|
Puncta 6 November 2025
Kamis Biasa XXXI Lukas 15:1-10 FILM “Not One Less” mendapat penghargaan Golden Rooster kategori sutradara terbaik. Film ini menggambarkan kondisi sekolah dasar di pedalaman China yang amat miskin. Tokoh utamanya adalah Guru kecil Wei Minzhi yang harus menggantikan Guru Gao yang cuti karena ibunya sakit. Guru Wei diberi pesan agar tak satu pun murid boleh pergi dari sekolah. Guru kecil yang hanya lulus SD, polos, lugu, tak berpengalaman ini mulai mengajar dengan mengikuti pesan Guru Gao. Namun belum lama bertugas, ada dua anak pergi dari sekolah. Yang satu diambil pencari bakat dari kota. Yang lain adalah Zang Huike, murid badung di kelas, yang minggat dari sekolah karena mau mencari kerja di kota untuk menebus hutang ortunya. Dari sinilah kisah kegigihan Wei dimulai. Ia berusaha ke kota untuk menemukan Zang Huike. Dengan berjerih lelah, segala usaha ditempuh agar murid badung itu ditemukan. Dengan menahan lapar, haus, kelelahan dan putus asa, Wei sampai di depan kantor stasiun TV lokal. Ia akhirnya dipanggil manager TV dan diwawancarai. Adegan yang sangat mengharukan ketika ia disorot kamera dan memohon agar Zang Huike kembali ke sekolah. Sementara Zang terlunta-lunta menjadi gelandangan cilik di kota. Ketika ia sedang meminta makan di warung, pemilik warung melihat acara “Mencari Anak Hilang” di TV. Ia memanggil Zang untuk melihat Guru Wei di TV. Akhirnya anak hilang ini ditemukan. Mereka kembali ke desa dengan membawa banyak sumbangan dari warga yang tersentuh oleh perjuangan Guru kecil Wei. Yesus menceritakan perumpamaan tentang domba yang hilang. Bagi Tuhan seorang manusia sangat berarti. Ia akan mencari sampai bisa menemukan yang tersesat itu. Tak seorang pun dibiarkannya hilang, tidak selamat. Allah akan terus mencari sampai diketemukan. Sorga akan bergembira atas satu orang yang bertobat melebihi mereka yang tidak membutuhkan pertobatan. Sangat besarlah kasih dan kerahiman Allah sehingga Dia mau mencari sampai menemukannya karena yang Ia kehendaki hanya satu: keselamatan umat-Nya. Beli buah-buahan di dalam pasar, Banyak ibu juga sedang berbalanja. Kerahiman Tuhan sungguh besar, Orang berdosa diselamatkan-Nya. Wonogiri, mencari dan menyelamatkan Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 5 November 2025
Rabu Biasa XXXI Lukas 14:25-33 DALAM lakon Mahabarata, terkisah seorang pangeran dari Kerajaan Ekalaya bernama Palgunadi. Ia ingin menjadi murid Pandita Dorna, guru yang terkenal dari Hastinapura. Tetapi karena Dorna sudah berjanji hanya ingin memberi ilmu kepada para pangeran darah Kuru, maka Palgunadi ditolak. Merasa kecewa dan sedih, Palgunadi pergi ke hutan dan belajar otodidak agar lihai dalam ilmu memanah. Di dalam hutan ia membayangkan Resi Dornalah yang hadir memberi ilmu kesaktian. Berbulan-bulan Palgunadi belajar sendiri dalam keseriusan dan ketekunan. Suatu malam, terdengarlah lolongan anjing hutan membelah kesunyian. Palgunadi ingin menguji kesaktiannya. Ia mengarahkan mata batinnya kepada anjing yang melolong di kegelapan. Panah diarahkan pada sumber suara di kejauhan. Pada saat yang tepat ia melepaskan sembilan anak panah sekaligus. Anjing hutan itu terdiam seketika dan mati di tempatnya. Para kstaria Pandawa yang sedang berburu di hutan menemukan anjing itu mati terpanah. Ada sembilan anak panah menancap di mulut anjing itu. mereka heran campur kagum pada orang yang mampu menyaingi kemampuan Arjuna. Arjuna marah, merasa tersaingi dan bilang kepada Dorna, bahwa ada orang yang mampu menyaingi kemampuan memanahnya. Dorna memanggil Palgunadi yang ingin diterima sebagai murid. Dorna meminta satu syarat kepada Palgunadi. Ia harus rela menyerahkan jimat kekuatannya yaitu Mustika Ampal yang melekat di ibu jarinya. Demi bisa menjadi murid Dorna, Palgunadi merelakan ibu jarinya di potong. Ia kehilangan kesaktiannya. Untuk mengikuti Yesus ada harga yang harus diberikan oleh para murid-Nya yaitu kesetiaan total pada Sang Guru. Mengikut Tuhan Yesus berarti mengasihi Dia secara total. Mengikut Yesus berarti rela melepaskan dirinya secara total dari segala miliknya. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Beranikah kita merelakan apa yang kita miliki dan meninggalkan segala sesuatu untuk dapat menjadi murid Yesus? Sungguh totalkah kita menjadi murid Yesus? Pergi ke Bromo naik ke puncak atas, Walau badan capek nafas terengah-engah. Yesus menuntut semangat totalitas, Jadi murid tidak boleh setengah-setengah. Wonogiri, totalitas pelayanan Rm.A. Joko Purwanto, Pr Puncta 4 November 2025
Pw. St. Carolus Boromeus, Uskup Lukas 14: 15-24 SUATU kali saya mendapat undangan pesta perkawinan yang diadakan warga Melayu di Nanga Tayap. Saya tidak kenal keluarga yang mengundang. Undangan itu diedarkan tanpa nama melalui orang yang tidak saya kenal juga. Nampaknya memang undangan disebarkan kepada siapapun, bahkan yang tidak dikenal pun juga diundang ikut pesta resepsi pernikahan. Saya pernah datang di sana untuk ikut resepsi demi menghormati yang mengundang. Dalam Injil, ajaran Yesus ditanggapi oleh orang yang hadir mendengar-Nya. Orang itu berkata, "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Mungkinkah ia berpikir bahwa Allah memilih-milih orang yang akan dijamu di dalam perjamuan-Nya? Yesus memberi perumpamaan tentang perjamuan besar. Tetapi orang-orang yang diundang memberi alasan tidak bisa datang. Ada yang membeli ladang. Ada yang membeli lembu dan mau mencobanya. Ada pula yang sedang kawin dan tidak bisa datang. Untuk itu Tuan yang empunya pesta menyuruh siapa saja diundang datang. Mereka yang ada di jalan-jalan, orang miskin, orang cacat, orang buta dan orang lumpuh. Tuan pesta belum akan puas jika tempat pesta masih ada yang tersisa. Siapa pun boleh datang ke perjamuan pesta. Kebaikan Allah ini harusnya ditanggapi dengan antusias dan sukacita. Bukan malah mencari aneka alasan untuk menolaknya. Kita sering mengabaikan kebaikan Tuhan. Tidak punya waktulah, sibuklah, banyak urusan dan pekerjaanlah. Sampai-sampai kita lupa tidak sempat datang ke pesta perjamuan-Nya. Jangan menyesal di kemudian hari, jika pintu perjamuan ditutup dan orang lain sudah masuk ke pesta itu. Kita terlalu sibuk dengan urusan diri sendiri, sehingga pintu Kerajaan Allah sudah tertutup bagi kita. Ke Pantai Jepara mencari udang, Udangnya lari ke Karimunjawa. Tuhan mengundang semua orang, Untuk memperoleh damai sejahtera. Wonogiri, datang ke undangan pesta Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 3 November 2025
Senin Biasa XXXI Lukas 14: 12-14 KETIKA adik saya menikah, mereka berdua sepakat untuk tidak mengadakan pesta resepsi. Mereka hanya mengundang rekan kerja dan beberapa orang ikut misa pemberkatan di gereja. Sesudah itu tidak ada acara pesta-pesta. “Yang penting bukan pestanya. Apa gunanya pesta besar-besaran kalau harus hutang banyak dan nanti sulit mengembalikannya. Yang penting kami sudah diberkati rama di gereja. Sudah sah resmi sebagai suami istri sakramental menurut aturan gereja,” begitu alasan mereka. Di rumah pun, mereka hanya mengadakan kenduri untuk tetangga sekitar untuk syukuran dan mohon doa restu bahwa mereka sudah diberkati di gereja. Sesudah itu keluarga berjalan dengan lega, gembira dan siap menjalani masa depan. Memang tidak mudah mengubah kebiasaan di desa. Orang menikah mesti harus pesta mengundang banyak orang. Walaupun harus berhutang, pinjam sana pinjam sini. Keluarga baru akan bertambah bebannya karena harus menanggung hutang. Yesus mengubah kebiasaan orang dalam mengadakan perjamuan. "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.” Yesus mengajak kita untuk berbagi kepada mereka yang miskin, lemah dan tersingkir. “Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.” Yesus mau menegaskan bahwa perbuatan baik tidak harus dipamer-pamerkan agar diketahui banyak orang. Kita juga diajak untuk tidak menuntut balasan atas kebaikan yang kita berikan kepada orang lain. “Engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." Memberi tanpa pamrih itulah yang dikehendaki Tuhan. Maukah kita berbagi tanpa mengharapkan balasan agar kemuliaan Tuhan makin diwartakan bagi semua orang? Bikin sambal bawang putih, Dicocol sama daging bergajih. Rela berbagi tanpa pamrih, Agar Tuhan dimuliakan lebih. Wonogiri, sepi ing pamrih Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 2 November 2025
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman Yohanes 6: 37-40 KETIKA terjadi tsunami di Aceh, seorang Bruder Karmelit dari Tim PSE Keuskupan Medan ditugasi untuk menjadi relawan. Ia datang ke Meulaboh sehari setelah tsunami. Kota itu luluh lantak dan banyak korban berjatuhan. Ia menyaksikan banyak jenasah di mana-mana. Waktu itu masih sedikit relawan yang datang. Tugas pertama adalah memasukkan jenasah-jenasah itu ke kantong mayat dan menguburkannya. Suatu sore sesudah maghrib, Bruder masih memasukkan beberapa jenasah ke kantong mayat. Diperkirakan satu keluarga tertimbun reruntuhan bangunan. Karena malam makin gelap, ada satu jenasah yang sulit diambil dari reruntuhan. Bruder berpikir jenasah itu akan diangkat besuk saja. Ia meninggalkannya dan menguburkan yang lain. Namun pada malam hari, saat tidur, ia didatangi arwah jenasah yang ditinggalkan tadi. Orang itu bertanya, kenapa dia ditinggal sendiri dan tidak dimakamkan bersama saudaranya yang lain. Pada subuh yang masih gelap, Bruder bangun dan langsung menuju jenasah yang ditinggalkan semalam. Dengan mudah ia mengambil jenasah itu. Ia memakamkannya dengan berdoa semoga arwah-arwah itu damai dalam keabadian. Pada malam berikutnya, orang yang sudah dimakamkan itu mendatangi Bruder lagi dan mengucapkan banyak terimakasih. Ia pergi dengan damai. Sabda Yesus hari ini menguatkan kita bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Semua yang diberikan Bapa kepada Yesus akan datang kepada-Nya, dan Yesus tidak akan menolak siapa pun yang datang kepada-Nya. Bruder itu menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang mengasihi siapapun tanpa terkecuali. Mendoakan, merawat orang yang meninggal dengan baik adalah cara membahagiakan mereka di alam baka. Mereka akan pergi dengan damai dan tenang karena dicintai dan disucikan dengan doa-doa dan penghormatan yang layak. Mari kita mendoakan para leluhur dan saudara-saudara kita yang meninggal. Karena kehendak Bapa adalah supaya setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal, dan akan dibangkitkan oleh Yesus pada akhir zaman. Makan mangut lele di kota Kendal, Pesan sepiring dimakan bertiga. Kita doakan mereka yang meninggal, Agar Yesus menyambutnya di sorga. Wonogiri, mendoakan arwah keluarga Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 November 2025
HR. Semua Orang Kudus Matius 5:1-12a NYADRAN atau Ruwahan dilakukan masyarakat Jawa untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal. Nyadran berasal dari Bahasa Sansekerta “Sraddha” artinya kepercayaan. Sedang Ruwahan berasal dari kata Ruwah adalah salah satu nama kalender Jawa. Dalam acara Nyadran ada beberapa kegiatan yakni; membersihkan (besik) makam leluhur, kondangan atau kenduri, bersyukur dan berdoa serta kembul bojana atau makan bersama di jalan dekat makam desa. Di Banyuaeng, tempat saya lahir, tradisi Nyadran masih dan selalu dilaksanakan di dua pemakaman. Sesudah gotong royong bersih makam, keluarga-keluarga membawa jodhang tempat makanan untuk di doakan Pak Modin. Setelah doa selesai, kami berbagi untuk makan bersama dengan seluruh warga dengan sukacita dan penuh keakraban. Siapa pun boleh ikut di sana merayakan pesta Nyadran. Kerukunan dan silaturahmi kebersamaan dapat dirasakan bareng-bareng. Nyadran ala Katolik terjadi pada Bulan November ini. Gereja secara berturut-turut hari ini merayakan Hari Raya Semua orang Kudus. Pada hari berikutnya, kita merayakan peringatan arwah semua orang beriman. Makna dari perayaan ini adalah hidup orang-orang kudus itu menjadi teladan atau jalan bagi kita untuk mencapai kesempurnaan. Kita bisa mengikuti cara hidup mereka yang suci, tekun dalam iman dan dekat dengan Tuhan. Kita juga diingatkan bahwa kelak kita pun menuju kepada kematian. Mereka adalah Gereja yang jaya mulia bersama Tuhan. Kita semua sedang berziarah menuju ke sana. Nama orang-orang kudus ini kita pakai merasuk dalam diri kita sebagai nama baptis. Mereka adalah pendoa sekaligus teladan untuk kita mencapai kesucian. Kita bersyukur memiliki arah dan rambu-rambu yang jelas menuju keselamatan dengan teladan para kudus dalam Gereja yang disatukan dalam iman akan Kristus. Orang Kudus Santo pelindung kami, doakanlah dan tuntunlah kami menuju hidup surgawi. Minum anggur di pinggir telaga, Mabuk sedikit lupa pulangnya. Orang kudus hidup bahagia, Bersama Allah di dalam surga. Wonogiri, meneladan orang kudus Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 31 Oktober 2025
Jumat Biasa XXX Lukas 14:1-6 BEBERAPA waktu lalu terlihat mobil ambulance yang membawa pasien ikut berhenti di perempatan jalan karena lampu trafick menyala merah. Sopir beralasan sering terkena tilang elektronik karena menerobos lampu merah saat bertugas. "Sekarang mah ikutin aturan aja, walaupun lampu merah, walaupun lagi bawa pasien, lampu merah dong, berhenti ambulans, menghindari ETLE daripada kena denda," ujar sopir ambulance. Sistem ETLE (Electronic-Traffic Law Enforcement) bekerja atas dasar algoritma yang tidak memahami konteks manusia sedang menjalankan tugas darurat. Aturan ya aturan, tidak bisa dibantah, demikian ETLE bekerja. Padahal sopir ambulance itu harus menyelamatkan orang yang sedang sekarat. Nyawa manusia lebih prioritas daripada aturan ETLE. Maka sudah seharusnya mobil ambulance mendapat prioritas utama demi kemanusiaan. Yesus datang ke rumah pimpinan orang Farisi. Mereka mengamat-amati apa yang diperbuat Yesus. Hari itu adalah Hari Sabat. Tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Namun datang seorang yang sakit busung air. Yesus bertanya, "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya. Orang Farisi secara ketat menjalankan aturan tanpa reserve. Mereka seperti ETLE. Mereka tidak punya hati. Mereka rela mengorbankan nyawa orang demi menjalankan aturan. Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Kita diajak menjalankan aturan demi keselamatan manusia, bukan aturan yang membelenggu sehingga tidak berani berbuat apa-apa. Aturan dibuat untuk manusia, bukan manusia diperbudak oleh aturan. Naik sepeda ke Surabaya. Kena tilang di Suramadu. Aturan dibuat oleh manusia, Bukan untuk membelenggu. Wonogiri, keselamatan adalah prioritas utama Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 30 Oktober 2025
Kamis Biasa XXX Lukas 13:31-35 REPUTASINYA dalam strategi perang membuat Sun Tzu dikenal oleh banyak kalangan. Bahkan sampai sekarang ilmu strateginya tidak hanya digunakan dalam perang, tetapi dipakai banyak orang dalam dunia bisnis dan politik. Sun Tzu tidak hanya dikenal karena kehebatannya dalam merancang taktik yang akurat, tetapi juga karena kemampuannya untuk memahami lawan dan kondisi tempat pertempuran dengan cermat. Kisah-kisah pertempuran dan strateginya ditulis dalam buku “Art of War.” Tulisan ini dipelajari banyak orang sebagai pedoman dan motivasi dalam menghadapi medan kehidupan yang nyata. Beberapa tulisannya terbaca antara lain; Bergerak secepat angin dan membentuk rapat seperti hutan. Seranglah seperti api dan diamlah seperti gunung. Jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri Anda sendiri, Anda tidak perlu takut akan hasil dari ratusan pertempuran. Kemenangan terbesar adalah yang tidak membutuhkan pertempuran. Ketahui seperti apa dirimu sendiri dan kamu akan memenangkan segala situasi. Lebih penting untuk mengalahkan pikiran musuhmu, daripada mengalahkannya secara fisik. Yesus juga seorang ahli strategi. Ketika dia diberitahu bahwa Herodes berusaha membunuh-Nya, Yesus berkata, "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” Yesus tidak melawan dengan kekerasan, tetapi Dia tetap berbuat baik kepada semua orang. Dia akan terus menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan untuk menyelamatkan banyak orang. Ancaman kekerasan dan kematian tidak dilawan dengan kekerasan, tetapi dengan kebaikan dan cintakasih. Itulah seni yang diajarkan Yesus. “Seni tertinggi dalam perang adalah menundukkan musuh tanpa bertempur. Mencintai temanmu itu mudah. Terkadang pelajaran tersulit adalah mencintai musuhmu.” kata Sun Tzu. Ke Bali naik pesawat terbang, Menembus mega dan awan-awan. Mengasihi adalah senjata perang, Untuk mengalahkan para lawan. Wonogiri, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 Oktober 2025
Rabu Biasa XXX Lukas 13:22-30 APAKAH anda ngalami nangkap laron dan menggorengnya jadi lauk yang enak? Kini musim hujan sudah tiba. Biasanya di awal-awal hujan pertama, akan banyak laron atau anai-anai keluar dari lubang kecil di tanah. Mereka berebutan untuk keluar dari lubang kecil di tanah untuk menghirup udara bebas. Ribuan laron atau anai-anai itu saling berebut melewati lubang kecil untuk terbang bebas. Subuh waktu hari masih gelap, kami sudah membawa botol atau tampah untuk menangkap laron. Untuk memancing laron-laron itu keluar, kami menangkap seekor laron atau dua dan kemudian tubuhnya kami tusuk dengan lidi, lalu dipasang di dekat lubang. Laron itu akan menggerak-gerakkan sayapnya seolah terbang sehingga menarik laron lain untuk berebutan keluar. Kami menangkapnya dengan mudah dan mengumpulkannya di dalam botol. Ibu akan menggoreng laron itu dengan telur menjadi lauk yang lezat. Tetapi ada yang alergi sehingga gatal dan bentol-bentol di sekujur tubuh setelah makan laron. Dalam Injil, ada orang yang bertanya pada Yesus, "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Untuk dapat selamat, orang harus berjuang melalui pintu yang sempit. Seperti laron tadi, agar bisa terbang bebas mereka harus berebut melewati lubang yang sempit. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa menghirup kebebasan dunia. Keselamatan diibaratkan sebuah perjamuan makan. Semua orang diundang, dari timur dan barat, utara dan selatan. Kita harus berjuang masuk melalui pintu yang sempit. Kita tidak bisa santai-santai saja. Jangan sampai kita terlambat sehingga pintu sudah tertutup. Mari kita berlomba menjadi orang baik agar dapat melewati pintu keselamatan Tuhan dan diperkenankan masuk dalam pesta perjamuan-Nya. Anai-anai terbang tinggi, Disambar cepat burung kenari. Jadilah orang yang baik budi, Pantas masuk ke pesta surgawi. Wonogiri, berjuang tiada henti Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 28 Oktober 2025
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul Lukas 6:12-16 HARI ini kita merayakan pesta dua rasul Yesus yakni Simon orang Zelot dan Yudas Tadeus. Pada mulanya Simon adalah pengikut gerakan politik yang berjuang melawan penjajah Romawi. Sebagai seorang Yahudi tulen, Simon sangat patuh pada hukum-hukum Taurat. Iman akan Yesus mengubah pandangannya tentang kerajaan Allah, bukan secara politik tetapi keselamatan kekal. Iman mampu mengubah seseorang menjadi lebih baik. Yudas disebut Tadeus sang pemberani. Ia dikenal sebagai pelindung perkara-perkara yang sulit dan berat. Banyak orang berdoa melalui perantaraannya untuk memecahkan hal-hal yang sulit dalam hidupnya. Mereka berdua mewartakan Injil sampai di Mesir dan Persia. Dengan imannya yang teguh kepada Yesus yang bangkit, mereka dibunuh sebagai martir dan menjadi saksi iman yang menyuburkan Gereja. Mereka berdua menjadi soko guru Gereja bersama sepuluh rasul yang lain. Iman rasuli inilah yang diwariskan kepada kita sampai sekarang melalui pimpinan Gereja yakni para uskup yang menjaga iman tetap hidup. Kita sangat bersyukur memiliki iman yang terhubung secara terus menerus melalui para rasul. Kemartiran mereka adalah benih yang subur bagi iman Gereja. Mereka menjadi pondasi yang kuat bagi Gereja. Sekarang kita dipanggil meneruskan iman rasuli ini kepada semua orang. Dengan baptisan kita dipanggil menjadi rasul-rasul masa kini. Seperti mereka kita diutus mewartakan kasih karunia Allah kepada semua orang. Maukah kita menjadi rasul-rasul cintakasih Allah agar semua orang mengalami damai dan sukacita dalam kehidupan bersama? Ingat, anda semua diutus untuk itu. Di Papua ada burung cendrawasih, Bertengger di hutan belantara. Kita semua adalah rasul cintakasih, Membagikan kasih bagi sesama. Wonogiri, rasul cinta kasih Rm.A. JokoPurwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed