Puncta 14.05.25
Pesta St. Matias, Rasul Yohanes 14: 9-17 GEMPA dahsyat tahun 2011 di Jepang menyisakan sebuah kisah tentang cinta seorang ibu. Tim penyelamat menemukan seorang ibu tertimbun reruntuhan. Di bawah pelukannya ada seorang bayi umur 3 bulan yang masih hidup. Tim penyelamat berhasil mengambil jenasah ibu itu. Para dokter datang cepat untuk mengevakuasi bayi itu. Setelah mereka membuka selimut, ada sebuah ponsel di dalamnya. Ada pesan teks pada layar ponsel. Tertulis, "Jika kamu dapat bertahan hidup, kamu harus ingat bahwa aku mencintaimu." Pesan yang sangat mengharukan. Kasih adalah dasar dan sumber dari seluruh ajaran Yesus. Semua yang diajarkan dan dikerjakan Yesus bersumber pada kasih. Baik kasih-Nya kepada Bapa yang telah mengutus maupun kasih Bapa kepada-Nya. Kasih diwujudkan dalam tindakan-tindakan pengorbanan. Tidak ada kasih tanpa pengorbanan. Maka Yesus berkata, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Kasih Yesus diwujudkan dalam puncak pengorbanan yaitu mati di kayu salib. Nyawa yang diberikan itulah wujud nyata dari kasih-Nya. Ia memberikan nyawa bagi sahabat-sahabat-Nya. Ibu tadi memberikan nyawanya bagi anaknya. Maka wasiat paling besar yang diberikan Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya adalah perintah saling mengasihi. “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." Sebagai sahabat-sahabat-Nya, apakah kita telah melaksanakan ajaran dan pesan Yesus untuk kita wujudkan? Tanda bahwa kita adalah murid-Nya adalah jika kita melakukan apa yang diperintahkan Yesus yaitu saling mengasihi. Ke pasar loak membeli tas, Untuk mengusung barang bekas. Kasih Tuhan tak kenal batas, Seperti samudera yang sangat luas. Wonogiri, kasih yang menyelamatkan Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
Puncta 13 Mei 2025
Selasa Paskah IV Yohanes 10: 22-30 SEKARANG ini kita sering bepergian atau “healing.” Kita tidak takut untuk pergi kemana pun, karena ada aplikasi Waze atau google Map. Dengan membuka aplikasi itu kita diarahkan menuju ke tujuan kita. Namun tidak jarang apa yang disarankan oleh google map itu membingungkan. Kita menjadi ragu-ragu apakah benar jalan yang kita telusuri ini. Kita menjadi bimbang dengan perintahnya, lalu kita nekad dan jadi tersesat. Orang-orang Yahudi juga bimbang dan bingung dengan apa yang dikerjakan Yesus. Ada yang percaya Yesus adalah nabi yang akan datang, atau mesias yang dijanjikan. Namun tidak sedikit yang ragu dan bimbang. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Kalau Mesias kok mereka tahu asal-usul-Nya. Mesias kok berasal dari rakyat jelata, dari kampung Nazaret yang mereka kenal? Mereka tidak percaya dan menolak-Nya. "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,” Jawab Yesus. Google Map itu penting untuk menuntun langkah kita sampai ke tujuan. Begitu pula kita membutuhkan pegangan hidup yaitu kepercayaan kepada orang yang bisa menjamin keselamatan kekal kita. “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.” Itulah jaminan keselamatan kita. Hanya Yesus yang bisa menuntun kita kepada hidup kekal. Maukah kita dituntun oleh-Nya? Naik-naik ke puncak gunung, Tinggi-tinggi sekali. Jangan kamu ragu dan bingung, Yesuslah gembala sejati. Wonogiri, mengikuti Yesus, jalan sejati Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 12 Mei 2025
Senin Paskah IV Yohanes 10: 1-10 KADANG kita tertipu membeli barang di toko atau lewat online. Barang yang kita terima ternyata kawe-kawe alias palsu. Bukan barang asli atau hanya mirip seperti aslinya. Yang ditawarkan tidak sesuai dengan barang aslinya. Akibatnya kita rugi telah membayar mahal. Jangan terkecoh dengan bungkus luarnya yang menarik. Teliti dulu sebelum membeli. Jangan asal membeli tanpa melihat isi dalamnya. Agar kita tidak tertipu dan kecewa dibuatnya. Yesus memberi gambaran mana gembala yang asli dan mana yang palsu. Ia ingin mengajak orang untuk berhati-hati agar tidak terjerumus oleh tipuan-tipuan para pemimpin Yahudi yang penampilannya saleh, suci dan agamis, tetapi sebetulnya mereka itu bak serigala berbulu domba. Yesus membedakan gembala yang sesungguhnya dengan orang upahan, pencuri atau perampok dan orang asing. Orang upahan akan lari ketika serigala datang menyerang domba. Ia tidak peduli keselamatan domba, tetapi hanya memikirkan dirinya sendiri. Pencuri dan perampok datang untuk mengambil, membunuh dan membinasakan. Ia hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Orang asing tidak mengenal domba dan tidak didengarkan suaranya. Orang asing tidak peduli dengan kesulitan yang dihadapi dombanya. Yesus adalah Gembala yang baik. Ia memikirkan keselamatan dan keamanan domba-dombanya. Ia rela berkorban dan berani memberikan nyawanya untuk domba-Nya. Kematian-Nya di salib adalah bukti pengorbanan Sang Gembala. Yesuslah Gembala yang sejati. Dia bukan orang asing, upahan atau perampok. Yesus memberikan hidup-Nya bagi semua domba, bahkan yang di luar dan tersesat pun dituntun menuju kandang yang sama. Dia gembala bukan hanya untuk satu kelompok kawanan, tetapi untuk semua yang mau percaya dan mengikuti-Nya. Keaslian atau kualitas gembala dapat dinilai dari tanggungjawab dan pengorbanannya. Apakah anda mau ikut gembala yang hanya cari untung dan suka memeras umatnya? Jalan-jalan ke pasar klithikan, Cari yang murah hasil obralan. Tanggungjawab rela berkorban, Itulah gembala yang dicitakan. Wonogiri, gembala yang melayani Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 11 Mei 2025
Minggu Paskah IV Yohanes 10: 27-30 WARISAN Paus Fransiskus yang masih relevan kita renungkan adalah ensiklik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil). Paus mengajak para pewarta Injil agar memiliki sukacita yang besar dan bersemangat seperti Gembala yang blusukan sampai “prengus” berbau domba. Bau “prengus” dari domba-domba yang berkeliaran di ladang mesti menjadi parfumnya para gembala. Jika tidak, gembala pasti jauh dari domba-dombanya. Gembala yang berbau domba berarti gembala itu dekat dengan kawanan. Gembala hidup bersama kawanan domba. Ia menjaga dan menjamin keselamatan kawanan, bahkan rela mengorbankan diri demi kesejahteraan kawanan. Ia akan menjamin keamanan para dombanya. Karena dekatnya, para domba mengenal suara dan gerak gerik gembalanya. Mereka akan mendengarkan suara dan mengikuti langkah sang gembala. Mereka merasa nyaman dekat dengan gembalanya. Tidak ada ketakutan atau kekawatiran karena gembala menuntun domba-domba ke rumput hijau. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya,” kata Yesus Sang Gembala. Jaminan keselamatan inilah yang dijanjikan Yesus kepada kita. Kita sebagai domba-domba akan aman jika mengikuti gembala yang peduli dan care bagi dombanya. Dalam pertemuan dengan para pastor paroki dan vikaris paroki, Bapak Uskup mengajak para imam untuk meneladan Yesus sebagai Gembala yang baik. Semangat yang bisa dikembangkan dalam pelayanan adalah murah hati, dekat dengan umat, mau mendengarkan, dan siap melayani. Mari kita kembangkan pelayanan yang murah hati bagi para domba, agar mereka merasa aman dan nyaman tinggal bersama kawanan. Yesuslah teladan kita. Dia rela mati demi keselamatan domba-domba-Nya. Gembala berbau domba, Mau dekat bersama mereka. Pastor itu bukan penguasa, Dia pelayan bagi umat-Nya. Wonogiri, melayani dengan hati Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 10 Mei 2025
Sabtu Paskah III Yohanes 6: 60-69 MENJADI pengikut Yesus itu tidak mudah. Tidak semudah membalikkan tangan. Asal hapal kredo langsung dibaptis. Tidak demikian. Orang harus mendalami ajaran-Nya lebih dulu. Dia harus mengikuti masa katekumenat setidak-tidaknya selama satu tahun. Itu saja kadang-kadang motivasi kita masih harus diluruskan. Terbukti masih banyak orang Katolik yang mundur karena sulit menjadi pengikut Kristus. Tuntutan jadi pengikut-Nya cukup berat. Harus berani memanggul salib dan menyangkal diri. Orang-orang Yahudi pada waktu itu juga sulit dan berat menerima perkataan dan ajaran Yesus. Salah satunya adalah tentang Roti Hidup. “Yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia.” Mereka bereaksi, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Mereka tidak mampu menangkap maksud Yesus. Justru dalam situasi ini, Yesus menantang para murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus menjawab, “Kepada siapakah kami akan pergi. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Jawaban ini pasti tidak muncul begitu saja, yang turun dari langit. Tetapi Petrus melalui pergulatan dan perjuangan yang keras agar bisa sampai pada rumusan iman ini.Petrus harus jatuh bangun, gagal dan terus bangkit mengikuti Kristus. Kita, anda dan saya pasti sudah mengalami banyak pengalaman jatuh bangun sebagai murid-murid Kristus. Mengalami banyak tantangan dan kesulitan hidup. Jika Yesus saat ini juga berkata pada kita, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Apakah yang menjadi jawaban kita kepada-Nya? Jawaban kita akan menentukan keselamatan kekal yang akan kita hadapi nanti. Maka renungkan sedalam-dalamnya. Pengadilan agama banyak kasus, Banyak suami istri saling menggugat. Tidak mudah mengikuti Yesus, Banyak cobaan dan tantangan berat. Wonogiri, sabda-Mu adalah Roh dan Kehidupan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 9 Mei 2025
Jumat Paskah III Yohanes 6: 52-59 DALAM pewayangan ada kisah tentang kanibalisme, manusia makan daging manusia. Prabu Baka di Kerajaan Ekacakra bertindak kejam. Ia memerintahkan rakyatnya untuk mempersembahkan manusia sebagai makanannya. Resi Wijrapa tidak punya orang yang dipersembahkan karena seluruh desa sudah lari mengungsi. Bima atau Werkudara bersedia jadi tumbalnya. Tubuhnya dilumuri bumbu “bothok” dan dijadikan santapan raja. Bima melawan raja yang bengis dan jahat itu. dia berperang dan berhasil membunuh Prabu Baka yang kanibal itu. Maka amanlah rakyat di Ekacakra. Zaman dulu ada beberapa suku yang mempraktekkan kanibalisme. Suku Aztec di Meksiko, suku Aghori di India melakukan praktek itu sebagai sebuah ritus kepercayaan. Tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Dalam Injil hari ini, terjadi perdebatan di antara orang-orang Yahudi, karena Yesus berkata, “"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Tentu saja Yesus tidak mengajak orang untuk makan manusia. Kata-kata itu adalah sebuah perumpamaan atau kiasan. Ada banyak gaya kiasan yang menghaluskan (Eufemisme) atau menyangatkan (Hiperbola). Misalnya, Pak Tani itu bekerja dengan “membanting tulang.” Makan daging-Ku dan minum darah-Ku berarti masuk dalam hidup Yesus sampai ke inti-intinya. Darah dan daging adalah lambang kehidupan. Orang yang kehabisan darah akan mati. Yesus mengajak orang untuk hidup sedarah dan sedaging, senafas seperti yang dilakukan-Nya. “Wani nggetih” berani total seperti perjuangan Yesus menebus manusia. Ia berkata, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Mari kita menyatukan diri dengan hidup dan kehendak-Nya agar kita dapat tinggal di dalamnya dan memperoleh hidup yang kekal. Tiap pagi sarapan roti, Ditemani secangkir kopi. Kalau kita ikut Ekaristi, Yesus akan selalu di hati. Wonogiri, menyatukan hidup dengan Kristus Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 8 Mei 2025
Kamis Paskah III Yohanes 6: 44-51 EKARISTI adalah warisan Tuhan Yesus bagi para murid-Nya. Yesus berkata saat perjamuan, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Perjamuan makan bersama atau Ekaristi adalah tempat istimewa untuk mengenangkan kembali pemberian Diri Tuhan. Di dalam Ekaristi itulah Tuhan Yesus memberikan Diri demi menebus dosa manusia. Pemberian diri yang total dengan wafat di salib dan kebangkitan-Nya yang mulia kita hadirkan dalam Ekaristi suci. “Tata cara Misa yang tidak pernah berubah adalah pemecahan roti untuk mengingatkan kita bahwa setiap kali kita merayakannya Tuhan “dipecahkan” sebagai kurban untuk dosa-dosa kita,” tulis Kardinal Fulton Sheen dalam Bukunya yang berjudul “Imam Bukan Miliknya Sendiri.” Sabda Yesus hari ini berkata, “Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Ekaristi adalah sungguh pemberian Diri Kristus bagi dunia. Kata-kata konsekrasi, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu” dan “Inilah piala darahKu yang ditumpahkan bagimu” adalah benar-benar pemberian diri Kristus untuk keselamatan dunia. Injil Yohanes Bab 6 ini adalah katekese panjang yang bagus tentang Ekaristi, pemberian Diri Kristus untuk kita imani. Ekaristi bukan sekedar ritus atau upacara rutin harian. Ekaristi adalah panggilan keikutsertaan kita dalam perjamuan Tuhan. Dalam Ekaristi kita menerima Roti Hidup yakni Tubuh dan Darah Kristus yang menebus dosa kita. Jaminan kekal diberikan Yesus yang berkata, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” Mari kita sambut dengan sukacita dan penuh syukur tawaran Tuhan bagi penebusan kita. Setiap hari Yesus mengundang kita menghadap altar-Nya. Bunga melati masih kuncup, Bunga mawar tumbuh mekar. Yesus adalah Roti Hidup, Yang dirayakan di atas altar. Wonogiri, syukur atas Ekaristi harian Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 7 Mei 2025
Rabu Paskah III Yohanes 6: 35-40 VICTOR HUGO menulis novel berjudul “Les Miserables.” Sebuah adegan yang mengubah hidup Jean Valjean adalah ketika dia diterima oleh Uskup Mgr. Charles Francois Bienvenu Myriel di rumahnya dan diundang ikut makan malam bersama. Makan malam yang sangat istimewa setelah 19 tahun dia menjalani kehidupan di penjara yang kejam. Namun karena ada niat jahat dalam hatinya, Valjean mencuri peralatan makan yang terbuat dari perak mahal. Ketika dia ditangkap polisi keesokan harinya, ia dibawa ke hadapan uskup untuk meyakinkan bahwa barang-barang itu adalah milik uskup. Namun uskup bijaksana dan ramah itu berkata kepada polisi, “Barang-barang itu sudah kuhadiahkan kepadanya!” Valjean terperangah dan polisi melepaskannya. Uskup itu masih bilang, “Aku telah membayarmu dengan barang perak ini. Engkau telah berjanji akan hidup secara baru. Engkau telah ditebus,” seraya memasukkan kandelar-kandelar perak yang mahal sebagai bekal hidup bagi Valjean. Sejak saat itu hidup Valjean berubah seperti kisah orang Samaria yang baik hati. Ia menolong siapa pun yang sedang menderita, karena dia sendiri pernah mengalami kelaparan dan penderitaan. Yesus berkata, “Akulah roti hidup! Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”. Yesus telah memberikan diriNya untuk keselamatan kita. Ekaristi yang setiap hari kita rayakan adalah pemberian diri Tuhan yang sempurna kepada kita. Ia mau menjadi makanan kita. Jika kita mau meneriman-Nya, kita tidak akan merasa kekurangan, kelaparan. Roti adalah kebutuhan pokok. Cinta Tuhan adalah kebutuhan utama kita. Ketika kita merasakan cinta Tuhan, kita tidak akan kehausan dan kelaparan. Tuhan mengundang kita makan dalam perjamuan Ekaristi. Dia memberikan Diri-Nya sebagai santapan jiwa. Marilah kita datang kepada Yesus, Sang Roti Hidup. Siapkah kita datang untuk menyambut-Nya? Menikmati senja di Pulau Bali, Sambil minum bir dan makan roti. Yesus hadir dalam Ekaristi, Ia mengundang kita setiap hari. Wonogiri, setia berekaristi pagi Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 6 Mei 2025
Selasa Paskah III Yohanes 6: 30-35 PADA tahun 1993 dunia fotografi dihentakkan oleh seorang jurnalis foto bernama Kevin Carter. Ia mengabadikan momen memilukan yang terjadi di Sudan. Seorang anak jatuh terduduk dengan tubuh kurus kering, lemah lunglai karena kelaparan dan di belakangnya ada burung nasar yang menunggui ajalnya. Foto itu membuka mata dunia akan bencana kelaparan yang mematikan. Ratusan ribu orang meninggal, bahkan ada catatan yang melaporkan bahwa ada satu juta lebih korban kelaparan di Sudan. Sedang di belahan dunia lain, orang berpesta pora dengan membuang-buang makanan tanpa merasa berdosa. Banyak makanan dibuang tanpa rasa iba terhadap mereka yang sedang kelaparan. Jepretan Kevin Carter menyadarkan kita untuk peduli terhadap saudara-saudara kita yang sedang menderita kelaparan. Kita diajak untuk berbagi dan rela memberi makan kepada orang lain di sekitar kita. Hari ini Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Yesus adalah sumber kehidupan bagi setiap orang. Ia memberikan Diri-Nya untuk menjadi makanan dan minuman bagi banyak orang. Ia mengorbankan Diri bagi kehidupan dan keselamatan manusia. Mau berkorban itulah pemberian diri yang nyata bagi orang yang menderita. Apakah kita mau berkorban bagi penderitaan sesama? Maukah kita memberikan sesuap nasi atau seteguk air bagi sesama yang kelaparan dan kehausan? Dengan berkorban kita bisa menjadi roti hidup bagi orang lain. Kelaparan dunia sekarang ini bukan hanya secara fisik saja. Kekurangan perhatian, kesepian, dunia yang acuh tak acuh, kurang peduli adalah juga penderitaan yang membutuhkan uluran tangan kita. Bersediakah kita peduli pada mereka? Jalan-jalan ke Surabaya, Nasi rawon enak rasanya. Apa artinya kita bahagia, Jika sesama kita menderita? Wonogiri, bantulah yang menderita Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 5 Mei 2025
Senin Paskah III Yohanes 6: 22-29 KETIKA Yesus digoda oleh iblis saat sedang berpuasa di padang gurun selama empatpuluh hari, Yesus berkata kepada iblis; “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Kita tahu bahwa manusia tidak hanya membutuhkan roti atau makanan saja. Seberapa pun makanan yang masuk ke dalam mulut kita, tidak mampu memuaskan kebutuhan kita. Ada pepatah Jawa yang menasehatkan, “Sadawa-dawane lurung, isih dawa gurung.” Seberapapun panjangnya lorong atau jalan, masih panjang tenggorokan. Panjangnya lorong masih bisa ditempuh, dijajagi. Tetapi panjangnya perkataan atau omongan kita tidak bisa dikuasai. Kalau kita menyebarkan fitnah atau gosip ke tengah orang banyak tak mungkinlah fitnah itu bisa ditarik kembali. Begitu pun kalau kita hanya mengikuti kemauan nafsu makan yang diinginkan tenggorokan, tak bisa kita membendungnya. Maka Yesus mengatakan kepada orang-orang yang mencarinya setelah dikenyangkan oleh makanan saat mukjizat pergandaan roti, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.” Dalam bacaan pertama, kita ditunjukkan pribadi yang bekerja, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal. Dia adalah Stefanus. Stefanus mencari makanan untuk hidup kekal. Ia menemukannya dalam sabda dan cara hidup Yesus. Ia percaya dan mengikuti Yesus, bahkan Stefanus berani bersaksi di hadapan Mahkamah Agama. Dia diadili dengan fitnah kejam dan dihukum rajam sampai mati. Kematian Stefanus mirip dengan kematian Yesus. Orang yang menemukan firman Allah sebagai makanannya akan hidup mengikuti Sang Firman itu sendiri yaitu Kristus. Yang dicari bukan hal-hal duniawi yang dapat binasa, melainkan hidup kekal yang tidak dapat binasa. Memang tidak mudah mencari makanan yang tidak binasa. Tetapi Stefanus telah mendapatkannya, itu berarti hidup kekal itu ada, dan kita bisa mencapainya sebagaimana Stefanus telah berhasil mencapainya. Tidak ada makanan bergizi gratis, Semua pakai uang yang tidak tipis. Banyak orang pakai baju agamis, Tapi perilakunya sering anarkis. Wonogiri, pilih makanan gratis? Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |