Puncta 4 September 2025
Kamis Biasa XXII Lukas 5:1-11 SATU-SATUNYA penumpang yang selamat dalam kecelakaan naas pesawat Air India AI 171 pada 12 Juni 2025 adalah Vishwash Kumar Rames. Pria Inggris keturunan India ini duduk di kursi 11A dan berhasil selamat di antara reruntuhan puing-puing dan kobaran api di pesawat. Ada 142 penumpang yang tewas dan belasan penduduk di sekitar jatuhnya pesawat juga menjadi korban. Tidak ada semenit setelah lepas landas di Bandara Ahmedabad, Gujarat India, pesawat itu jatuh di pemukiman. Yang mengherankan dan menjadi perbincangan adalah bagaimana Kumar Rames bisa hidup dan selamat. Sesuatu yang tidak bisa dipikir secara akal sehat. Semua crew, pramugari dan penumpang tewas. Tetapi ada satu orang yang masih hidup. Rencana Tuhan tidak bisa ditebak. Kehendak-Nya tetap menjadi misteri bagi manusia yang kerdil ini. Begitu pun yang dialami oleh Petrus dan teman-temannya. Sepanjang malam mereka mencari ikan di danau. Tetapi mereka tak mendapatkan apa-apa. Mereka adalah nelayan yang sudah berpengalaman. Danau Genesaret adalah hidup mereka. Setiap hari mereka bekerja di danau itu. Mereka sangat paham dimana ada ikan yang bisa ditangkap. Tetapi malam itu, tak seekor pun yang dibawa pulang. "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa,” keluh kesah Simon ketika disuruh untuk menebarkan jala. Mereka sudah kerja mati-matian di malam gelap. Tetapi hasilnya nihil. Rencana Tuhan berbeda dengan kemauan manusia. "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Perintah Yesus berwibawa. Yesus bukan nelayan. Ia hanya anak tukang kayu, guru desa yang berkeliling kemana-mana. Tidak punya pengalaman seperti Petrus dan teman-temannya. “Karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Kesetiaan dan keyakinan Petrus pada Sang Guru menuai hasil di luar logika. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Apakah kita berani mempercayakan diri kepada Tuhan seperti Petrus yang yakin akan sabda-Nya? Rencana dan kehendak-Nya seringkali di luar jangkauan akal budi kita, asal kita mau percaya kepada-Nya. Terburu-buru pakai celana terbalik, Umat senyum dan tertawa-tawa. Kehendak Tuhan pasti yang terbaik, Kita hanya bisa pasrah mengikuti-Nya. Wonogiri, ikuti sabda-Nya Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments
Puncta 3 September 2025
Pw. St. Gregorius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja Lukas 4:38-44 DALAM perikop ini ada banyak hal bisa direnungkan. Karya dan kata-kata Yesus sangat inspiratif sehingga kita bisa memetik hikmat dari apa yang diajarkan. Setelah penyembuhan di Sinagoga, Yesus diajak berkunjung ke rumah ibu mertua Simon yang sedang sakit. Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon. Tetapi setelah itu banyak orang sakit yang dibawa ke hadapan Yesus, mereka semua juga disembuhkan dengan penumpangan tangan-Nya. Sepanjang hari Yesus berkarya menolong orang sakit. Saya tertarik dengan reaksi orang-orang yang ada di situ. Mereka semua meminta agar Yesus tetap tinggal di kota mereka. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Mereka ingin agar mukjizat-mukjizat itu hanya untuk mereka saja. Yesus tidak boleh pergi dari kota mereka. Inilah yang disebut egoisme spiritual. Kekayaan rohani hanya dimiliki untuk diri sendiri dan tidak dikembangkan untuk melayani banyak orang. Kita sering merasa bangga dan puas kalau bisa berbahasa roh, berkotbah sampai berkobar-kobar, punya kuasa menyembuhkan, mendoakan, tetapi hanya berhenti pada kepuasan diri sendiri dan mengejar harga diri. Yesus mengajak kita untuk melayani siapa pun dan dimana pun tanpa mengejar kepuasan diri atau kehormatan atas segala keberhasilan. Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Yesus menegaskan bahwa panggilan kita adalah untuk diutus mewartakan Kabar Sukacita kepada siapa pun juga. Karunia itu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi demi keselamatan banyak orang. Apakah kita sudah menjadi utusan yang baik, tidak berhenti pada kepuasan diri karena banyak dipuja-puja? Karunia itu untuk dibagikan, bukan digenggam untuk diri sendiri. Kalau demo jangan bikin kerusakan, Awas ada pihak yang menunggangi. Kita diberi karunia untuk dibagikan, Bukan untuk kepuasan diri sendiri. Wonogiri, mari saling berbagi Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 2 September 2025
Selasa Biasa XXII Lukas 4: 31-37 KENDATI Kumbakarna itu berada di pihak yang salah, tetapi dia mempunyai prinsip yang tegas untuk membela kebenaran. Dia menasehati kakaknya, Rahwana untuk mengembalikan Sinta kepada Rama, suaminya. Dia mengkritik tindakan Rahwana menculik Sinta sebagai hal yang tidak benar. Begitu pula Bisma, kendati dia berada di pihak Kurawa, namun sebagai resi dia selalu menasehati agar negeri itu dikembalikan kepada yang berhak yaitu Pandawa. Bisma menyatakan apa yang benar adalah benar. Kurawa salah harus dikatakan salah. Mereka berdua ibarat bunga teratai, walaupun berada di lumpur yang kotor dan bau, keindahannya tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Apa yang baik akan terlihat baik dan apa yang buruk tetap nampak buruk. Yesus datang ke Kapernaum. Di rumah ibadat ada seorang yang kerasukan iblis. Dari iblis itu terucap siapakah Yesus yang sebenarnya. “Aku tahu siapa Engkau: yang Kudus dari Allah.” Walaupun kata-kata itu keluar dari mulut si iblis, tetapi kualitas atau isi pernyataan yang diucapkan adalah benar. Ungkapan itu menunjukkan nilai dari tindakan dan kata-kata Yesus menegaskan kuasa Allah. Kita kadang bisa belajar dari pihak yang berbeda, yang berlawanan, mereka yang dianggap kotor, jelek, bodoh atau tolol. Dalam perikope ini kita bisa belajar dari orang yang kerasukan iblis. Dia bisa mengenal dan mengakui siapa Yesus itu. Iblis yang berseberangan dengan manusia saja bisa mengenal siapa Yesus sesungguhnya, apalagi kita manusia yang punya otak, pikiran dan nalar yang genap. Apakah kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus sungguh-sungguh bisa mengenali dan mengikuti Dia, Yang Kudus dari Allah? Danau Toba airnya bersih, Banyak ikan mencari mangsa. Kita gunakan pikiran jernih, Mari kita saling berbela rasa. Wonogiri, Indonesia damai Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 September 2025
Senin Biasa XXII Lukas 4:16-30 KETIKA berkampanye orang menjelaskan visi-misinya untuk membangun daerah, menyejahterakan kehidupan rakyat kecil, melayani dan mengayomi masyarakat. Pokoknya kata-kata yang diucapkan sangat bagus dan mempesona. Tetapi ketika sudah terpilih menjadi pemimpin, banyak orang lupa pada janji-janjinya. Tidak heran jika belum selesai masa jabatan, sudah ditahan KPK karena tertangkap basah korupsi demi memperkaya diri sendiri. Inilah kondisi yang akhir-akhir ini dituntut oleh rakyat yang berdemo. Mereka ingin apa yang dijanjikan sebagai visi misi saat kampanye diwujudkan dalam tindakan nyata. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh karena Ia telah mengurapi Aku untuk memberitakan Kabar baik kepada orang misikin.” Inilah visi yang dipegang Yesus dalam melaksanakan perutusan-Nya. Dengan kata lain Ia datang untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah kondisi dimana Allah meraja. Allah yang meraja ditandai dengan sukacita, damai sejahtera atau “Syalom.” Yesus datang membawa damai sejahtera bagi yang kecil, lemah, miskin berdosa, tersingkir. Hal itu ditandai dengan orang buta melihat, orang bisu berbicara, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, orang miskin menerima kabar gembira. Tugas perutusan ini sekarang menjadi tanggungjawab kita sebagai murid-murid Yesus. Bagaimana kita juga ikut mewartakan kabar gembira kepada orang lain. Kita juga bisa menjadi “Imitatio Christi,” Gambar Kristus zaman sekarang yang ikut membawa kabar sukacita. Membawa sukacita itu bisa dilakukan misalnya dengan tidak menyebar berita-berita kebencian, memecah belah, berita bohong atau hoax. Tidak menjelek-jelekkan orang lain atau memfitnah barang yang tidak benar. Berusaha berpikir positif dan bersikap rendah hati terhadap sesama itu juga membawa kabar gembira. Marilah kita menjadi “Alter Christus” yang mewartakan kabar gembira bagi zaman ini. Saat ini banyak orang yang mengalami susah, derita dan berbeban berat. Kepada mereka kabar gembira itu perlu disampaikan. Jangan hanya menebar janji apalagi menyakiti rakyat. Mereka adalah pemegang kedaulatan rakyat. Anggota DPR hanyalah wakil yang harus tunduk pada rakyat. Janji-janji tinggal janji bulan madu, Janji janji tinggal janji di bibirmu. Berkampanye banyak obral janjimu, Kalau sudah jadi kau tinggalkan daku. Wonogiri, jangan suka obral janji Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 31 Agustus 2025
Minggu Biasa XXII Lukas 14:1.7-14 MARI kita belajar dari nasehat nenek moyang kita dalam untaian tembang Pangkur: Jinejer ing Weddhatama. Mrih tan kemba kembenganing pambudi Mangka nadyan tuwa pikun. Yen tan mikani rasa. Yekti sepi sepa lir sepah asamun Samangsane pakumpulan. Gonyak-ganyuk nglelingsemi. Nggugu karsane priyangga. Nora nganggo peparah lamun angling Lumuh ingaran balilu. Uger guru aleman. Nanging janma ingkang wus waspadeng Semu Sinamun samudana Sesadoning adu manis. Artinya: Disajikan dalam serat Wedhatama. Agar jangan miskin pengetahuan Walaupun sudah tua pikun. Jika tidak memahami rasa sejati (batin) Niscaya kosong tiada berguna bagai ampas. Percuma sia-sia. Di dalam setiap pertemuan sering bertindak ceroboh memalukan. Mengikuti kemauan sendiri. Bila berkata tanpa dipertimbangkan (asal bunyi) Namun tak mau dianggap bodoh. Selalu berharap dipuji-puji (sebaliknya) Ciri orang yang sudah memahami (ilmu sejati) tak bisa ditebak, berwatak rendah hati. Selalu berprasangka baik pada sesama. Yesus diundang dalam sebuah pesta oleh orang Farisi. Tapi undangan itu bukan karena menghormati, tetapi ingin melihat kalau-kalau Yesus berbuat suatu kesalahan. Yang datang pasti banyak golongan Farisi, orang-orang kaya dan terhormat. “Semua yang hadir mengamat-amati dia dengan saksama.“ Sudah jelas undangan ini adalah cermin besar untuk mencari kesalahan yang dilakukan Yesus. Dalam pesta itu Yesus meninggalkan pesan, “Jangan sibuk mengundang orang Farisi yang hanya mengajak kelompoknya yang kaya-kaya, elit dan glamour. Kalau mau undang pesta, undanglah orang miskin.” Orang-orang yang sibuk berebut kursi kehormatan pasti merasa tersinggung, ditegur dengan keras. Malah tuan rumah juga mendapat teguran. Yesus tidak sedang mengajar etika moral kepada orang Farisi. Tetapi Dia mengajar tentang keselamatan. Orang yang diselamatkan adalah orang yang mau merendahkan diri di hadapan Allah. Sama seperti Yesus bercerita tentang dua orang yang berdoa di Bait Suci. Yang satu orang Farisi, satunya adalah pemungut cukai. Orang Farisi itu berpikir bahwa dia sempurna dan tidak membutuhkan pertolongan Allah. Namun pemungut cukai tahu bahwa dia tidak sempurna dan membutuhkan pertolongan Allah. Dia dengan rendah hati memohon Allah untuk mengampuninya. Marilah kita bersikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri, merasa paling sempurna dan paling hebat sendiri. Ke alun-alun lihat kobaran api, Sambil duduk di pinggir rerumputan. Mari membangun sikap rendah hati, Tak terlena pujian, tak surut oleh hinaan. Wonogiri, semoga Indonesia aman Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 30 Agustus 2025
Sabtu Biasa XXI Matius 25:14-30 SESUDAH terpilih jadi presiden dan wakil presiden, biasanya tidak lama kemudian ditunjuklah pembantu-pembantu presiden yaitu para menteri yang dipercaya dapat memperlancar tugas presiden menjalankan program-programnya. Ada menteri yang mampu bekerja dan langsung gass poll menjalankan tugasnya dengan baik. Ada menteri yang masih belajar menyesuaikan diri. Tetapi ada menteri yang malah terjerat kasus korupsi. Menteri yang memang punya kapasitas atau talenta dapat bekerja dengan baik. Tetapi menteri yang tidak punya talenta malah menghambat kinerja kabinet dan merugikan pemerintahan. Apalagi kalau sampai terjerat kasus korupsi. Tidak menjamin kalau nama menteri itu sangat religius dan biblis pasti tidak korupsi. Lihat itu yang baru menjabat delapan bulan! Yesus menggambarkan hal itu dalam perumpamaan. “Hal Kerajaan Sorga itu seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Masing-masing hamba diberikan talenta menurut kesanggupannya. Yang seorang diberikan lima talenta, yang seorang lagi dua telenta, dan yang seorang lain lagi satu talenta.” Ada yang bisa mengembangkan laba lima talenta. Ada yang dua talenta. Tetapi ada pula yang sulit mengembangkan talentanya. Malah hanya disimpan dan tidak digunakan. Disini kita belajar menjadi orang yang dapat dipercaya. Kalau kita dipercaya, kembangkanlah kepercayaan itu dengan tekun, setia dan berdaya guna. Tuan itu memuji hamba yang berhasil mengembangkan talenta. Hamba yang jahat dan malas, tidak berguna akan dihukum. Mari kita gunakan potensi, kemampuan atau talenta untuk mengembangkan diri dan berdaya guna bagi sesama kita. Hidup itu harus berguna bagi orang lain. Urip kudu urup. Tugu Monas ada di kota Jakarta, Stasiun Gambir ada di sebelahnya. Tiap orang dianugerahi dengan talenta, Mari kembangkan agar hidup sejahtera. Wonogiri, talenta yang berharga Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 29 Agustus 2025
Pw. Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Martir Markus 6:17-29 KISAH cinta Ki Ageng Mangir dengan Putri Pembayun, anak Panembahan Senopati, raja Mataram pertama menjadi cerita tutur turun temurun. Sering cerita ini dimainkan dalam lakon pertunjukan ketoprak Jawa. Ki Ageng Mangir sangat sakti. Dia bisa menjadi “klilip” atau pesaing Mataram. Maka Panembahan Senopati berkeinginan menundukkan pemuda sakti dari Mangiran itu. Namun usahanya gagal karena prajurit Mataram bisa dikalahkan di Mangiran. Dengan tipu daya “rantai emas” dia mengutus putrinya yang cantik, Putri Pembayun untuk menjadi “Ledhek” atau penari tayub yang ngamen ke Mangiran. Singkat cerita Ki Ageng Mangir terpesona dengan putri raja yang menyamar sebagai ledhek bernama Lara Kasihan. Mereka akhirnya menikah. Betapa kagetnya Ki Ageng Mangir, ketika Lara Kasihan mengungkapkan jati dirinya sebagai Putri Panembahan Senopati yang adalah musuhnya. Karena terpikat oleh kemolekan, Ki Ageng Mangir diajak menghadap mertua sekaligus musuh. Dalam cerita rakyat, Ki Ageng Mangir dibunuh Panembahan Senopati saat menyembah mertuanya di atas tahta “watu gilang.” Demi cintanya kepada Putri Pembayun, Ki Ageng Mangir menyerahkan diri dan dibunuh. Demi kehormatan dan kewibawaan, Senopati membunuh menantunya sendiri. Hari ini kita memperingati wafatnya St. Yohanes Pembaptis. Dia dibunuh oleh Herodes karena terpikat oleh kecantikan dan kemolekan putri Herodias yang menari bak ledhek penuh erotisme sehingga Herodes bersumpah akan memberi hadiah apa saja kepada gadis molek itu. Oleh Herodias, anak ini dijadikan alat balas dendam terhadap Yohanes Pembaptis yang melarang perkawinannya dengan Herodes. Ia minta kepala Yohanes di atas talam. Dilema antara cinta dan kehormatan, Herodes memenggal kepala Yohanes. Yohanes mati demi kebenaran yang diperjuangkan. Kita diajak meneladan ketaatan dan perjuangan Santo Yohanes Pembaptis. Teguh berdiri demi kebenaran. Beranikah kita berjuang demi kebenaran walau menghadapi hambatan? Jalan-jalan di kota Medan, Jangan lupa makan babi panggang. Berdiri teguh di atas kebenaran, Yohanes tetap setia dalam berjuang. Wonogiri, berjuang demi kebenaran Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 28 Agustus 2025
Pw. St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja Matius 24:42-51 PENJAGAAN perbatasan Israel itu dikenal super ketat. Tentara berada dimana-mana. Mereka sadar bahwa musuh bisa datang kapan saja dan pada waktu yang tidak diduga-duga. Hal ini terjadi pada awal Oktober 2024 ketika pasukan Hamas tiba-tiba pada hari sabtu pagi menyerang dengan roket-roketnya ke wilayah Israel. Kendati penjagaan sangat ketat namun pada saat-saat tertentu bobol juga. Serangan tiba-tiba itu menewaskan ratusan orang dan beberapa tentara dan rakyat sipil disandera Hamas. Inilah pemicu perang Israel dan Hamas yang sampai sekarang tidak pernah berhenti dan telah memakan korban yang besar serta penderitaan rakyat yang memprihatinkan. Ada pepatah Latin berkata, “Si vis Pacem Para Bellum” artinya jika ingin damai, siapkanlah perang. Ungkapan ini sering digunakan dalam dunia militer sebagai filosofi dasar untuk membangun kesiapsiagaan. Si Vis Pacem Para Bellum menjadi landasan untuk membangun pertahanan suatu negara yang modern dan efektif dalam rangka berjaga-jaga secara pertahanan dan keamanan. Berjaga-jaga itulah yang dinasehatkan Yesus kepada para murid dan orang-orang banyak. Yesus mengingatkan kepada kita, “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” Sama seperti kedatangan pencuri yang tidak bisa diduga-duga, demikian juga kedatangan Anak Manusia. Kalau tuan rumah tahu kapan pencuri datang, pastilah dia berjaga-jaga, jangan sampai rumahnya dibobol maling. Seperti sistem pengamanan di perbatasan yang terus menerus diperbaharui dan diperketat, demikianlah hidup kita juga harus selalu siap siaga, terus memperbaharui diri agar selalu berjaga jika Tuhan datang. Apa yang anda gunakan untuk berjaga-jaga saat kedatangan Tuhan? Mungkin lebih mudah membayangkan kematian datang daripada hari kedatangan Tuhan. Dengan cara apa anda menyiapkan datangnya kematian itu? Bermain air di pinggir Pantai Bali, Terbawa ombak sampai Pulau Babi. Tanda kematian tak bisa diprediksi, Kita harus siap sedia menjaga diri. Wonogiri, berjaga-jagalah, Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 27 Agustus 2025
Pw. St. Monika, Matius 23:27-32 SAYA pernah diminta memberkati sebuah makam pada peringatan seribu hari orang yang meninggal. Makam itu besar, bagus dengan gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria, serta patung relief perjamuan malam terakhir. Pasti biaya pembangunan makam itu bisa mencapai ratusan juta. Mereka beranggapan makam adalah rumah masa depan yang harus bagus dan indah. Agar orang yang meninggal krasan tinggal di sana dan bangunan ini juga sebagai wujud penghormatan kepada yang telah berpulang. Saya hanya bertanya dalam hati, “Mengapa menghormati saat orang sudah mati. Apakah waktu masih hidup mereka juga dihormati atau malah dibuang di rumah jompo, disingkirkan dari keluarga supaya tidak merepoti?” Yesus mengkritik orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat seperti kuburan yang luarnya dilabur putih bersih tetapi dalamnya penuh tulang belulang dan kotoran. Kritik ini kiranya bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk murid-murid Yesus dan kita semua. Sikap munafik itu terlihat dari apa yang ada di luar berbeda dengan apa yang ada di dalam. Antara tutur kata dan tindakan berbeda dengan suara hati yang ada di dalam. Luarnya kelihatan bagus-bagus, tetapi dalamnya punya niat jahat, dendam, benci dan iri hati. Ada ungkapan-ungkapan Jawa yang menggambarkan kemunafikan atau kepura-puraan ini. Misalnya, “inggih-inggih ora kepanggih” (mengatakan iya-iya tapi gak pernah melakukan), “mesam-mesem atine kucem,” (mulutnya tersenyum tetapi hati dongkol), “nundhuk-nundhuk pengin ngepruk.” (menunduk tapi pengin menghancurkan), “tangan sedhakep nanging ngawe-awe, nggutuk lor kena kidul.” Yesus tidak seperti orang Jawa. Dia berkata langsung keras dan tegas pada sikap kemunafikan para ahliTaurat dan Farisi. Orang Jawa tidak berani langsung kritik tajam. Mereka muter-muter dengan bahasa halus agar tidak menyakiti. Yesus langsung to the point. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Bisa jadi saya, anda, kita semua seperti kuburan itu. Luarnya kelihatan bagus, indah, sopan dan saleh. Tetapi dalamnya penuh kejahatan dan kotoran. Benar gak? Sakit gula bisa bikin mata rabun, Kalau bisa tiap hari makan telur kalkun. Jalani imamat tigapuluh satu tahun, Tetap sukacita walau harus jatuh bangun. Wonogiri, marilah bertobat Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 26 Agustus 2025
Selasa Biasa XXI Matius 23:23-26 SEKARANG ini orang melakukan korupsi seperti makan kacang bawang saja. Orang melakukan korupsi semakin enjoy tanpa beban. Tidak cuma pejabat tinggi, pejabat rendahan pun kalau ada kesempatan akan bertindak korupsi. Kasus wamenaker makin menambah deretan pejabat yang korupsi. Modal jadi pejabat sangat besar, hanya mengandalkan gaji tak mungkin bisa kembali. “Untung-untunganlah, kalau tidak ketahuan KPK ya melenggang, kalau ketangkap ya sedang sial saja. Dihukum paling hanya beberapa tahun, tetapi uang yang didapat bisa untuk tujuh turunan.” Kalau mental kita seperti itu, kita tidak akan maju. Sementara rakyat kecil dikejar-kejar harus membayar pajak. Para pejabat yang berkedudukan hidup dalam gelimang harta dan berfoya-foya; mobil mewah, gaji besar (Kompas menulis gaji DPR tembus 230 juta per bulan), fasilitas serba mahal. Rakyat harus hidup miskin dan menderita. Kehidupan seperti inilah yang dikecam oleh Yesus pada zaman itu. Ahli Taurat dan kaum Farisi adalah kelompok elit yang suka makan rejeki orang kecil. Mereka menindas rakyat dengaan ayat-ayat Kitab Suci. “Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.” Selama hukum tidak dijalankan secara benar, maka korupsi akan tetap merajalela. Maka Yesus memberi solusi dengan memberi perhatian pada keadilan, belas kasih dan kesetiaan. “Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih,” kata Yesus. Perbaharui diri dari dalam melalui sikap tobat hati dan mental baru nanti mengalir pada tindakan nyata dari luar. Kalau mental koruptif dari dalam itu tidak dibenahi, godaan untuk korupsi akan terus menjerumuskan kita. Tidak mengherankan kalau dari tahun ke tahun selalu saja akan ada pejabat dicongkok KPK karena korupsi. Rompi oranye jadi seragam pejabat, Bagi mereka yang makan uang rakyat. Mari kita memperbaharui semangat, Gunakan pikiran dengan akal sehat. Wonogiri, berani berkata tidak pada korupsi Rm. A.Joko Purwanto,Pr |
Archives
December 2034
Categories |