Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Hukum Kebaikan

3/13/2025

0 Comments

 
Puncta 13 Maret 2025
Kamis Prapaskah I
Matius 7:7-12

“SEGALA sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka,” demikian Yesus mengajarkan kepada orang banyak di dalam kotbah-Nya diatas bukit.

Mari kita belajar dari kisah Sengkuni dalam epic Mahabarata. Sengkuni adalah adik Gendari yang dinikahkan oleh Bisma dengan Destarastra yang buta. 

Ini dianggap sebagai penghinaan terhadap kakak perempuannya. Maka ia sangat benci kepada Bisma dan seluruh keturunannya.

Ia ditunjuk sebagai penasehat Destarastra dan para Kurawa di Kerajaan Astina. Dengan licik dia selalu mengadu domba keturunan Bisma yakni Pandawa dan Kurawa. 

Dia selalu membuat cara bagaimana mereka saling bermusuhan dan saling membunuh.

Ia membujuk Duryudana untuk meracuni Pandawa. Ia menyuruh Puruchana membakar balai “Sigala-gala” tempat Pandawa berpesta. Ia membujuk Pandawa bermain dadu. 

Saat mabuk kemenangan, dia mempermalukan Drupadi di depan umum dengan mengurai kain penutup tubuhnya. Drupadi ditelanjangi.

Bima bersumpah akan membalas penghinaan ini dalam perang Baratayuda. Sengkuni mati dikuliti oleh Bima. Hukum tebar tuai berlaku. “Wong nandur bakal ngundhuh, wong utang kudu nyaur, wong nyilih kudu mbalekake.” 

(Orang menanam akan menuai, orang berhutang harus melunaskan. Orang pinjam harus mengembalikan)

Yesus bersabda, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Yesus merumuskan hukum tebar tuai itu dengan kalimat positif aktif. Perintah lain berbunyi, “Jika kamu tidak ingin disakiti, janganlah menyakiti. Jika kamu tidak ingin direndahkan, janganlah merendahkan sesamamu.” 

Dunia ini berputar dengan hukum-hukumnya. Maka berhati-hatilah dengan segala perbuatan kita. Pada saatnya kita akan memetik buahnya.

Sungguh indah pesona Pantai Drini,
Ombak besar, pantai bersih langitnya biru.
Jika tak mau disakiti, jangan menyakiti.
Jika ingin dicintai, maka cintailah sesamamu.

Wonogiri, taburkan kebaikan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Menuntut Tanda

3/12/2025

0 Comments

 
Puncta 12 Maret 2025
Rabu Prapaskah I
Lukas 11: 29-32

“MANA buktinya kalau kamu mencintaiku?” tanya sang pacar menuntut kekasihnya membuktikan cintanya. Lelaki itu hanya memeluknya, memberi kehangatan dan menenangkan hati pacarnya.

Kemarahan seringkali menutupi mata hati sehingga ia tidak bisa melihat tanda-tanda kasih yang dilakukan pacarnya. Lelaki itu dengan setia mengantar ke kantor. Ia juga dengan tepat waktu menjemputnya. 

Ia menemani di saat-saat sulit. Ia mendengarkan keluh kesah di saat-saat berat. Ia menghibur di saat-saat kesedihan dan kesepian menghantui. Namun hal-hal kecil itu tidak dilihat sebagai tanda kasih kepadanya.

Ketika kekasihnya mati, wanita itu baru menyesal seumur hidup karena belum pernah bisa membalas pengorbanannya, sebab dia selalu menuntut, menuntut dan menuntut bukti atau tanda-tanda. Orang lain akan menyalahkan, mengapa ia menyia-nyiakan pengorbanan kekasihnya.

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”

Mereka tidak mampu melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda. Yesus menyembuhkan orang sakit. Ia memberi makan 5000 orang. Ia membangkitkan anak Yairus dan Lazarus yang mati. 

Yesus lebih berkuasa dari Yunus atau Salomo. Tetapi orang-orang itu tidak mau percaya. Maka Ratu Syeba dari selatan akan datang mengadili mereka karena ratu itu bisa melihat tanda bahwa Yesus adalah Mesias dan dia percaya.

Apakah kita sering juga menuntut tanda agar Tuhan menunjukkan kuasa-Nya? Kita bisa bernafas, bisa melihat indahnya dunia, bisa makan dengan enak, bisa tertawa dengan teman-teman, bisa bangun dengan sehat. 

Semua itu adalah tanda Allah mengasihi kita. Mau tanda apa lagi yang kita butuhkan?

Kalau kita piknik ke pantai Ngobaran,
Jangan lupa beli ikan segar di Ngrenehan.
Kita hidup adalah tanda kasih Tuhan,
Mari kita syukuri dengan kebahagiaan.

Wonogiri, indahnya kasih Tuhan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Doa atau Indoktrinasi?

3/11/2025

0 Comments

 
Puncta 11 Maret 2025
Selasa Prapaskah I
Matius 6: 7-15

PHILIP YANCEY menulis buku berjudul The Prayer. Diterjemahkan, Doa Mengubah Segalanya. Dia mengatakan bahwa orang-orang ateis pun berdoa. Partai Komunis yang berkuasa di Rusia waktu itu  memasang tulisan di bawah potret pemimpin besar mereka, Joseph Stalin.

 "Jika kamu menghadapi kesukaran dalam pekerjaanmu, atau mendadak ragu pada kemampuanmu, ingatlah akan Stalin-maka kepercayaan dirimu akan pulih. Jika kamu menjadi kelelahan yang tidak pada tempatnya, ingatlah akan Stalin-maka pekerjaanmu akan tetap lancar. Jika kamu perlu mengambil keputusan yang benar, ingatlah Stalin-dan kamu akan berhasil."

Ada dua kelompok pendoa yang disebut Yesus dalam perikope hari ini. Yang pertama adalah kaum munafik. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.”

Kelompok ini suka memamerkan diri dalam hal berdoa. Mereka berdoa di rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya supaya dilihat orang. Yesus meminta kepada murid-murid-Nya untuk tidak meniru mereka.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya,” kata Yesus.

Ini yang terjadi dengan kaum ateis di Rusia. Partai Komunis menggunakan doa sebagai alat untuk mendewakan tokoh mereka. Doa bukan ditujukan untuk memuliakan Tuhan tetapi untuk memuja tokoh partai. Doa menjadi alat indoktrinasi.

Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang singkat dan padat untuk memuliakan Allah sebagai Bapa. Doa juga ditujukan untuk membangun relasi yang baik dengan sesama melalui semangat pengampunan sebagaimana Allah mengampuni kita. 

Apakah kita sudah berdoa dengan benar di hadapan Allah?

Ubur-ubur ikan lele.
Kalau berdoa jangan bertele-tele.

Wonogiri, berdoalah Bapa Kami
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

“Pandawa Ngenger”

3/10/2025

0 Comments

 
Puncta 10 Maret 2025
Senin Prapaskah I
Matius 25:31-46

KISAH Mahabarata ini menceritakan para Pandawa yang harus menyamar agar tidak diketahui oleh Kurawa. Setelah duabelas tahun dibuang di tengah hutan, Pandawa harus bersembunyi selama satu tahun lagi. Bila ketahuan para Kurawa, mereka harus kembali menjalani hukuman duabelas tahun lagi.

Pandawa menyamar menjadi orang biasa di Kerajaan Wirata. Puntadewa berganti nama menjadi Kangka. Bima menjadi Bilawa. Arjuna menjadi Wrehatnala. Nakula menjadi Darmaganti dan Sadewa menjadi Tantripala. Drupadi, istri Puntadewa menjadi Nyai Salindri.

Mereka menjadi abdi di Kerajaan Wirata. Kendati mereka adalah para ksatria tetapi harus menjalani tugas sebagai hamba. Ada yang menjadi pengurus kuda. Arjuna bertugas sebagai juru tari. Salindri menjadi tukang rias para putri. Bilawa menjadi tukang jagal hewan.

Sebagai hamba mereka menjalankan tugasnya dengan baik dan suka menolong tuan-tuan mereka. Justru merekalah yang bertindak sebagai pahlawan menyelamatkan kerajaan Wirata dari pemberontakan.

Dalam Injil hari ini, Yesus berkisah tentang keselamatan kekal dalam pengadilan terakhir. Allah digambarkan melakukan penyamaran dalam diri orang-orang kecil dan sederhana. 

Apa yang kita lakukan bagi mereka yang kecil dan sederhana, itu dilakukan untuk Tuhan

“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”

Sang Raja ialah Allah sendiri menegaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Dalam setiap pribadi, khususnya mereka yang lemah, miskin, lapar, tersingkir dan menderita, Tuhan ada disana. Marilah kita menghargai mereka sebagaimana kita memuliakan Tuhan.

Saya salah melihat tanggal,
Sudah Maret kok lihat Februari.
Saya ralat puncta yang awal,
Terimalah puncta yang terakhir ini.

Wonogiri, maaf harus diralat ya...
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Begawan Ciptaning

3/9/2025

0 Comments

 
Puncta, 9 Maret 2025
Minggu Prapaskah I
Lukas 4:1-13

ARJUNA melakukan tapa semedi di Gunung Indrakila. Ia mengambil nama Begawan Ciptaning atau Begawan Mintaraga. Dari namanya Ciptaning, Arjuna ingin menciptakan keheningan agar dapat menyatu dengan Tuhan.

Mintaraga artinya memisahkan raga atau badan “wadhag” dengan jiwanya agar dapat mengendalikan nafsu duniawi yang sering menggangu pikiran menuju kesatuan dengan Tuhan.

Ketika berpuasa dan bertapa, Arjuna digoda oleh tujuh bidadari cantik molek. Mereka adalah Batari Supraba, Wiluttama, Warsiki, Surendra, Gagarmayang, Tunjungbiru, dan Lenglengmulat. 

Mereka semua diutus dari kahyangan untuk mengunjungi Arjuna lalu mempergunakan kecantikan mereka untuk merayu dan menggagalkan tapanya.

Namun Arjuna menang atas rayuan mereka. Ia dapat mengatasi godaan nafsu duniawi dan diberi anugerah senjata oleh Dewa untuk mengalahkan Raksasa Niwatakawaca yang mengamuk di Kahyangan.

Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus akan memulai karya-Nya. Ia berpuasa di padang gurun. Yesus digoda oleh setan dengan kenikmatan, kekuasaan dan prestasi atau kesuksesan. 

Namun Yesus teguh dan menang atas godaan setan. Ia berpegang kuat pada rencana Allah. 

Di Taman Getsemani saat Yesus siap menghadapi salib dan penderitaan untuk menebus manusia, setan menggoda-Nya lagi untuk mundur. 

Tetapi kesetiaan pada kehendak Bapa lebih kuat daripada godaan setan yang ingin menghancurkan.

Kita semua pasti juga pernah mengalami digoda setan untuk berbuat jahat, melanggar perintah Tuhan, tunduk padanya. 

Bagaimana sikap kita terhadap godaan? Apakah kita tunduk atau kita mengikuti Yesus berani melawan setan?

Mari kita berdoa kepada Yesus agar dikuatkan dalam menghadapi setiap godaan setan, agar seperti Dia, kita mampu setia kepada kehendak Bapa.

Naik kereta senja menuju ke Jakarta,
Ternyata keliru naik jurusan Surabaya.
Setan menawarkan apa yang kita suka,
Jangan mudah terjerumus ke dalamnya.

Wonogiri, godaan selalu mempesona
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kontras Hati

3/8/2025

0 Comments

 
Puncta 8 Maret 2025
Sabtu Sesudah Rabu Abu
Lukas 5: 27-32

PANDITA Durna yang adalah seorang resi, rohaniwan, guru, ahli agama yang harus selalu mengajarkan kebaikan, tetapi justru sering memecah belah dan menanam kebencian dan permusuhan. 

Dia berada di pihak Kurawa yang selalu membenci Pandawa dan mengarah kematian mereka.

Semar adalah rakyat biasa, bahkan hanya seorang hamba atau abdi, namun hatinya baik dan tulus. Semar selalu menasehati para Pandawa untuk selalu mengasihi, mengampuni dan welas asih kepada siapa saja. 

Ada kontras hati antara Durna dan Semar. Dimana ada Durna di situ ada kebencian, dendam dan permusuhan. Sebaliknya dimana ada Semar, selalu ada kasih sayang, kedamaian dan ketentraman.

Dalam Injil, Lukas membuat kontras hati antara Lewi si pemungut cukai dengan Ahli Taurat dan Para Farisi. Lewi bertobat dan mengikuti Yesus. Ia menemukan Tuhan. Ia memiliki hati yang baru dan hidup dengan cara pandang baru. Hidup dalam kasih dan berbagi dengan sesamanya.

Sementara Ahli Taurat yang hidup rohaninya dianggap paling benar, suci dan baik, ternyata justru jauh dari Tuhan. Mereka menghakimi orang lain. Mereka membenci dan menjauhi kaum Lewi yang dianggap kelompok berdosa.

Ada kontras hati. Orang yang merasa paling pantas yaitu para ahli kitab, justru tidak mengenali pikiran Tuhan. Sebaliknya, Lewi yang dianggap orang berdosa malah menemukan Tuhan. 

Lebih baik orang berdosa yang bertobat daripada orang yang merasa benar tetapi tidak mau bertobat.

Lewi adalah orang sakit yang membutuhkan tabib. Sedang ahli Taurat merasa benar sehingga tidak butuh pertobatan. Tuhan hadir untuk orang-orang berdosa yang mau bertobat. 

Siapakah diri kita ini, apakah seperti orang Lewi yang mau bertobat atau pilih seperti ahli taurat yang merasa benar sendiri?

Ada obat untuk segala penyakit,
Hati ikhlas ikut memanggul salib.
Kita adalah orang yang sakit,
Membutuhkan kuasa seorang tabib.

Wonogiri, membuka hati pada Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Artis dari Palembang

3/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Maret 2025
Jum’at Sesudah Rabu Abu
Matius 9: 14-15

SEBULAN yang lalu, kami  merayakan misa pesta perak imamat adik saya, Rm. Silvester Joko Susanto, Pr di Paroki Kebonarum, Klaten. Kini perayaan yang sama diadakan di paroki tempat dia bertugas di Batu Putih, Palembang.

Dalam dua pesta itu hadir Rm. Dwi Joko dari Palembang. Kehadirannya sangat memberi suasana ceria dan gembira. Dia sangat menikmati pesta dengan menyanyi bersama. Dari lagu campursari, nostalgia dan lagu-lagu daerah, dia sangat hapal.

Dari awal sampai pesta berakhir dia menghibur para tamu. Bahkan ketika panitia sudah beres-beres perabotan meja kursi untuk diangkut, dia terus menghibur dengan suara merdunya. Suasana pesta terus berlangsung sampai tidak ada orang satu pun.

Hening dan sepi menyelinap saat pesta sudah usai. Romo Dwi Joko baru pindah tempat saat organis dan petugas sound system pulang. Pesta usai dan saat itu jugalah kita kembali menikmati rutinitas biasa.

Para murid Yohanes bertanya pada Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Mereka seumumnya mengikuti adat dan tradisi yang telah terwariskan turun temurun.

Yesus tidak menolak tradisi puasa. Tetapi Dia mengingatkan agar orang dapat memahami esensi puasa lebih dari sekedar ikut-ikutan tradisi. 

Puasa bukan hanya soal memenuhi kewajiban agama. Tetapi puasa lebih untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama.

Puasa bukan sekedar aturan boleh ini atau tidak boleh itu. Puasa adalah saat dimana sang mempelai diambil dari tengah kita. Saat itu kita melakukan olah tapa dengan amal kebaikan bagi sesama.

Puasa bukan cuma tindakan egosentris, melulu demi kesucian diri. Tetapi puasa adalah tindakan sosial demi kesejahteraan bersama. Sudahkah kita peduli dengan orang-orang yang menderita di sekitar kita? Justru saat puasa, kita berguna untuk sesama.

Ada buah apel hijau di atas meja,
dirujak dengan timun dan mangga.
Apa gunanya kita tekun berpuasa,
Jika saudara kita miskin menderita?

Wonogiri, ayo puasa yang bermanfaat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Allah Bapa

3/7/2025

0 Comments

 
Istilah Allah Bapa sebenarnya tidak khas kristiani. Agama-agama lain juga mengenalnya. Ada dua hal ketika Allah disebut sebagai Bapa. Pertama, sebutan Allah sebagai Bapa dalam semua agama menunjuk pada gagasan Allah sebagai asal-usul, pemelihara dan yang mengembangkan segala sesuatu yang ada. Kedua, sebutan Allah sebagai Bapa berhubungan dengan tradisi paternalistik ketika peran seorang bapa itu dominan dalam masyarakat.

Dalam Perjanjian Lama, ada begitu banyak paham Allah. Dari sini dapat dilihat bahwa iman akan Allah menjadi pergumulan dalam rentang masa yang panjang. Bagi umat Israel, YAHWE menjadi pengikat mereka (Bdk. Yosua 24). YAHWE dalam Perjanjian Lama inilah yang nantinya disebut ALLAH BAPA Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa kita juga.

Pengalaman akan Allah dalam Perjanjian Baru bertumpu pada tokoh Yesus Kristus. Bagaimana pun pengalaman iman Perjanjian Baru ditentukan oleh pengalaman Yesus Kristus akan Allah. Yesus sendiri menyebut Allah sebagai Bapa (Mat 5:48; Mrk 14:36; Luk 23:46; yoh 5:18). Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada Bapa di surga (Mat 6:9). Yesus selalu menghubungkan seluruh hidup, panggilan dan perutusan-Nya pada Allah Bapa (Yoh 4:34; Yoh 10:30). Inilah yang menjadi dasar mengapa kita menyebut Allah sebagai Bapa.

Dengan menyebut Allah sebagai Bapa, kita mempertegas dua karakter Allah: Transenden sekaligus Imanen. Transenden berarti Allah adalah sosok yang mahaagung, mahakuasa, dan tidak terselami melampaui kemanusiaan kita. Sedangkan Imanen berarti Allah sungguh dekat dengan perjuangan dan suka-duka hidup manusia. Allah, kita percayai sebagai sosok yang “tinggal di dalam” hidup kita sehingga kita memiliki kemungkinan menjalin relasi secara pribadi dengan-Nya.

Demikian, banyak kutipan dalam kitab suci mempertegas sebutan tentang Allah sebagai Bapa (Mat     6:9), Maha kuasa (Mat 26:64) dan Pencipta (Kej 14:19; Rm 1:25). Maka sebutan Bapa terkait erat dengan konsep kemahakuasaan. Kemahakuasaan Bapa juga terkait secara langsung dengan iman bahwa Dialah Pencipta alam semesta dan segala isinya.  
 
Kemahakuasaan Allah
Istilah Mahakuasa adalah gelar Allah yang dalam bahasa Yunani Pantokrator (=Omnipotens, bhs Latin) atau (Yahwe Zebaoth – Allah Bapa Tentara). Kemahakuasaan Allah bukan ide abstrak mengenai hakekat dan kemampuan Allah yang tidak dapat dibayangkan manusia, tetapi berciri dinamis dan relasional. Artinya, Allah Mahakuasa selalu menampakkan tindakan-Nya dalam sejarah dunia, umat manusia, dan khususnya dalam sejarah keselamatan melalui umat-Nya.
 
Pencipta Langit dan Bumi
Penciptaan itu terjadi melulu karena kasih dan kebaikan Allah dan sama sekali bukan karena jasa kita. Dari kisah penciptaan itu dapat dipahami bahwa yang pertama-tama ada adalah keselamatan bukan sejarah dosa. Pada awal penciptaan, semua diciptakan baik adanya, bahkan amat baik, dosa datang kemudian. Oleh karena itu, mestinya hidup ini menggembirakan. Setelah ada dosa pun, Allah senatiasa mengasihi dan berbelas kasih.

Bapa-bapa Gereja mengajarkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tanpa tergantung pada suatu hal atau materi apapun (creatio ex nihilo = penciptaan dari ketiadaan). Ia menciptakan, maka segalanya ada. Ia bersabda maka terjadilah. Hal ini melawan ajaran Plato yang menyatakan bahwa Allah menciptakan sesuatu dari suatu materi yang sudah ada. Selanjutnya, Konsili Florence (abad 15) mengajarkan bahwa Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus menciptakan bersama segala sesuatu. “Allah Bapa melalui Putra dalam Roh Kudus menciptakan kita, meyelamatkan kita, memperbaharui kita”. Sementara itu, Konsili Vatikan I (abad 19) mengajarkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan penuh kebebasan, bukan untuk menambah kemuliaan-Nya tetapi melulu untuk kebahagiaan kita. 

​Oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr
0 Comments

Pengorbanan Diri

3/6/2025

0 Comments

 
Puncta 06 Maret 2025
Kamis Sesudah Rabu Abu
Lukas 9: 22-25

BANYAK kisah-kisah kepahlawanan yang dapat kita pelajari dalam sejarah kehidupan suatu bangsa. Kisah-kisah itu menggambarkan bagaimana mereka berkorban diri demi kepentingan umum.

Banyak tokoh pahlawan dapat kita sebut, atau tokoh-tokoh publik yang merelakan nyawanya demi pembebasan, pemerdekaan dan keselamatan bangsa. 

Mulai dari pengorbanan nyawa, harta benda dan kedudukan dilakukan demi sebuah tujuan luhur bagi banyak orang.

Tokoh dunia seperti Mahatma Gandhi di India, Martin Luther King di Amerika, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Chico Mendes di Amerika Latin adalah contoh orang yang berani mengorbankan nyawa demi keselamatan bangsa.

Dalam Gerakan spiritual, banyak juga orang yang memilih cara hidup matiraga dan asketis demi mencapai tujuan kemuliaan. Mereka memilih jalan penderitaan demi memurnikan diri dan mencapai kebahagiaan.

Demikian pula Tuhan Yesus memilih jalan salib sebagai cara untuk menyelamatkan semua bangsa. Jalan penderitaan, menyangkal diri dan memanggul salib adalah jalan menemukan keselamatan.

Maka murid-murid Yesus juga diajak menapaki jalan ini demi mencapai keselamatan atau kebahagiaan. Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Bukan berarti bahwa kita mencari-cari penderitaan. Tetapi penderitaan itu bisa dimaknai sebagai cara kita mengikuti Yesus yang memanggul salib. 

Agar kita nanti juga punya harapan bersatu dengan-Nya dalam kebangkitan. Yesus sendiri menjamin kita dengan berkata, “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Apakah kita sanggup mengikuti Dia menapaki jalan pengorbanan diri?

Ke Jakarta naik merpati,
Duduk di samping pramugari.
Ikut Yesus menyangkal diri,
Dijamin hidup kekal abadi.

Wonogiri, mari menyangkal diri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Jangan Diketahui Tangan Kirimu

3/5/2025

0 Comments

 
Puncta 5 Maret 2025
Rabu Abu, Pantang dan Puasa
Matius 6: 1-6.16-18

SOSIAL MEDIA sekarang menjadi ajang pamer segala sesuatu. Tidak hanya pamer harta, barang branded, kesuksesan tetapi orang sekarang bisa memamerkan kebaikan. Apa-apa diunggah di sosmed agar semua orang mengetahui siapa diri kita.

Dengan diketahui berbuat baik, orang ingin dipuji dan diakui eksistensinya. Mereka ingin dihargai dan dihormati karena banyak melakukan aksi sosial kepada masyarakat.

Perbuatan baik yang kita lakukan ternyata tersembunyi keinginan untuk dipuji dan dihargai. Ada pamrih dibalik perbuatan-perbuatan baik itu. Walau mungkin tidak kita sadari seolah semua berjalan dengan sempurna.

Tidak hanya kaum awam, tetapi para pemuka agama pun juga suka memamerkan “kebaikan dan kehebatan” mereka. Tidak hanya pamer kekayaan, mobil mewah atau barang bermerk, tetapi juga pameran asesoris keagamaan agar dilihat sebagai orang saleh. 

Ritual-ritual keagamaan dipertontonkan agar dinilai relijius dan suci.

Tuhan Yesus memberi peringatan keras agar sikap dan tindakan mereka tidak ditiru. Niat baik dalam melaksanakan kewajiban agama namun jika dilakukan dengan tidak tulus tidak akan membawa berkah.

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Demikianlah ajaran Yesus kepada murid-murid-Nya.

“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Pada masa tobat ini, kita diajak berbuat kebaikan dengan tulus dan ikhlas hati, tanpa harus pamer kepada orang lain. Tuhan yang melihat akan memberi berkah berlimpah.

Keliling waduk untuk jala ikan,
Ikan digoreng bisa untuk sarapan.
Janganlah suka pamer kebaikan,
Kita bisa jatuh pada kemunafikan.

Wonogiri, marilah kita bermatiraga
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki