Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Membalas Kebencian dengan Kasih

9/30/2025

0 Comments

 
Puncta 30 September 2025
Pw. St. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Lukas 9: 51-56

WALAU kita mempunyai Dasar Negara Pancasila, tetapi prakteknya masih jauh panggang dari api. Dalam tahun ini terdengar ada kasus diskriminasi dan intoleransi tentang kehidupan beragama.

Di Dusun Tangkil, Cidahu, Sukabumi terjadi pengrusakan rumah atau villa tempat anak-anak Kristen mengadakan retret atau pembinaan iman. 

Di Padang Sumatera Barat, anak-anak Kristen harus belajar di luar sekolah karena pemerintah tidak menyediakan guru agama. Kegiatan itu dibubarkan massa. Bahkan ada anak yang dipukuli sampai luka dan trauma.

Di Klaten seorang siswi yang beragama Hindu dicoret dari pasukan Paskibraka dalam acara aubade peringatan hari kemerdekaan hanya karena tidak memakai jilbab. 

Dalam standar kelengkapan pakaian dan atribut Paskibraka tidak ada aturan harus memakai jilbab.

Kalau ditelisik di masyarakat ada banyak kasus penolakan, pengrusakan rumah ibadah, pembubaran kegiatan rohani, tindakan diskriminatif dan intoleran terjadi. 

Pemerintah tak pernah menyelesaikan secara tuntas sampai ke akarnya. Semua hanya dianggap kekhilafan. 

Bagaimana kita menyikapi? Ketidakadilan harus dilawan. Kebenaran dan aturan hukum harus ditegakkan. Tetapi cinta kasih harus diutamakan. 

Seperti contoh kasus di Cidahu. Pemilik rumah justru menyumbangkan sebagian bantuan untuk merenovasi mesjid atau mushola di situ. 

Kekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan. Kalau demikian mata rantai balas dendam tidak akan hilang. Kekerasan harus dibalas dengan kasih dan pengampunan. 

Keadilan dan kebenaran harus ditegakkan. Cintakasih harus diutamakan.

Demikianlah Yesus mengajari murid-murid-Nya untuk tidak membalas penolakan orang-orang Samaria dengan menurunkan api dari langit agar mereka binasa. 

Yesus melarang dan menegor mereka. Yesus justru mendoakan orang-orang  yang membensi-Nya dengan berkata, “Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”

Bunga-bunga indah sedang berkembang,
Sungguh cantik menarik di lihat mata.
Beragama mestinya menebar kasih sayang,
Bukan untuk menebar kebencian dan derita.

Wonogiri, jangan membalas dendam
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Tiga Malaikat Agung

9/29/2025

0 Comments

 
Puncta 29 September 2025
Pesta St. Mikael, St. Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung
Yohanes 1: 47-51

DALAM iman Gereja Katolik, kita meyakini ada makhluk rohani yang disebut malaikat. Mereka bertugas sebagai utusan Allah untuk menolong dan menemani manusia agar hidup sejalan dengan kehendak Allah.

Ada tiga malaikat agung yang mempunyai tugas dan peran yang berbeda-beda. Yang kita rayakan hari ini adalah Malaikat Mikael, Gabriel dan Rafael. 

Mereka adalah utusan rohani yang menuntun dan menolong kita semua.

Malaikat Mikael berarti “Siapakah seperti Allah.” Dia bertugas melawan iblis yang ingin menjatuhkan manusia ke jurang kenistaan dan kehancuran. 

Mikael juga diyakini sebagai penolong jiwa yang akan menghadap Tuhan. Jika ada orang yang menghadapi ajaknya, kita bisa berdoa mohon perlindungan Mikael.

Malaikat Gabriel artinya “Tuhanlah kekuatanku.” Ia bertugas membawa kabar gembira Allah untuk manusia. Gabriel diutus Allah untuk mewartakan kabar keselamatan tentang lahirnya Sang Imanuel kepada Perawan Maria. 

Malaikat Rafael artinya “Tuhanlah yang menyembuhkan.” Ia menyembuhkan Tobit dari kebutaan mata dan juga menyembuhkan Sara putri Raguel dari gangguan roh jahat yang mematikan. 

Malaikat Rafael diyakini menjadi penolong orang-orang yang sakit dan penuntun dalam perjalanan agar selamat.

Peran malaikat adalah abdi Allah. Mereka ditugaskan untuk membantu manusia dalam peziarahan menemukan Allah dan hidup seturut kehendak-Nya. 

Maka Yesus pun menjelaskan kepada Natanael, “Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat turun naik kepada Anak Manusia.”

Malaikat adalah duta atau utusan Allah untuk berbagi kasih kepada manusia. Ia tidak nampak tetapi mendampingi kita melalui aneka macam cara. 

Ia menjadi teman dalam perjalanan. Ia menjadi penolong dalam kesusahan. Ia menjadi pembawa warta sukacita bagi yang kesedihan.

Jika kita berbuat baik bagi sesama, kita bisa meniru tugas perutusan malaikat. Kita menjadi malaikat yang menghibur orang yang menderita. Kita menjadi malaikat bagi saudara yang sedang kesepian butuh tempat bersandar. 

Malaikat-malaikat Tuhan itu berada di sekitar kita. Kita boleh berdoa meminta pertolongan dan penyertaan mereka. Tuhan akan mengutus malaikat-Nya bagi kita.

Kereta api terperosok keluar dari rel,
Menghambat perjalanan menuju Jogja.
Malaikat Mikael, Gabriel dan Rafael,
Diutus Tuhan menyertai langkah kita.

Wonogiri, ditemani oleh malaikat suci
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Jurang Kaya Miskin

9/28/2025

0 Comments

 
Puncta 28 September 2025
Minggu Biasa XXVI
Lukas 16: 19-31

DEMO besar-besaran terjadi di Nepal pada 9 September 2025 kemarin. Rakyat marah atas pemblokiran media. 

Tetapi kebijakan itu hanya pemicu saja. Kemarahan rakyat sebetulnya karena pemerintah gagal mempersempit jurang kaya dan miskin. 

Korupsi merajalela dan kesenjangan sosial dan ekonomi sangat terasa. Menurut laporan Reuters pada Rabu, 10 September 2025, 1 dari 5 warga Nepal hidup dalam kemiskinan. Tepatnya, lebih dari 20 persen dari total populasi 30 juta orang alami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

Ketika kita tidak berbuat sesuatu untuk orang miskin, maka nasib kita akan ditentukan di sana. Inilah inti dari pesan Injil hari ini. Lukas mempertentangkan antara si miskin dan orang kaya.

Orang kaya itu sering berpesta pora di rumahnya. Ia berpakaian halus dan jubah ungu yang mahal-mahal. 
Ia menikmati pestanya di dalam rumahnya. 

Sedang si miskin compang-camping dengan gombal bau boroknya. Ia jadi rebutan anjing-anjing yang berpesta menjilati lukanya. Ia tergeletak menahan lapar di pintu gerbang.

Mereka berdua dibatasi oleh pintu gerbang. Pintu adalah sarana komunikasi. Pintu juga lambang hati. Jika hati kita beku dan tertutup, maka hati tak peduli pada derita sesama kita. Egoisme menutupi hati kita.

Pintu juga lambang batas kehidupan. Hidup kita di dunia akan berakhir dan kita harus melewati pintu menuju kehidupan kekal. Hidup kekal ditentukan oleh cara hidup kita di dunia.

Keduanya mati. Lazarus yang miskin dibawa ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu turun ke siksaan kekal. Jurang antara mereka tak tersambungkan sama ketika di dunia mereka tak pernah berhubungan. 

Pesan penting disampaikan melalui Bapa Abraham. Pertama, hanya di dunialah ada kesempatan untuk menolong sesama yang menderita. Maka gunakanlah waktu di dunia untuk menolong orang miskin. Perbuatan itu jadi bekal di akherat.

Kedua, kepekaan hati mendengarkan warta Kitab Suci lebih penting daripada menantikan mukjizat kebangkitan orang mati. Laksanakan pesan para nabi dan berbuatlah baik kepada orang kecil dan lemah. 

Mari kita berbagi dan peduli pada sesama khususnya yang menderita. Dengan itu kita menyiapkan kehidupan di surga.

Kalau ke Cawas mampir ke Mbah Warti,
Sate kambingnya empuk enak sekali.
Kehidupan kekal ditentukan hari ini,
Ketika ada orang miskin dan kita peduli.

Wonogiri, bantulah si miskin
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Menatap Penderitaan

9/27/2025

0 Comments

 
Puncta 27 September 2025
Pw. St.Vincentius a Paulo, Imam
Lukas 9: 43b-45

HIDUP di dunia ini untuk apa kalau tidak untuk mengejar kesuksesan, kekayaan dan kekuasaan? Begitulah ambisi dari hampir semua orang di dunia ini. Kita berlomba-lomba mencapai puncak kejayaan. 

Maka hukum rimba berlaku dalam perlombaan mengejar sukses. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Orang akan menggunakan segala kekuatan untuk mengejar apa yang dicita-citakan. 

Yesus sudah mendapatkan semuanya itu. Dia sudah populer, dikenal oleh banyak orang. Dimana-mana Dia dielu-elukan. 

Dia mempunyai kuasa ilahi. Banyak setan dan roh jahat diusirnya. Mereka takluk kepada-Nya. Dia mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Segala-galanya sudah ada di tangan-Nya.

Ketika semua orang kagum dan heran atas kuasa-Nya karena Dia bisa mengusir setan dengan kata-kata keras, Ia justru menyerahkan Diri-Nya pada kuasa manusia yang lemah. Ia tidak mencari kesuksesan duniawi. 

Yesus berkata untuk Diri-Nya sendiri. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” 

Untuk kedua kalinya Dia berkata demikian. Kehebatan Yesus bukan terletak pada mukjizat-mukjizat-Nya, tetapi pada kesetiaan dan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa demi keselamatan manusia.

Nubuat tentang kematian-Nya menunjukkan bahwa Dia siap menghadapi resiko perutusan Bapa. Semua dikorbankan demi ketaatan pada kehendak Bapa yakni penebusan umat manusia.

Apakah nilai keutamaan yang paling tinggi yang kita kejar dalam hidup ini? Kebahagiaan macam apa yang kita perjuangkan dalam kehidupan kita? 

Memiliki harta berlimpah? Sukses dalam karier? Dihormati dan puja-puji dimana-mana? Terkenal sebagai orang hebat?
Apakah semua itu bisa memuaskan kita?

Mari kita belajar dari Yesus. Kebahagiaan Yesus adalah ketaatan-Nya melaksanakan kehendak Bapa. Kemuliaan Bapa untuk menyelamatkan manusia itulah yang dikerjakan Yesus selama hidup-Nya. 

Berenang melintasi samudera Hindia,
Ketemu ikan Hiu di dekat Papua.
Apa gunanya memiliki seluruh dunia,
Jika kita kehilangan nyawa satu-satunya?

Wonogiri, apa yang membuatmu bahagia?
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mengenal dan Mengenal

9/26/2025

0 Comments

 
Puncta 26 September 2025
Jumat Biasa XXV
Lukas 9: 18-22

PASANGAN suami istri yang sudah bertahun-tahun hidup bersama kadang masih belum mengenal secara mendalam siapa pasangannya. 

Di tengah jalan muncul salah paham, pertentangan dan perbedaan yang tidak jarang menimbulkan luka batin dan sakit hati.

Ada sebuah misteri yang tersembunyi di dalam setiap pribadi. Walau pun sudah cukup lama hidup bersama, tetapi hati manusia menyimpan sejuta rahasia yang tak terselami. 

Betapa susahnya mengenal isi hati manusia. Apalagi betapa sulitnya mengenal pribadi Allah yang tak dapat kita lihat hanya dengan mata telanjang. 

Suami istri yang setiap hari berkumpul dan bersama saja sulit dipahami, apalagi Allah yang tidak kelihatan.

Yesus ingin mengetes sejauhmana para murid mengenal Dia. Maka Dia bertanya, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?”

 Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.”

Namun sekarang Dia ingin mengatahui sejauhmana mereka sendiri mengenal Dia. 

“Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” 

Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.

Mengapa Yesus melarang? Karena pemahaman Petrus tentang Mesias berbeda dengan yang dipikirkan Allah. Pikiran Petrus masih dipengaruhi paham politis Yahudi. Mesias adalah pembebas bangsa dari penjajahan Romawi.

Ketika Yesus menubuatkan tentang kematian-Nya, bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga, Petrus menolak-Nya.

Petrus belum mengenal sungguh-sungguh siapa Yesus Sang Mesias. Maka pengenalan itu harus melalui proses yang panjang. 

Petrus harus jatuh bangun supaya makin mengenal dan percaya. Begitu pula kita harus melalui proses jatuh bangun agar makin mengenal Tuhan.

Yang penting kita tetap membuka hati untuk dibimbing oleh Tuhan agar kita makin mengenal jalan-jalan dan kehendak-Nya.

Denpasar diterjang derasnya hujan,
Banyak korban jatuh bergelimpangan.
Tidak berhenti untuk mengenal Tuhan,
Lewati Salib dan jalan terjal penderitaan.

Wonogiri, terus mencari Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Berdamai dengan Masa Lalu

9/25/2025

0 Comments

 
Puncta 25 September 2025
Kamis Biasa XXV
Lukas 9:7-9

SEORANG ibu menikah selama 32 tahun. Tetapi dia sering mengalami KDRT dan suaminya berselingkuh di depan matanya sendiri. 

Ia mengalami penderitaan batin yang luar biasa. Anak-anaknya mengalami trauma ketakutan dan kehilangan figur ayah yang didambakan.

Tiga tahun yang lalu suaminya meninggal karena serangan jantung. Ia sendiri harus menjalani operasi patah kaki karena kecelakaan lalu lintas. Penderitaan yang terus menerus dan bertubi-tubi lahir dan batin harus dijalani. 

“Apa yang membuat ibu bertahan seperti ini?” saya bertanya dengan kekaguman. Dia berkata, “Apa yang dipersatukan Allah janganlah diceriakan manusia. Hanya karena iman akan Yesus saya bisa bertahan, Romo.”

Dengan mata iman, ibu ini berani menghadapi masa lalunya yang gelap dan tetap percaya Yesus akan selalu menuntunnya. Ia kini berdamai dengan masa lalu dan menatap masa depan penuh iman bersama Yesus.

Herodes mempunyai masa lalu yang kelam. Kehidupan perkawinannya kacau. Ia berselingkuh dengan Herodias, istri saudaranya. 

Yohanes Pembaptis sudah mengingatkannya, tetapi malah dipenggal kepalanya. Dosa masa lalu membuatnya cemas. Kecemasan, ketakutan dan kegelisahannya terus menghantui.

Apalagi ketika mendengar perbuatan dan ajaran-ajaran Yesus. Dia teringat kembali akan Yohanes Pembaptis, orang saleh dan benar. Dia ingin mencari kebenaran. Tetapi dia tidak berani berdamai dengan masa lalunya. 

Dia tidak mau berusaha datang kepada Yesus. Hatinya terombang-ambing, "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?"

Ibu yang mengalami derita lahir batin tadi mau mempercayakan hidupnya pada Yesus. Dia berani meninggalkan masa lalu yang kelam dan berjalan bersama Yesus. 

Dia merasa damai dan bahagia, kendati harus berjalan sendiri. Dia Percaya Yesus bersamanya senantiasa.

Beranikah kita berdamai dengan masa lalu kita dan mempercayakan diri kepada Yesus agar hidup kita damai, tenang dan bahagia?

Mohamad Ali pipinya lebam,
Ditinju pakai palu godam.
Apa gunanya menyimpan dendam,
Itu seperti api membara dalam sekam.

Wonogiri, lupakan masa kelam
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Fokus dengan Perutusan

9/24/2025

0 Comments

 
Puncta 24 September 2025
Rabu Biasa XXV
Lukas 9:1-6

KALAU kunjungan ke stasi di pedalaman Kalimantan memang harus siapkan segalanya. Selain alat-alat misa, baju dan alat perbengkelan, juga harus siap mental yang kuat. Jalanan sering tidak dapat diduga kondisinya.

Jalanan licin penuh lumpur jika musim hujan datang menjadi medan perjuangan menuju stasi yang jaraknya bisa puluhan kilometer. Motor harus siap dengan segala perbekalannya. 

Waktu itu Paroki Tayap punya medan yang masih sulit dijangkau seperti Kebuai, Sungai Ingin, Tanjung Bunga dan Beginci. 

Kami sering menginap di rumah Pak Edi Kebuai, Pak Lotoi di Tanjung Bunga atau Pak Tana di Sungai Ingin. Kalau ke Pangkalan Suka bisa singgah di rumah Bu Anang. Tuhan sudah menyiapkan segalanya.

Perutusan mewartakan Injil adalah panggilan Tuhan bagi para murid-Nya. Yesus mengajak mereka untuk fokus pada tugas perutusan. 

Sarana dan bekal sudah disiapkan Tuhan lebih dari cukup. Tidak perlu kawatir akan makanan, uang, pakaian atau reaksi orang yang dijumpai.

Mereka diminta untuk mewartakan Kerajaan Allah, menyembuhkan orang sakit dan berbuat baik bagi siapapun. Membawa Kerajaan Allah hadir bagi umat yang dilayani itulah tugas pokoknya.

Pertanyaan refleksi bagi pewarta adalah apakah kita sudah sungguh-sungguh menghadirkan Kerajaan Allah di tengah umat? Ataukah kita lebih menuntut fasilitas-fasilitas yang diperlukan; motor, mobil, HP, pakaian bagus, sepatu bagus dan lainnya?

Apakah saya sungguh mewartakan Kerajaan Allah ataukah saya justru mewartakan diri sendiri agar memperoleh penghormatan, pujian dan tepuk tangan sorak sorai? 

Bisa jadi kehadiran kita tidak diterima di suatu tempat. Yesus sudah mengingatkan sebelumnya. “Kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."

Namun semuanya itu tidaklah penting. Yang utama adalah siap mewartakan Injil kemana pun kita diutus. Kesediaan untuk diutus itu harus kita tumbuhkan sebagai murid-murid Kristus.

Soto kwali dicampur usus,
Makannya di piring kardus.
Jangan takut untuk diutus,
Segalanya Tuhan yang urus.

Wonogiri, siap diutus
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Patung Budha di Borobudur

9/23/2025

0 Comments

 
Puncta 23 September 2025
Santo Padre Pio dari Pietrelcina, Imam
Lukas 8: 19-21 

SEORANG Filsuf zaman Romawi kuno, Epictetus (50-130M) mengatakan, “Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, karena itu kita bisa mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara.”

Namun justru mendengarkan itulah pekerjaan yang lebih sulit daripada berbicara dan banyak orang harus berjuang untuk mendengarkan. Apalagi mendengarkan dengan sepenuh hati. 

Betapa sulitnya mendengarkan dapat digambarkan melalui perjuangan yang sangat keras dalam wujud patung-patung Budha di Candi Borobudur. 

Kalau kita naik ke pelataran Candi Borobudur, kita temukan patung-patung Budha sedang samadi. 

Patung-patung itu mempunyai bentuk telinga yang panjang lebih dari ukuran normal kita manusia. 

Tanpa bicara patung Budha itu menjelaskan bahwa mendengarkan suara Tuhan membutuhkan usaha keras, penuh konsentrasi dan tekun dari pihak kita. 

Mendengarkan dan tekun melaksanakan firman Allah itulah yang dilakukan oleh Bunda Maria dan saudara-saudara Yesus. 

Ketika orang banyak berkata kepada Yesus, "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau."

Yesus langsung menjawab, "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." 

Jadi siapa yang mau menjadi Ibu dan saudara Yesus dapat dinilai sejauh mana orang itu mendengarkan dan melaksanakan firman Tuhan.

Kita bisa melihat pribadi Bunda Maria sebagai orang yang mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Dialah teladan sempurna orang beriman. Kita bisa mencontoh kehidupannya.

Suara burung ada di pepohonan,
Berkicau saling bersahutan.
Mari kita belajar mendengarkan,
Membuka hati pada suara Tuhan.

Wonogiri, dengarkan suara alam
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Lampu Petromax

9/22/2025

0 Comments

 
Puncta 22 September 2025
Senin Biasa XXV
Lukas 8: 16-18

PADA dekade awal tahun 1970-1980 -an lampu petromax adalah lampu yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan besar. Lampu minyak yang dipompa itu dipasang di atas gantungan dan menerangi sekitarnya.

Kalau ada hajatan, wayangan, pentas ketoprak dan acara besar, lampu ini sangat berguna menyinari area yang luas. 

Bahkan saya sering menggunakannya untuk “nyuluh,” mencari belut atau ikan di sawah pada waktu malam.

Kalau malam Minggu tiba, sehabis doa lingkungan, kami dan teman-teman menyalakan lampu petromax untuk “nyuluh.” 

Pada malam gulita itu banyak belut di sawah yang keluar. Kadang juga keliru, ketemu ular yang mencari makan. 

Petromax dipakai sebagai pelita yang menyala untuk menerangi sekitarnya sehingga semua menjadi kelihatan. 

Demikian dengan perumpamaan penabur benih yang menghasilkan buah, perumpamaan pelita juga punya pesan yang sama.

Pelita akan berguna jika ditaruh di atas gantang dan menyinari sekitarnya. Seperti benih, baru nampak setelah berbuah, demikian juga pelita baru berguna setelah menyala. Seperti kebaikan juga baru nampak jika diwujudkan dalam tindakan nyata.

Yesus telah memberi pelita iman, harapan dan kasih bagi kita. Maka pelita itu juga harus kita bagikan kepada orang lain agar menjadi terang bagi banyak orang. 

Kebaikan yang kita bagikan akan makin terang sinarnya. Sebaliknya kalau hanya disimpan, dia akan berkurang.

Inilah penegasan sabda Yesus, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."

Marikan kita nyalakan kebaikan kita dan berbagi untuk menerangi dunia sekitarnya. Kita berkontribusi kebaikan bagi banyak orang. Kebaikan yang dibagi tidak akan mengurangi apa yang kita miliki, justru makin bertambah.

Menikmati gerhana bulan,
Sambil duduk kedinginan.
Menebarkan nilai kebaikan,
Laksana pelita di kegelapan.

Wonogiri, nyalakan pelitamu
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Use Money to Make Friends, and Not Use Friends to Make Money.

9/21/2025

0 Comments

 
Puncta 21 September 2025
Minggu Biasa XXV
Lukas 16: 1-13(panjang) atau Lukas 16:10-13 (pendek)

YESUS memberi perumpamaan tentang seorang bendahara yang cerdik. Ada yang bingung mengapa Yesus memuji tindakan bendahara yang tidak jujur itu. Kita harus membaca konteks keseluruhan dari Lukas bab 14-16.

Pelajaran dari bab yang panjang itu merangkum tiga tema. Kehidupan kekal, Allah yang berbelas kasih dan apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. 

Tema kehidupan kekal digambarkan dalam perumpamaan Perjamuan Kawin. 

Allah yang berbelaskasih dijelaskan dengan perumpamaan dirham, domba dan anak yang hilang. 

Tindakan apa yang harus kita buat untuk memperoleh hidup kekal dijelaskan dengan perumpamaan bendahara yang tidak jujur sampai pada kisah Lazarus dan orang kaya.

Yesus juga sering memakai perbandingan untuk menjelaskan maksud ajaran-Nya. Lukas menuliskan dalam kisah orang yang minta roti pada temannya pada waktu malam dan reaksi teman yang dimintai pertolongan. 

Yesus sedang membandingkan kebaikan Allah dengan manusia.Jika sebagai manusia, seseorang bisa berbuat baik untuk menolong yang lain, apalagi Allah Bapa di surga. 

Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur juga menggunakan gaya perbandingan. Di akhir perumpamaan Yesus jelas membuat perbandingan, “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”

Kecerdikan bendahara yang tidak jujur itulah yang diperbandingkan dengan kecerdikan anak-anak terang. Pujian itu bukan dimaksud mengamini tindakan yang tidak jujur, tetapi untuk membandingkan dengan kita sebagai anak-anak terang harusnya mampu bertindak lebih baik dari si bendahara itu.

Yang mau disampaikan oleh Yesus adalah: Jika bendahara yang tidak jujur itu bisa menggunakan kesempatan yang ada untuk menyelamatkan masa depannya, demikian juga seharusnya kita. 

Kita seharusnya bisa memanfaatkan aneka talenta dan kesempatan untuk memperoleh hidup yang kekal. 

Maka, gunakan uangmu untuk membangun persahabatan sebanyak-banyaknya, tetapi jangan gunakan persahabatanmu untuk mencari uang bagimu sendiri. 

Kalau bendahara yang tidak jujur saja bisa memikirkan keselamatannya, apalagi kita pasti juga bisa memikirkan bagaimana mencapai hidup yang kekal.

Sebengis-bengisnya serigala,
Ia akan mengasihi anak-anaknya.
Allah Bapa yang maha cinta,
Akan lebih mengasihi manusia.

Wonogiri, serigala saja bisa mengasihi, apalagi kita. 
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki