Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Mengapa ada Misa Jumat Pertama?

12/3/2021

0 Comments

 
Asal-usul Jumat Pertama
Perayaan Jumat pertama menunjuk pada devosi kepada Hati Kudus Yesus yang sebenarnya sudah dimulai pada abad 11 dan 12 Masehi di lingkungan biara Benediktin dan Sistersian. Pada abad 13-16 Masehi, devosi ini menurun dan mulai hidup lagi pada pertengahan akhir abad 16, salah satunya oleh Yohanes dari Salib (1569).   
 
Pada abad 17, berbagai praktek devosi kepada Hati Kudus Yesus dari beberapa tokoh spiritual mulai menjamur, di antaranya Santo Fransiskus Borgia, Santo Aloysius Gonzaga dan Beato Petrus Kanisius. Namun semuanya itu hanyalah devosi yang bersifat pribadi. Beato Yohanes Eudes (1602-1680) membuat devosi ini menjadi devosi umat, yang dirayakan dalam peribadatan. Ia bahkan menetapkan pesta liturgi khusus untuk devosi kepada Hati Kudus Yesus ini. Pada tanggal 31 Agustus 1670, pesta liturgis pertama untuk menghormati Hati Kudus Yesus dirayakan dengan begitu agung di Seminari Tinggi Rennes, Perancis.
 
Walaupun demikian, perayaan Hati Kudus Yesus pada masa itu belum menjadi perayaan resmi gereja sedunia, tetapi merupakan awal devosi kepada Hati Kudus Yesus untuk seluruh Gereja.

Awal Jumat Pertama
Istilah Jumat pertama sebagai devosi kepada Hati Kudus Yesus berawal dari penampakan Yesus kepada Santa Maria Margaretha Alacoque (1647-1690) di Perancis. Dalam penampakan-Nya, Yesus mengungkapkan rupa-rupa misteri rohani dan permintaan untuk penghormatan khusus kepada Allah. Pada penampakan ketiga (1674), Yesus menampakkan diri dalam kemuliaan dengan kelima luka penderitaan- Nya yang bersinar bagaikan mentari, dan dari Hati Kudus Yesus tampaklah Hati Kudus Yesus yang mencinta.

Yesus mengungkapkan, bahwa banyak orang tak menghormati dan menyangkal-Nya. Oleh karena itu, sebagai silih dan pemulih atas dosa-dosa manusia, melalui Maria Margaretha, Yesus meminta untuk menghormati-Nya secara khusus dengan menerima Sakramen Mahakudus sesering mungkin. Secara khusus pula, Yesus meminta untuk menerima Komuni Kudus pada Hari Jumat pertama setiap bulan, dan pada setiap Kamis malam di mana Yesus membagikan penderitaan yang dirasakan-Nya di Taman Getsemani. Hari Jumat Pertama itulah yang dirayakan oleh segenap umat sampai sekarang ini. Dan peringatan Hari Kamis malam masih dirayakan sampai sekarang ini di biara-biara dan oleh sebagian umat dengan perayaan devosional yang disebut Hora Sancta atau Jam Suci.
 
Kita tidak mengetahui mengapa Yesus meminta untuk menerima Komuni Kudus pada hari Jumat Pertama. Jika dikaitkan dengan Hari Kamis malam sebagai kenangan akan derita Yesus di Taman Getsemani, tentu Hari Jumat yang dimaksud Yesus adalah hari wafat-Nya di kayu salib. Mengapa harus hari Jumat Pertama dan bukan setiap hari Jumat? Kita juga tidak menemukan alasannya. Mungkin hari Jumat pada bulan baru menunjuk pada permulaan yang baik untuk kehidupan Kristen sepanjang bulan itu.
 
Setelah penampakan Yesus pada Maria Margaretha Alacoque, devosi kepada Hati Kudus Yesus berkembang pesat. Pada tahun 1856, Paus Pius IX menetapkan Pesta Hati Kudus Yesus pada Hari Jumat sesudah Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Hal ini berkaitan langsung dengan permintaan Yesus pada Maria Margaretha Alacoque saat penampakan keempat (1675) untuk menghormati Hati Kudus-Nya secara khusus. Itulah pesta liturgis yang sampai sekarang ini dirayakan oleh gereja kita secara resmi.

Makna Jumat Pertama
Adalah hal yang baik bagi umat untuk meneruskan devosi kepada Hati Kudus Yesus pada hari Jumat pertama setiap bulan, karena anugerah khusus akan diberikan kepada mereka yang menerima komuni pada sembilan hari Jumat pertama berturut-turut. Sebelum meninggal, orang tersebut tidak akan mati dalam dosa, karena diberi pengampunan dosa dan akan mengalami kebahagiaan dalam keluarga dan penghiburan dalam derita.
​Romo Dhani-Berkah Dalem.
0 Comments

Memahami Lingkaran Natal

11/30/2021

0 Comments

 
     Lingkaran Natal merupakan salah satu lingkaran perayaan misteri-misteri Kristus sepanjang satu tahun liturgi dengan kekhususan misteri kedatangan Tuhan. Lingkaran Natal terdiri dari masa Adven sebagai masa penantian kedatangan Almasih dan masa Natal sebagai perayaan misteri kelahiran Tuhan. Selama lingkaran Natal ini, kita mengenang dan merayakan kedatangan Tuhan, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh. 1: 11-12).

Masa Adven
      Masa Adven kita maknai sebagai masa penantian penuh harapan dan sukacita akan kedatangan Tuhan dan masa mempersiapkan Natal dengan sikap pertobatan. Masa Adven bertujuan mempersiapkan Hari Raya Natal dengan mengarahkan hati, supaya umat dengan penuh pengharapan menantikan Tuhan pada akhir zaman.

     Dari sisi teologis, dalam masa Adven, kita dapat melihat dimensi historis-sakramental keselamatan Allah yakni Allah yang berkenan hadir dalam sejarah hidup manusia. Allah menghendaki agar Gereja hidup dalam keberlangsungan proses karya keselamatan Allah yang sudah, sedang, dan senantiasa dinantikan. Maka Gereja mempunyai tugas misioner untuk mewartakan Sabda Allah kepada segala bangsa dan menyerukan ajakan untuk selalu berjaga-jaga. Dalam masa Adven, Gereja juga mengajak umat beriman untuk menghayati keutamaan-keutamaan kristiani. Keutamaan-keutamaan kristiani itu menjadi semangat dasar pada masa Adven yakni pengharapan, takwa dalam sikap iman, sikap tobat dan berpaling pada Allah, berjaga-jaga, kemurnian hati, dan penghargaan atas martabat orang lain. Dalam masa Adven kita juga dapat mengenangkan dan belajar dari tokoh-tokoh teladan dalam sejarah keselamatan seperti: Yesaya, Yohanes Pembaptis, Maria dan Yosef, para gembala, tiga majus dari timur.

     Masa Adven dimulai dengan ibadat sore menjelang hari Minggu yang jatuh pada tanggal 30 November atau yang terdekat dengan tanggal itu dan berakhir sebelum ibadat sore menjelang Hari Raya Natal. Masa Adven terdiri dari empat minggu dengan tema-tema pokok, sbb: 1) Minggu Adven I: pewartaan tentang kedatangan Tuhan kembali dan berjaga-jaga; 2) Minggu Adven II: pewartaan Yohanes Pembaptis tentang ajakan untuk pertobatan; 3) Minggu Adven III: Yohanes Pembaptis sebagai perintis jalan, Yesus sebagai mesias (minggu Gaudete); 4) Minggu Adven IV: peristiwa menjelang kelahiran Yesus.

     Selama masa Adven kiranya baik juga diisi dengan aneka macam kegiatan yang dapat mendukung umat. Kegiatan yang bisa dilakukan selama masa Adven diantaranya: 1) Kegiatan pewartaan dan peribadatan, seperti: ibadat adven, ibadat tobat, pemberkatan korona, pertemuan Adven, Novena/Triduum Natal; dan 2) Kegiatan sosial sebagai aksi Adven, perhatian kepada orang miskin dan menderita, serta kerjasama dengan setiap orang yang berkehendak baik. 

Masa Natal
     Masa Natal merupakan perayaan kelahiran Tuhan. Perayaan ini hendak mengungkapkan: 1) kegembiraan serta sukacita karena Allah mengangkat kita dari martabat manusiawi kepada martabat Ilahi, 2) menekankan dan mewartakan Allah yang masuk dalam sejarah hidup manusia, 3) saat terpenuhinya janji keselamatan Allah untuk manusia, 4) peristiwa yang menentukan dalam sejarah keselamatan yang berpuncak pada Paskah, 5) awal kehidupan Gereja (kelahiran kepala yang memungkinkan kelahiran tubuh mistik). Melalui perayaan Natal ini hendak dikembangkan penghayatan spiritualitas yang mengangkat nilai hidup manusia secara utuh yakni melalui Kristus yang hadir sebagai penyelamat manusia dan sebagai pribadi yang patut diteladani. Selain itu, perayaan Natal hendak membangun cinta kasih persaudaraan sebagai tubuh mistik dengan Kristus sebagai kepalanya. Perayaan Natal juga menumbuhkan kepekaan terhadap situasi zaman, kesederhanaan dalam hidup, dan perhatian kepada orang miskin.

     Masa Natal berlangsung dari ibadat sore menjelang Hari Raya Natal sampai dengan Pesta Pembaptisan Tuhan. Pada tanggal 24 Desember sebelum atau sesudah ibadat sore, dirayakan Misa sore Vigili Natal yakni misa menjelang hari raya Natal. Ada tiga misa Hari Raya Natal yakni Misa Malam (dirayakan setelah matahari terbenam), Misa Fajar, dan Misa Siang. Umat beriman hendaknya, mengikuti Perayaan Ekaristi Hari Raya Natal pada malam Natal dan atau salah satu Misa Fajar atau Misa Siang.

     Kegiatan yang bisa kita lakukan dalam Masa Natal yakni: 1) Maklumat Natal; 2) Penyalaan lilin sebelum maklumat Natal; 3) Perarakan bayi Yesus ke kandang; 4) Pelaksanaan tablo Natal dan bukan mengganti bacaan Injil; 5) Aksi Natal untuk memberi perhatian kepada: anak-anak, adi yuswa, KLMTD. Seluruh kegiatan ini hendak membangun suatu penghayatan yang menyeluruh dalam Masa Natal baik sebagai suatu pendalaman iman maupun juga sebagai perwujudan iman yang kongkret dan nyata.
 
     Marilah kita siapkan hati dan budi menyambut kedatangan Tuhan. Semoga pemahaman sederhana ini memberi inspirasi dan membantu kita semua dalam menghayati serta menjalani perayaan iman Gereja yang diadakan selama lingkaran Natal. Pada waktunya, perayaan liturgi dan ibadat pada lingkaran Natal itu dapat memberi kekuatan dan berkat melimpah bagi umat beriman dalam menjalani perjuangan dan perutusannya di tengah masyarakat pada zaman dewasa ini.         
Romo Dhani-Berkah Dalem!
0 Comments

Adorasi Sakramen Mahakudus: “Kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2)

10/21/2021

0 Comments

 
Adorasi yang artinya penyembahan tidak sama persis dengan devosi. Adorasi/penyembahan hanya diberikan kepada Kristus, sedangkan devosi yang merupakan praktek religius, dapat berupa penyembahan kepada Kristus maupun juga penghormatan kepada para orang kudus.

Buah-buah yang diperoleh dari Adorasi adalah pertumbuhan rohani bagi mereka yang melaksanakannya, yang diperoleh karena rahmat dari Kristus sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa paroki- paroki yang rajin melakukan doa Adorasi, dan menyediakan “perpetual adoration” (Adorasi tanpa henti) akan diberkati Tuhan; panggilan imamat dari paroki tersebut akan meningkat, dan keluarga- keluarga dalam paroki tersebut dapat lebih bersatu dan bersemangat dalam melakukan tugas- tugas kerasulan.

Jadi, alangkah baiknya kita meluangkan waktu untuk setidaknya sekali seminggu melakukan 1 jam Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus. Alamilah kasih Tuhan, dan alamilah juga buah- buah positifnya dalam hidup kita.

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dilakukan dalam Adorasi Sakramen Mahakudus:

a) Ucapkanlah doa pembuka sebelum Adorasi.

b) Berdoa dari kitab Mazmur atau membaca doa Ibadat Harian.
Kita dapat memilih Mazmur yang berisi pujian, ucapan syukur, permohonan ampun ataupun permohonan agar didengarkan Tuhan. Atau kita dapat pula mendoakan Ibadat Harian yang dibacakan oleh Gereja sepanjang tahun.
 
c) Mengulangi “Doa Yesus”
Mengulangi doa, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku, yang berdosa ini.” Ulangilah terus, sampai hati dan pikiran anda tenang dan masuk dalam doa kontemplasi.
 
d) Merenungkan Kitab Suci (Lectio Divina)
Pilihlah salah satu perikop dalam Kitab Suci. Bacalah dan renungkanlah ayat- ayat tersebut. Pusatkan perhatian pada salah satu ayat yang menyentuh kita saat itu dan mohonlah agar anda dapat memahami apa yang Tuhan inginkan anda pahami akan ayat itu.
 
e) Bacalah riwayat hidup para Santa/ santo dan berdoalah bersama dengan mereka.
Banyak dari para orang kudus mempunyai devosi kepada Ekaristi, contohnya St. Teresa dari Lisieux (kanak- kanak Yesus), Katarina dari Siena, Fransiskus Asisi, Thomas Aquinas, dan Ibu Teresa dari Kalkuta. Kita dapat membaca riwayat hidup mereka dan berdoa bersama mereka di hadapan Sakramen Maha Kudus, semoga kitapun didorong untuk bertumbuh di dalam iman dan kekudusan seperti mereka.
 
f) Curahkan isi hati kepada Kristus dan sembahlah Dia.
Kita dapat pula datang dan mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat-Nya. Kita berdoa seperti St. Fransiskus Asisi, “Aku meyembah-Mu, O Kristus, yang hadir di sini dan di semua gereja di seluruh dunia, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
 
g) Mohonlah ampun kepada Tuhan dan berdoalah bagi orang-orang lain
Kita dapat pula berdoa bagi mereka yang pernah menyakiti hati kita dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka. Mohonlah agar Tuhan mengampuni kita, yang juga telah menyakiti sesama/ kurang memperhatikan mereka. Atau, seperti yang dianjurkan oleh St. Faustina Kowalska, kita dapat berdoa memohon kerahiman ilahi bagi seluruh dunia dan kita dapat mendoakan doa Kerahiman Ilahi tersebut.
 
h) Berdoalah rosario.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk merenungkan tatapan Bunda Maria yang memandang bayi Kristus di pelukannya, saat kita berada dalam persekutuan dengan Kristus. Kita dapat pula berdoa rosario dan memohon agar bersama Bunda Maria kita dapat memandang Kristus di dalam Ekaristi.
 
i) Duduk sajalah dengan tenang dan alami hadirat Tuhan
Kita dapat pula duduk tenang dalam hadirat Tuhan seperti halnya kita sedang mengunjungi seorang sahabat. Duduk tenang di hadapan-Nya, dan nikmatilah hadirat-Nya. Daripada bercakap- cakap dengan-Nya, kita dapat pula diam, dan berusaha mendengarkan apa yang hendak disampaikan-Nya.
 
j) Di akhir Adorasi, dapat diucapkan doa penutup.
 
Berkah Dalem-Romo Dhani Pr
Disarikan dari berbagai sumber.
0 Comments

Kok Alkitab Sih

7/11/2021

0 Comments

 
Jika saya mengingatnya, mungkin saya berkenalan dengan Kitab Suci baru menjelang masuk Seminari Menengah Mertoyudan. Artinya usia sekitar 14 tahun. Terus terang, saya tidak langsung akrab dengan Firman Tuhan karena istilah yang mengganggu: ALKITAB. Rasanya itu bukan aku banget deh. Dengan berjalannya waktu, saya semakin dekat dengan Alkitab.

Rupa-rupanya, Alkitab itu istilah bahasa Arab yang artinya ‘The Book’, yaitu sekumpulan tulisan suci menurut tradisi yang panjang, ditulis pada masa yang berlainan oleh penulis dan tradisi yang berbeda-beda, yang oleh Umat Yahudi dan Umat Kristiani diamini sebagai kitab suci. Selanjutnya Gereja Katolik membiasakan diri menyebut Alkitab sebagai ‘Kitab Suci’ saja.

Oleh : FX. Agus Suryana Gunadi, Pr
0 Comments

Spiritualitas dan Pengharapan

7/9/2021

0 Comments

 
        Spiritualitas kerap diartikan sebagai kerohanian karena spiritus berarti roh. Tetapi kata spiritualitas bukan dari kata latin tetapi prancis yakni spiritualite yang pertama-tama bukan kerohanian melainkan corak atau gaya hidup. Spiritualitas adalah semacam sikap dasar berhadapan dengan kenyataan hidup. Spiritualitas tidak dilihat dalam pertentangan dunia, tidak menarik diri dalam keheningan hatinya sendiri, tidak sama dengan kesalehan yang cenderung devosional. Spiritualitas justru sibuk dengan hidup sehari-hari, menurut segala aspek duniawinya. Tekanan ada pada praxis dan bukan pada pemahaman. Dan yang paling dipentingkan adalah hidup yang biasa. Ciri khasnya adalah keterbukaan kepada yang lain baik masyarakat maupun agama-agama yang lain. Tekanan pada hubungan pribadi dengan Allah, khususnya melalui Kristus atau rasul-rasul Allah yang lain. Spiritualitas tidak berarti ‘politisasi’ hidup rohani, betapapun kongkret bentuk pelaksanaannya. Dan selalu ingin dipertahankan kreativitas dan mobilitas. Spiritualitas lebih merupakan mentalitas daripada peraturan atau kebiasaan tradisional.
            Pengharapan adalah iman yang dinamis, iman yang menggerakkan hidup, transendensi ke depan. Pengharapan sama seperti iman, tidak boleh dilepaskan dari keterarahan kepada misteri. Kalau orang tidak berpengharapan itu berarti bahwa dinamika hidup hilang, ia tidak hidup lagi, melainkan dihidupkan oleh dunia sekitarnya, ia terpaksa hidup. Pengharapan berarti berani menerima hidup dan mengembangkannya ke arah misteri yang agung. Dasar iman adalah masa lampau, wahyu Tuhan yang telah disampaikan kepada manusia. Pengharapan mengarahkan misteri itu ke masa depan. Pengharapan adalah dinamika yang menggerakkan segala kegiatan dan usaha yang terbatas karena senantiasa mencari yang tidak terbatas. “...Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (I Petrus 1:3). Pengharapan adalah keyakinan bahwa Tuhan beserta kita.
            Pengharapan dapat dikatakan sebagai pengalaman akan Allah dalam kesibukan hidup sehari-hari. Maka tidak terbatas pada pengalaman rohani saja. Pengalaman ini menyangkut hidup seluruhnya dan berarti keterbukaan bagi dunia sekitar. Sebagaimana manusia mengalami keterarahan diri pada  misteri, begitu juga ia membuka diri bagi keseluruhan hidup di dalam dan di luar dirinya. Dengan demikian Allah tidak terpisah dari hidup yang real, malahan dalam segala-galanya menjadi dekat. Pengalaman akan Allah yang dimaksud di sini berhubungan langsung dengan pengalaman nilai. Nilai bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, nilai diberikan manusia berdasarkan pengalaman. Yang mendukung hidup adalah nilai positif dan begitu pula sebaliknya. Dalam nilai yang positif dialami juga keterarahan pada nilai mutlak yang harus ada, karena memberi arti penuh pada hidup. Maka dalam perjuangan menuju dan mencari arah, Allah ditemukan. Bukan dalam suatu refleksi yang abstrak dan kering, melainkan dalam ketidakpastian hidup. Allah yang berjalan bersama manusia, Allah yang terlibat dalam perjuangan hidup manusia.
            Pergulatan hidup manusia merupakan medan juang untuk mewujudkan makna spiritualitas yang sesungguhnya. Dalam arti sekarang ini, masa pandemi merupakan ruang bagi kita untuk semakin bertumbuh dalam roh. Melihat dengan kacamata iman kehadiran Tuhan dalam kehidupan kongkret setiap hari termasuk dalam pandemi yang tak berkesudahan ini. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Jika kita hidup berarti kita harus berani menaruh harapan terlebih kepada Allah yang menjadi sumber kehidupan itu sendiri. Kita dapat terus memaknai hidup kita kendati di tengah pandemi. Karena jiwa kita selalu diisi dengan Roh Allah yang selalu membuat kita berpengharapan dari waktu ke waktu. Sebagaimana Chrisye dalam lagunya...Badai Pasti Berlalu...
Awan hitam di hati yang sedang gelisah
Daun daun berguguran
Satu satu jatuh kepangkuan
Kutenggelam sudah ke dalam dekapan
Semusim yang lalu sebelum kau mencapai
Langkahku yang jauh

Kini semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti

Gelisah kumenanti tetes embun pagi
Tak kuasa ku memandang dikau matahari

Kini semua bukan milikku
Musim itu telah berlalu
Matahari segera berganti

Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu

 
 
 
 
 
“Langit dan bumi akan berlalu,
tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu”,
(Matius 24:35).
 
Yosafat Dhani Puspantoro, Pr

0 Comments
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki