Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Wahyu-Iman : Perjumpaan Pribadi antara Allah dan Manusia

2/21/2025

0 Comments

 
Wahyu Allah
Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih. Efesus 1:9)

Allah, yang menciptakan segala sesuatu serta melestarikannya senantiasa memberi kesaksian tentang diri-Nya kepada manusia. Lebih dari itu, Ia mengundang manusia masuk ke dalam persekutuan dengan diri-Nya. Tetapi, manusia pertama justru menjauhi-Nya dengan sikap ketidaktaatan. Dan, Allah tidak tinggal diam. Sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah menjanjikan keselamatan dengan menawarkan perjanjian kepada manusia lewat banyak tokoh dalam Kitab Suci. Pewahyuan janji keselamatan dari Allah berpuncak dalam pribadi Yesus Kristus dan kemuliaan diteruskan oleh Roh Kudus dalam Gereja hingga kini. Itulah cara Allah mewahyukan diri-Nya dan cinta-Nya kepada manusia secara terus-menerus.

Utusan dan Para Nabi
Dalam sejarah bangsa Israel, Allah memilih 3 utusan-Nya: Nuh, Abraham dan Musa untuk menawarkan keselamatan kepada umat pilihan-Nya. Melalui Nuh, dunia yang sudah dipenuhi kedosaan diperbaharui. Melalui Abraham, Allah membentuk satu bangsa bagi Diri-Nya, dan pada zaman Musa, Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir dan memberikan hukum-Nya yang kita kenal sebagai 10 Perintah Allah.

Allah terus menerus mewahyukan diri-Nya dengan mengutus pula nabi-nabi, seperti: Yesaya, Yeremia, Hosea, Amos, dan sebagainya. Mereka menyerukan kehendak Allah sesuai dengan keadaan konkret pada zamannya.

Penggenapan Wahyu
Setelah pada zaman dahulu, Allah berulangkali dan dalam belbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:2)

Puncak pewahyuan para nabi adalah kedatangan Sang Emanuel, Juru Selamat. Allah mewahyukan diri-Nya secara penuh dengan mengutus Putera-Nya sendiri, yakni Yesus Kristus. Dalam diri Putera-Nya ini, Allah mengadakan suatu perjanjian baru yang kekal untuk selama-lamanya. Sesudah Yesus, tidak akan ada pewahyuan lain lagi. Yesus merupakan pemenuhan dari seluruh janji Allah pada masa yang lampau. Nubuat para nabi dan juga seluruh hukum Allah digenapi dalam diri Yesus, melalui hidup, karya dan ajaran-Nya. 

Iman: Jawaban atas Wahyu Allah
Iman adalah anugerah dari Allah. Agar mampu memiliki iman, kita membutuhkan Roh Kudus. Akan tetapi, iman juga merupakan tindakan manusia yang dilakukan dengan sadar dan bebas tanpa paksaan.

Jawaban itu melibatkan seluruh pribadi manusia: akal budi, kehendak, perasaan, dan perbuatan. Maka, iman harus dipahami pertama-tama sebagai penyerahan diri kepada Allah. Istilah biblisnya adalah ketaatan iman (Roma 16:26). Lebih jauh lagi Konsili Vatikan II memahami iman sebagai perjumpaan pribadi dengan Allah (Dei Verbum no. 5-6).

Melalui proses pewahyuan dari Allah dan tanggapan iman dari pihak manusia, kita diperkenankan untuk mengenal Allah. Namun, hal itu tidak sama dengan mengetahui Allah. Allah tetaplah misteri. Ia “bersemayam dalam terang yang tak terhampiri; seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia” (1 Tim 6:16). Yesus memang mewahyukan bahwa “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa” (Yoh 14:9). Namun, manusia tetap memiliki keterbatasan. Maka, ada banyak gambaran mengenai Allah, yang biasanya dipengaruhi oleh alam pikirannya sendiri.

Masih ingat kisah santo Agustinus dan seorang anak kecil di tepi pantai? Santo Agustinus bertanya, “Nak, untuk apa kamu membuat sumur kecil ini?” Si anak kecil ini menjawab dengan santainya, “Aku ingin memindahkan air laut ke dalamnya!” Itulah yang seringkali dilakukan oleh akal budi manusia, mencoba untuk mengerti misteri Allah dengan otaknya yang terbatas. Gereja memang yakin bahwa akal budi manusia tetap dapat memahami Allah walaupun sangat terbatas. Biasanya kita memberikan gambaran-gambaran duniawi tentang Allah, seperti: gembala, sahabat, dll. Semua itu tidak pernah secara sempurna menggambarkan misteri Allah kita. Oleh karena itu, dalam beriman, manusia harus mengatasi gambaran-gambaran duniawi tentang Allah. Penghayatan hubungan pribadi dengan Allah selalu lebih penting daripada gambaran dan pengertiannya.

*Diambil dari berbagai sumber

​
Oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr
0 Comments



Leave a Reply.

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki