Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Yesus Kristus (2)

3/21/2025

0 Comments

 
Pembaptisan Yesus
“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku, lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api (Matius 3:11).
Yesus datang kepada Yohanes pembaptis agar diri-Nya dibaptis. Pada saat itulah, langit terbuka dan Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati. Allah Bapa menyatakan identitas Yesus sebagai Putra-Nya yang terkasih.
Pada peristiwa pembaptisan Yesus ini, kesatuan Allah Tritunggal dinyatakan. Ketiga pribadi Allah, Bapa, Putera, dan Roh Kudus hadir secara sempurna.
​
Pencobaan di Padang Gurun
Injil Matius mengisahkan bahwa setelah Yesus dibaptis di Sungai Yordan, Ia dibawa oleh Roh ke padang gurun. Di sana Yesus mengalami pencobaan dari Iblis (Mat 4:1-11).
Padang Gurun adalah tempat yang gersang dan tidak nyaman. Di sanalah Yesus berpuasa 40 hari. Puasa dalam banyak tradisi kerohanian, merupakan suatu bentuk mati raga yang dilakukan oleh orang atau kelompok sebelum mulai peristiwa penting dalam hidup. Maka, peristiwa Yesus berpuasa di padang gurun pun bisa dilihat sebagai persiapan Yesus untuk memulai karya-Nya.
Yesus mengalami 3 jenis godaan: 1) mengubah batu menjadi roti, 2) menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah, 3) menyembah iblis. Ketiga hal ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia, kita memiliki kelemahan yang bisa dipakai oleh iblis untuk menjerat kita, yaitu: kelemahan fisik-ragawi, kecenderungan untuk mengejar kekuasaan, dan juga mengejar harta dunia.

Yesus Memanggil Murid-Murid
Bagaimana proses Yesus memilih 12 murid? Dikisahkan dalam Injil, Yesus berkeliling di Kapernaum dan membuat banyak mukjizat di sana (Mat 8:5-15; Mrk 1:21-45). Ia menjadi sangat terkenal dan banyak orang mengikuti dan mengerumuni Yesus kemana pun Ia pergi.
Injil Markus mengisahkan bagaimana Yesus memilih dan memanggil 12 rasul-Nya. Yesus meminta mereka meninggalkan cara hidup mereka yang lama. Sebagaian besar dari mereka adalah nelayan dari Tiberias. “Ketika Yesus sedang berjalan menyusuri danau Galilea....Ia berkata kepada mereka: Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Mrk. 1:16-20).
 
Konsekuensi Menjadi Murid-murid Yesus
Sangat jelas sekali diungkapkan dalam Kitab Suci bahwa Yesus meminta para murid-Nya untuk meninggalkan segala-galanya, termasuk orang-orang yang dicintai demi mengikuti Yesus secara total. (Mrk 8:34; Luk 14:26). Menjadi murid Yesus berarti “menyertai Dia” (Mrk 3:14) dengan segala konsekuensinya (Mrk 10:39). Hal yang terpenting dalam mengikuti Yesus adalah hubungan pribadi dengan Yesus sendiri. Para murid harus mengambil bagian dalam tugas dan perutusan Yesus, termasuk menyertai Yesus sampai wafat dikayu salib. Yesus meminta para murid-Nya untuk setia sampai akhir dan siap menanggung segala konsekuensi.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma, dengan bahasa yang indah menuliskan: “Tidak ada sesuatupun yang mampu memisahkan aku dari cinta Kristus, entah itu penganiayaan, penderitaan, dan penindasan (Rm 8:35). 

Oleh ​Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr
0 Comments

“Melik Nggendhong Lali”

3/21/2025

1 Comment

 
Puncta 21 Maret 2025
Jum’at Prapaskah II
Matius 21: 33-43.45-46

PENGUASA Kerajaan Hastina yang sah adalah Pandu Dewanata. Ia memiliki 5 anak dari Dewi Kunti dan Dewi Madrim. Mereka disebut Pandawa. 

Karena Pandu meninggal saat Pandawa masih kecil, maka Kerajaan dititipkan kepada Destarastra yang buta. Kelak saat Pandawa sudah dewasa, Hastina harus dikembalikan kepada yang berhak.

Destarastra memiliki anak berjumlah 100 orang yang disebut Kurawa. Duryudana atau Kurupati disuruh menjadi raja di Hastina untuk sementara didampingi oleh Sengkuni sebagai patihnya. Setelah berkuasa mereka lupa diri. “Melik nggendhong lali.”

Ibarat “Wong sing ngemut manising madu njur suthik nglepeh,” Kurawa tidak mau melepaskan kerajaan Hastina kepada Pandawa. 

Berbagai macam cara licik dan jahat dilakukan untuk melenyapkan Pandawa, pewaris tahta Hastina.

Pandawa diracun dan dibakar saat pesta di Bale Sigala-gala. Werkudara disuruh terjun ke samudera mencari Banyu Suci Perwitasari. Sampai permainan dadu yang membuat Pandawa dibuang selama duabelas tahun di hutan.

Yesus menggambarkan bahwa Israel adalah kebun anggur Tuhan. Para penggarap adalah penyewa yang harus bertanggungjawab kepada Sang Pemilik. Penyewa yang ingin merampas hak milik lahan garapan adalah pengkhianat.

Para nabi diutus untuk menagih tanggungjawab para penggarap. Tetapi mereka ditolak, dicerca, dianiaya dan dibunuh para penggarap. 

Allah mengutus Anak-Nya, ahli waris yang sesungguhnya. Tetapi Anak-Nya juga dibunuh oleh mereka.

Raja-raja Israel yang tidak takut akan Tuhan dan malah mendengar bujukan nabi-nabi palsu hanya memikirkan kepentingannya sendiri, bukan mendengar suara Tuhan. 

Para dewan perwakilan rakyat dalam kelompok Sanhedrin, kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat sebagai tokoh pemimpin justru ingin menguasai kebun anggur Tuhan.

Kaum Farisi dan kelompok imam-imam sadar bahwa merekalah yang dituduh sebagai pengkhianat. Maka mereka membenci Yesus dan mengarah kematian-Nya. Mereka mulai berseberangan dan melawan Yesus. 

Orang yang sudah duduk dalam nikmatnya kursi kekuasaan sering lupa akan janji dan tanggungjawabnya. Pada saatnya Tuhan akan menagih janji, mempertanggungja-wabkannya. 

Apakah kita juga sebagai penggarap yang lupa janji-janjinya?

Mangan gethuk asale saka tela,
Mata ngantuk iku tambane apa ya.
Bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa,
Dadi wong sing ber budi bawa leksana.

Wonogiri, belajar sadar diri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Akhir Perang Baratayuda

3/20/2025

1 Comment

 
Puncta, 20 Maret 2025
Kamis Prapaskah II
Lukas 16: 19-31

PERJALANAN hidup kita itu ibarat perang Baratayuda, yakni sebuah perjalanan memperjuangkan baik lawan buruk, benar lawan salah, adil lawan sewenang-wenang dan jalan dharma lawan adharma. 

Di posisi mana kita berpijak, dari situ kita akan memetik buahnya. Yang baik akan menerima kebaikan. Yang jahat akan mendapat hukuman.

Delapan belas hari perang antara Pandawa dan Kurawa telah berjalan. Yang tersisa tinggal Raja Duryudana di pihak Kurawa. Ia tidak mau mengalah, tetap pongah dan sombong dengan megahnya.

Dengan angkuh dia berkata, “Kalau saya menang, saya makin jaya. Tetapi kalau saya kalah, Pandawa akan kecewa, terkejut karena kerajaan tinggal puing-puing tak tersisa. Semua sudah hancur lebur. Yang tersisa tinggal anak-anak yatim piatu dan janda-janda.”

Ia mengejek Werkudara, “Saya sudah pernah mengalami semua kenikmatan hidup. Makan dengan piring kencana, dilayani dayang-dayang cantik, tidur di atas kasur permadani. Kalian hidup terlunta-lunta sebagai pengemis dan tak ada tempat berteduh serta menderita seumur hidup.”

Akhir dari perang adalah yang jahat dikalahkan. Duryudana gugur lebur oleh gada Werkudara. Kebaikan mengalahkan kejahatan. 

Yesus menggambarkan akhir kehidupan dengan contoh orang kaya yang tak berbelaskasih dengan Lazarus yang miskin dan menderita.

Orang kaya itu sering berpesta pora dengan segala kemewahannya. Sedang di dekatnya ada Lazarus yang miskin, lapar dan penyakitan sampai anjing-anjing menjilati boroknya. Namun orang kaya itu tak sedikitpun berbelas kasih pada si miskin.

Keduanya mati dan Lazarus berada di pangkuan Abraham. Sedang si Kaya berada dalam siksaan abadi. Dengan kisah ini, Yesus mengingatkan bahwa buah perbuatan kita akan menentukan kehidupan kita. 

Siapa menanam kebaikan akan memetik buah yang baik. Siapa menabur kejahatan akan memperoleh keburukan.

Orang kaya itu anonim, tak bernama. Bisa jadi dia adalah kita yang tidak punya belaskasihan pada orang miskin di sekitar kita.

Nasi jagung untuk sarapan,
Sambal tomat bikin kelaparan.
Mari kita menanam kebaikan,
Dengan hati dan belaskasihan.

Wonogiri, “Ngundhuh wohing pakarti”
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Patris Corde

3/19/2025

1 Comment

 
Puncta, 19 Maret 2025
HR St. Yusup, Suami Perawan Maria
Matius 1:16. 18-21.24a atau Lukas 2:41-51a

TAHUN 2020 tepat pada Hari Raya Maria dikandung tanpa noda, Paus Fransiskus mengeluarkan surat Apostolik berjudul “Patris Corde” (dengan hati seorang Bapa). 

Surat apostolik ini menandai dibukanya Tahun St. Yusuf yang berlangsung sampai 8 Desember 2021 yang lalu. 

Paus Fransiskus ingin menandai peringatan 150 tahun ditetapkannya St. Yusuf sebagai pelindung Gereja Universal oleh Paus Pius IX tahun 1870. 

Ada beberapa gelar disematkan kepada St.Yusuf; Pelindung Para Pekerja, Penjaga Sang Penebus, Tukang Kayu, Mempelai Sang Perawan.

Patris Corde menegaskan sifat-sifat kebapaan Santo Yusuf. Kisahnya tidak kentara di dalam Kitab Suci, tetapi peranannya dalam kehidupan awal Sang Kristus sangat besar. 

Dialah yang menjadi saksi pertama Allah menjelma menjadi manusia lewat rahim Perawan Maria.

Melalui Yusuf, digenapi ramalan para nabi bahwa Mesias akan lahir dari keturunan Daud. Yusuf memiliki garis keturunan Daud yang lahir di Betlehem. 

Tetapi perjuangan Yusuf juga tidak mudah. Ia harus menerima Maria yang mengandung dari Roh Kudus.

Namun dari karakter Yusuf yang luar biasa, ada satu yang paling kuat yaitu ketaatannya pada kehendak Allah. Ia taat tanpa reserve pada perintah Tuhan. Apa pun yang diperintahkan kepadanya langsung dan segera dilaksanakan.

Dalam mimpi, dia diperintahkan untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. 

Ketika bayi dan ibunya terancam nyawanya oleh Herodes, Yusuf diperintahkan malaikat untuk mengungsi ke Mesir. Tanpa banyak kata, Yusuf segera melaksanakannya. Ketaatannya sungguh luar biasa. 

Tidak ada satu kata pun terucap dari mulut Yusuf. Tetapi tindakannya yang segera menunjukkan ketaatan mutlak pada kehendak Tuhan. Marilah kita belajar taat pada Allah seperti Bapa Yusuf ini.

Matahari bersinar dari selatan,
Dari timur dia sudah mulai bosan.
Ketaatan jalan menuju keselamatan,
Yusuf menjadi teladan dan pedoman.

Wonogiri, belajar taat pada Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Kesalehan Imitasi

3/18/2025

2 Comments

 
Puncta 18 Maret 2025
Selasa Prapaskah II
Matius 23:1-12

BAGI orang-orang tertentu agama memang menjadi ladang subur untuk mencari popularitas dan mengeruk keuntungan pribadi. Agama gampang dijual untuk mendapatkan keuntungan demi mengumpulkan kekayaan. 

Kesalehan seseorang tidak dinilai dari apa yang melekat pada tubuhnya tetapi pada kelakuan, sikap dan tutur katanya. Siapa pun bisa memakai atribut-aksesoris agama; pakai jubah, jumbai, gambyok, sarung, peci dan lainnya. Tetapi itu hanyalah penampilan luar saja. Yang penting apa tindakan nyata demi kebaikan orang lain?

Yesus mengkritik ahli-ahli kitab dan kaum Farisi yang memamerkan sisi luar kesalehan agar dilihat orang. 

Kata Yesus, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.”

Kita masih ingat kan, warga netizen pernah memprotes seorang tokoh yang menghina penjual es teh dalam sebuah kegiatan massal. Ada banyak warga yang kritis melihat tingkah laku para tokoh agama.

Warga yang jeli, kritis dan peka hatinya dapat melihat bahwa kesalehan atau religiusnya seseorang bukan karena populer, terkenal, sering muncul di medsos, berpakaian agamis. Tetapi yang dinilai adalah sikap, tutur kata dan tindakannya.

Yesus mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menjadi pemimpin tetapi tidak menjadi panutan. "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Kita harusnya bertanya, apa tindakan nyata tokoh agama kalau ada kemiskinan, toleransi yang tercabik-cabik, korupsi dan ketidak-adilan merajalela, kesenjangan ekonomi makin terasa. 

Apa artinya kesalehan pribadi kalau banyak orang menderita di sekitar kita?

Gajah diblangkoni
Bisa kotbah ora bisa nglakoni.
Tuku layah neng Wonogiri
Bisa kojah ora bisa nindaki.

Wonogiri, tidak usah pamer kesalehan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
2 Comments

Raja yang Murah Hati

3/17/2025

0 Comments

 
Puncta 17 Maret 2025
Senin Prapaskah II
Lukas 6: 36-38

PUNTADEWA adalah raja Amarta. Dia adalah kakak pertama dari para Pandawa. Puntadewa adalah titisan Batara Dharma, dewanya kebajikan. 

Dia dikisahkan mempunyai darah putih. Artinya segala tindakannya hanya didasarkan pada kebaikan semata.

Sejak muda dia adalah pribadi yang berhati mulia. Mengasihi siapa pun tanpa membeda-bedakan. Hatinya jujur tidak berpura-pura. Yang benar dikatakan benar. Yang salah dikatakan salah tanpa dikurangi atau ditambah.

Dia menerima kekalahan saat bermain dadu dengan para Kurawa. Dia tidak sakit hati ketika tahta dan kuasa diambil Kurawa. Dia menerima dengan legawa saat dibuang di tengah hutan selama duabelas tahun.

Ketika perang Baratayuda, Puntadewa tidak mau maju sebagai panglima. Baginya perang hanya membawa kehancuran di kedua belah pihak. Ia lebih suka hidup dalam damai kendati harus mengalah. 

Oleh Kresna, dia dinilai sebagai pribadi yang selalu berbuat dharma. Yang baik diberi kebaikan. Yang jahat pun tetap diberi kebaikan yang sama. 

Hanya karena perintah Dewa Wisnu, Puntadewa harus maju perang mengalahkan Prabu Salya dengan senjata Jimat Kalimasada (Kalimat Syahadat atau Credo).

Yesus mengajarkan kepada para murid agar meniru Allah Bapa yang murah hati. Ia berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.  Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.”

Murah hati tidak hanya soal materi. Murah hati adalah sikap batin yang mau mengasihi dan mengampuni, suka memberi tanpa mengharapkan balasan. Semakin banyak memberi, kita juga akan makin banyak menerima berkah dari Tuhan.

Hujan rintik-rintik belum juga reda,
Mendung gelap masih ada di atas mega.
Marilah kita seperti Bapa di surga,
Murah hati suka memberi dengan cinta.

Wonogiri, marilah kita bermurah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Buah dari Perjuangan

3/16/2025

0 Comments

 
Puncta 16 Maret 2025
Minggu Prapaskah II
Lukas 9: 28b-36

KITA sering mendengar pepatah berkata, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang kemudian.” 

Pepatah ini mengajak kita untuk mau bekerja keras, bersakit-sakit bahkan sampai berdarah-darah dahulu. Baru sesudah itu kita akan memetik hasilnya dan bisa bersenang-senang kemudian.

Hasil tidak akan mengkhianati segala jerih payah kita. Kesuksesan dan kebahagiaan akan mengiringi kerja keras setiap usaha yang kita jalankan dengan tekun dan giat. 

Kita tidak boleh terlena oleh kepuasan atau kesenangan. Fokus pada tugas dan tanggungjawab, pasti nanti akan ada buahnya.

Yesus mengajak tiga murid inti yakni, Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk naik ke gunung. Mungkin mereka ingin sedikit refreshing dari padatnya pelayanan. Kadang kita juga perlu “healing” agar memperoleh kesegaran dalam rutinitas tugas.

Di atas gunung itu Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Ketika berdoa, Ia berubah rupa dan pakaian-Nya berkilau-kilauan bercahaya dalam kemegahan. Ia sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Mereka adalah dua nabi besar di Israel.

Kebahagiaan tiada tara dialami para murid saat Yesus dimuliakan. Mereka ingin tetap tinggal di sana dengan mendirikan kemah. Kemuliaan surgawi itu sungguh mempesonakan mereka.

Namun mereka tidak boleh terbuai oleh pesona surgawi itu. Yesus mengajak mereka turun kembali ke dunia nyata. 

Karena tugas perutusan-Nya belum selesai. Musa, Elia dan Yesus membicarakan tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi di Yerusalem.

Itu berarti tugas perutusan harus diselesaikan dengan perjuangan memanggul salib. Di Yerusalem Yesus menggenapi tugas kenabian-Nya dengan pengorbanan di kayu salib. Para murid diajak untuk ikut serta dalam penggenapan karya-Nya. 

Kebangkitan hanya terjadi setelah penyaliban. Kebahagiaan akan tiba setelah pengorbanan. Kita bisa bersenang-senang setelah bersakit-sakit dahulu. Kesuksesan hanya bisa tercapai jika kita mau bekerja dengan keras. 

Dengan pengalaman transfigurasi, Tuhan memberi janji atas perjuangan yang tiada henti. Ada kemuliaan dibalik pengorbanan. Ada kebangkitan dibalik salib. Mari kita jalani hidup bersama Yesus.

Naik-naik ke puncak gunung,
Tinggi-tinggi sekali.
Jangan kita ragu dan bingung,
Mari kerja sekuat hati.

Wonogiri, setia memanggul salib
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Yesus Kristus

3/15/2025

0 Comments

 
Pada bagian kedua dari credo, kita akan membahas Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, yaitu Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah, Allah yang menjelma menjadi manusia. Ada begitu banyak hal yang bisa diungkap tentang Yesus, namun pada bagian ini kita hanya membahas hal-hal pokok saja. Kita memisahkan secara khusus pendalaman tentang Maria, ibu-Nya, karena ada banyak hal yang harus dibahas secara detail tentang Bunda Maria terkait dengan iman Katolik.

Arti Nama
“Yesus” berarti “Allah menyelamatkan”. Anak Perawan Maria dinamakan “Yesus”, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat 1:21). Di bawah kolong langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan (Kis 4:12). “Kristus” berarti” yang diurapi” atau “Mesias”. Yesus adalah Kristus, karena Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuat kuasa (Kis 10:38). Yesus adalah Dia yang akan datang (Luk 7:19), harapan Israel (Kis 28.20) untuk menyelamatkan manusia.

Gelar Putera Allah dan Tuhan
“Putera Allah” menyatakan hubungan unik dan abadi dari Yesus kristus dengan Allah Bapa-Nya: Dialah Putera Bapa yang tunggal. Kita harus percaya bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah. “Tuhan” menyatakan kekuasaan Ilahi. Mengakui Yesus sebagai Tuhan atau berseru kepada-Nya berarti percaya pada kemahakuasaan-Nya yang mengatasi apapun. Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku ‘Yesus adalah Tuhan’ selain oleh Roh Kudus (1Kor 12:3).

Misteri Penjelmaan
Allah menjelma menjadi manusia karena kehendak baik-Nya untuk menyelamatkan manusia. Misteri penjelmaan ini biasa kita sebut misteri inkarnasi. Yesus adalah Allah yang mansuk dalam kehidupan manusia 100%. Ia sama seperti kita manusia kecuali dalam hal dosa. Ia ingin menjadi sama dengan kita karena ingin berbelarasa dengan manusia yang menderita dan ingin menyelamatkan manusia yang berdosa. Oleh Katekismus Gereja Katolik no. 479-483 diterangkan demikian: Yesus Kristus memiliki dua kodrat, yang ilahi dan manusiawi. Karena Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia, Ia memiliki akal budi manusiawi dan kehendak manusiawi. Keduanya serasi dan patuh terhadap akal budi ilahi-Nya dan kehendak Ilahi-Nya, yang Ia miliki bersama Bapa dan Roh Kudus. Inkarnasi, penjelmaan menjadi manusia yang mengagumkan dari kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam Pribadi Yesus.

Alasan penjelmaan
“Buat apa ya...Allah capek-capek jadi manusia..? Udah jelasa enakan di Surga..! Di dunia harus menghadapi manusia yang keras kepala dan degil hatinya......
Allah telah turun dari Surga dan dengan kekuatan Roh Kudus, Ia telah menjadi manusia dengan perantaraan Maria. Ada 4 alasan Allah menjelma menjadi manusia (Katekismes Gereja Katolik no. 457-460)
  • Menyelamatkan mansuia dengan mendamaikan kita dengan Allah
  • Membantu kita agar kita lebih mudah merasakan cinta Allah
  • Menjadi contoh/model kesucian hidup kita
  • Membuat kita ambil bagian dalam kodrat ilahi-Nya

​​Oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr
0 Comments

Ikut Arus alias “Ampyak Awur-Awur”

3/15/2025

0 Comments

 
Puncta 15 Maret2025
Sabtu Prapaskah I
Matius 5: 43-48

DALAM politik pewayangan ada istilah “ampyak awur-awur” artinya orang tidak lagi ikut aturan dan hanya mengikuti arus masyarakat umum yang belum tentu benar. 

Sebagian warga termakan kabar kabur yang dibuat untuk tujuan elite tertentu dan mereka tersulut dan ikut-ikutan larut dalam gerakan koalisi.

Misalnya terjadi di Kerajaan Wirata. Pangeran Kencakarupa berkoalisi dengan Rupakenca dan Rajamala ingin menggulingkan Raja Matswapati yang masih kerabat sendiri. 

Mereka membuat propaganda dengan menyebarkan berita bohong, hoax, fitnah, ujaran kebencian yang meracuni masyarakat. Orang Jawa bilang, “Dhandhang diunekake kuntul. Kuntul diunekake Dhandhang.”

Warga menjadi percaya dan ikut-ikutan mendukung mereka. Kelompok-kelompok anti pemerintah dikompori, “sampah-sampah” masyarakat dipanas-panasi agar bergerak melakukan demo-demo. Itulah gerakan politik “ampyak awur-awur.”

Dalam dunia medsos yang sangat terbuka dan tanpa kendali, kita mudah sekali ikut arus media. Ikut-ikutan menyebarkan berita bohong. Suka ngeshare fitnah dan adu domba. Kalau tidak ikut-ikutan dianggap ketinggalan zaman.

Yesus mempunyai jalan pikiran berbeda bagi para pengikut-Nya. Ia mengajak murid-murid-Nya bertindak lebih, beda dengan yang lain, tidak ikut arus kebanyakan. 

Ia berkata, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?”

Beranikah kita memperjuangkan prinsip walau berbeda dengan pandangan umum? Maukah kita memperjuangkan kebenaran walau ditentang oleh orang banyak? 

Janganlah mudah ikut-ikutan dengan hal-hal yang tidak benar, kendati didukung orang banyak. 

Orang benar akan tetap bercahaya,
Walau berada di dalam kegelapan.
Jangan mudah terbawa arus massa,
Teruslah berjuang demi kebenaran.

Wonogiri, hendaklah kamu sempurna
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Membunuh Karakter

3/14/2025

1 Comment

 
Puncta 14 Maret 2025
Jum’at Prapaskah I
Matius 5: 20-26

PADA zaman Yesus penghuni surga dipegang oleh kaum Farisi dan ahli-ahli kitab. Dengan cara hidup mereka, para Farisi merasa mendapat jaminan masuk surga. 

Mereka merasa diri sebagai penghuni tetap kerajaan surga. Orang lain yang tidak sepaham  dianggap tidak punya peluang masuk surga.

Mereka menilai diri sebagai rohaniwan terbaik dan terkemuka pada era itu. Ketekunan mereka memegang tradisi agama dan kesalehan ibadahnya adalah gold standard hidup keagamaan orang Israel.

Tetapi Yesus menjungkir-balikkan penilaian hitam putih itu. Yesus tidak mau kita hidup dengan polesan kosmetik keagamaan yang semu. Luarnya kelihatan baik tetapi dalamnya bobrok seperti kuburan.

Maka Yesus menegaskan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Yesus memberikan tuntutan yang lebih berat dan tegas dalam menjalani praktek hidup keagamaan. Bukan hanya soal membunuh, tetapi Yesus mempertegas dengan berkata, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Sekarang ini hampir tidak ada hari tanpa kemarahan dimana pun. Kita bisa menemui orang marah-marah dimana-mana; di jalan, di kantor, di rumah, bahkan di gereja. Kemarahan juga meledak dan tertumpah di media sosial. Sumpah serapah dan hojatan-hojatan berseliweran di medsos.

Kemarahan dan hojatan sama beratnya dengan pembunuhan. Hojatan-hojatan bisa membunuh karakter seseorang. Itu akan lebih kejam karena orangnya masih hidup tetapi karakternya dijelek-jelekkan dan direndahkan. 

Apakah kita sudah sempurna, baik dan tak bercacat sehingga kita membunuh karakter orang dengan mengumbar kemarahan di mana-mana? 

Anda tidak membunuh orang, tetapi kemarahan anda bisa membunuh karakternya. Hati-hatilah!


Jalan di pinggir waduk Wonogiri,
Melihat ikan-ikan ke sana kemari.
Jangan meniru orang-orang Farisi,
Merasa paling bersih dan paling suci.

Wonogiri, jangan suka mengumbar kemarahan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki