandum yang bernas sehingga berguna bagi banyak orang. Senang terima sepucuk surat, Selalu datang pada hari Jum’at. Bertobat harus sampai berbuat, Jangan hanya berhenti pada niat. Wonogiri, mari kita bertobat Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments
Puncta 7 Desember 2025
Minggu Adven II Matius 3:1-12 BUAH pertobatan yang nyata digambarkan oleh Viktor Hugo dalam pribadi Jean Valjean dalam Novel “Les Miserables.” Dari seorang narapidana yang penuh dendam menjadi walikota yang murah hati. Pertobatan itu terjadi ketika Jean Valjean diampuni dan dikasihi oleh Uskup Meyriel yang memberinya tumpangan dan belas kasihan. Sejak saat itu Valjean berubah hidupnya. Ia membantu banyak orang untuk hidup layak. Ia membantu Fantine yang sakit dan tuna wisma. Ia menyelamatkan Cosette, anak yatim piatu. Valjean menolong Marius Pontmercy yang hampir mati. Pertobatan Valjean diwujudkan secara nyata dalam tindakan belas kasih pada yang kecil dan menderita. Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan kepada banyak orang karena Kerajaan Allah sudah dekat. Ia menggambarkan orang yang tidak bertobat seperti pohon yang tidak menghasilkan buah. Pohon itu akan ditebang dan dibakar ke dalam api. Pertobatan sejati nampak dalam sikap hidup dan tindakan kita. Ada perubahan ke arah yang baik dan benar dalam diri kita. Yohanes tampil memberitakan pertobatan; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Hidup Yohanes Pembaptis sendiri memberi contoh tentang pembaharuan diri dan pertobatan. Ia hidup dengan askese yang tinggi, matiraga dan menahan diri terhadap nafsu duniawi. Pertobatan tidak sekedar hanya niat, tetapi nyata dalam tindakan. Untuk menyiapkan kedatangan Sang Mesias, kita juga diajak untuk bertobat. Perlu menyiapkan diri agar pantas menerima anugerah Tuhan. Masa Adven ini adalah masa pertobatan. Masa untuk pembaharuan diri menuju pertobatan sejati. Jangan sampai kita menjadi pohon yang tidak menghasilkan buah dan akan dibuang. Mari kita menghasilkan hidup yang berkelimpahan. Alat penampi sudah ada di tangan-Nya untuk memisahkan gandum dan jerami. Jadilah gandum yang bernas sehingga berguna bagi banyak orang. Senang terima sepucuk surat, Selalu datang pada hari Jum’at. Bertobat harus sampai berbuat, Jangan hanya berhenti pada niat. Wonogiri, mari kita bertobat Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 6 Desember 2025
Sabtu Adven I Matius 9:35 – 10:1.5a.6-8 SEMINGGU setelah bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera Utara dan Aceh, Karina KAS mengeluarkan surat edaran untuk peduli bagi para korban. 700-an jiwa menjadi korban, ribuan yang sakit dan mengungsi karena rumah mereka diterjang banjir bandang. Dari berita di media sosial kita bisa melihat penderitaan saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatera Utara. Bahkan Bupati di Aceh merasa tak sanggup mengatasi situasi yang sangat berat ini. Bupati minta kepada Pemerintah Pusat untuk mengambil alih penanganan bencana. Hal ini menunjukkan betapa berat dan dahsyat dampak yang ditimbulkan oleh banjir bandang yang menerjang pemukiman warga. Kita semua diajak berbelas kasih dan peduli dengan membantu mereka yang terdampak. Semangat belarasa diwujudkan dalam tindakan nyata menolong mereka yang sedang menderita. Inilah pesan Yesus dalam perikope hari ini. Yesus berkeliling mengajar tentang Kerajaan Allah. Dia mewujudkan itu dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat dan memberitakan kabar sukacita. Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan melihat orang banyak yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Para murid diajak untuk menolong mereka. Yesus memanggil murid-murid-Nya dan memberi kuasa untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Belas kasih menjadi dasar utama untuk bertindak. Berbela rasa dengan mereka yang sedang menderita adalah panggilan ilahi. Saudara-saudara kita di Aceh dan Medan sedang menderita. Mereka kehilangan rumah, tanpa makanan dan minuman, ada yang sakit, harus mengungsi dan derita lainnya. Saat inilah kita diundang ikut terlibat dan ambil bagian dalam kemuridan Yesus. mengikuti Yesus berarti juga berbelarasa dan peduli bagi mereka yang membutuhkan dan menderita. Ayo kita bertindak segera menolong mereka tanpa pandang bulu. Warga Medan sedang berduka, Air bah datang dengan tiba-tiba. Seperti domba tidak bergembala, Kita datang bawa kabar sukacita. Wonogiri, ayo kita berbela rasa Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 5 Desember 2025
Jumat Adven I Matius 9: 27-31 ORANG cacat atau penyandang disabilitas seringkali dipandang sebelah mata. Mereka tidak hanya cacat fisik tetapi juga menjadi korban kehilangan martabatnya sebagai pribadi yang utuh. Justru dari orang-orang seperti ini kita belajar beriman. Yesus justru memilih orang-orang seperti ini untuk disembuhkan dan diangkat martabatnya sebagai manusia seutuhnya. Dalam perikope ini kita belajar dari dua orang buta yang mendapat penyembuhan dan mereka lalu mengikuti Yesus menjadi murid. Dari orang-orang seperti mereka ini kita belajar tentang ketekunan dalam keterbatasan. Mereka berdua terus mengikuti Yesus. Kata “mengikuti” bukan hanya secara fisik, tetapi menjadi murid Yesus dalam perjalanan-Nya. Kata ini sepadan dengan menyertai seperti murid-murid menyertai Yesus. Tidak mudah mengikuti dengan mata buta. Mereka sering dipinggirkan, dan bahkan sering disingkirkan untuk tidak merepotkan yang lain. Mereka digolongkan sebagai pendosa dan layak disuruh pergi. Orang buta ini juga bertekun dalam doa. Mereka mengikuti sambil berseru-seru (berdoa dengan sungguh-sungguh); “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” Seruan ini mengungkapkan iman mereka bahwa Yesus adalah Mesias keturunan Daud yang telah dijanjikan. Yesus sekali lagi menegaskan iman mereka, “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Mereka mengakui dalam iman bahwa Yesus adalah Tuhan. Maka Yesus menyembuhkan mereka karena imannya. Dari sinilah kita banyak belajar dari dua orang buta ini. Mereka mengajarkan agar kita bertekun dalam iman. Ketekunan akan membuahkan berkah yang melimpah seperti dua orang buta ini. Harapan tidak akan sia-sia. Tuhan pasti akan bertindak melihat keteguhan iman kita. Jalan-jalan ke Pangandaran, Singgah dulu makan mendoan. Tetaplah teguh beriman, Tuhan pasti menyembuhkan. Wonogiri, imanmu yang menyelamatkan Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 4 Desember 2025
Kamis Adven I Matius 7:21.24-27 AKHIR September 2025 terjadi peristiwa robohnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Diduga bangunan itu roboh karena kegagalan konstruksi akibat sambungan yang lepas dan bahan bangunan yang tidak sesuai standar. Struktur sambungan yang tidak sempurna seperti kolom dan balok tidak mampu menahan cor beton yang berat di lantai atasnya. Pengerjaan yang tidak menggunakan tenaga ahli – melibatkan santri-santri yang sedang belajar – tidak memenuhi standar. Kurangnya pengawasan profesional di lapangan membuat orang membangun tanpa perhitungan teknis yang memadai. Apalagi dengan motivasi biaya murah, kualitas material diabaikan, hasil yang maksimal dikorbankan. Yesus memberi contoh tentang dua macam dasar pembangunan; pasir dan batu terkait dengan orang beriman. Ada orang yang hanya mendengarkan tetapi tidak melakukan firman. Namun ada orang yang mendengarkan sekaligus melakukannya. Orang yang hanya mendengarkan ibarat membangun rumah di atas pasir. Ketika terjadi hujan badai, rumah itu gampang roboh. Sebaliknya orang yang mendengarkan dan melakukan firman ibarat membangun di atas dasar batu. Orang beriman tidak cukup hanya mendengar kotbah, menghapal Kitab Suci, melafalkan setiap hari di gereja. Tetapi orang harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa praktek korupsi sulit dihapus? Karena orang hanya bersumpah ketika dilantik, tetapi dalam prakteknya mereka tidak melakukan apa yang dijanjikannya. Orang hanya formal mengucapkan sumpah, tetapi lupa mempraktekkannya. Ketika sumpah kepada Allah tidak diwujudkan dalam praktek nyata, hidup akan terombang-ambing dan mudah roboh. Allah saja tidak ditakuti, apalagi hukum buatan manusia. Kita bisa melihat penjara dipenuhi koruptor-koruptor serakah yang hanya membangun untuk dirinya sendiri. Mana yang anda pilih; membangun diri dengan pondasi yang kuat atau mencari enaknya sendiri dengan pondasi yang rapuh? Nasib anda akan ditentukan dengan pilihan ini. Jalan-jalan pagi di atas pematang sawah, Banyak burung bangau terbang kian kemari. Hidup kita ini seperti membangun rumah, Mau kualitas apa itu tergantung kita sendiri. Wonogiri, jangan hanya mendengar, tetapi melaksanakan Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 3 Desember 2025
Pesta St. Fransiskus Xaverius, Imam, Pelindung Misi Markus 16:15-20 SEBELUM terangkat ke sorga, Yesus memberikan perintah agung bagi para murid-Nya; "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Perintah ini sebagai wasiat bagi mereka untuk memberitakan Injil dari masa ke masa, dari generasi ke generasi tanpa kecuali kita sekarang ini. Fransiskus Xaverius adalah salah satu dari ketujuh Yesuit pertama yang diutus mewartakan Injil ke Asia Timur Jauh. Pada mulanya dia berlayar dari Lisboa ke India sebagai jajahan Portugis. Di Goa, India ia menetap dan mengajar agama kepada banyak orang di sana. Ia juga berkotbah dan membaptis orang India menjadi Katolik. Fransiskus kemudian melanjutkan perjalanan misi ke Melaka. Bahkan dia juga berlayar sampai ke Maluku, Ambon, Ternate dan Morotai. Dari Melaka, ia melanjutkan perjalanan misi ke Jepang dan Tiongkok. Tetapi sebelum masuk ke Daratan China, Fransiskus jatuh sakit dan meninggal di Pulau Shangchuan pada awal Desember 1552. Gereja Katolik merayakan wafatnya pada 3 Desember. Fransiskus Xavierius dikanonisasi sebagai orang kudus dan menjadi Pelindung Misi dalam Gereja. Dia menjadi teladan bagi kita semua untuk berani bermisi mewartakan Injil kepada semua orang. Bermisi tidak harus membawa Injil kemana-mana, tetapi terutama dengan teladan hidup yang baik dan benar, jujur dan adil, humanis dan toleran. Dengan sikap hidup sebagai orang Katolik yang baik, kita juga bermisi bagi orang lain. Kini banyak medan pewartaan yang dapat kita jangkau untuk bermisi. Dunia digital juga perlu diberi warta tentang iman Kristen. Generasi milenial dan Generasi modern zaman ini membutuhkan pewartaan iman. Dunia yang semakin menjauh dari Tuhan sekarang ini juga perlu pencerahan rohani. Kita semua diundang oleh Kristus untuk “Pergi ke seluruh dunia dan wartakanlah Kabar Sukacita.” Maukah kita diutus untuk bermisi menebar kebaikan kepada semua orang? Ke padang pasir naik unta, Untanya lari dikejar Honda. Pergilah ke seluruh dunia, Jangan hanya diam di rumah saja. Wonogiri, wartakanlah Injil Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 2 Desember 2025
Selasa Adven I Lukas 10:21-24 DALAM kunjungan keluarga di lingkungan-lingkungan saya merasa senang dan dikuatkan. Umat sederhana di desa-desa yang saya temui memberi kekuatan dalam beriman. Sharing-sharing mereka justru menguatkan dan meneguhkan kami yang datang. Mereka menunjukkan iman yang kuat kendati hidup sendirian di tengah-tengah masyarakat. Mereka selalu bersyukur karena kebaikan Tuhan yang mengalir tiada henti. Mereka bisa melihat karya Tuhan itu lewat pengalaman hidup sehari-hari. Hidup rukun di tengah warga, guyub dan saling membantu satu sama lain, selalu ada pertolongan dalam setiap kesulitan, selalu dicukupkan oleh Tuhan walau tidak kaya raya. Itulah campur tangan Tuhan yang selalu hadir secara nyata. Selalu bersyukur membuat orang mampu melihat karya Allah dalam kehidupan sehari-hari. Bersyukur memungkinkan orang melihat peristiwa kehidupan sebagai tindakan Allah. Kita bisa melihat karya besar Allah dalam hidup kita. Itu dimulai dari hati yang selalu bersyukur. Yesus sendiri mengalami karya Bapa dalam Diri-Nya, maka Dia bersyukur. "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” Yesus mengajak para murid-Nya untuk bersyukur. Para murid semestinya bersyukur karena melihat langsung karya Allah dalam diri Yesus. Maka Yesus berkata kepada mereka, “"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." Banyak orang ingin melihat tetapi tidak bisa melihat. Banyak orang ingin mendengar tetapi tidak mendengar, karena tidak ada rasa syukur dalam hati mereka. Kalau hati kita dipenuhi rasa syukur, maka kita akan melihat karya-karya besar Allah bagi kita. Hal itu yang dikejar dan didambakan oleh orang-orang besar, cerdik pandai dan bijak. Bersyukurlah karena anda telah mengalami dan melihat kasih karunia Allah dalam diri anda dan itu tidak diberikan kepada semua orang, bahkan mereka yang cerdik dan bijak sekalipun. Bersukacita dan bergembiralah anda karena Tuhan selalu ada dalam segala situasi. Sebelum Sabtu adalah hari Jum’at, Kalau hari Minggu kita mesti beribadat. Hati yang bersyukur adalah berkat, Mereka yang sakit serasa ketemu obat. Wonogiri, kebijaksanaan rakyat jelata Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 Desember 2025
Pw. B.Dionesius dan Redemptus, Biarw Martir Indonesia Matius 8: 5-11 atau RUybs PIERRE Berthelot (1600-1638) - demikian nama asli Santo Dionisius yang berasal dari keluarga pelaut. Sejak kecil ia ikut ayahnya mengarungi lautan. Usia 19 tahun dia sudah jadi pelaut ulung. Ia masuk angkatan laut di Goa, India. Ia pernah terdampar di Banten karena kapalnya dibakar oleh VOC. Namun dia tidak puas jadi pelaut. Ia selalu merenungkan panggilan Tuhan dalam Kitab Suci dan hidup menurut sabda-Nya. Pada usia 35 tahun ia masuk Ordo Karmel dan bertugas di Goa, India. Di biara inilah dia bertemu dengan Bruder Redemptus (Thomas Rodriguez da Cunha) yang juga bekas tentara Portugis. Mereka berdua ditugaskan oleh Raja Muda Goa untuk menjalin hubungan dengan Kerajaan Aceh, di bawah Raja Iskandar Thani. Namun hasutan VOC membuat orang Aceh memusuhinya. Mereka difitnah ingin menyebarkan agama Katolik. Mereka ditangkap, disiksa dan dipenjara. Di tengah penganiayaan itu Dionesius meneguhkan iman para anak buah kapal. Dia terakhir dibunuh dengan kelewang dan dipenggal kepalanya. Namun anehnya setiap kali tubuhnya dibuang ke laut, jenasah Dionesius kembali ke tempat dia dibunuh. Akhirnya dia dimakamkan secara hormat di Pulau Dien. Para martir itu dibunuh pada tanggal 29 November 1938. Dionesius dipindahkan ke Goa. Semangat dan mentalnya sebagai perwira surgawi diwujudkan dalam kesetiaan dan loyalitasnya kepada Raja Semesta yaitu Yesus Kristus. Ia taat sampai mati membela iman dan mengikuti perintah-Nya. Dalam Injil, seorang perwira Romawi juga menunjukkan kesetiaan dan ketaatannya dan merasa tidak pantas di hadapan Raja Segala Raja. Kata perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Apakah kita juga punya sikap taat dan setia kepada Kristus Sang Raja Segala Raja? Ketaatan perwira Romawi itu menunjukkan imannya yang dalam. Kita juga bisa meneladan kesetiaan dan ketaatan Dionesius, Redemptus dan perwira Romawi itu. Ke Tawangmangu beli pisang, Makan sebiji seperti makan sepuluh. Aku tidak pantas Tuhan datang, Bersabdalah saja aku pasti sembuh. Wonogiri, selamat jalan sahabatku Asmi Ariyanto... Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 30 November 2025
Minggu Adven Pertama Matius 24:37-44 TANDA atau rambu-rambu adalah petunjuk awal bagi setiap orang untuk berhati-hati. Ia semacam “warning” pengingat bagi kita semua akan suatu hal atau peristiwa yang akan terjadi. Misalnya, penyakit kronis pasti dimulai dengan tanda-tanda atau gejala-gejala awal yang mesti kita perhatikan. Serangan jantung mendadak sebetulnya sudah diawali dengan tanda atau gejala-gejala tertentu yang mungkin tidak kita sadari. Semakin kita peka terhadap tanda, kita akan cepat mengambil langkah pencegahan. Kalau kita mengabaikannya, kita akan mengalami dampak buruk bagi hidup kita. Bacaan Minggu ini mengantarkan kita akan datangnya Yesus yang akan mengadili dunia. Yesus akan datang kembali. Namun kita tidak tahu kapan hari kedatangan itu terjadi. Maka kita diajak untuk berjaga-jaga. Yesus memberi contoh orang yang berjaga-jaga adalah Nuh. Nuh percaya pada Tuhan dan hidup menurut perintah-Nya. Sementara orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri. Mereka mengejar hal-hal duniawi dan berlaku jahat. Nuh membuat bahtera sebagai kesiapsiagaan kendati tanda-tanda air bah belum ada. Bagi orang awam, Nuh dianggap aneh dan gila. Tetapi Nuh percaya “lebih baik sedia payung sebelum hujan.” Mereka yang tidak siap akan datangnya air bah, hanyut dan hancur oleh perbuatannya sendiri. Mereka tidak peka terhadap tanda-tanda alam di sekitarnya. “Wong urip iku bakal ngundhuh wohing pakarti.” Orang akan memetik dari hasil perbuatannya sendiri. Pada masa Adven ini kita diajak siap siaga menyambut kedatangan Tuhan. Jangan terlena oleh urusan duniawi, tetapi siapkan dirimu untuk kedatangan Yesus. Mari kita peka akan tanda-tanda kehadiran Allah di sekitar kita. Kita siapkan diri menyambut kedatangan Mesias. Keluarga Nuh membuat bahtera, Air bah menerjang tanpa diduga. Tuhan akan mendatangi kita, Kita siap siaga menyambut-Nya. Wonogiri, sambutlah kedatangan-Nya Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 29 November 2025
Sabtu Biasa XXXIV Lukas 21:34-36 KITA ini kadang memiliki pikiran terbalik. Baru ketika ada kejadian maling di kampung, kita ribut mengadakan ronda atau jaga kampung. Sebelum ada kejadian, orang terlena dengan acaranya masing-masing. Baru mengadakan ronda kalau sudah ada rumah yang dibobol maling. Lha sebelumnya ngapain kita tenang-tenang saja? Maling pasti tidak akan datang lagi karena tahu orang ramai berjaga-jaga. Berjaga-jaga justru dilakukan ketika belum terjadi kemalingan, kebakaran atau bencana. Sikap berjaga-jaga harus dilakukan setiap saat, tidak menunggu kalau sudah ada kejadian. Yesus menyatakan bahwa Hari Tuhan pasti akan datang. Maka kita diajak untuk selalu berjaga-jaga. "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.” Yesus mengajak kita untuk tidak terlena oleh pesta pora dan kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi. Memang kenikmatan duniawi ini sangat menggiurkan dan menggoda kita. Salah satu contoh yang sekarang menjadi keprihatinan banyak orang, adalah maraknya peredaran narkoba di tengah masyarakat. Bahkan barang haram itu sudah menjalar ke anak-anak pelajar di sekolah. Kalau hal ini tidak diwaspadai, cita-cita luhur kita untuk mencetak generasi emas tahun 2045 bisa kandas tak ada bekas. Oleh karena itu kita diingatkan agar tidak terlena dan tergoda oleh hal-hal duniawi yang menyesatkan. Itu baru satu contoh, ada banyak hal lain yang juga memprihatinkan kita; judi online, perdagangan manusia, kerusakan lingkungan dan lainnya. Berjaga dan berdoa, itulah ajakan Yesus agar kita tidak terkena masalah yang menjerat kita dan tetap bisa bertahan dengan baik sampai pada akhirnya. Ke Jakarta naik kereta senja, Tiba di Gambir subuh waktunya. Mari kita berjaga dan berdoa, Kematian datang tak bisa diduga. Wonogiri, waspadalah senantiasa Rm. A.Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed