Puncta 18 Juli 2025
Jum’at Biasa XV Matius 12: 1-8 KETIKA saya bertanya pada Meta AI, mengapa di Indonesia banyak rumah ibadah, tetapi korupsi merajalela? Meta AI menjawab; korupsi dan religiusitas memiliki hubungan yang kompleks di Indonesia. Meskipun mayoritas penduduk mengaku bahwa agama sangat penting dalam hidup mereka, namun tingkat korupsi di negara ini masih tinggi. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap hal ini adalah; Pertama, Struktur hirarki keagamaan yang sangat ketat dapat berkorelasi dengan tingkat korupsi yang lebih tinggi. Struktur hirarki dapat menciptakan stratifikasi dan penyalahgunaan kekuasaan. Kedua, kesenjangan antara ritual dan perilaku sosial. Banyak orang menjalankan agama hanya sebatas ritual, tanpa memahami nilai-nilai moral dan etika yang terkandung di dalam ajaran agama. Inilah yang terjadi antara Kaum Farisi dan murid-murid Yesus. Kaum Farisi hanya memandang agama sebagai suatu ritual. Hukum agama atau aturan-aturan dibaca secara leterlijk tanpa dasar kasih sayang. Salah satu yang menjadi polemik adalah aturan Hari Sabat. Pada hari Sabat menurut hukum tidak boleh melakukan pekerjaan. Tapi murid-murid Yesus memetik biji gandum dan memakannya. Ini sebuah pelanggaran dan najis bagi para Farisi. Mereka lebih suka menghakimi dan menyalahkan orang lain daripada memperbaiki diri sendiri. Mereka lebih takut pada aturan agama daripada menjalankan kebaikan untuk sesama. Merasa lebih berdosa melanggar aturan agama daripada merampas uang rakyat dengan korupsi. Inilah kesenjangan antara kata dan tindakan, antara ajaran dan praktek hidup. Yesus menasehati orang-orang Farisi itu; “Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.” Mari kita belajar memahami maksud dan kehendak Tuhan, bukan memaksakan kehendak dan pikiran kita sendiri. Kita mudah sekali menggunakan dalil agama untuk mengadili orang lain. Ada ijasah palsu alias abal-abal, Tetapi bisa dipakai untuk ikut festival. Ada kesenjangan antara ritual dan moral, Karena kita hidup tidak pakai nalar akal. Wonogiri, mari menggunakan nalar Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |