Puncta 10.09.24
Selasa Biasa XXIII Lukas 6: 12-19 KETIKA misa bersama Bapa Suci Fransiskus di Gelora Bung Karno akan dimulai, mendung menggelayut dia atas langit. Badan Meteorologi dan Geofisika memberi laporan bahwa akan terjadi hujan pada sore hari di Jakarta. Saat persiapan misa itu mendung sudah berubah menjadi gerimis kecil. Para romo yang duduk di pinggir lapangan sudah mulai memakai jas hujan yang ada di tiap kursinya. MC di panggung mengajak seluruh umat untuk berdoa 10X Salam Maria. Perlahan-lahan mendung gelap di atas GBK berubah menjadi terang. Matahari mulai bersinar cerah. Umat dan para romo mulai membuka jas hujannya karena hawanya panas. Hujan tidak jadi turun sampai acara selesai. Semua bersukacita mengikuti misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus. Kekuatan doa sungguh luar biasa. Doa yang dilandasi iman yang kuat mempunyai daya magnet yang hebat. Dari peristiwa ini kita diyakinkan bahwa doa yang sungguh-sungguh pasti didengarkan Tuhan. Dalam Injil diceritakan sebelum memilih duabelas murid-Nya, Yesus berdoa di tempat yang sepi semalam suntuk. Memilih murid adalah peristiwa penting. Maka Yesus berdoa terlebih dahulu. Ia memilih tempat yang sunyi untuk berdialog dengan Bapa-Nya. Yesus memilih duabelas rasul atau murid yang akan mengikuti-Nya dan kemudian meneruskan karya pelayanan-Nya di dunia. Dengan doa, Yesus selalu memulai karya-karya yang penting dalam hidup-Nya. Apakah kita juga selalu memulai suatu tugas atau pekerjaan dengan lebih dahulu berdoa kepada Tuhan? Jangan lupa untuk selalu berdoa. Doa-doa itu mempunyai kekuatan yang besar untuk menghadapi segala tantangan dan cobaan. Setelah kunjungan ke Indonesia, Paus pergi ke Papua Nugini. Jangan lupa selalu berdoa, Tuhan pasti akan mendampingi. Wonogiri, berdoalah senantiasa, Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 9 September 2024
Senin Biasa XXIII Lukas 6: 6-11 NETHINK atau negative thinking adalah sebuah sikap mental yang memandang segala sesuatu dari sudut atau sisi negative. Kalau ini sering terjadi dalam diri kita, waspadalah mungkin kita perlu menemui psikiater untuk diterapi. Nethink bisa terjadi karena kita sering mengalami peristiwa-peristiwa traumatis. Sering dibully, dicemooh, tidak dihargai atau pengalaman buruk yang melukai. Tidak percaya diri juga bisa menimbulkan nethink. Bahkan tidak PD ini bisa jadi akar masalah nethink yang akut. Lingkungan dimana kita hidup juga bisa membuat seseorang mudah nethink. Keluarga, teman, rekan kerja bisa memengaruhi pola pikir kita. Jika orang di sekitar cenderung pesimistis, ragu dan bimbang, hal ini bisa menular kepada kita. Orang yang sering mengalami penyakit mental seperti depresi dan kecemasan, takut, gelisah dan stress sangat mudah berpikiran negatif. Gangguan yang mereka alami membuatnya takut, khawatir dan ragu dalam memandang dunia. Kaum Farisi yang melihat Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya pada hari Sabat ini terjangkiti mental nethink. Mereka selalu memandang buruk apa yang dibuat Yesus. Bahkan mereka mencari-cari kesalahan Yesus. Mereka selalu menyoroti dan memata-matai apa yang dibuat Yesus. Bahkan perbuatan baik pun selalu dinilai negative bagi orang-orang ini. Maka Yesus bertanya, "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Kaum Farisi itu makin benci karena Yesus makin cemerlang melakukan kebaikan. Sementara mereka makin sakit hati dan berusaha menjatuhkannya. Ngurusi orang nethink tidak ada habis-habisnya, karena tidak ada yang baik sedikitpun menurut kacamata mereka. Yang dilihat dan dicari hanyalah keburukan dan kejelekan kita. Teruslah berbuat baik tanpa terpengaruh penilaian orang-orang nethink. Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Tetap fokus untuk berbuat baik dan berguna bagi orang lain. Kalau kita pergi ke kota Pisa, Jangan lupa kunjungi Menara miring. Seringlah memuji pasangan anda, Agar punya mental positif thinking. Wonogiri, kembangkan mental posthink Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 8 September 2024
Minggu Biasa XXIII Markus 7: 31-37 LAGU rohani di bawah ini menggambarkan bagaimana Allah membentuk diri kita: Bagaikan bejana siap dibentuk. Demikian hidupku di tangan-Mu Dengan urapan kuasa Roh-Mu. Ku dibaharui selalu Jadikan ku alat dalam rumah-Mu. Inilah hidupku di tangan-Mu Bentuklan sturut kehendak-Mu. Pakailah sesuai rencana-Mu. Kita ini seperti bejana tanah liat yang dibentuk oleh Tuhan menjadi ciptaan-Nya. Tangan Sang Pencipta itu membentuk, mengolah dan membuat kita menjadi sebuah bejana yang indah dan berguna. Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus melakukan penyembuhan dengan tindakan aneh. Yesus memisahkan orang yang gagap dan tuli dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Tindakan Yesus itu seperti seorang tukang periuk yang memperbaiki bejana yang pecah dan rusak. Tindakan Yesus mengingatkan kita pada kisah penciptaan manusia pertama. Manusia diciptakan dari debu tanah. Komentar orang banyak , "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Hal ini mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Allah dalam kisah penciptaan sungguh amat baik. "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik" Kisah penciptaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Kita ini sekarang sedang dibentuk oleh Tuhan. Dengan berbagai macam pengalaman jatuh bangun, gagal sukses, suka dan duka, Allah sedang membentuk kita. Sebagai orang lemah, rapuh dan mudah hancur, kita ada di tangan Tuhan. Mari kita siapkan diri untuk dibentuk sesuai dengan rencana-Nya. Rencana Tuhan pasti yang terbaik bagi kita walau kadang terasa sakit dan penuh dukacita. Mari kita jadikan hidup kita pujian kemuliaan bagi Tuhan, sehingga banyak orang akan bersukacita dan memuji Tuhan. Orang yang diselamatkan tadi langsung mewartakan kegembiraan sehingga banyak orang kagum dan tercengang. Banyak karya Tuhan bagi kita, mari kita wartakan dengan gembira. Waduk Gajah Mungkur banyak ikan, Ditangkap warga dijadikan santapan. Tidak ada hal yang membahagiakan, Selain bisa mengasihi sesama dan Tuhan, Wonogiri, bentuklah aku ya Tuhan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 7 September 2024
Sabtu Biasa XXII Lukas 6: 1-5 SEORANG awam merasa bingung dan kecewa ketika rencana berkat perkawinan anaknya ditolak oleh Pastor Paroki karena terjadi di masa advent. Pastor itu menjawab dengan ketus, kalau masa Advent atau Prapaskah tidak boleh ada berkat perkawinan. Bapak itu bingung karena di paroki lain, ada pastor yang mengijinkan ada pemberkatan perkawinan di masa Prapaskah. Ia menyampaikan itu kepada pastor parokinya. Tetapi dengan marah pastor menjawab, “Sing dadi pastor aku apa kowe, kalau mau nekat, silahkan datang ke sana. Di sini aturannya begitu!” Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983, tidak ditemukan satu kanon pun yang berbicara secara eksplisit tentang hari perkawinan. Dalam kanon 843, §1 ditegaskan bahwa pelayan suci tidak dapat menolak (denegare non possunt) pelayanan sakramen-sakramen kepada orang yang memintannya secara wajar, berdisposisi yang semestinya, serta tidak terhalang oleh hukum untuk menerimannya. Konggregasi Ibadat Ilahi mengeluarkan dokumen tentang persiapan dan pelaksanaan Perayaan Paskah. Dalam dokumen tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa ada dua hari yang tidak diperbolehkan untuk merayakan sakramen perkawinan, yakni Jumat Agung dan Sabtu Suci. Kalau di dalam dokumen resmi hanya dua hari itu yang dilarang melangsungkan perkawinan. Tentu kita tidak bijaksana jika menambahi aturan-aturan yang justru membebani umat. Pelayanan murah hati dan penuh cintakasih mesti lebih diutamakan. Yesus bersama murid-murid berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir gandum dan menggisarnya. Hal itu terjadi pada hari Sabat. Orang-orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Kaum Farisi adalah kelompok yang melaksanakan aturan dengan ketat dan kaku. Bagi mereka, aturan adalah aturan, tidak boleh dilanggar sedikit pun. Orang yang melanggar harus dihukum. Yesus lebih mengutamakan inti dari hukum yakni belaskasih. "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" kata-Nya pada mereka. Kalau Tuhan saja lebih mengutamakan belas kasihan, apakah kita justru membebani umat dengan aturan-aturan kaku yang membelenggu? Di taman sari ada bunga melati, Warnanya putih harum mewangi. Utamakanlah pelayanan murah hati, Jangan buat aturan yang membebani. Wonogiri, aturan bukan untuk mempersulit Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 6 September 2024
Jumat Biasa XXII Lukas 5:33-39 DALAM banyak agama ada banyak aturan atau hukum. Di dalam Gereja Katolik ada Kitab Hukum Kanonik yang berisi aturan-aturan untuk kehidupan bersama. Ada juga banyak dokumen-dokumen gereja seperti Katekismus Gereja Katolik. Ada yang lain lagi seperti dokumen hasil konsili, ensiklik atau ajaran-ajaran para Paus. Begitu banyak dogma, ajaran dan norma-norma atau hukum yang dimiliki oleh Gereja. Tetapi Yesus selalu mengembalikan segala norma hukum itu pada esensi yang sesunggguhnya yakni Cintakasih. Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menggunakan istilah kantong yang baru untuk anggur yang baru. Yesus berkata, ”Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.” Yesus mengajak para murid-Nya untuk menggunakan cara pandang yang baru yaitu semangat kasih. Bukan semata-mata hanya melaksanakan hukum secara buta, tetapi pelaksanaan hukum itu dilandasi dengan semangat kasih. Perdebatan dengan kaum Farisi berhubungan dengan masalah puasa. Puasa dilakukan tidak sekedar menjalankan aturan. Tetapi puasa adalah cara untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan melalui laku tobat dan memperbaharui diri. Kaum Farisi menggunakan aturan puasa untuk memaksa orang lain mengikuti keinginannya. Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Kita berpuasa bukan supaya terlihat saleh, suci dan hebat, sehingga berhak menghakimi sesama yang tidak puasa. Kita berpuasa agar semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sebagai orang yang lemah, kita membutuhkan belaskasih Tuhan agar kita bisa memperbaiki diri. Sudahkah kita menjalankan ibadah puasa dengan benar? Ataukah puasa kita justru menjadi batu sandungan bagi orang lain? Paus berkeliling pakai mobil biasa, Memberi contoh hidup sederhana. Kalau kita sungguh mau berpuasa, Lakukan saja dengan tidak terpaksa. GBK di waktu malam, Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 5 September 2024
Kamis Biasa XXII Lukas 5:1-11 "Immerce in the beauty of this Land," (Masuk ke dalam pesona keindahan Pulau (Indonesia) ini" demikian tulisan Bapa Suci di buku tamu kenegaraan. "Masuk ke dalam keindahan....." Kata-kata yang sangat bermakna Hari ini kita merayakan ekaristi bersama Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno. Paus datang untuk melawat umat Katolik Indonesia mulai 3-6 September 2024. Bukan hanya untuk umat Katolik tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang majemuk. Paus datang dengan membawa pesan perdamaian, kesederhanaan dan kemanusiaan. Kita maknai kedatangan Paus ini melalui bacaan yang kita renungkan hari ini. Apa makna kehadiran Paus dan pesan apa yang bisa kita tangkap bagi umat Katolik. Yesus naik perahu bersama para murid-Nya. Ia menemani mereka dalam pekerjaannya sebagai nelayan. Ia menyuruh Simon untuk menebarkan jala ke tempat yang dalam. Simon “grundelan” atau ngomel menggerutu karena sepanjang malam mereka bekerja keras tetapi tidak mendapat apa-apa. Akhirnya ia mengikuti perintah Yesus dan dia terkejut karena mendapat ikan yang banyak. Tidak menyangka dan mengira akan hasil yang luar biasa. Lalu Yesus memanggil mereka. “Mulai sekarang engkau akan menjala manusia. Lalu mereka meninggalkan perahunya dan mengikutiYesus. Paus Fransiskus datang ke perahu kita. Ia menemani kita dalam perjuangan di tengah samudera Indonesia. Paus mengajak kita bertolak ke tempat yang dalam, yakni hati nurani Bangsa Indonesia. Menebarkan jala ke dalam hati nurani bangsa agar memperoleh hasil yang banyak dan berlimpah. Jala yang kita pakai adalah ajaran Kristus yakni cinta kasih. Dengan semangat cinta kasih kita menjaring banyak orang agar merasa dicintai Tuhan. Kasih menjadi landasan dalam bertindak dan berjuang di tengah masyarakat yang majemuk ini. Kasih menjadi jaring agar kita mengalami cinta-Nya. Kehadiran Paus disini mau menguatkan kita semua akan nilai-nilai kasih yang terus diperjuangkan. Tulisan dan ajaran Paus semua bermuara pada pengalaman kasih dan kerahiman Allah. Kasih itu kita wujudkan dengan hidup rukun bersaudara dengan semua orang, bertoleransi dengan macam-macam perbedaan. Menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang majemuk dan membangun Indonesia sebagai rumah bersama. Mari kita berlayar bersama dengan Perahu yang namanya Indonesia dan menebarkan kasih kepada sesama warga. Kalau kita berani ke tempat yang dalam, kita akan memperoleh hasil yang berlimpah ruah. Tentu ke tempat dalam berarti juga siap menghadapi taufan dan gelombang besar. Tidak ada nakhoda hebat dan tangguh jika kita hanya berlayar di ombak yang kecil. Nakhoda hebat muncul dari tantangan ombak yang besar. Siapkah kita menghadapinya? Berombongan menuju GBK, Wajah ceria tak kenal dosa. Paus datang bawa sukacita, Indonesia dikenal oleh dunia. Wonogiri, sugeng rawuh Bapa Suci Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 4 September 2024
Rabu Biasa XXII Lukas 4: 38-44 NAMA aslinya adalah Anjeze (Agnes). Lahir di wilayah Albania, Kekaisaran Utsmani pada 26 Agustus 1910. Anjeze kecil sudah ingin menjadi biarawati Katolik karena sering membaca kisah-kisah para misionaris yang diutus pergi ke Timur Jauh. Umur 18 tahun dia diutus pergi ke Kalkuta bersama biarawati dari Loreto. Dari sana namanya berubah menjadi Suster Teresa. Ketika di Kalkuta marak penyakit tuberkolosis, Teresa tergerak hati menolong mereka. Ia mengunjungi mereka di daerah kumuh, miskin dan menolong yang sakit dan merawat mereka yang menderita. Ia mengajak teman-temannya anggota Ordo Misionaris CintaKasih di Kalkuta untuk fokus menolong orang sakit, yatim piatu, kusta, tuna wisma dan gelandangan di daerah miskin India. Sejak saat itu dia dijuluki sebagai “The Saint of the Gutters” atau orang suci dari selokan-selokan kumuh dan kotor. Karya Yesus menolong orang sakit dan menderita itulah yang menjadi inspirasi Bunda Teresa menjalankan misinya. Yesus sesudah mengajar di sinagoga, pergi ke rumah mertua Simon dan menumpangkan tangan-Nya sehingga sembuhlah sakitnya. Lalu sepanjang hari banyak orang sakit datang kepada Yesus minta disembuhkan. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakit, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Melalui Yesus dan Bunda Teresa kita bisa belajar beberapa hal; Pertama, sikap empati dan belaskasih. Yesus mengajarkan pentingnya empati dan belaskasih pada mereka yang menderita. Teresa menjadi contoh nyata belaskasih bagi mereka yang miskin. Kedua, Yesus dan Teresa menunjukkan kesetiaan pada nilai-nilai ilahi. Mengasihi orang miskin dan sakit adalah wujud nyata dari kasih ilahi sebagai panggilan hidup. Yesus berkata, "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." Ketiga, kasih itu terwujud dalam tindakan nyata. Yesus dan Teresa tidak hanya mengajar tentang kebaikan, tetapi mempraktekkan dalam tindakan kongkret. Kebahagiaan bukan terletak dari banyaknya harta, tetapi sejauhmana pelayanan nyata kita sumbangkan bagi dunia sekitarnya. Makan gudeg di kota Yogya, Sambil duduk di trotoar balaikota. Bukan karena harta kita bahagia, Berbagi kasih bagi para penderita. Wonogiri, siap misa dengan Bapa Suci.... Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 3 September 2024
PW. St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja Lukas 4: 31-37 WAKTU masih menjadi seminaris, kami mempunyai Romo Rektor yang berwibawa. Beliau adalah Rm. Martinus Soenarwidjaya SJ. Suatu kali ada acara MK (Malam Kesenian). Kelas kami menampilkan drama kelahiran Yesus. Karena seminari tidak ada siswi-siswinya, maka salah satu dari kami memerankan Maria. Karena gaya dan tutur kata yang sedikit menirukan “perempuan” para penonton bersorak bergemuruh. Nampaknya Romo Rektor tidak berkenan. Maria diperankan dengan gaya lelucon. Beliau hanya berdiri dengan muka serius. Frater Priyo Pujiono membaca gelagat yang tidak enak. Dia langsung naik ke sisi panggung dan membuat gerakan tangan memotong leher. Teriaknya; “Cut! Cut! Cut!” Petugas layar menarik tali cepat-cepat menutup panggung pertunjukan. Pentas langsung dihentikan. Malam itu kami para pemain drama dipanggil di kamar Romo Rektor. Tidak dimarahi tetapi diberi wejangan. Kata-katanya tajam dan mengena. “Bagaimana perasaanmu kalau ibumu yang kamu hormati diperlakukan seperti itu?” Kami semua diam tertunduk kelu di lidah. Yesus datang di Kapernaum. Ia mengajar dengan penuh kuasa. Bahkan setan pun diusir keluar dengan kuasa-Nya. Semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." Orang-orang mengakui kekuatan dari ajaran-Nya. Kata-kata-Nya dahsyat mengusir kuasa kegelapan. Kendati iblis itu tahu siapa Yesus - Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" - namun Yesus tak membiarkan dia menguasai orang itu. Yesus mewahyukan Diri-Nya dengan kuasa Allah yang mengatasi kejahatan. Terserah bagaimana orang menanggapinya. Apa mau percaya atau menolak-Nya. Ada banyak yang percaya tetapi juga ada yang tidak mau mempercayai-Nya, seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Apakah anda pernah mengalami kuasa Tuhan yang begitu besar? Lalu apa sikap anda melihat karya Tuhan itu? Jalan ke pasar beli mangga, Pedagangnya cantik mempesona. Tuhan sungguh luar biasa, Kuasa-Nya mengatasi segalanya. Wonogiri, Tuhanku memang hebat... Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 2 September 2024
Senin Biasa XXII Lukas 4:16-30 KITA ini sering lebih menghargai produk Luar Negri daripada produk milik kita sendiri. Hal ini kelihatan dari barang-barang yang sering kita pakai. Merek-merek Luar Negri jadi pameran di sekujur tubuh kita. Ada yang senang belanja barang-barang branded Luar Negri dengan pesawat jet pribadi. Ada yang bangga memakai arloji, tas, sepatu atau baju-baju bermerk asing. Sedangkan produk-produk lokal, dalam negeri dikucilkan dan tidak dianggap atau disepelekan. Kita masih dijajah melalui produk-produk luar. Hal ini membuat mental kita tidak bangga dengan produk atau milik kita sendiri. Kita tidak mampu menghargai hasil karya bangsa sendiri. Inilah yang dialami Yesus ketika Dia pulang ke kampung halaman-Nya di Nazaret. Yesus menawarkan nilai-nilai baik dari Allah. Tetapi orang-orang di kampung-Nya menolak, tidak mau menerima-Nya. Mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Orang-orang Nazaret meragukan dan tidak mau menerima Dia. Bahkan mereka berusaha menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Orang-orang Nazaret itu tidak mau menghargai Yesus dan karya-Nya. Mereka hanya menilai dari permukaan yang dilihatnya saja. Mereka tidak menangkap makna apa yang disampaikan Yesus. Kadang kita juga hanya melihat tindakan dan karya orang lain secara lahiriah saja, yang kelihatan di permukaan. Kita menilai orang lain hanya dari apa yang kelihatan dari luar saja. Atau kita menilai orang dari latar belakang keluarga yang jeleknya saja. Dengan menilai demikian, kita menutup kebaikan-kebaikan atau segi-segi yang positif. Kita tidak mau membuka hati terhadap segi positif dan kebaikan karya Tuhan. Maka tidak ada karya mukjizat yang terjadi. Hal-hal baik menjadi tertutup karena kita tidak mau percaya kebaikan Tuhan. Untuk itu kita bisa belajar untuk tidak menilai orang laih hanya berdasarkan apa yang kita lihat sesaat saja. Kita diajak membuka diri memahami orang lain lebih dalam. Jangan menilai buku dari covernya, Bacalah isi sampai sedalam-dalamnya. Yesus akan membuat mukjizat-Nya, Karena Dia sangat mengasihi kita. Wonogiri, tetaplah percaya Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |