Puncta 4 Mei 2025
Minggu Paskah III Yohanes 21:1-19 SETIAP orang bisa memiliki pengalaman akan Allah. Setiap pribadi bisa mengenali Tuhan melalui berbagai macam peristiwa. Dari peristiwa yang kecil sampai yang besar. Dari peristiwa yang ringan dan sederhana sampai ke hal yang rumit dan berat. Tuhan bisa hadir dimanapun dan kapanpun. Orang bisa menemukan Tuhan dalam segala peristiwa, bahkan pengalaman gelap, kecewa, sedih, putus asa dan gagal sekalipun, bisa dipakai Tuhan untuk mewahyukan Diri-Nya kepada setiap orang. Bunda Teresa dari Kalkuta bisa menemukan Tuhan dalam diri orang-orang miskin yang dilayaninya. Santo Yohanes dari Salib bisa menemukan Tuhan dalam pengalaman gelap malam di dalam penjara. Para murid bisa mengenali Tuhan saat mereka sedang berjerih payah menjala ikan. Mereka tidak mendapat hasil apa-apa sepanjang malam. Namun ketika ada orang di pinggir danau berkata, “Tebarkanlah jalamu ke kanan perahu, maka kamu akan peroleh (ikan),” mereka menuruti perintah-Nya. Hasilnya sangat menakjubkan. Lalu murid yang dikasihi Tuhan berkata kepada Simon, “Itu Tuhan.” Mereka baru sadar kalau Tuhan ada di dekat mereka. Peristiwa ini memberi pelajaran pada kita. Kalau kita bekerja bersama Tuhan, mengikuti perintah-Nya, hasilnya akan berlipat. Tetapi kalau kita hanya mengandalkan kemauan sendiri, semalam suntuk tidak ada hasil apa pun. Kita perlu melibatkan atau menghadirkan Tuhan dalam segala peristiwa hidup kita. Mengikuti perintah-Nya adalah harga mati. Walaupun perintah-Nya sulit dan tidak masuk akal, Bagaimana harus menebarkan jala ke sebelah kanan perahu sementara kita sudah terbiasa melempar jala ke kiri? Namun jika kita mengikuti-Nya, maka Tuhan akan menjamin hasilnya. Sadarkah kita jika Tuhan hadir dalam perjuangan hidup kita? Atau seringkah kita melibatkan Tuhan dalam seluruh aktivitas kita? Berdoalah sebelum bekerja, supaya Tuhan melipatgandakan hasil jerih payah kita. Katanya menolak buatan China, Kalau diberi gratis diterima juga. Tuhan selalu hadir bersama kita, Sering kita tidak menyadarinya. Wonogiri, menemukan Tuhan dalam segala Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment
Puncta 3 Mei 2025
Pesta St. Filipus dan St. Yakobus, Rasul Yohanes 14: 6-14 DUA RASUL ini jarang disebut dalam Injil. Hanya sesekali saja diceritakan. Mereka kita pestakan pada hari ini, yakni St. Filipus dan St. Yakobus. Mereka termasuk di antara duabelas rasul Yesus. Walaupun telah sekian lama mengikuti Yesus, namun Filipus belum menangkap juga siapa Bapa dan siapa Anak. Filipus memohon pada Yesus untuk menunjukkan Bapa. Allah Bapa tak pernah dapat dilihat manusia. Dalam tradisi Yahudi, tidak seorang pun pernah melihat Allah, sebab jika melihat Allah orang itu akan mati. Namun, Allah yang tak dapat dilihat itu kini dapat dijumpai dalam diri Yesus. “Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa,” sabda Yesus kepada Filipus. Filipus mewartakan Yesus sampai di Frigia, Asia Kecil (sekarang, Turki) dan Rusia Selatan. Seperti rasul yang lain, Ia dianiaya demi imannya hingga disalibkan. Seperti halnya Petrus di Roma, Filipus disalibkan dengan kepala ke bawah. Ia wafat di Hierapolus, sekitar tahun 100 Masehi. Rasul Yakobus tinggal dan berkarya di Yerusalem. Ia disebut pula Yakobus Muda, saudara sepupu Yesus, anak Matius. Ketika para murid Yesus dikejar-kejar, dianiaya dan melarikan diri, Yakobus tetap tinggal di Yerusalem. Dia kemudian menjadi uskup di Yerusalem. Ia ditangkap oleh orang-orang Yahudi, dianiaya, dilemparkan dari menara Bait Allah, dan akhirnya dilempari batu sampai mati. Dia wafat pada tahun 66 Masehi. Yesus bersabda, “sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan.” Filipus dan Yakobus yang kita pestakan hari ini telah mengambil bagian dalam karya keselamatan yang dibuat Yesus. Mereka ikut minum cawan sebagaimana yang dilakukan Yesus. Apakah kita juga ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan Yesus? Apakah kita sudah semakin mengenal siapa Yesus dan Bapa bagi kita? Pengenalan itu akan mempengaruhi sikap hidup dan perilaku kita. Ada pemimpin menebar janji, Rakyat diajak bermimpi-mimpi. Mengikuti Yesus sampai mati, Pasti ketemu Bapa di sorga nanti. Wonogiri, Yesus dan Bapa adalah Satu Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 2 Mei 2025
Pw. St. Athanasius, Uskup dan Pujangga Yohanes 6: 1-15 HARI ini kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tokoh yang kita kenang adalah Ki Hajar Dewantara, Pendiri Perguruan Taman Siswa. Ingat Ki Hajar Dewantara jadi ingat semboyan hidup “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Makna dari semboyan itu adalah sebuah nasehat luhur. Jika kita berada di depan tunjukkanlah keteladanan. Jika berada di tengah hendaklah kita membangun semangat. Jika kita mengikuti dari belakang, hendaklah memberi manfaat bagi yang lainnya. Kutipan Injil hari ini menggambarkan Yesus seorang gembala. Orang-orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Ini gambaran gembala yang berjalan di depan dan diikuti oleh domba-domba di belakangnya. Seorang gembala berpikir bagaimana memberi makan domba-dombanya. Melihat orang banyak itu Yesus merasa berbelas kasihan. Berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Para murid tidak mampu menyelesaikan masalah. "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Namun ternyata ada seorang anak membawa lima roti jelai dan dua ikan. Bagi Yesus, itu sudah cukup. Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Rumput adalah makanan yang dibutuhkan oleh domba. Yesus membawa domba-domba-Nya ke padang rumput yang hijau. Ia memberi mereka makan dengan lima roti jelai dan dua ikan. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Kita sebagai domba-Nya dipelihara oleh Tuhan, Sang Gembala yang selalu peduli dengan nasib kita. Jangan pernah kawatir sebab Tuhan selalu memikirkan hidup kita. Kalau kita punya ijasah palsu, Serahkan saja ke pengadilan. Yesus beri makan orang lima ribu, Dengan lima roti dan dua ikan. Wonogiri, jadilah teladan hidup Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 Mei 2025
Kamis Paskah II Yohanes 3: 31-36 ORANG bisa menceritakan indahnya blue fire di Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur jika ia sudah pernah naik ke Gunung Ijen dan melihat bagaimana api berwarna biru jernih mentakjubkan. Ini adalah fenomena alam yang sangat luar biasa, yang hanya ada di Kawah Ijen, Kabupaten Bondowoso. Para pendaki rela bersusah payah di malam gelap nan dingin untuk melihat api biru yang muncul disana. Setelah turun gunung, apa yang dilihatnya di atas menjadi obat penghilang penat dan lelah. Ia bisa berkisah bagaimana pengalaman eksotik dan mempesona di atas bagi orang-orang yang belum pernah mengalami. Hanya orang yang sudah pernah ke puncak Ijen, dia yang bisa bercerita tentang pengalaman indah di atas gunung. Orang yang di bawah, yang belum pernah mengalami pasti tidak bisa memberitakan pengalamannya. Dia hanya bisa berkisah; katanya.....! Yesus menceritakan tentang asal usul dan pengalaman-Nya, “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.” Yesus berasal dari atas, yaitu dari sorga, dari Bapa-Nya sendiri. Maka Dia berkata-kata tentang Bapa dan sorga. Kita yang berasal dari bumi, dari bawah, tidak mampu menangkap sabda-Nya. Kita harus percaya karena Yesus datang dari sorga. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Kalau kita percaya kepada-Nya, kita akan dibawa naik ke atas, ke tempat Dia berada. Dengan percaya kepada Yesus, kita tidak akan tersesat menuju kehidupan kekal. Sebab Yesus berasal dari atas, Dia turun untuk menuntun kita melewati jalan keselamatan. Gunung Ijen di Banyuwangi. Apinya biru menarik hati. Yesus berasal dari Yang ilahi, Membawa kita ke hidup abadi. Wonogiri, mengikuti Dia Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 30 April 2025
Rabu Paskah II Yohanes 3: 16-21 ORANG-ORANG hebat selalu muncul dari pengalaman penderitaan dan kegelapan. Mahatma Gandhi ditempa oleh penderitaan dan diskriminasi warna kulit di Afrika Selatan. Ketidakadilan dan penindasan adalah pengalaman gelap yang harus dihadapi. Nelson Mandela juga mengalami penderitaan. Ia dipenjara dan disiksa karena politik Apartheid pemerintahan yang tidak adil dan diskriminatif. Pengalaman gelap dan derita itu bagi Gandhi dan Mandela adalah bagian dari pencerahan hidup. Mereka mampu mengarungi sisi gelap dan menemukan terang di dalam kasih untuk bangkit memperbaharui hidup bagi seluruh bangsanya. Gandhi dan Mandela menjadi Bapak Kemerdekaan bagi negaranya. Perikop Injil hari ini adalah bagian akhir dari dialog Nikodemus dengan Yesus. Nikodemus melintasi sisi gelap hidup rohaninya. Ia datang pada Yesus pada malam yang gelap, segelap hatinya yang dikungkung oleh hukum Taurat. Ia datang kepada Yesus yang adalah Terang. Ia datang ke dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, karena perbuatan-perbuatan manusia adalah jahat. Nikodemus menyadari dirinya berada dalam gelap, maka dia datang mencari Terang. Sang Terang mengajarkan tentang kasih Allah yang tiada batas sampai Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya untuk menebus kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Nikodemus datang kepada Terang itu. Ia mendapat pencerahan baru dan memeluk Terang itu dalam hidupnya. Yesus adalah Kasih dan Terang itu sendiri. Ia menjadi murid Yesus dengan diam-diam. Dia tunjukkan kasihnya kepada Yesus dengan memakamkan jenasah-Nya secara pantas dan terhormat. Apakah kita sudah menemukan Terang sejati dalam hidup kita seperti Nikodemus? Saya punya matahari kembar, Satu di bawah yang lain di atas. Tiada kasih yang lebih besar. Kasih Allah yang tanpa batas. Wonogiri, Yesus adalah Kasih Allah Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 April 2025
PW. St. Katarina dari Siena Yohanes 3: 7-15 DALAM penyebaran agama Islam di Tanah Jawa, kita mengenal nama Syekh Siti Jenar. Ia berbeda dengan ajaran mainstream yang disebarkan oleh Walisanga. Siti Jenar lebih menguasai ilmu tasawuf atau sufisme. Ajaran Syekh Siti Jenar tentang Tuhan berkaitan dengan konsep “Manunggaling Kawula Gusti.” Dalam konsep ini manusia digambarkan sebagai manifestasi keberadaan Tuhan. Banyak pengikutnya yang percaya pada ajarannya. Syekh Siti Jenar dengan ajarannya yang kontroversial itu dituduh menyamakan dirinya dengan Tuhan. Karena tidak sejalan dengan ajaran para wali, Syekh Siti Jenar dihukum mati. Nikodemus adalah seorang tokoh terhormat Yahudi yang tertarik pada ajaran Yesus. Ia mungkin mengalami kekeringan dalam kerohanian yang hanya didasarkan pada hukum-hukum dan aturan ketat Taurat. Ia berbeda dengan pandangan mainstream para ulama Yahudi. Ia datang dan berdialog dengan Yesus pada malam gelap. Hal ini supaya tidak diketahui orang banyak karena ia tokoh penting dan terpandang di kalangan Yahudi atau malam hari adalah waktu yang tepat untuk berbicara tentang ketuhanan. Pembicaraan mereka sangat mendalam dan Yesus mengantarkan Nikodemus menemukan kebenaran sejati. Bersama Yesus, Ia merasa dilahirkan kembali dalam Roh dan Kebenaran. Ia menjadi pengikut Yesus dalam diam. “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh," kata Yesus kepadanya. Nikodemus tidak sehebat dan seheboh Paulus. Tetapi ia menemukan hidup sejati dalam Kristus dan menjalaninya dalam hidup yang damai dan tentram. Ia telah dilahirkan kembali dalam Roh. Apakah kita dapat menemukan kehidupan kekal dalam Kristus dan mampu merasakan kedamaian dan ketentraman bersama Dia? Ada mata pelajaran kebencian, Malah diajarkan di sekolah keagamaan. Hiduplah dalam Roh dan Kebenaran, Percaya pada Kristus yang menyelamatakan. Wonogiri, carilah kebenaran yang sejati Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 28 April 2025
Senin Paskah II Yohanes 3: 1-8 TAHUN 2006 terjadi gempa bumi di Jogja. Tepatnya pada hari Sabtu 27 Mei 2006 pada pukul 05.53 wib Gempa mengguncang Jogja dengan kekuatan 5.9 skala Richter dan menghancurkan banyak gedung dan bangunan. Setelah ada gempa, orang dikejutkan dengan berita adanya tzunami dari laut selatan. Seluruh jalanan di wilayah Jogja penuh dengan hirup pikuk kendaraan orang ingin menyelamatkan diri. Dari daerah selatan, orang hiruk pikuk menuju ke utara. Jalan Kaliurang penuh sesak kendaraan menuju ke Merapi. Sementara banyak korban berjatuhan dibawa ke Rumah Sakit. Panti Rapih kebanjiran pasien korban gempa. Pihak Rumah Sakit minta bantuan para frater Seminari Tinggi untuk ikut jadi relawan. Para frater tidak bisa menggunakan kendaraan menuju ke selatan saking berjubelnya arus ke Kaliurang. Akhirnya mereka memutuskan jalan kaki menembus arus kendaraan menuju Rumah Sakit. Banyak orang lari dari bahaya mati. Para frater justru menghadapi dengan tegar. Semua orang menyelamatkan diri ke arah Merapi. Tetapi frater-frater ini justru menuju ke Rumah Sakit untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Banyak orang takut pada kematian. Para frater justru ingin membantu menyelamatkan hidup orang. Merekalah orang-orang yang dilahirkan dari Roh. Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Orang yang dilahirkan dari Roh memikirkan kehidupan. Orang yang dilahirkan dari daging berpikir takut pada kematian. Para frater itu menembus arus sebagian besar orang yang ingin menyelematkan diri sendiri. Mereka tidak peduli dengan nyawanya sendiri, namun justru nyawa pasien yang dipikirkan. Orang-orang seperti inilah yang telah dilahirkan kembali dari air dan Roh lewat pembaptisan. Baptis membuat orang berani berkorban demi keselamatan orang lain. Iman membuat mereka berani menantang arus budaya kematian. Apakah kita yang sudah dilahirkan dari Roh lewat pembaptisan, berani melawan arus zaman yakni budaya kematian yang melanda dunia sekarang ini? Melayat di pemakaman Bapa Suci, Hanya bisa melihat di depan TV. Setiap orang bisa lahir kembali, Untuk hidup baru bernuansa ilahi. Wonogiri, lahir dalam Roh Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 27 April 2025
Minggu Paskah II Minggu Kerahiman Ilahi Yohanes 20: 19-31 SUATU kali Romo Adiwardoyo naik angkutan umum dari Muntilan ke Nanggulan. Satu mobil hiace itu penuh dengan penumpang berdesak-desakan. Tiba-tiba tercium bau kentut yang menyengat di dalam mobil. Semua orang menutup hidung sambil berpandang-pandangan “celingukan.” Romo Adi berpikir kalau dia bertanya, “siapa yang kentut ini?” pasti tidak ada yang mau mengaku. Maka dia nyeletuk begini, “Yang kentut ini pasti tadi belum bayar kepada kondektur?” Tiba-tiba ada ibu yang langsung menyahut, “Ngawur wae Pak’e ki, nuduh sembarangan. aku ki wis bayar lunas lho kait saka Terminal Muntilan mau!!” (Ngawur saja Bapak ini menuduh sembarangan. Saya sudah bayar sejak di Terminal Muntilan tadi). Nah, sekarang ketahuan siapa yang kentut sampai baunya “mblandreng ora ilang-ilang,” bikin mabuk banyak penumpang di dalam angkutan. Orang perlu bukti untuk bisa mempercayai sesuatu. Entah yang bisa dirasa, dibaui, diraba, dilihat dengan panca indera kita. Begitu pula Tomas. Dia tidak percaya bahwa Yesus bangkit kalau tidak bisa meraba bekas luka di tangan dan lambung-Nya. Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Kita kadang bertindak seperti Tomas. Baru bisa percaya kalau melihat bukti nyata. Namun Yesus berkata, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Apakah kita mampu beriman kepada Yesus yang hadir di tengah kita kendati kita tidak melihat Dia atau berjumpa dengan-Nya? Berbahagialah kita yang mampu melihat Tuhan dengan kacamata iman! Walau tidak melihat langsung. Menikmati senja di Pulau Bawean, Pasirnya putih seperti berkilauan. Tuhan hadir di tengah kehidupan, Walaupun kita sulit membuktikan. Wonogiri, berbahagialah yang tidak melihat Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 26 April 2025
Sabtu Oktaf Paskah Markus 16: 9-15 SIAPA yang belum pernah nonton Film Harry Potter? Nama Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling identik dengan Harry Potter. Ya dialah penulis novel-novel Harry Potter yang terkenal itu. Ada tidak kurang 450 juta novelnya dicetak. Inilah urutan film-film Harry Potter yang berhasil ditonton oleh jutaan orang di dunia: 1. Harry Potter and The Sorcerer’s Stone (2001) 2. Harry Potter and The Chamber of Secrets (2002) 3. Harry Potter and The Prisoner of Azkaban 4. Harry Potter and The Goblet of Fire (2005) 5. Harry Potter and The Order of The Phoenix (2007) 6. Harry Potter and The Half-Blood Prince (2009) 7. Harry Potter and The Deathly Hallows (2010-2011) Dibalik kesuksesan dan ketenaran karya-karyanya, tahukah anda bahwa JK Rowling pernah ditolak oleh beberapa penerbit? Ia diremehkan karena tidak punya pengalaman. Ia tidak dipercaya karena dia adalah perempuan miskin yang gagal dalam perkawinan. Namun ia berjuang, berjuang dan terus berjuang. Maria Magdalena awalnya diremehkan dan tidak dipercaya. Ceritanya tentang Yesus yang hidup dianggap omong kosong. Dua orang murid yang pulang ke Emaus juga diragukan. Mereka tidak percaya. Tetapi orang-orang ini terus bersaksi. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Jangan putus asa jika anda tidak dipercaya. Jangan menyerah jika orang-orang menolak atau tidak menerima apa yang anda yakini. Terus maju dan berjuang untuk mewartakan keyakinan seperti Maria Magdalena. Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Gua Maria Jlegong banyak tanjakan, Sampai di puncak bisa lihat pemandangan. Jangan putus asa walau diremehkan, Terus berjuang dengan penuh keyakinan. Wonogiri, iman adalah perjuangan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 25 April2025
Jum’at Oktaf Paskah Yohanes 21: 1-14 UNGKAPAN dalam Bahasa Jawa ini secara harafiah berarti Tuhan tidak tidur. Ungkapan itu menyatakan bahwa Tuhan selalu hadir dalam kehidupan kita, terutama ketika kita mengalami beban hidup yang berat. Tuhan Allah senantiasa hadir dan berpihak bagi mereka yang kecil, tertindas, menderita dan terpinggirkan. “Gusti mboten sare” mau menyatakan keyakinan dari pihak manusia yang percaya dan berharap Allah akan segera bertindak. Inilah pengalaman para murid yang mengalami “Gusti mboten sare.” Mereka pergi ke danau Genesaret untuk menangkap ikan. Tetapi semalam-malaman mereka tidak mendapat apa-apa. Kerja keras tetapi tidak mendapat hasil apapun. Seperti sia-sia rasanya. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di tepi danau. Ia menyuruh para murid-Nya menebarkan jala ke sebelah kanan perahu. Mereka mengikuti perintah-Nya dan mendapatkan ikan yang banyak. 153 ekor!! Jika angka ini dijumlahkan, totalnya adalah 9, angka terbanyak, sempurna. Melihat peristiwa mengagumkan ini, murid yang dikasihi Tuhan langsung tahu bahwa (Orang) “itu adalah Tuhan.” Petrus langsung terjun ke danau dan menuju ke Yesus. Dalam hening dan kedamaian mereka bersatu dengan Kristus yang bangkit. Mereka mengalami penyertaan Tuhan. Sungguh Gusti mboten sare. Bagi kita sekarang, ‘Gusti ugi mboten sare.” Tuhan juga tidak diam tak peduli. Ia tetap hadir di tengah-tengah kita. Ia akan menolong kita yang sedang punya beban hidup, dalam tugas pekerjaan berat seperti yang dialami para murid. Yang kita perlukan adalah peka seperti murid yang dikasihi itu. Ia bisa melihat kehadiran Tuhan yang nyata. Apakah hati kita juga peka akan kehadiran Tuhan di tengah pergumulan hidup kita? Tuhan dimana pun dan kapan pun selalu hadir untuk menolong kita, sadarkah hati kita akan penyertaan-Nya ketika kita sedang berbeban berat? Enaknya sayur pare, Dioseng tambahi pete. Gusti mboten sare, Ia hadir dari pagi sampai sore. Wonogiri, Yesus selalu menyertai Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |