Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Formalisme Agama

8/31/2024

0 Comments

 
Puncta 1 September 2024
Minggu Biasa XXII
Markus 7:1-8.14-15.21-23

ADA kelompok masyarakat yang menghayati agama hanya sebatas formalisme saja. Yang diutamakan adalah aspek legal formalnya, tanpa menyentuh substansi atau inti hidup beragama.

Mereka mengukur kesalehan atau kesempurnaan diri lewat ketaatan buta terhadap dogma, aturan, hukum dan adat istiadat yang kaku dan ketat. 

Mereka mudah curiga pada orang lain dan menilai buruk atau negatif bila tidak sesuai dengan paham mereka. Mereka merasa paling benar dan mudah menghakimi orang lain.

Kelompok ini suka memakai simbol-simbol agama di  ruang-ruang publik untuk menunjukkan mereka lebih dari yang lain. Symbol-simbol itu sebagai bentuk formalisme saja tanpa mengerti apa makna batiniahnya. 

Misalnya suka pakai kalung rosario panjang-panjang, tapi suka mengumpat kata-kata kotor pada orang lain.

Mereka tidak mementingkan makna rohani rosarionya tetapi hanya untuk pamer, biar dinilai saleh, biar kelihatan suka sembahyang, cari pujian dan previlegi egoistik. 

Orang formalis mudah mengadili orang lain secara moral (membully, persekusi) dan sosial (merusak, melarang) yang tidak sejalan dengan pahamnya.

Nada-nada sikap formalisme ini ada dalam dialog antara kaum Farisi dengan Yesus. Orang Farisi memprotes murid-murid Yesus yang makan tanpa membasuh tangan lebih dahulu. 

"Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"

Yesus meluruskan pandangan mereka dengan mengutip pesan Nabi Yesaya: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Yesus mengembalikan makna substansial dari kehidupan agama. Bukan yang masuk tetapi yang keluar dari manusia, itulah yang menajiskan. Bukan simbol-simbol agama, tetapi tindakan kasih yang nyata itu yang lebih berguna. 

Mungkin kita juga sering jatuh ke formalisme agama. Suka pamer simbol-simbol agama tetapi tidak peduli pada orang menderita. Lebih mementingkan yang artifisial daripada inti yang substansial. 

Suka menghakimi orang lain sebagai najis atau kafir, tetapi peri hidupnya sendiri jauh dari nilai-nilai itu.

Mari kita memperbaiki diri lebih dahulu sebelum menuntut orang lain berubah.

Kalau doa pakai Bahasa roh,
Tapi perilakunya suka goroh.
Kemana-mana pakai rosario,
Jebul uripe ya mung “mletho.”

Wonogiri, jadilah bijaksana dalam hidup
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki