Puncta 4 September 2024
Rabu Biasa XXII Lukas 4: 38-44 NAMA aslinya adalah Anjeze (Agnes). Lahir di wilayah Albania, Kekaisaran Utsmani pada 26 Agustus 1910. Anjeze kecil sudah ingin menjadi biarawati Katolik karena sering membaca kisah-kisah para misionaris yang diutus pergi ke Timur Jauh. Umur 18 tahun dia diutus pergi ke Kalkuta bersama biarawati dari Loreto. Dari sana namanya berubah menjadi Suster Teresa. Ketika di Kalkuta marak penyakit tuberkolosis, Teresa tergerak hati menolong mereka. Ia mengunjungi mereka di daerah kumuh, miskin dan menolong yang sakit dan merawat mereka yang menderita. Ia mengajak teman-temannya anggota Ordo Misionaris CintaKasih di Kalkuta untuk fokus menolong orang sakit, yatim piatu, kusta, tuna wisma dan gelandangan di daerah miskin India. Sejak saat itu dia dijuluki sebagai “The Saint of the Gutters” atau orang suci dari selokan-selokan kumuh dan kotor. Karya Yesus menolong orang sakit dan menderita itulah yang menjadi inspirasi Bunda Teresa menjalankan misinya. Yesus sesudah mengajar di sinagoga, pergi ke rumah mertua Simon dan menumpangkan tangan-Nya sehingga sembuhlah sakitnya. Lalu sepanjang hari banyak orang sakit datang kepada Yesus minta disembuhkan. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakit, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Melalui Yesus dan Bunda Teresa kita bisa belajar beberapa hal; Pertama, sikap empati dan belaskasih. Yesus mengajarkan pentingnya empati dan belaskasih pada mereka yang menderita. Teresa menjadi contoh nyata belaskasih bagi mereka yang miskin. Kedua, Yesus dan Teresa menunjukkan kesetiaan pada nilai-nilai ilahi. Mengasihi orang miskin dan sakit adalah wujud nyata dari kasih ilahi sebagai panggilan hidup. Yesus berkata, "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." Ketiga, kasih itu terwujud dalam tindakan nyata. Yesus dan Teresa tidak hanya mengajar tentang kebaikan, tetapi mempraktekkan dalam tindakan kongkret. Kebahagiaan bukan terletak dari banyaknya harta, tetapi sejauhmana pelayanan nyata kita sumbangkan bagi dunia sekitarnya. Makan gudeg di kota Yogya, Sambil duduk di trotoar balaikota. Bukan karena harta kita bahagia, Berbagi kasih bagi para penderita. Wonogiri, siap misa dengan Bapa Suci.... Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |