Puncta 16 Oktober 2025
Kamis Biasa XXVIII Lukas 11:47-54 AKHIR-AKHIR ini banyak terjadi kasus-kasus sosial kemasyarakatan baru ditangani ketika kejadiannya diviralkan di media massa. Masih ingat kisah Bima Lampung? Dia menjadi trending topik ketika melaporkan kondisi jalan rusak di daerahnya. Bahkan Presiden waktu itu sempat meninjau kondisi jalan-jalan di Propinsi Lampung yang tak pernah disentuh oleh pembangunan. Dari kasus itu kemudian menyusul kasus-kasus lain yang diviralkan supaya mendapat perhatian dan keadilan dari para penegak hukum. Ada kasus pengeroyokan dokter koas di Palembang. Kasus kekerasan pemilik toko roti terhadap karyawan di Jakarta Timur. Fenomena No Viral, No Justice menggambarkan kekecewaan publik terhadap penanganan masalah ketidakadilan di masyarakat. Publik menilai kalau tidak diviralkan, masalahnya tidak ditangani. Zaman dahulu belum ada medsos secanggih sekarang. Tetapi tindakan Yesus mengkritik cara hidup kaum Farisi dan Ahli-ahli Taurat bisa dimaknai sebagai peringatan agar mereka melakukan perubahan atau pertobatan. Para ahli Kitab itu menindas rakyat kecil dengan memberi beban-beban berat lewat ayat-ayat suci. Sementara mereka hidup enak-enak di atas penderitaan rakyat. Situasi ketidakadilan inilah yang disuarakan Yesus kepada orang banyak. Tentu saja, Yesus menghadapi perlawanan. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. Suara-suara keadilan sering dimusuhi oleh banyak orang yang tidak suka. Tetapi kita tetap harus berani menjadi nabi-nabi keadilan di zaman ini. Masih banyak hati nurani yang berjuang di jalan kebenaran dan keadilan. Kita tidak sendirian. Netizen di Nepal berjuang, Mereka menuntut perubahan. Yesus bersuara dengan lantang, Mari kita lakukan pertobatan. Wonogiri, no viral, no change Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |