Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Memilah Ikan di Pukat

7/31/2025

0 Comments

 
Puncta 31 Juli2025
Pw.St. Ignatius de Loyola, Imam
Matius 13:47-53

PERNAH kami menjalani study teologi sosial dengan mengadakan live in di Pantai Sekucing, Weleri selama seminggu. Kami tinggal di kampung nelayan dan hidup bersama para nelayan. 

Bersama Fr. Walidi MSF waktu itu kami diajak pergi melaut mencari ikan. Sepanjang siang kami menebarkan jala tetapi hasilnya tidak seberapa. 

Setelah pulang, kami memilih ikan-ikan yang baik untuk dimasak. Yang lain dibuang karena hanya sampah-sampah.

Kami merasakan betapa beratnya kehidupan nelayan. Hidup mereka sangat tergantung dari hasil melaut. Kadang dapat ikan, tetapi seringkali juga tidak membawa apa-apa.

Yesus menceritakan perumpamaan lagi. Kali ini Dia mengambil contoh pukat. Pukat melambangkan Kerajaan Allah. Ikan-ikan adalah kita manusia. Lautan adalah dunia tempat kita berada. Saat memisahkan adalah akhir zaman. 

Kerajaan Allah ditaburkan untuk menjaring siapa saja; ikan yang besar maupun yang kecil. Pada akhir zaman, ikan-ikan akan dipisahkan. 

Yang baik masuk ke dalam pasu dan yang buruk akan dibuang. Begitu pun kita nanti akan diadili pada akhir zaman.

Jangan menyangka bahwa kalau sudah masuk ke dalam jala atau pukat berarti sudah selamat. 

Jangan mengira kalau sudah masuk dalam persekutuan gereja pasti otomatis sudah selamat. Belum tentu lho! Tuhan masih akan memisah-misahkan yang baik dan yang buruk.

Itu adalah sebuah peringatan agar kita menjadi ikan-ikan yang baik di mata Tuhan. Mengapa ada ikan yang tidak baik masuk ke dalam jala? 

Pada awalnya ikan-ikan itu baik. Tetapi jala yang penuh membuat ikan-ikan tergencet dan mati membusuk. Ikan-ikan yang rusak dan tidak baik itulah yang akan dibuang.

Itu bisa menggambarkan hidup kita orang Kristen. Kita sudah masuk ke pukat. Tetapi tidak bertumbuh, tidak bertobat, tidak ada perubahan, justru membusuk, meracuni ikan-ikan yang lain. 

Seolah-olah kita ini jadi pengikut Kristus, tetapi cara hidup kita masih mengikuti cara dunia. Itulah ikan-ikan yang tidak baik, yang pasti dibuang.

Maka pikirkanlah, kita mau jadi ikan yang baik atau ikan busuk yang meracuni ikan lain dan akan dibuang.

Ikan buruk dan ikan yang baik,
Semua masuk ke dalam pukat.
Bertindak bijak dan berlaku bajik,
Kita pasti akan selamat akhirat.

Wonogiri, jadilah ikan baik
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Mutiara Paling Berharga

7/30/2025

0 Comments

 
Puncta 30 Juli 2025
Rabu Biasa XVII
Matius 13: 44-46

SUATU malam ketika saya sudah tertidur lelap, terdengar bunyi panggilan di HP. Dengan terkantuk-kantuk saya terima. 

Terdengar di seberang sana, suara ibu yang menangis minta sakramen minyak suci untuk suaminya yang terkena serangan jantung. Ibu itu berasal dari paroki tetangga.

Awalnya saya enggan karena capek sekali. Saya butuh istirahat karena besoknya saya harus misa pagi. Tetapi tangisan ibu di telpon itu menggerakkan saya untuk pergi ke rumah sakit yang jaraknya 10km dari pasturan. Saya menyusuri malam yang gelap dan sepi sendirian.

Akhirnya tiba di kamar ICCU rumah sakit. Saya berdoa dan memberikan sakramen perminyakan bersama ibu yang berdiri di samping suaminya yang sedang berjuang untuk hidupnya.

Selepas dari rumah sakit, ada rasa lega dan gembira yang tak bisa dilukiskan. Kendati waktu tidur sangat berkurang namun bisa melayani. Saya pulang dengan sukacita. 

Malam yang gelap itu terasa bercahaya. Merelakan apa yang menurutku berharga (tidur nyenyak) demi sebuah nilai yang lebih tinggi sungguh sangat membahagiakan.

Dalam Injil Yesus mengambarkan seorang pedagang menjual seluruh hartanya untuk mendapatkan mutiara yang paling berharga. Ada kerelaan untuk menukarkan segala miliknya demi mutiara yang indah atau harta yang terpendam. 

Kita sering menganggap hal yang paling berharga adalah kekayaan, kedudukan, status sosial, popularitas, prestasi, kepandaian, gelar-gelar yang panjang berurutan. 

Tetapi semua itu ternyata tidak membawa kebahagiaan yang lestari. Hanya sesaat saja.

Andai saja pedagang itu enggan melepaskan hartanya, ia tidak akan mendapat mutiara yang terindah. Pengorbanan diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus adalah panggilan kebahagiaan. Yesus telah merelakan keallahan-Nya menjadi manusia demi keselamatan semua orang. 

Kita pun juga diajak rela meninggalkan ego kita demi mendapatkan mutiara terindah dalam hidup, tidak hanya di dunia ini tetapi juga dalam kehidupan kekal. 

Relakah kita melepaskan kesenangan pribadi atau harta yang kita anggap berharga demi Kerajaan Allah?

Beli mangga warnanya merah menyala,
Rasanya asam bikin ngilu kesakitan.
Apa yang dianggap berharga oleh dunia,
Ternyata hanya semu dan mengecewakan.

Wonogiri, apa yang paling berharga bagimu?
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Buta Cakil dan Ksatria

7/29/2025

0 Comments

 
Puncta 29 Juli 2025
Pw. St. Marta, Maria dan Lazarus, sahabat Tuhan
Lukas 10:38-42

MANUSIA zaman sekarang merasa bangga kalau dikatakan punya kesibukan bertumpuk-tumpuk. Kesibukan bisa menyita seluruh waktu, dari pagi sampai malam. Orang merasa hebat jika punya berbagai kesibukan dimana-mana.

Tidak heran jika zaman ini juga diwarnai dengan tingkat stres yang sangat tinggi. Kesibukan dan kecemasan menjadi tekanan mental bagi banyak orang. Sibuk yang tak terkontrol bisa menjadi sebuah penyakit.

Orang-orang di kota metropolitan sejak subuh masih gelap sudah harus berkejaran dengan waktu pergi ke kantor. Terlambat sedikit kemacetan membikin stres dan darting di jalan. Belum lagi masalah-masalah di kantor yang menyita beban pikiran.

Pulang dari tempat kerja sudah malam, masih harus mengurusi rumah tangga dan anak istri yang kadang rewel menuntut ini dan itu. Manusia sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktu berjumpa dengan Tuhan sangat terbatas.

Duduk diam dalam hening di hadapan Tuhan jadi waktu yang sulit dan langka. Namun jika orang mampu hening di hadapan Tuhan, ia akan memiliki kekuatan yang luar biasa. 

Keadaan atau kondisi ini bisa digambarkan dalam adegan Buta Cakil dan Ksatria.

Buta Cakil itu gambaran orang yang sangat sibuk kesana-kemari. Tidak hanya kaki, tangan yang bergerak, tetapi mulutnya juga nyerocos tak henti-henti. 

Sedang Ksatria berdiri dengan tenang, diam tak bergerak namun waspada menguasai diri dan lingkungannya.

Dalam Injil ada dua pribadi yang dengan cara berbeda menanggapi kehadiran Tuhan. Marta sibuk sekali melayani, sedang Maria duduk tenang mendengarkan Tuhan. 

Tuhan Yesus menegur Marta : “…Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara..” Kita kadang juga seperti Marta, kuatir dalam banyak perkara. Padahal hanya satu yang perlu.

Boleh saja kita bekerja keras, tetapi jangan lupa untuk duduk di dekat kaki Tuhan menimba inspirasi dari sabda-Nya. 

Jangan sampai kesibukan kita hanya membuat stres, kawatir dan membelenggu. Akhirnya hanya kelelahan dan kekosongan belaka.

Pertanyaan kita adalah untuk apa dan untuk siapa segala kesibukan itu kita lakukan? Masih adakah waktu kita hening di hadapan Tuhan? 

Kita memilih jadi Ksatria atau Buta Cakil?

Buta Cakil giginya maju,
Tapi disukai oleh para wanita.
Banyak kesibukan menyita waktu,
Luangkan dirimu untuk berdoa.

Wonogiri, teruslah tekun berdoa
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Kebersihan Toilet di Stasiun

7/28/2025

0 Comments

 
Puncta 28 Juli 2025
Senin Biasa XVII
Matius 13:31-35

ANDA sekarang menikmati kenyamanan naik Kereta Api? Itu semua dimulai dari tindakan kecil dari seorang Ignatius Jonan. Ia mulai memperbaharui hal-hal kecil, misalnya menjaga kebersihan toilet di setiap stasiun.

“Saya mencanangkan seluruh petugas dari tingkat bawah sampai direksi untuk menjamin kebersihan dan kenyamanan toilet setiap stasiun. Kalau menjaga kebersihan toilet di stasiun tidak bisa, hal-hal lain pasti juga tidak akan berhasil.” Katanya dalam dialog di stasiun TV.

Memulai dari sesuatu yang kecil dan sederhana, tetapi dampaknya akan terasa menyebar kemana-mana. 

Akhirnya dari keberhasilan mengurus toilet dilanjutkan dengan pola baru tiket online, semua gerbong berAC baik yang ekonomi maupun gerbong exekutif. 

Dari hal kecil akhirnya menyebar ke semua aspek sehingga perkeretaapian Indonesia mengalami evolusi yang luar biasa. 

Sekarang anda bisa menikmati kereta api yang nyaman, aman dan tertib. KAI menjadi moda pilihan transportasi masyarakat.

Yesus memberi perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Biji sesawi adalah benih terkecil dari segala jenis sayuran. Ragi juga sangat kecil sampai tak terlihat. Tetapi keduanya bisa bertumbuh dan berkembang sangat besar.

Hal-hal kecil kadang dianggap sepele dan diremehkan. Yang kecil dianggap tidak ada artinya, dibuang dan disingkirkan. 

Melalui perumpamaan ini Yesus mau menekankan bahwa tidak ada yang tidak berguna. Sekecil apapun jika dipelihara dengan semestinya akan bisa berkembang.

Kita kadang juga merasa kecil, tak berguna, tak berharga sehingga kita minder tak mau berkembang. Allah menciptakan kita pasti ada tujuannya. 

Tidak ada yang diciptakan Allah tidak berguna. Kita semua diberi potensi yang bisa berguna untuk diri sendiri dan sesama.

Seperti Jonan itu mulai dari hal-hal yang kecil dan berdampak, kita pun juga bisa mulai dari hal-hal yang kecil untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan sekitar kita. 

Biji sesawi itu kecil tetapi jika dia hidup dapat menjadi pohon dimana burung-burung bisa bersarang di atasnya. Mari kita coba!

Mulai menabur biji-biji sesawi,
Akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi.
Kita hargai yang kecil tak berarti,
Akan berbuah besar tak tertandingi.

Wonogiri, walau kecil tapi berarti
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

DOA : Didengar Oleh Allah

7/27/2025

0 Comments

 
Puncta 27 Juli 2025
Minggu Biasa XVII
Hari Kakek & Nenek Sedunia
Lukas 11: 1-13

BANYAK sharing tentang doa yang dikabulkan. Kalau kita ikut misa di Gua Maria, banyak ujub syukur atas terkabulnya doa entah lewat novena tiga salam Maria, atau rosario atau doa khusus lainnya.

“Doa adalah kekuatan dan pertolongan. Doa adalah teman dalam perjalanan,” kata Romo Pamungkas. Setiap kali mengadakan perjalanan jauh untuk turne atau misa di kampung-kampung pedalaman, dia selalu mendaraskan rosario sambil naik sepeda motornya.

“Saya pernah berdoa rosario mengelilingi ladang, minta kepada Tuhan agar dijauhkan dari hama. Waktu itu belalang sedang menyerang semua jenis tanaman. Dalam sekejap ribuan belalang bisa membuat pohon tinggal batangnya,” Pak Redes bercerita. 

“Dengan doa Rosario, ladang saya tidak diserbu belalang. Saya bisa panen,” katanya penuh syukur.

Sinta dan Tony juga bersyukur karena doa-doanya dikabulkan oleh Tuhan. Anak-anaknya bisa diterima di perguruan tinggi. Ada yang sudah lulus dari kedokteran dan bisa langsung bertugas. Semua disyukuri berkat doa-doa yang tiada henti.

Ada begitu banyak sharing tentang doa yang dikabulkan. Kalau ada yang belum terkabul, jangan putus asa, teruslah berdoa.

Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. Mereka diajak untuk berani mengandalkan Allah lewat doa-doa. Doa adalah usaha kita untuk mengetuk pintu Allah secara terus menerus sampai pintu dibukakan.

Yesus membuat perumpamaan tentang sahabat yang meminta roti karena rekannya singgah di rumah dan dia tidak punya apa-apa untuk menjamunya. Ia terus menerus meminta. 

Aku berkata kepadamu: “Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.”

“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Marilah kita terus berdoa, karena DOA kita akan Didengar Oleh Allah.

Ke Cirebon ziarah ke taman doa,
Malah dijamu oleh romo di pasturan.
Jangan putus-putus untuk berdoa,
Allah itu mudah iba berbelas-kasihan.

Wonogiri, ayo terus berdoa
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Pandawa dan Kurawa

7/26/2025

0 Comments

 
Puncta 26 Juli 2025
Pw. St.Yoakim dan St. Anna, orangtua St. Maria
Matius 13: 24-30

KETIKA Bima sudah menyatu dengan Dewa Ruci, dia mencapai kebahagiaan yang sempurna. Bima disuruh kembali ke dalam dunia nyata. Ketika Bima sudah mendapat wejangan tentang “Banyu Suci Perwita Sari,” dia diminta membaktikan darmanya sebagai ksatria di dunia.

Darma bakti seorang ksatria adalah menegakkan kebenaran dan keadilan. Bima dan saudara-saudaranya, Pandawa harus hidup bersama dengan para Kurawa. Pandawa adalah ksatria yang baik, jujur, bertindak berdasarkan kebenaran dan cintakasih. 

Sedang Kurawa adalah manusia yang penuh dendam, kebencian, serakah, jahat, “adigang, adigung, adiguna.” Mereka hanya mengejar nafsu duniawi dan memburu kepentingan sendiri.

Mengapa Pandawa dan Kurawa harus hidup bersama? Pertanyaan ini juga bisa diajukan mengapa benih gandum harus hidup bersama dengan lalang? 

Mengapa lalang itu tidak dicabut saja sejak awal? Itulah pertanyaan para murid.

Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: “Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?” 

Tetapi Ia berkata: “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.”

Hal yang baik bisa dinilai baik justru karena ada pembandingnya yang kurang baik. Benih akan dikatakan baik kalau di situ ada lalangnya. Kejahatan ada untuk membuktikan kebaikan tetap bernyala.

Sebagaimana Pandawa nampak gagah perkasa karena ada Kurawa yang terus mengganggu kebaikan Pandawa. Pada saat menuai hasil, kejahatan atau lalang akan dicabut. Baratayuda adalah saat menuai itu. Saat itulah kebaikan menang.

Kejahatan atau keburukan justru menantang kita untuk terus menunjukkan kebaikan. Kalau kita ini adalah benih yang baik maka tetaplah berbuat baik di tengah dunia yang buruk sekalipun. Seberapa kuat kita berada di tengah kejahatan, sebegitu juga kita dipanggil terus berbuat baik.

Kalau benih kejujuran kita hayati, seberapa teguh perjuangan kita di tengah dunia yang penuh dengan korupsi, nepotisme, ketidakjujuran dan kebohongan. Tetaplah jadi benih yang baik.

Ada buah-buahan di atas meja,
Hanya satu yang bikin terpesona.
Sebagai ksatria wujudkan darma,
Jangan terbawa oleh nafsu dunia.

Wonogiri, teguh berbuat baik
Rm.A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Pengaruh Ibu Suri

7/25/2025

0 Comments

 
Puncta 25 Juli 2025
Pesta St. Yakobus, Rasul
Matius 20:20-28

DIMANA saja seorang ibu pasti ingin agar anaknya berhasil dalam karier. Bisa menduduki jabatan di perusahaan, pemerintahan atau di sebuah partai politik. Maka dengan segala macam cara ditempuh agar anaknya berhasil.

Menggunakan pendekatan KKN lewat hubungan kekerabatan. Memakai jalur hukum untuk mengubah undang-undang. Menempatkan orang-orang dekat di posisi penting sebagai pengambil keputusan. 

Bahkan kalau perlu menyuap atau menyogok dengan amplop berisi segepok uang dan menyingkirkan para pembangkang.

Begitulah yang dilakukan oleh Tzu Hsi, sang ibu suri untuk menaikkan Pu Yi yang baru berusia 3 tahun supaya bisa naik tahta kerajaan. 

Pu Yi hanyalah kaisar bayangan. Yang berkuasa sesungguhnya adalah ibu suri Tzu Hsi sendiri.

Kekuasaan atau tahta tidak hanya bagian kaum lelaki. Tetapi perempuan pun juga berambisi dan tergoda untuk menikmati tahta kekuasaan, entah diwakili anaknya atau dia sendiri yang menyetir dari belakang.

Begitulah ibu Zebedeus juga tertarik pada kekuasaan. Ia meminta kepada Yesus agar anak-anaknya kelak dapat duduk sebelah kanan dan kiri Yesus ketika berkuasa. 

"Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu," demikian pintanya.

Tidak demikian dengan kehendak Tuhan. Kekuasaan itu bukan sebuah prestasi atau kehormatan belaka. Kekuasaan adalah wujud dari pelayanan nyata. 

Maka Yesus menasehati murid-murid-Nya; "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 

Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”

Sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani semua orang, demikianlah kita sebagai murid Yesus hendaknya mau saling melayani satu sama lain. 

Melayani bukan tindakan yang rendah atau hina. Justru melayani adalah wujud nyata dari tindakan kasih. Penguasa yang dihormati adalah dia yang mau melayani, bukan dilayani atau disanjung tinggi-tinggi.

Tiba-tiba ada gajah di dalam kota,
Mengejar banteng yang kesepian.
Kekuasaan membuat mata jadi buta,
Yang dulunya kawan bisa jadi lawan.

Wonogiri, hati-hati godaan tahta
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bermata Tapi Tak Melihat

7/24/2025

0 Comments

 
Puncta 24 Juli 2025
Kamis Biasa XVI
Matius 13:10-17

BIMBO pernah menyanyikan lagu yang liriknya antara lain sebagai berikut:

Bermata tapi tak melihat. Bertelinga tapi tak mendengar.
Bermulut tapi tak menyapa. Berhati tapi tak merasa.
Berharta tapi tak sedekah. Berbenda tapi tak berzakat.
Berilmu tapi tak beramal. Berjalan tapi tak terarah.
Semoga kita terhindar dari hal-hal sedemikian.
Semoga kita menjauh dari sifat sedemikian.

Yesus berbicara dengan perumpamaan. Para murid bertanya kepada-Nya. "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"

Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”

Hanya orang-orang yang mau membuka hati dan mengimani, maka mereka akan memahami arti perumpamaan itu. tetapi yang tidak mau membuka hati dan percaya, mereka tetap bebal tidak mengerti.

Bagi orang yang mau menerima pencerahan sabda Tuhan, kepadanya akan ditambahkan lebih banyak lagi. Tetapi kepada orang yang menutup diri terhadap sabda Tuhan, apa pun yang ada padanya malah akan diambil.

Orang yang tak mau menanam, pasti tidak akan menuai. Orang yang tak mau memberi pasti tidak akan menerima. Punya mata tapi tidak digunakan untuk melihat. Punya telinga tapi tak mau mendengar. 

Punya hati tapi tak mau peduli dan empati. Pasti tidak terjadi perkembangan rohani dari mereka-mereka itu.

Walau kita mengundang pengkotbah terkenal, humornya lucu, sering diundang kemana-mana, tetapi kebenaran firman Allah adalah anugerah bagi orang yang mau membuka hati. 

Kalau kita hanya mencari seru dan lucunya, kita hanya mau cari hiburan sekejap.Habis itu pulang tak dapat apapun. Yang diingat cuma lucunya saja.

Tidak ada pencerahan yang dibawa pulang kecuali “ger-geran ketawa terpingkal-pingkal.” 

Apakah kita hanya suka melihat penampilan luar atau kita sungguh membuka hati mendengarkan Sabda Tuhan? Bagaimana dengan kita sendiri?

Dokter gigi memasang gigi palsu,
Lalu siapa yang bikin ijasah palsu?
Senang sekali mendengar kotbah lucu,
Tapi ketika ditanya isinya tidak tahu.

Wonogiri, mendengar tapi tak mengerti
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Enthit

7/23/2025

0 Comments

 
Puncta 23 Juli 2025
Rabu Biasa XVI
Matius 13:1-9

KISAH Panji Asmara Bangun putra raja Jenggala mencari kekasihnya didongengkan dalam banyak cerita. Salah satunya adalah Kisah Enthit. 

Pangeran itu menyamar sebagai petani bernama Enthit. Apa yang ditanam selalu tumbuh dengan subur. Tanah yang digarapnya menghasilkan banyak buah.

Kekasihnya bernama Dyah Ayu Galuh Candra Kirana yang mengagumi hasil kerja Enthit. Mereka berbalas pantun dalam sebuah lagu. Saya terjemahkan nyanyian mereka secara bebas.

"Enthit.....siapa yang menanam padi bernas subur ini?"
"Sayangku, Cintaku. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku ya sayang."
"Tidak, Enthit. Aku hanya bertanya saja."

"Enthit.....siapa yang menanam mentimun besar-besar ini?"
Oh Dara nan cantik. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Seluruh hartaku dan hatiku hanya untukmu, sayang."
"Tidak, Enthit. Hatiku sudah ada yang punya."

Begitulah, Enthit memikat hati Galuh Candra Kirana karena berhasil menjadi petani yang hebat. Akhirnya mereka bertemu kembali sebagai pasangan suami istri.

Yesus memberi perumpamaan tentang penggarap tanah yang menaburkan benih ke ladangnya. Tanah itu ada yang berbatu, ada yang penuh onak duri, tetapi juga ada tanah yang subur makmur. 

Tanah yang subur bisa menghasilkan seratus kali lipat, enampuluh kali lipat dan tigapuluh kali lipat. 

Kita ini seperti tanah-tanah yang ditaburi benih sabda Tuhan. Ada yang tandus, tak berbuah. Ada yang penuh rintangan duri menghambat perkembangannya. 

Tetapi ada juga yang dipelihara dengan baik dan menghasilkan buah berlimpah seperti Enthit.

Lalu dimanakah posisi kita sebagai tanah yang ditaburi benih sabda Tuhan itu? Apa hasil yang kita berikan sehingga Tuhan dapat memetik buahnya?

Ikan lele atau ubur-ubur,
Ditangkap di tengah sawah.
Marilah kita jadi tanah subur,
Agar menghasilkan buah berlimpah.

Wonogiri, teruslah berbuah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pisau Berlumuran Darah

7/22/2025

0 Comments

 
Puncta 22 Juli 2025
Pesta St. Maria Magdalena
Yohanes 20:1.11-18

HERCULE Poirot adalah detektif yang memeriksa kasus pembunuhan di dalam gerbong Kereta Orient Express. Seorang dermawan, Ratchett ditemukan tewas di gerbong mewah dengan duabelas tusukan. Anehnya tusukan itu dilakukan oleh dua tangan, yakni kanan dan kiri. 

Poirot harus bisa memecahkan masalah ini dalam perjalanan kereta yang cepat. Ia menemukan satu bukti kuat yakni pisau yang berlumuran darah. 

Novel Murder on the Orient Express mengajarkan kita agar tidak mempercayai tentang apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar tanpa membuktikannya. 

Seperti yang dikatakan oleh Poirot sendiri, “Kamar ini penuh dengan petunjuk, tapi dapatkah dipercaya bahwa semua petunjuk itu memang demikian adanya?” 

Dari petunjuk-petunjuk itu Poirot membuat analisa dan kesimpulan siapa pembunuh misterius di kereta mewah itu.

Dalam kisah kebangkitan, Maria Magdalena mengabarkan kepada murid-murid yang lain. Petrus dan murid lainnya datang mau melihat apa yang terjadi sesungguhnya. 

Mereka tidak percaya omongan perempuan-perempuan yang suka ngegosip itu.
Mereka menemukan kain kapan sudah terletak di tanah dan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.

Tidak mungkinlah seorang pencuri sempat-sempatnya membuka kain kapan dan menggulung kain peluh ditata rapi di tempat yang lain. 

Seorang saksi mata melihat dengan jeli kain kapan dan kain peluh itu sebagai bukti bahwa Yesus tidak dicuri, tetapi  Yesus hidup. Ia seperti Poirot yang melihat pisau berlumuran darah adalah sebuah bukti.

Maria Magdalena yang kita peringati hari ini punya peranan penting. Dialah yang pertama melaporkan kejadian ini kepada Petrus dan murid yang lain. Dialah pewarta kebangkitan Yesus. Kendati awalnya dugaannya salah, tetapi dia terus maju untuk menjadi percaya.

Marilah kita meneladan Maria Magdalena yang berani menjadi saksi Kristus dan mewartakan kepada orang lain. Kendati dia pernah hidup dalam dosa, tetapi karena kasih-Nya, Maria membalas dengan sepenuh jiwa. Kasih tak memandang kegagalan atau kedosaan orang.

Waduk Wonogiri banyak ikan,
Dijajakan di pinggir-pinggir jalan.
Wanita dosa jadi pewarta iman,
Dengan total ia mengasihi Tuhan.

Wonogiri, marilah jadi pewarta iman
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2034
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki