Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Meragukan Tuhan

12/14/2025

0 Comments

 
Puncta 14 Desember 2025
Minggu Adven III
Matius 11:2-11

SEORANG ibu mengungkapkan kekecewaaanya pada Tuhan karena ia harus menghadapi penderitaan hidup. Perkawinannya berantakan karena suaminya pergi dengan meninggalkan hutang banyak. Ia harus menanggung sendirian.

Tidak lama kemudian ibunya meninggal. Ia harus merawat ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Sementara dua anaknya harus kuliah dengan biaya besar. Ia merasa kecewa, marah, putus asa, dan meragukan Tuhan.

“Kenapa Tuhan tidak datang dan bertindak untuk menolong?” Apakah aku harus bertahan untuk menantikan Tuhan bertindak?” jeritan pilu menggema di kamar tamu pastoran dan terdengar menyayat hati.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes Pembaptis mengalami derita di penjara karena dia memprotes Herodes. Dalam penderitaan itu Yohanes mempertanyakan kuasa Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan.

"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" Jeritan Yohanes di dalam penjara terdengar sampai kepada Yesus. 

Maka Ia menjawab, "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."

Dalam derita, kita sedang diuji oleh Tuhan. Ada yang meragukan Tuhan. Ada yang kecewa dan putus asa karena Tuhan belum bertindak menyelamatkan. 

Tetapi Tuhan menegaskan, “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

Mampukah kita tetap bertahan dan percaya bahwa Tuhan akan bertindak pada waktu yang tepat? Selalu berharap pada Tuhan tidak akan mengecewakan. 

Tetaplah bertekun dalam ujian, kita tidak sendirian. Pada saat yang tepat Tuhan akan bertindak.

Sewenang-wenang orang babat hutan,
Banjir bandang membuat banyak korban.
Derita hidup adalah ujian pendadaran,
Orang hebat lahir dari banyak pencobaan.

Wonogiri, jangan meragukan Tuhan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Nubuat Harrison Ford

12/13/2025

0 Comments

 
Puncta 13 Desember 2025
Pw. St. Lusia, Perawan dan martir
Matius 17.9a.10-13 atau RUybs

SETELAH terjadi bencana banjir bandang yang menerjang Aceh, Medan, Sibolga dan Tapanuli Selatan yang meluluhlantakkan pemukiman warga akhir November kemarin, muncul film dokumenter perbincangan aktor Harrison Ford dengan Zulkifli Hasan di kantornya beberapa waktu sebelumnya.

Film itu menunjukkan pembabatan hutan yang masif dan amat luas di daerah Sumatera. Ford ingin mewawancarai ZulHas yang menjadi menteri kehutanan zaman SBY periode 2009-2014. 

Ford terlihat marah karena sang menteri tidak serius melihat kerusakan hutan yang sangat masif. Ia terlihat tertawa kecil atas pernyataan keprihatinan Ford dan seluruh dunia. Sekarang baru kita sadari nubuat itu terjadi, betapa dahsyat dampak yang terjadi atas rusaknya hutan itu.

Bencana itu berdampak sangat luas di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), mencakup 3,3 juta jiwa terdampak, 753 meninggal,  kurang lebih 500 orang hilang, ribuan luka, serta puluhan ribu bangunan dan infrastruktur rusak (jalan, jembatan, irigasi, rumah, sekolah dan bangunan lainnya). 

Kerusakan meluas mencakup 829,81 hektare lahan pertanian puso (Agam), 11.650 rumah terendam (Pesisir Selatan), dan desa-desa porak-poranda seperti Desa Sekumur di Aceh Tamiang, dengan kerugian ekonomi ditaksir mencapai Rp 68,67 triliun.

Nubuat kenabian telah didengungkan oleh Harrison Ford dan berbagai NGO baik dari dalam maupun Luar Negeri. Tetapi pejabat tinggi negeri ini tidak menggubrisnya. 

Tidak ada penindakan yang tegas bagi perambah hutan atau perusahaan-perusahaan tambang dan kayu yang menggunduli hutan.

Hal ini juga pernah disabdakan Yesus kepada orang-orang Yahudi zaman itu. Yohanes datang mengingatkan akan pertobatan menyeluruh bagi semua warga. Tetapi mereka menolaknya. Suara Yohanes dianggapnya angin lalu belaka.

Aku berkata kepadamu: “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." 

Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.

Beberapa kali terjadi bencana, tetapi kita tidak mau belajar dari pengalaman dan nasehat orang. Tidak heran bila kerusakan mental dan kehancuran ekologis siap menghadang di depan kita.

Apakah kita akan tetap sombong dan pongah tidak peduli dengan jeritan alam dan peringatan Tuhan melalui keprihatinan banyak orang?

Jangan anggap remeh nasihat orang,
Dunia luluh lantak baru jadi tangisan.
Yohanes Pembaptis sudah datang,
Mengajak semua lakukan pertobatan.

Wonogiri, dengarkan suara hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Nasrudin dan Keledainya

12/12/2025

0 Comments

 
Puncta 12 Desember 2025
Jum’at Adven II
Matius 11:16-19

Suatu hari seorang tetangga yang malas dan suka memukul datang kepada Nasruddin Hoja untuk meminjam keledainya. Ia ingin menggunakan keledai itu ke ladangnya. 

Nasruddin tahu orang itu bukan tipe orang sabar dan akan memukul dan menyakiti keledainya, jika hewan itu tidak menuruti keinginannya.

Untuk menolak secara halus, Nasruddin beralasan bahwa keledainya sedang dipinjam. Tetangga itupun pamit pulang.  

Ketika didengarnya bunyi suara keledai dari belakang rumah, orang ini segera naik pitam dan membentak Nasruddin.

"Kau bilang keledaimu dipinjamkan orang, tapi tadi itu suara apa?!"

Dengan tenang Nasruddin menjawab, "Kau lebih percaya keledaiku atau orang tua yang sudah berambut putih ini?" Orang itu pun pulang dengan dongkolnya.

Hari berikutnya tetangga yang lain datang pula ingin meminjam keledai yang sama. Tak ingin dipermalukan dua kali, Nasruddin meminta orang ini menunggu sebentar.

Nasruddin masuk ke rumahnya, dan tak  lama ia kembali sambil berkata, "Mohon maaf saudaraku. Aku telah mengemukakan maksudmu kepada keledaiku, tapi ia menolak dan bilang 'aku sebenarnya suka melayani manusia dan meringankan beban mereka, tapi mereka sering menyakitiku dengan memukul dan mencaciku'."

Tetangganya dengan heran berkata, "Sejak kapan keledai bisa bicara dan mempunyai pandangan seperti manusia?" 

Tak kurang akal Nasruddin membalasnya, "Memang demikianlah kenyataannya, saudaraku. Begitu banyak keledai saat ini yang pandai bicara, bahkan berdebat, bermusyawarah dan mengemukakan pendapat, berpidato, berkotbah sampai berbuih-buih….!"

Yesus mengkritik orang-orang pada zaman itu yang menolak ajakan pertobatan Yohanes. Mereka menuduh Yohanes orang sinting karena askesenya yang keras. 

Namun ketika Yesus datang makan dan minum, mereka menuduh Yesus sebagai  pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 

Manusia hanya mengikuti kemauannya sendiri. Mereka keras kepala dan tidak mau puas dengan keinginannya sendiri. Mereka tidak akan menemukan hikmat Allah. 

Cara Allah bekerja sering tidak sesuai dengan ekspektasi dan pikiran manusia. Kita harus menyesuaikan dengan pikiran dan kehendak Allah, bukan memaksakan kehendak kita sendiri.

Orang lebih bodoh dari keledai malas,
Tak mau kerja tapi pengin perut gendut.
Yohanes hidup dengan askese yang keras,
Yesus datang dengan kasih yang lembut.

Wonogiri, dengarkan hikmat Allah
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Wisanggeni dan Antasena

12/11/2025

0 Comments

 
Puncta 11 Desember 2025
Kamis Adven II
Matius 11:11-15

DUA nama ini adalah anak-anak keturunan Pandawa. Mereka tidak ada dalam khazanah Mahabarata versi India. Tetapi pada versi Jawa, dua nama ini diciptakan untuk menambahkan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab dan sifat-sifat seorang ksatria.

Wisanggeni dan Antasena adalah pribadi yang unggul melebihi anak-anak Pandawa yang lain seperti Gatotkaca, Abimanyu, Irawan, Antareja, Sumitra, Wijanarka, Wilugangga, Pregiwa-Pregiwati dan masih banyak lagi.

Wisanggeni dan Antasena memiliki kesaktian yang luar biasa. Mereka bisa mengalahkan siapa pun bahkan para dewa juga takluk pada dua anak “badung” ini. Mereka memiliki karakter yang berbeda dari anak-anak yang lain. 

Mereka membela kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berbicara apa adanya dengan jujur. Yang benar dikatakan benar, yang salah dikatakan salah. 

Dalam Injil hari ini, Yesus memuji pribadi Yohanes Pembaptis. “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.”

Seperti Wisanggeni atau Antasena, Yohanes tampil dengan kejujuran dan kerendahan hati. Ia menjadi nabi yang membela kebenaran dan keadilan Allah. 

Wisanggeni dan Antasena mundur mengorbankan dirinya agar Pandawa maju dan menang dalam Baratayuda. Begitu pula Yohanes Pembaptis, ia dengan jujur dan rendah hati mundur dan membiarkan Yesus tampil ke muka.

Yohanes adalah pembuka jalan bagi tampilnya Yesus di medan dunia. Ia seperti “voorijder” pembuka jalan bagi perjalanan karya Yesus. 

Kehadiran dan karya Yohanes mengajak orang mempersiapkan diri untuk semakin mengenal Sang Mesias.

Antasena anaknya Bima,
Wisanggeni anaknya Arjuna.
Jadilah anak yang dewasa,
Berdiri teguh sbagai ksatria.

Wonogiri, berani tampil beda
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Tanjakan Sumber Sukun

12/10/2025

0 Comments

 
Puncta 10 Desember 2025
Rabu Adven II
Matius 11:28-30

DARI jalan naik (tanjakan) di Sumber Sukun aku bisa merenungkan beban yang berat bisa menjadi ringan. 

Waktu itu aku diminta mengantar ibu belanja ke pasar Klaten. Dengan sepeda aku memboncengkan ibu pulang dengan membawa barang belanjaan. 

Namun sesampai di tanjakan Sumber Sukun, aku bilang sama ibu; “Bu, turun saja ya berat nih, aku gak kuat.” Ibu dengan sabar turun dari boncengan dan berjalan sambil mendorong sepeda.

Pada waktu lain aku mengajak temen cewek nonton bioskop di Rita Theater. Waktu itu sedang ramai diputar Film “Gita Cinta dari SMA” yang dibintangi Rano Karno dan Yessy Gusman. Tentu saja pulangnya harus melewati tanjakan Sumber Sukun.

Aku memboncengkan dia dengan keringat bercucuran. Temenku bertanya, “Kuat gak nih, apa aku turun saja.” 

Walaupun pantatku naik turun dari sadel tetapi aku bilang, “Gak usah, aku kuat kok.” 

Yah, akhirnya aku berhasil memboncengkan dia melewati tanjakan panjang di Sumber Sukun.

Segala sesuatu walaupun berat tetapi kalau dilakukan dengan senang dan penuh kasih terasa ringan dan enak. 

Begitulah undangan Yesus yang mengasihi kita yang letih lesu dan berbeban berat. Kita semua pasti mempunyai beban hidup yang berat.

Yesus melakukan segalanya dengan kasih. Ia memberikan kelegaan kepada kita yang mengalami beban berat. 

Jika kita melakukan segala sesuatu dengan kasih maka beban yang berat itu akan menjadi ringan. Sebaliknya sekali pun pekerjaan itu ringan, tetapi kalau dilakukan secara terpaksa, pasti terasa berat.

Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memanggul salib yang berat. Dengan dasar kasih, salib yang berat itu diterima dengan tulus ikhlas. 

Beban yang berat, tapi kalau ditanggung dengan kasih akan terasa ringan. Maka dia mengundang kita untuk datang kepada-Nya. 

Maka Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Mari kita menanggung beban hidup kita dengan kasih sayang. Niscaya beban itu akan menjadi ringan. Sebagaimana Kristus memanggul salib yang berat dengan kasih demi kita, salib itu menjadi enak dan ringan.

Seringan apapun beban kita, kalau diterima dengan terpaksa akan terasa berat sekali. Yesus telah menunjukkan teladan-Nya dengan memanggul salib bagi kita.

Mari berbagi dengan saudara di Sumatra,
Untuk membantu dan meringankan beban.
Menanggung derita demi mengasihi sesama,
Terasa ringan dan sangat membahagiakan.

Wonogiri, mengasihi itu bukan beban
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Domba yang Hilang

12/9/2025

0 Comments

 
Puncta 9 Desember 2025
Selasa Adven II
Matius 18: 12-14

SEKARANG ini kita prihatin dengan kondisi saudara-saudara yang ada di Aceh, Medan Sumatera Utara, Tapanuli Selatan dan Sibolga yang kehilangan harta benda dan orang-orang tercinta akibat terjangan banjir bandang dan tanah longsor.

Mereka kehilangan segala-galanya. Hidup di pengungsian hanya dengan selembar baju menempel di tubuhnya. Rumah dan harta mereka ludes diamuk banjir yang datang tiba-tiba. Tak sempat ada waktu untuk menyelamatkannya.

Mendapatkan sebungkus makanan adalah berkat yang luar biasa untuk bisa bertahan hidup. Mereka berjalan tiga hari tiga malam untuk mencari bantuan. Mereka sangat mengharapkan bantuan kita. Uluran tangan kita yang peduli sangat dinantikan. 

Kehilangan sesuatu yang sangat berharga pasti pernah kita alami. Betapa bahagianya jika waktu itu kita bisa mendapatkannya kembali. 

Itulah gambaran tentang kasih Allah kepada manusia yang dikisahkan Yesus dengan perumpamaan domba yang hilang.

Seorang gembala memiliki seratus ekor domba. ada satu domba yang hilang tersesat. Maka ia segera pergi mencari domba itu dan meninggalkan yang sembilanpuluh sembilan lainnya.

Allah yang digambarkan sebagai gembala tidak ingin ada satu manusia pun hilang tersesat. Ia akan mencarinya sampai dapat. Keselamatan manusialah yang menjadi kehendak Allah. Maka Allah berusaha sekuat tenaga untuk mencari yang hilang.

“Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." 

Sabda Yesus ini mau menegaskan kasih dan kerahiman Allah yang melebihi segalanya. Di mata Allah kita semua berharga. Justru yang tersesat dicari-Nya. 

Mari kita menghargai sesama kita sebagaimana Allah menghargai kita. Sekecil apa pun kita, Allah menerima kita dengan penuh belas kasih. Yang hilang dan tersesat terus dicari-Nya agar memperoleh hidup yang bahagia.

Glondongan kayu jadi sampah,
Banjir bandang menerjang rumah.
Domba yang hilang dicari Allah,
Agar hidup kita makin berlimpah.

Wonogiri, mencari domba yang hilang
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Curry Shop Shimizu

12/8/2025

0 Comments

 
Puncta 8 Desember 2025
HR. St. Maria dikandung tanpa noda
Lukas 1:26-38

PERNAHKAH anda masuk ke restoran dengan konsep toilet? Dimana semua perabot makannya berbentuk kloset. Dari tempat duduk, piring dan tempat penyajiannya berbentuk kloset, baik yang jongkok maupun model duduk.

Di beberapa kota ada restoran dengan konsep toilet. Di Beijing China ada restoran “Pian Pian Man Fu.”

Di Jepang juga ada Curry Shop Shimizu” yang menyajikan kari rasa (maaf) kotoran manusia. Di Semarang juga ada restoran model toilet namanya Café Jamban.

Pertama masuk mungkin orang merasa terkejut dan takut untuk menikmati makanan yang disajikan di atas kloset. 

Melihat bentuk wadahnya orang merasa risih dan bergidik. Namun banyak juga yang penasaran ingin mencoba sensasi baru.

Kita bisa menarik perbandingan dengan Dogma Maria Tanpa Noda Dosa yang kita rayakan hari ini. 

Bagaimana mungkin Yesus yang adalah Allah Putra lahir dari rahim seorang perawan yang berdosa atau kotor. Bagaimana Allah yang mulia ditempatkan dalam wadah yang kotor?

Tidak mungkin makanan yang enak dan lezat seperti iga bakar ditaruh di kloset tempat orang buang kotoran. Begitupun Allah yang Mahakudus tidak berada di rahim seorang perawan yang berdosa. 

Oleh kuasa Allah, Maria dipersiapkan dengan suci dan bersih tanpa noda sebagai tempat Yesus Sang Putra untuk menjelma menjadi manusia.

 Iman Gereja mengakui Maria sejak semula dikandung tanpa dosa asal, karena dia dikehendaki untuk melahirkan Sang Juru Selamat dunia.

Paus Pius IX mendeklarasikan dogma St. Perawan Maria dikandung tanpa noda dosa pada 8 Desember 1854 sebagai rangkuman iman para Bapa-Bapa Gereja awal yang percaya dan menghormati Santa Maria sebagai orang pilihan Allah dan suci.

Sejak semua Santa Maria mempunyai peran khusus dan istimewa dalam karya penebusan Tuhan. Maria disebut sebagai perawan yang penuh rahmat oleh Malaikat Gabriel dan dipilih sebagai Ibu Sang Imanuel, Allah beserta kita yakni Yesus Kristus.

Kita pantas bersyukur karena Maria menjadi teladan iman yang teguh, setia, kokoh dan rendah hati menjadi hamba Tuhan. 

Marilah kita meneladani dan mencontoh kesetiaan Maria agar kita boleh mendekati Yesus Puteranya. Per Mariam ad Iesum.

Matahari bersinar di balik awan,
Burung berkicau bersahutan.
Maria teladan hidup beriman,
Ia tangguh dan setia kawan.

Wonogiri, doakanlah kami ya Bunda
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Hasilkan Buah Pertobatan

12/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Desember 2025
Minggu Adven II
Matius 3:1-12

BUAH pertobatan yang nyata digambarkan oleh Viktor Hugo dalam pribadi Jean Valjean dalam Novel “Les Miserables.” 

Dari seorang narapidana yang penuh dendam menjadi walikota yang murah hati.

Pertobatan itu terjadi ketika Jean Valjean diampuni dan dikasihi oleh Uskup Meyriel yang memberinya tumpangan dan belas kasihan. Sejak saat itu Valjean berubah hidupnya. Ia membantu banyak orang untuk hidup layak.

Ia membantu Fantine yang sakit dan tuna wisma. Ia menyelamatkan Cosette, anak yatim piatu. Valjean menolong Marius Pontmercy yang hampir mati. 

Pertobatan Valjean diwujudkan secara nyata dalam tindakan belas kasih pada yang kecil dan menderita.

Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan kepada banyak orang karena Kerajaan Allah sudah dekat. Ia menggambarkan orang yang tidak bertobat seperti pohon  yang tidak menghasilkan buah. Pohon itu akan ditebang dan dibakar ke dalam api.

Pertobatan sejati nampak dalam sikap hidup dan tindakan kita. Ada perubahan ke arah yang baik dan benar dalam diri kita. Yohanes tampil memberitakan pertobatan; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.

Hidup Yohanes Pembaptis sendiri memberi contoh tentang pembaharuan diri dan pertobatan. Ia hidup dengan askese yang tinggi, matiraga dan menahan diri terhadap nafsu duniawi. Pertobatan tidak sekedar hanya niat, tetapi nyata dalam tindakan.

Untuk menyiapkan kedatangan Sang Mesias, kita juga diajak untuk bertobat. Perlu menyiapkan diri agar pantas menerima anugerah Tuhan. 

Masa Adven ini adalah masa pertobatan. Masa untuk pembaharuan diri menuju pertobatan sejati.

Jangan sampai kita menjadi pohon yang tidak menghasilkan buah dan akan dibuang. Mari kita menghasilkan hidup yang berkelimpahan. 

Alat penampi sudah ada 
di tangan-Nya untuk memisahkan gandum dan jerami. Jadilah gandum yang bernas sehingga berguna bagi banyak orang.

Senang terima sepucuk surat,
Selalu datang pada hari Jum’at.
Bertobat harus sampai berbuat,
Jangan hanya berhenti pada niat.

Wonogiri, mari kita bertobat
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Hasilkan Buah Pertobatan

12/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Desember 2025
Minggu Adven II
Matius 3:1-12

BUAH pertobatan yang nyata digambarkan oleh Viktor Hugo dalam pribadi Jean Valjean dalam Novel “Les Miserables.” 

Dari seorang narapidana yang penuh dendam menjadi walikota yang murah hati.

Pertobatan itu terjadi ketika Jean Valjean diampuni dan dikasihi oleh Uskup Meyriel yang memberinya tumpangan dan belas kasihan. Sejak saat itu Valjean berubah hidupnya. Ia membantu banyak orang untuk hidup layak.

Ia membantu Fantine yang sakit dan tuna wisma. Ia menyelamatkan Cosette, anak yatim piatu. Valjean menolong Marius Pontmercy yang hampir mati. 

Pertobatan Valjean diwujudkan secara nyata dalam tindakan belas kasih pada yang kecil dan menderita.

Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan kepada banyak orang karena Kerajaan Allah sudah dekat. Ia menggambarkan orang yang tidak bertobat seperti pohon yang tidak menghasilkan buah. Pohon itu akan ditebang dan dibakar ke dalam api.

Pertobatan sejati nampak dalam sikap hidup dan tindakan kita. Ada perubahan ke arah yang baik dan benar dalam diri kita. Yohanes tampil memberitakan pertobatan; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.

Hidup Yohanes Pembaptis sendiri memberi contoh tentang pembaharuan diri dan pertobatan. Ia hidup dengan askese yang tinggi, matiraga dan menahan diri terhadap nafsu duniawi. Pertobatan tidak sekedar hanya niat, tetapi nyata dalam tindakan.

Untuk menyiapkan kedatangan Sang Mesias, kita juga diajak untuk bertobat. Perlu menyiapkan diri agar pantas menerima anugerah Tuhan. 

Masa Adven ini adalah masa pertobatan. Masa untuk pembaharuan diri menuju pertobatan sejati.

Jangan sampai kita menjadi pohon yang tidak menghasilkan buah dan akan dibuang. Mari kita menghasilkan hidup yang berkelimpahan. 

Alat penampi sudah ada 
di tangan-Nya untuk memisahkan gandum dan jerami. Jadilah gandum yang bernas sehingga berguna bagi banyak orang.

Senang terima sepucuk surat,
Selalu datang pada hari Jum’at.
Bertobat harus sampai berbuat,
Jangan hanya berhenti pada niat.

Wonogiri, mari kita bertobat
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Peduli Korban Bencana

12/6/2025

0 Comments

 
Puncta 6 Desember 2025
Sabtu Adven I
Matius 9:35 – 10:1.5a.6-8 

SEMINGGU setelah bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera Utara dan Aceh, Karina KAS mengeluarkan surat edaran untuk peduli bagi para korban. 700-an jiwa menjadi korban, ribuan yang sakit dan mengungsi karena rumah mereka diterjang banjir bandang.

Dari berita di media sosial kita bisa melihat penderitaan saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatera Utara. Bahkan Bupati di Aceh merasa tak sanggup mengatasi situasi yang sangat berat ini. Bupati minta kepada Pemerintah Pusat untuk mengambil alih penanganan bencana.

Hal ini menunjukkan betapa berat dan dahsyat dampak yang ditimbulkan oleh banjir bandang yang menerjang pemukiman warga. 

Kita semua diajak berbelas kasih dan peduli dengan membantu mereka yang terdampak. Semangat belarasa diwujudkan dalam tindakan nyata menolong mereka yang sedang menderita.

Inilah pesan Yesus dalam perikope hari ini. Yesus berkeliling mengajar tentang Kerajaan Allah. Dia mewujudkan itu dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat dan memberitakan kabar sukacita.

Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan melihat orang banyak yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 

Para murid diajak untuk menolong mereka. Yesus memanggil murid-murid-Nya dan memberi kuasa untuk menghadirkan Kerajaan Allah.

Belas kasih menjadi dasar utama untuk bertindak. Berbela rasa dengan mereka yang sedang menderita adalah panggilan ilahi. 

Saudara-saudara kita di Aceh dan Medan sedang menderita. Mereka kehilangan rumah, tanpa makanan dan minuman, ada yang sakit, harus mengungsi dan derita lainnya.

Saat inilah kita diundang ikut terlibat dan ambil bagian dalam kemuridan Yesus. mengikuti Yesus berarti juga berbelarasa dan peduli bagi mereka yang membutuhkan dan menderita. 

Ayo kita bertindak segera menolong mereka tanpa pandang bulu.

Warga Medan sedang berduka,
Air bah datang dengan tiba-tiba.
Seperti domba tidak bergembala,
Kita datang bawa kabar sukacita.

Wonogiri, ayo kita berbela rasa
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki