|
Puncta 4 Oktober 2025
Pw. St. Fransiskus Asissi Sabtu Imam Lukas 10:17-24 Saya baru selesai menyeduh kopi ketika seorang teman lama menelpun. Dia mengatakan akan datang berkunjung. Kebetulan saya sedang luang sehingga tidak ada alasan untuk menolaknya. Dia juga seorang imam, hanya beda tahun tahbisan dengan saya. Kami mengobrol asyik di teras belakang paroki. Setelah menyeruput kopinya, dia bercerita tentang keluarganya dan perjalanannya sampai menjadi imam. Ia berasal dari desa yang cukup jauh dari kota, sehingga merasa sebagai orang udik. Secara ekonomi keluarganya sederhana, tidak kaya, tapi selalu menolak dikatakan miskin. Orang tuanya buruh tani dan bekerja serabutan, sehingga penghasilannya tidak menentu. Sangat tergantung dari orang yang membutuhkan tenaganya. Berulang kali dia mengatakan sangat bersyukur bisa sekolah di Seminari. Semua karena bantuan dari paroki. Orang tuanya tidak mampu untuk membiayai. Sebelum masuk Seminari dia bekerja sambil sekolah. Pastor paroki bermurah hati mempekerjakan dia di pasturan. Tugasnya seperti kosterlah. Apa saja dikerjakan di luar jam sekolah. Dari menjadi koster itulah keinginannya untuk menjadi imam tumbuh. Dia menceritakan juga bagaimana dia berjuang dengan tekun, hingga akhirnya ditahbiskan menjadi imam. Saya tercekat mendengarkan kisah hidupnya. Tetapi dia meyakinkan saya bahwa kerja keras itu bukan yang utama. “Hanya karena kebaikan dan kasih Tuhan saja, saya bisa menjadi seperti sekarang ini,” dia menegaskan dengan sangat yakin. “Siapakah aku ini sampai dianugerahi kuasa ilahi untuk mempersembahkan Ekaristi, mengubah hosti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus? Aku orang hina yang tidak pantas, tetapi dikasihi Tuhan.” Dia mengakhiri kisahnya, terdiam sebentar dan menyelesaikan tegukan terakhir kopinya. *** Ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Namun Yesus mengingatkan, “Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Semua itu berasal dari Allah. Kalau bukan karena kebaikan Allah, tak mungkinlah kami mampu melakukan tugas perutusan ini. Maka dibutuhkan kerendahan hati dan ketulusan. Kami sadar bahwa kuasa tahbisan itu adalah anugerah dan bukan hasil kehebatan kami. Kuasa itu diserahkan kepada Yesus oleh Bapa dan tak seorang pun dapat memperolehnya kalau tidak diberikan oleh Yesus dan kepada siapa Yesus berkenan menyatakan hal itu. Kuasa itu melulu anugerah. Bukan karena jasa dan kehebatan kita. Menjadi utusan Tuhan adalah berkat. Kita menjalani dengan tulus ikhlas dan sukacita, niscaya berkat Tuhan juga melimpah. Aku menulis pantun jenaka, Dikiranya itu adalah kejadian nyata. Kita adalah hamba tanpa jasa, Mendapat kasih karunia tak terhingga. Wonogiri, syukur atas imamat mulia Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 3 Oktober 2025
Jum’at Biasa XXVI Lukas 10:13-16 KITA pasti hapal dengan kisah Malin Kundang. Cerita rakyat ini berasal dari Sumatera Barat. Tepatnya di desa Air Manis yang diapit oleh Pulau Pisang Besar dan Pisang kecil. Sekarang menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi turis. Tokoh utama dalam kisah ini adalah Malin dan ibunya Mande. Ibu Mande memelihara Malin yang dikundang-kundang (digendong kemana-mana) sendirian, karena suaminya pergi merantau tak pernah kembali. Oleh orang kampung, anak ibu Mande dikenal dengan Malin Kundang. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Malin akhirnya juga berlayar untuk merantau. Dia berhasil menjadi saudagar kaya raya. Ia pulang ke kampung halamannya, disambut oleh warga dan ibunya yang miskin tua renta. Namun Malin tidak mau mengakui Mande sebagai ibunya. Karena kaya, ia menjadi angkuh dan sombong. Akibatnya, Mande mengutuk anak yang durhaka itu. Ia minta kepada Tuhan Yang Mahakuasa, agar menghukum anaknya. Malin Kundang dikutuk menjadi batu dan terdampar di pantai bersama puing-puing kapalnya. Yesus mengecam tiga kota yakni Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Kecaman adalah peringatan kepada warga kota itu untuk bertobat. Mereka diminta untuk bertobat karena telah mendapat banyak mukjizat Tuhan. Kebaikan Tuhan harus ditanggapi dengan perubahan hidup, alias bertobat. Tanpa usaha pertobatan atau perubahan ke arah kebaikan, tidak ada artinya belas kasih Tuhan itu. Maka Yesus prihatin dan mengungkapkan kecamannya terhadap penduduk tiga kota itu. "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.” Kita pun juga diajak bertobat, memperbaharui diri karena Allah begitu baik kepada kita. Tanpa pembaharuan hidup kita tidak menghasilkan buah-buah iman. Janganlah kita menjadi anak durhaka seperti Malin Kundang. Mari kita bertobat. Malin Kundang naik pesawat, Menuju ke Padang, Sumatra Barat. Mari kita semua bertobat, Perbaharui diri agar kita selamat. Wonogiri, tak ada kata terlambat. Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 2 Oktober 2025
Pw. Para Malaikat Pelindung Lukas 10: 1-12 DALAM Katekismus Gereja Katolik No. 336 disebutkan, “sejak masa kanak-kanak sampai pada kematiannya, malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa mereka. “Setiap malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya pada kehidupan.” (Basilius, Eun.3,1) Perlindungan dan penyertaan malaikat itu dihayati oleh banyak umat dalam syair lagu yang memberi rasa aman tentram dan sejuk di hati. “Kula tansah dipun jagi malaekat. Juru pamong ingkang setya yekti. Rinten dalu tansah nyuwun keng rahmat. Kang supados gesang amba murni.” Ini semacam lagu nina bobo yang menghantar kita anak-anak dalam ketenangan jiwa karena selalu dijaga oleh malaikat pembimbing. Setiap saat selalu memohon rahmat agar supaya hidup kita suci murni. Para malaikat adalah makhluk rohani yang memuliakan Allah tanpa henti-hentinya dan melayani rencana keselamatan-Nya untuk makhluk lain. Santo Tomas Aquinas berkata, “dalam segala pekerjaan baik, para malaikat bekerjasama dengan kita.” Seperti para malaikat melayani Tuhan dengan melaksanakan firman-Nya, demikian kita para murid juga diutus mewartakan Kabar Baik kepada semua orang. Kita diutus pergi berdua-dua untuk membawa damai sejahtera kepada semua orang. Dalam segala pekerjaan baik, Tuhan mendampingi kita dengan mengutus malaikat-Nya agar kebaikan Allah dialami oleh banyak orang. Memang tugas perutusan ini tidak mudah. Kita diutus seperti domba masuk ke tengah-tengah serigala. Tetapi kita tidak perlu takut dan gelisah, Tuhan selalu menyertai kita dengan mengutus malaikat-Nya mendampingi pekerjaan-pekerjaan kita. “Kula tansah dipun jagi malaikat.” Kita selalu dijaga oleh malaikat pelindung. Mari kita hidup suci murni di hadapan Tuhan. Bersepeda pada waktu malam, Melihat bintang di langit bertebaran. Hidupku damai dan tentram, Malaikat jadi teman seperjalanan. Wonogiri, ada malaikat kecil Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 1 Oktober 2025
Pesta St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pujangga Gereja Matius 18:1-5 MARIA Francoise Therese Martin adalah nama asli Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Diberi gelar “Kanak-Kanak Yesus” karena dia merasa dekat dengan Yesus kecil. Dia juga memposisikan diri menjadi teman bermain Yesus. Doanya mengalir dari hati seorang anak kecil yang sederhana. Ia berbicara dengan Yesus seolah dengan teman akrabnya sendiri. Hati seperti kanak-kanak yang polos, suci dan tulus murni, tanpa pamrih dan senang bermain bercanda dengan seorang teman, itulah hati Theresia dari Liseaux, Perancis. “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!’ Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!” Begitulah dialognya dengan Yesus. Tidak lama dia menjalani hidup membiara. Hanya tujuh tahun. Dari umur 15 tahun dia masuk biara dan umur 24 tahun dia meninggal. Kendati hanya singkat, namun hidupnya diisi dengan pelayanan dan doa yang intens dengan Tuhan. Jalan kesederhanaan itulah yang dia tekuni dalam hidupnya. Ia menjalani tugas-tugas kecil di biara dengan tekun dan sukacita. Kendati tidak pernah keluar biara, namun doanya untuk karya misi sangat kuat. Maka dia digelari “Pelindung Misi Gereja.” Dalam Otobiografinya, “Kisah Suatu Jiwa,” ia menulis bahwa kesucian hidup bisa ditempuh oleh siapa saja, betapa rendah, hina dan biasa saja orang itu. Caranya ialah menjalankan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Selaras dengan kata-kata Yesus, Theresia menjalani tugasnya dengan suka hati. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Siapa pun bisa menjadi Santa, orang kudus. Mari kita mencapai kekudusan dengan tekun, setia dan rendah hati menjalankan tugas-tugas kita yang sederhana dengan hati yang tulus dan gembira seperti Santa Theresia kecil. Menikmati kopi di pinggir danau Toba, Menemani Yesus di Kampung Sibea-bea. Jalani tugas yang kecil dan sederhana, Adalah cara kita mencapai kehidupan surga. Wonogiri, jalani hidup dengan sederhana Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 30 September 2025
Pw. St. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja Lukas 9: 51-56 WALAU kita mempunyai Dasar Negara Pancasila, tetapi prakteknya masih jauh panggang dari api. Dalam tahun ini terdengar ada kasus diskriminasi dan intoleransi tentang kehidupan beragama. Di Dusun Tangkil, Cidahu, Sukabumi terjadi pengrusakan rumah atau villa tempat anak-anak Kristen mengadakan retret atau pembinaan iman. Di Padang Sumatera Barat, anak-anak Kristen harus belajar di luar sekolah karena pemerintah tidak menyediakan guru agama. Kegiatan itu dibubarkan massa. Bahkan ada anak yang dipukuli sampai luka dan trauma. Di Klaten seorang siswi yang beragama Hindu dicoret dari pasukan Paskibraka dalam acara aubade peringatan hari kemerdekaan hanya karena tidak memakai jilbab. Dalam standar kelengkapan pakaian dan atribut Paskibraka tidak ada aturan harus memakai jilbab. Kalau ditelisik di masyarakat ada banyak kasus penolakan, pengrusakan rumah ibadah, pembubaran kegiatan rohani, tindakan diskriminatif dan intoleran terjadi. Pemerintah tak pernah menyelesaikan secara tuntas sampai ke akarnya. Semua hanya dianggap kekhilafan. Bagaimana kita menyikapi? Ketidakadilan harus dilawan. Kebenaran dan aturan hukum harus ditegakkan. Tetapi cinta kasih harus diutamakan. Seperti contoh kasus di Cidahu. Pemilik rumah justru menyumbangkan sebagian bantuan untuk merenovasi mesjid atau mushola di situ. Kekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan. Kalau demikian mata rantai balas dendam tidak akan hilang. Kekerasan harus dibalas dengan kasih dan pengampunan. Keadilan dan kebenaran harus ditegakkan. Cintakasih harus diutamakan. Demikianlah Yesus mengajari murid-murid-Nya untuk tidak membalas penolakan orang-orang Samaria dengan menurunkan api dari langit agar mereka binasa. Yesus melarang dan menegor mereka. Yesus justru mendoakan orang-orang yang membensi-Nya dengan berkata, “Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Bunga-bunga indah sedang berkembang, Sungguh cantik menarik di lihat mata. Beragama mestinya menebar kasih sayang, Bukan untuk menebar kebencian dan derita. Wonogiri, jangan membalas dendam Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 September 2025
Pesta St. Mikael, St. Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung Yohanes 1: 47-51 DALAM iman Gereja Katolik, kita meyakini ada makhluk rohani yang disebut malaikat. Mereka bertugas sebagai utusan Allah untuk menolong dan menemani manusia agar hidup sejalan dengan kehendak Allah. Ada tiga malaikat agung yang mempunyai tugas dan peran yang berbeda-beda. Yang kita rayakan hari ini adalah Malaikat Mikael, Gabriel dan Rafael. Mereka adalah utusan rohani yang menuntun dan menolong kita semua. Malaikat Mikael berarti “Siapakah seperti Allah.” Dia bertugas melawan iblis yang ingin menjatuhkan manusia ke jurang kenistaan dan kehancuran. Mikael juga diyakini sebagai penolong jiwa yang akan menghadap Tuhan. Jika ada orang yang menghadapi ajaknya, kita bisa berdoa mohon perlindungan Mikael. Malaikat Gabriel artinya “Tuhanlah kekuatanku.” Ia bertugas membawa kabar gembira Allah untuk manusia. Gabriel diutus Allah untuk mewartakan kabar keselamatan tentang lahirnya Sang Imanuel kepada Perawan Maria. Malaikat Rafael artinya “Tuhanlah yang menyembuhkan.” Ia menyembuhkan Tobit dari kebutaan mata dan juga menyembuhkan Sara putri Raguel dari gangguan roh jahat yang mematikan. Malaikat Rafael diyakini menjadi penolong orang-orang yang sakit dan penuntun dalam perjalanan agar selamat. Peran malaikat adalah abdi Allah. Mereka ditugaskan untuk membantu manusia dalam peziarahan menemukan Allah dan hidup seturut kehendak-Nya. Maka Yesus pun menjelaskan kepada Natanael, “Engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat turun naik kepada Anak Manusia.” Malaikat adalah duta atau utusan Allah untuk berbagi kasih kepada manusia. Ia tidak nampak tetapi mendampingi kita melalui aneka macam cara. Ia menjadi teman dalam perjalanan. Ia menjadi penolong dalam kesusahan. Ia menjadi pembawa warta sukacita bagi yang kesedihan. Jika kita berbuat baik bagi sesama, kita bisa meniru tugas perutusan malaikat. Kita menjadi malaikat yang menghibur orang yang menderita. Kita menjadi malaikat bagi saudara yang sedang kesepian butuh tempat bersandar. Malaikat-malaikat Tuhan itu berada di sekitar kita. Kita boleh berdoa meminta pertolongan dan penyertaan mereka. Tuhan akan mengutus malaikat-Nya bagi kita. Kereta api terperosok keluar dari rel, Menghambat perjalanan menuju Jogja. Malaikat Mikael, Gabriel dan Rafael, Diutus Tuhan menyertai langkah kita. Wonogiri, ditemani oleh malaikat suci Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 28 September 2025
Minggu Biasa XXVI Lukas 16: 19-31 DEMO besar-besaran terjadi di Nepal pada 9 September 2025 kemarin. Rakyat marah atas pemblokiran media. Tetapi kebijakan itu hanya pemicu saja. Kemarahan rakyat sebetulnya karena pemerintah gagal mempersempit jurang kaya dan miskin. Korupsi merajalela dan kesenjangan sosial dan ekonomi sangat terasa. Menurut laporan Reuters pada Rabu, 10 September 2025, 1 dari 5 warga Nepal hidup dalam kemiskinan. Tepatnya, lebih dari 20 persen dari total populasi 30 juta orang alami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Ketika kita tidak berbuat sesuatu untuk orang miskin, maka nasib kita akan ditentukan di sana. Inilah inti dari pesan Injil hari ini. Lukas mempertentangkan antara si miskin dan orang kaya. Orang kaya itu sering berpesta pora di rumahnya. Ia berpakaian halus dan jubah ungu yang mahal-mahal. Ia menikmati pestanya di dalam rumahnya. Sedang si miskin compang-camping dengan gombal bau boroknya. Ia jadi rebutan anjing-anjing yang berpesta menjilati lukanya. Ia tergeletak menahan lapar di pintu gerbang. Mereka berdua dibatasi oleh pintu gerbang. Pintu adalah sarana komunikasi. Pintu juga lambang hati. Jika hati kita beku dan tertutup, maka hati tak peduli pada derita sesama kita. Egoisme menutupi hati kita. Pintu juga lambang batas kehidupan. Hidup kita di dunia akan berakhir dan kita harus melewati pintu menuju kehidupan kekal. Hidup kekal ditentukan oleh cara hidup kita di dunia. Keduanya mati. Lazarus yang miskin dibawa ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu turun ke siksaan kekal. Jurang antara mereka tak tersambungkan sama ketika di dunia mereka tak pernah berhubungan. Pesan penting disampaikan melalui Bapa Abraham. Pertama, hanya di dunialah ada kesempatan untuk menolong sesama yang menderita. Maka gunakanlah waktu di dunia untuk menolong orang miskin. Perbuatan itu jadi bekal di akherat. Kedua, kepekaan hati mendengarkan warta Kitab Suci lebih penting daripada menantikan mukjizat kebangkitan orang mati. Laksanakan pesan para nabi dan berbuatlah baik kepada orang kecil dan lemah. Mari kita berbagi dan peduli pada sesama khususnya yang menderita. Dengan itu kita menyiapkan kehidupan di surga. Kalau ke Cawas mampir ke Mbah Warti, Sate kambingnya empuk enak sekali. Kehidupan kekal ditentukan hari ini, Ketika ada orang miskin dan kita peduli. Wonogiri, bantulah si miskin Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 27 September 2025
Pw. St.Vincentius a Paulo, Imam Lukas 9: 43b-45 HIDUP di dunia ini untuk apa kalau tidak untuk mengejar kesuksesan, kekayaan dan kekuasaan? Begitulah ambisi dari hampir semua orang di dunia ini. Kita berlomba-lomba mencapai puncak kejayaan. Maka hukum rimba berlaku dalam perlombaan mengejar sukses. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Orang akan menggunakan segala kekuatan untuk mengejar apa yang dicita-citakan. Yesus sudah mendapatkan semuanya itu. Dia sudah populer, dikenal oleh banyak orang. Dimana-mana Dia dielu-elukan. Dia mempunyai kuasa ilahi. Banyak setan dan roh jahat diusirnya. Mereka takluk kepada-Nya. Dia mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Segala-galanya sudah ada di tangan-Nya. Ketika semua orang kagum dan heran atas kuasa-Nya karena Dia bisa mengusir setan dengan kata-kata keras, Ia justru menyerahkan Diri-Nya pada kuasa manusia yang lemah. Ia tidak mencari kesuksesan duniawi. Yesus berkata untuk Diri-Nya sendiri. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Untuk kedua kalinya Dia berkata demikian. Kehebatan Yesus bukan terletak pada mukjizat-mukjizat-Nya, tetapi pada kesetiaan dan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa demi keselamatan manusia. Nubuat tentang kematian-Nya menunjukkan bahwa Dia siap menghadapi resiko perutusan Bapa. Semua dikorbankan demi ketaatan pada kehendak Bapa yakni penebusan umat manusia. Apakah nilai keutamaan yang paling tinggi yang kita kejar dalam hidup ini? Kebahagiaan macam apa yang kita perjuangkan dalam kehidupan kita? Memiliki harta berlimpah? Sukses dalam karier? Dihormati dan puja-puji dimana-mana? Terkenal sebagai orang hebat? Apakah semua itu bisa memuaskan kita? Mari kita belajar dari Yesus. Kebahagiaan Yesus adalah ketaatan-Nya melaksanakan kehendak Bapa. Kemuliaan Bapa untuk menyelamatkan manusia itulah yang dikerjakan Yesus selama hidup-Nya. Berenang melintasi samudera Hindia, Ketemu ikan Hiu di dekat Papua. Apa gunanya memiliki seluruh dunia, Jika kita kehilangan nyawa satu-satunya? Wonogiri, apa yang membuatmu bahagia? Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 26 September 2025
Jumat Biasa XXV Lukas 9: 18-22 PASANGAN suami istri yang sudah bertahun-tahun hidup bersama kadang masih belum mengenal secara mendalam siapa pasangannya. Di tengah jalan muncul salah paham, pertentangan dan perbedaan yang tidak jarang menimbulkan luka batin dan sakit hati. Ada sebuah misteri yang tersembunyi di dalam setiap pribadi. Walau pun sudah cukup lama hidup bersama, tetapi hati manusia menyimpan sejuta rahasia yang tak terselami. Betapa susahnya mengenal isi hati manusia. Apalagi betapa sulitnya mengenal pribadi Allah yang tak dapat kita lihat hanya dengan mata telanjang. Suami istri yang setiap hari berkumpul dan bersama saja sulit dipahami, apalagi Allah yang tidak kelihatan. Yesus ingin mengetes sejauhmana para murid mengenal Dia. Maka Dia bertanya, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Namun sekarang Dia ingin mengatahui sejauhmana mereka sendiri mengenal Dia. “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Mengapa Yesus melarang? Karena pemahaman Petrus tentang Mesias berbeda dengan yang dipikirkan Allah. Pikiran Petrus masih dipengaruhi paham politis Yahudi. Mesias adalah pembebas bangsa dari penjajahan Romawi. Ketika Yesus menubuatkan tentang kematian-Nya, bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga, Petrus menolak-Nya. Petrus belum mengenal sungguh-sungguh siapa Yesus Sang Mesias. Maka pengenalan itu harus melalui proses yang panjang. Petrus harus jatuh bangun supaya makin mengenal dan percaya. Begitu pula kita harus melalui proses jatuh bangun agar makin mengenal Tuhan. Yang penting kita tetap membuka hati untuk dibimbing oleh Tuhan agar kita makin mengenal jalan-jalan dan kehendak-Nya. Denpasar diterjang derasnya hujan, Banyak korban jatuh bergelimpangan. Tidak berhenti untuk mengenal Tuhan, Lewati Salib dan jalan terjal penderitaan. Wonogiri, terus mencari Tuhan Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 25 September 2025
Kamis Biasa XXV Lukas 9:7-9 SEORANG ibu menikah selama 32 tahun. Tetapi dia sering mengalami KDRT dan suaminya berselingkuh di depan matanya sendiri. Ia mengalami penderitaan batin yang luar biasa. Anak-anaknya mengalami trauma ketakutan dan kehilangan figur ayah yang didambakan. Tiga tahun yang lalu suaminya meninggal karena serangan jantung. Ia sendiri harus menjalani operasi patah kaki karena kecelakaan lalu lintas. Penderitaan yang terus menerus dan bertubi-tubi lahir dan batin harus dijalani. “Apa yang membuat ibu bertahan seperti ini?” saya bertanya dengan kekaguman. Dia berkata, “Apa yang dipersatukan Allah janganlah diceriakan manusia. Hanya karena iman akan Yesus saya bisa bertahan, Romo.” Dengan mata iman, ibu ini berani menghadapi masa lalunya yang gelap dan tetap percaya Yesus akan selalu menuntunnya. Ia kini berdamai dengan masa lalu dan menatap masa depan penuh iman bersama Yesus. Herodes mempunyai masa lalu yang kelam. Kehidupan perkawinannya kacau. Ia berselingkuh dengan Herodias, istri saudaranya. Yohanes Pembaptis sudah mengingatkannya, tetapi malah dipenggal kepalanya. Dosa masa lalu membuatnya cemas. Kecemasan, ketakutan dan kegelisahannya terus menghantui. Apalagi ketika mendengar perbuatan dan ajaran-ajaran Yesus. Dia teringat kembali akan Yohanes Pembaptis, orang saleh dan benar. Dia ingin mencari kebenaran. Tetapi dia tidak berani berdamai dengan masa lalunya. Dia tidak mau berusaha datang kepada Yesus. Hatinya terombang-ambing, "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Ibu yang mengalami derita lahir batin tadi mau mempercayakan hidupnya pada Yesus. Dia berani meninggalkan masa lalu yang kelam dan berjalan bersama Yesus. Dia merasa damai dan bahagia, kendati harus berjalan sendiri. Dia Percaya Yesus bersamanya senantiasa. Beranikah kita berdamai dengan masa lalu kita dan mempercayakan diri kepada Yesus agar hidup kita damai, tenang dan bahagia? Mohamad Ali pipinya lebam, Ditinju pakai palu godam. Apa gunanya menyimpan dendam, Itu seperti api membara dalam sekam. Wonogiri, lupakan masa kelam Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed