Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah

10/11/2024

0 Comments

 
Puncta 11 Oktober 2024
Jum’at Biasa XXVII
Lukas 11: 15-26

PEPATAH dalam Bahasa Jawa itu sejalan dengan ungkapan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” 

Komunitas atau kelompok yang hidupnya rukun bersatu akan kuat dan kokoh. Tetapi jika suatu kelompok itu selalu cekcok, berkelahi maka ibarat  “suwe mijet wohing ranti” akan mudah sekali runtuh, hancur berantakan.

Pandawa itu hanya berjumlah lima orang saja. Tetapi mereka hidup rukun dan kompak. Sebaliknya Kurawa itu jumlahnya seratus orang. 

Beda pendapat dan saling curiga mudah sekali terjadi sehingga rentan terjadi perkelahian antar anggota. Akibatnya mereka gampang “crah sulaya” atau suka berkelahi sendiri. 

Seperti sebuah rumah tangga yang tidak rukun dan selalu cekcok, berkelahi, mereka gampang terpecah dan runtuh. Sulit dipersatukan sehingga tercerai berai. 

Seperti sebuah tim sepak bola, kalau mereka tidak kompak, tidak saling bekerjasama dan mendukung satu sama lain, mereka juga bisa kalah.

Tim sehebat Barcelona, Real Madrid, Manchester United atau pun AC Milan pernah mengalami kekalahan tragis melawan tim lemah kelas dua di Liga domestik mereka. Kekompakan, semangat kerjasama dan persatuan harus terus dijaga.

Begitulah Yesus menjelaskan kepada orang banyak yang menuduh bahwa kuasa-Nya didukung oleh kuasa Beelzebul, penghulu setan. 

"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.”

Yesus berkarya melakukan mukjizat tidak memakai kuasa Beelzebul. Tetapi dengan kuasa Allah, Ia mengusir dan mengalahkan kuasa setan. Maka kuasa Allah itu telah hadir di tengah-tengah kita. 

Hari-hari ini ada tayangan Film berjudul “Kuasa Gelap.” Romo Thomas menjadi tokoh utama di film itu. Kalau kita percaya pada kuasa Tuhan, kita pasti mampu mengalahkan kuasa setan. 

Mari kita Bersatu dengan kuasa Tuhan, tidak bersekutu dengan kuasa setan.

Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh.
Kalau mau keluarga utuh,
Ayo kita setia dan patuh.

Wonogiri, tetap rukun Bersatu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Demi Cinta, Jualan Pembalut Wanita

10/10/2024

0 Comments

 
Puncta 10 Oktober 2024
Kamis Biasa XXVII
Lukas 11: 5-13

SEORANG ayah rela berbuat apa saja demi kebahagiaan anaknya. Inilah yang dilakukan Wang Hai Lin (32 thn) di Chendu, China. Ia rela mengubah penampilannya menjadi terlihat seperti seorang wanita saat berjualan pembalut wanita di pinggir jalan taman di kota. 

Sementara di sampingnya, terlihat seorang gadis kecil berambut gundul yang menemani Wang. Gadis kecil yang berusia dua tahun itu adalah putri Wang yang didiagnosis menderita leukimia akut.

Wang sehari-hari bekerja sebagai seorang koki di sebuah hotel. Dengan penuh keikhlasan ia turun ke taman kota untuk menjual pembalut wanita. 

Demi melariskan dagangannya dan membuat para wanita lebih nyaman saat membeli, Wang pun rela berdandan menjadi seorang wanita. 

Itu semua dilakukan untuk mencari tambahan biaya untuk pengobatan si putri kecil yang dikasihinya. Untuk anak yang sangat dicintai dan dikasihi, seorang ayah bisa benar-benar rela mengorbankan apapun. Betapa luhur dan mulianya jiwa seorang ayah kepada anak-anaknya.

Setelah mengajarkan doa Bapa Kami, Yesus menggambarkan siapakah Allah itu. Allah adalah Bapa yang baik dan murah hati. Ia berkata, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?”

Maka Yesus menasehatkan kepada kita, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”

Ada pepatah yang berkata, “Seekor induk singa tidak akan tega memangsa anaknya sendiri.” Singa yang adalah binatang buas itu saja tidak mungkin menyakiti anaknya, apalagi kita manusia. Lebih-lebih Allah pasti akan mengasihi kita dengan cinta-Nya yang tanpa batas.

Kasih Allah sungguh luar biasa. Tanpa pamrih dan bagi siapa saja.

Kalau anda ke Wonogiri,
Jangan lupa lihat plintheng Semar.
Tiada kasih yang lebih murni,
Selain kasih Allah yang Maha besar.

Wonogiri, Bapa yang murah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Gereja Pater Noster

10/9/2024

0 Comments

 
​Puncta 09 Oktober 2024
Rabu Biasa XVII
Lukas 11: 1-4

TERLETAK di atas Bukit Zaitun, Gereja Bapa Kami (Latin, Pater Noster) dibangun kembali dari reruntuhan oleh Tentara Perang Salib tahun 1440. Waktu dipugar kembali mereka menemukan plakat marmer bertuliskan teks doa Bapa Kami dalam Bahasa Ibrani dan Yunani.

Di tempat itu ada sebuah gua yang dipercaya sebagai tempat yang digunakan oleh Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. 

Sekarang situs ini dipelihara oleh Ordo Karmel. Untuk mengenang peristiwa Yesus mewariskan doa Bapa Kami, di sepanjang selasar dinding gereja dipasang doa itu dalam berbagai Bahasa. 

Ada kurang lebih 130 bahasa dari berbagai benua termasuk, Bahasa Indonesia, Jawa, Batak dan Sunda.

Doa Bapa Kami adalah doa warisan langsung Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Ungkapan itu menunjukkan relasi kedekatan Yesus dengan Allah. Allah digambarkan sebagai Bapa yang mengasihi anak-anaknya.

Tujuan doa Bapa Kami yang pertama adalah memuliakan dan memuji Allah. Allah itu Mahakuasa. Di hadapan-Nya, kita ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Maka tak ada hal yang lebih pantas daripada memuliakan Allah sebagai Bapa.

Kita memohon agar "datanglah Kerajaan-Mu." Kerajaan Allah bukan soal wilayah kekuasaan, tetapi suasana Allah yang merajai semesta alam. Suasana Allah yang meraja itu digambarkan dengan suasana damai, tentram, makmur dan aman sentosa. 

Dalam pewayangan, Dalang menceritakan suasana Allah yang meraja itu dalam prosa seperti ini; “Nagara kang panjang punjung, pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta raharja. Loh tulus ingkang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku, gemah kang lumaku dagang, rinten dalu tan ana kendhate, lebet tan ana sangsayaning dalan.” 

Allah yang meraja itu terwujud dalam suasana damai, tentram, aman, murah dan lancar kehidupan.

Yesus juga mengajarkan peri hidup baik dengan sesama dengan saling mengampuni satu sama lain. Pengampunan adalah wujud nyata kita dikuasai oleh Kerajaan Allah. Dengan saling mengasihi dan mengampuni kita menghadirkan Kerajaan Allah. 

Mari kita wujudkan doa yang tiap saat selalu kita daraskan. Jangan cuma dihapalkan.

Membeli mangga di Salatiga,
Diberi bonus buah mengkudu.
Datanglah Kerajaan-Mu ya Bapa,
Kuasailah kami dengan kasih-Mu.

Wonogiri, semoga Allah merajai hati kita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Ora et Labora

10/8/2024

0 Comments

 
Puncta 08 Oktober 2024
Selasa Biasa XXVII
Lukas 10:38-42

MOTTO atau semboyan ini diciptakan oleh St. Benediktus dari Nursia (480-547), seorang pertapa yang hidup sederhana di biara Subiako, Monte Cassino, Italia Selatan. Ia memimpin duabelas biara monastik dan membuat peraturan hidup bersama sebagai pertapa. 

Labora berarti kerja tangan atau “Opus Manuale,” yang dimaksud adalah kerja keras melawan kemalasan. Kemalasan dipandang sebagai godaan setan. 

Dari kata Labor muncul kata bahasa Inggris “laborious” yang berarti rajin atau menyediakan waktu yang ekstra banyak. Orang malas adalah budak setan. Maka kita harus rajin untuk melawan kemalasan.

Untuk melawan godaan setan, labora juga adalah bagian dari doa. Jadi antara doa dan kerja tidak bisa dipisahkan. Keduanya tidak bisa dipertentangkan. Dalam kutipan bacaan Injil hari ini, Yesus tidak bermaksud memisahkan antara doa (duduk dekat kaki Yesus yang dilakukan Maria) dengan kesibukan Marta yang bekerja keras.

Demi mendukung kerja kerasnya, Marta meminta Tuhan untuk memihak ke posisinya dan mengharapkan Maria membantu pekerjaannya. 

Yesus mengkoreksi sikap Marta dengan berkata, “"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Kalau Tuhan ada di dekat kita, kita tidak perlu kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Tetapi hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik. Ini yang dikoreksi oleh Yesus. 

Marta menganggap posisinya yang paling benar dan merasa cemburu atau iri hati karena Maria hanya diam saja, tidak membantunya.

Ora et Labora itu berjalan bersama-sama saling melengkapi. Doa menjadi spiritualitas dalam bekerja. Kerja menjadi bahan dialog dalam doa yang tiada habisnya kepada Tuhan. 

Kerja akan lebih bermakna karena didukung dengan doa dan kesediaan mendengarkan sabda Tuhan. Doa tidak akan menjadi kering karena didasari dengan aneka karya yang diabdikan bagi Tuhan dan sesama. Mari kita berdoa dan bekerja.

Wonogiri lagi musim buah mangga,
Sangat manis buah warnanya merah.
Marilah kita berusaha rajin bekerja,
Karna kerja juga bagian dari ibadah.

Wonogiri, rajin berdoa, tekun bekerja
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Orang Samaria di Engkadin

10/7/2024

0 Comments

 
Puncta 7 Oktober 2024
Pw. SP. Maria Ratu Rosario
Lukas 10: 25-37

SETELAH perjalanan yang melelahkan dari Tanjung Bunga, saya singgah di rumah Pak Ignatius Denggol di Engkadin. Waktu itu hujan baru saja selesai. Tanah merah yang dilewati melekat kuat di roda motor.  

Sebentar-sebentar harus mencongkel tanah di roda yang tak bisa bergerak maju. Perjalanan menjadi lambat dan melelahkan.

Dengan senang hati Pak Ignatius menerima saya di kamar tamu rumah panggungnya. Ibu Ignatius langsung membuatkan kopi panas. 

Dia juga menggoreng ubi yang diambil dari kebun. Diam-diam dia merebus daun pakis sebagai lalap dan bikin sambel bawang.

Pak Ignatius menyuruh saya mandi karena baju dan celana basah dan kena lumpur semua. Saya diberi pinjaman sarung sebagai ganti. 

Setelah menghabiskan kopi dan ubi goreng, saya mandi. Ternyata selama mandi, Pak Ignatius mencuci motor saya sampai bersih. Jas hujan yang saya pakai sudah bersih digantung di jemuran.

Setelah mandi, Ibu Ignatius mengajak saya makan dengan pucuk daun pakis, lauk ikan lais yang digoreng kering sangat crispy, dioles sambel bawang yang lezat. 

Orang Jawa bilang “lijo -linak-lingga-lica” (lali bojo, Lali anak, lali tangga, lali kanca). Pokoknya lupa segala-galanya saking nikmatnya. Segala lelah pun jadi hilang.

Keluarga ini hidup sederhana. Tetapi hospitalitasnya sangat luar biasa. Keramahan, kepedulian, kesiap-sediaan, ketulusan dan budinya sangat murah hati. 

Semoga Pak Ignatius Denggol dan Mas Anton, anaknya yang sudah dipanggil Tuhan mengalami kemurahan Tuhan di sorga.

Hari ini Yesus memberi gambaran kepada Ahli Taurat yang ingin mencari hidup kekal untuk mencontoh orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria itu walau dia dianggap “orang asing” tetapi hatinya sangat baik. 

Ia tidak saja menolong, tetapi menjamin keselamatan orang yang dirampok habis-habisan itu, sampai semunya tuntas.

Orang Samaria itu  tidak membeda-bedakan siapa si korban perampokan ini. Niatnya hanya ingin menolong tanpa pamrih apa-apa. Yesus mengajak ahli Taurat itu untuk berbuat sebagaimana orang yang telah menolong korban perampokan itu.

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Tanya Yesus. 

Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" 

Maukah kita juga menolong sesama dengan murah hati?

Bunga kamboja bunga selasih,
Ditanam di kebun bertumpang tindih.
Menolong sesama tanpa pamrih,
Tuhan akan mengasihi dengan lebih.

Wonogiri, marilah bermurah hati
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Keluarga, Sekolah Cinta bagi Anak-Anak

10/6/2024

0 Comments

 
Puncta 6 Oktober 2024
Minggu Biasa XXVII
Markus 10: 2-16

JEAN PIAGET, seorang pakar pendidikan anak mengatakan bahwa penanaman nilai seorang anak dipengaruhi relasi emosionalnya. Usia 0-2 tahun seorang bayi mengalami kedekatan emosi pada ibunya. Usia 3-4 tahun anak mulai dekat dengan ayahnya. 

Usia 5-6 tahun dia mulai dekat dengan kakak atau adiknya. Usia 7-10 tahun mulai dekat dengan teman-teman bermainnya. Usia 10 tahun ke atas mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Keluarga bisa menanamkan nilai-nilai pada anaknya sebelum usia 10 tahun. Setelah itu dia akan banyak menyerap nilai-nilai dari lingkungannya. 

Kalau lingkungan pergaulannya baik, dia tumbuh dengan  baik. Tetapi kalau lingkungannya buruk, dia juga mudah dipengaruhi darinya.

Pemerhati anak yang lain, Dorothy Law Nolte menulis puisi berjudul “Children Learn What They Live.” 

Dorothy menulis, “Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri......”

Dalam perikope bacaan hari ini ada dua hal yang bisa kita renungkan. Pertama soal ikatan suami istri. Yesus meluruskan pandangan yang keliru di tengah masyarakat. Keluarga yang retak, kawin cerai-kawin cerai tidak dikehendaki Allah.

Yesus menegaskan, ”Apa yang sudah dipersatukan Allah, jangan diceraikan oleh manusia.” Hal ini juga menyangkut pendidikan anak-anak yang terus menerus dan berkelanjutan. 
Bagaimana anak-anaknya akan dididik jika orangtuanya kawin cerai melulu.

Kedua, Yesus menerima dan memberkati anak-anak. Yesus menunjukkan hati dan budi serta pikiran anak-anak adalah suci, polos, tulus dan tidak berdosa. Jiwa seperti anak-anak itulah yang empunya Kerajaan Sorga.

Keluarga menjadi sekolah yang baik untuk menanamkan nilai-nilai seperti yang dimiliki anak-anak itu. 

Paus Fransiskus pernah menulis, “Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi sakit. Pengampunan adalah sterilisasi jiwa penjernihan pikiran dan pembebasan hati.”

Mari kita mulai menanamkan nilai-nilai pengampunan, kasih dan ketulusan di dalam keluarga kita masing-masing.

Ada penyanyi mirip Siti Nurhaliza,
Sangat merdu dan empuk sekali suaranya.
Tidak ada keluarga yang sempurna,
Kita bisa menyempurnakannya dengan cinta.

Wonogiri, pengampunan adalah obat jiwa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Sumantri dan Sukasrana

10/5/2024

0 Comments

 
Puncta 5 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXVI
Lukas 10: 17-24

MEREKA ini adalah kakak beradik. Sumantri gagah, tampan dan pandai. Sebaliknya, Sukasrana berwajah buruk seperti raksasa, cebol, jelek dan lemah tubuhnya. Tetapi dia punya hati yang baik, tulus, penuh kasih dan suka menolong. 

Sukasrana itu seperti Quasimodo, Si Bongkok buruk rupa dari Notre Dame dalam Kisah The Huncback of Notre-Dame karangan Victor Hugo. Kendati wajahnya buruk, tetapi hatinya sangat baik.

Tuhan itu maha adil. Yang punya kelemahan atau buruk di satu sisi, namun diberi anugerah kesaktian atau kelebihan luar biasa. Sumantri ingin mengabdi ke Kerajaan Maespati. Dia ingin menjadi pejabat tinggi dan terhormat di sana.

Raja Harjuna Sasrabahu memberi syarat kepada Sumantri yaitu melamar Dewi Citrawati dan membawa 800 putri boyongan. 

Dengan kesaktiannya Sumantri mampu mengalahkan raja-raja yang ingin memperistri Citrawati. Dia juga berhasil mendapatkan 800 putri boyongan,

Karena sukses, Sumantri makin “nggembelo” sombong dan terlalu percaya diri. Ia menantang Raja Harjuna Sasrabahu untuk mengalahkannya. 

Perang tanding terjadi. Sumantri kalah. Ia dihukum untuk memindahkan Taman Maerakaca ke Maespati. 

Dia bingung setengah mati. Jika ini gagal, dia tidak akan diterima menjadi punggawa. Muncullah adiknya yang dihinakan karena buruk rupa dan jelek. 

Sukasrana yang dipandang kecil, lemah dan bodoh namun berhasil memindahkan Taman Maerakaca.

Jangan menyombongkan diri seperti Sumantri yang pada akhirnya gagal total. Kebijaksanaan dimiliki oleh mereka yang tulus, rendah hati dan sederhana seperti sifat Sukasrana. 

Yesus memuji Allah karena semua itu tersembunyi bagi orang cerdik pandai yang menutup diri bagi kebijaksanaan Allah. Tetapi justru orang-orang kecil, sederhana lebih terbuka pada kebijaksanaan Allah.

"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu,” kata Yesus.

Pelajaran penting agar kita tidak jumawa tetapi rendah hati, tulus dan ikhlas diri.

Berjuang jatuh bangun ke Kuala Lumpur,
Untuk ketemu dengan  Siti Nurhaliza.
Kerendahan hati adalah keutamaan luhur,
Kejarlah dia sampai kamu mendapatkannya.

Wonogiri, kebijaksanaan kaum kecil sederhana
Romo. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Paus Fransiskus Mengikuti Jejak Fransiskus

10/4/2024

0 Comments

 
Puncta 04 Oktober 2024
Pw. St. Fransiskus Asissi
Lukas 10: 13-16

DALAM dunia yang glamor dan suka pamer kekayaan, Paus Fransiskus lebih memilih naik mobil rakyat yang biasa sewaktu berkunjung ke Indonesia. 

Sementara orang suka naik jet pribadi yang mewah, Paus Fransiskus menggunakan pesawat komersial. Yang penting sampai dengan selamat demi berjumpa dengan umat. 

Di tengah kecamuk dan konflik antar kelompok yang mengatasnamakan agama, Paus Fransiskus memilih datang berkunjung membawa damai, berpelukan dengan Imam Besar Mesjid Istiqlal. 

Dia berjabat tangan dengan semua orang yang suka damai. Menciptakan perdamaian, bukan saling curiga dan permusuhan.

Ketika dunia berebut kuasa, saling bersaing untuk menjatuhkan lawan-lawannya, Paus Fransiskus datang dengan memeluk anak-anak kecil di pinggir jalan, orang-orang cacat dan difabel. Dia membawa kasih persaudaraan bagi semua orang.

Kendati Paus harus berjalan dengan kursi roda, badannya dimakan usia, namun semangatnya untuk mencinta sungguh luar biasa. Ia mengikuti semangat Fransiskus yang dipilih menjadi nama pontifikalnya.

Hari ini kita memperingati seorang santo besar yakni Fransiskus Asissi. Fransiskus adalah pribadi yang lengkap. Ia mengasihi Tuhan dengan doanya yang kuat. Ia mengasihi manusia khususnya yang miskin dan terpinggir. Ia mengasihi alam semesta sebagai saudara-saudarinya. Ia membawa damai bagi mereka yang berbeda.

Hidup Fransiskus menginspirasi banyak orang yang ingin menimba semangatnya; hidup sederhana, cinta damai, persaudaraan, kerendahan hati, cinta alam semesta dan semangat doa yang dalam. 

Semangat Fransiskus masih tetap relevan untuk kita manusia di zaman modern kontemporer ini. Zaman yang dipenuhi dengan permusuhan, kekejaman, persaingan, hedonisme, pamer kekayaan dan kuasa.

Kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia kemarin sungguh menghadirkan semangat Santo Fransiskus yang nyata dan relevan bagi kehidupan kita. Marilah kita meneladan Santo Fransiskus, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus, gembala dan bapak kita.

Ibukota negara sudah pindah ke Kalimantan,
Rakyat di sana belum menikmati kemakmuran.
Dengan hidup sederhana kita tidak kekurangan,
Dengan semangat cinta kita tidak akan kehilangan.

Wonogiri, cintai bumi seperti Ibu Pertiwi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Diutus Berdua

10/3/2024

0 Comments

 
Puncta 03 Oktober 2024
Kamis Biasa XXVI
Lukas 10: 1-12

AWAL menjalani perutusan ke Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat adalah sebuah pengalaman baru bagi saya. Ketapang adalah dunia baru yang belum pernah saya ketahui. Seperti sebuah rimba gelap yang belum pernah dijelajahi. Pasti ada rasa takut dan gelisah.

Romo Adiwardaya tahu kondisi perasaan saya. Dia mengantar saya sampai di Ketapang. Dalam perjalanan di udara, Rm. Adi berkata, “Tuhan yang mengutus, pasti Tuhan juga akan mengurus kita, percaya saja.”

Benar juga, selama seminggu saya tinggal di Keuskupan, saya diminta membantu misa di Kendawangan. Itulah misa pertama saya di Ketapang. 

Kami berboncengan dengan sepeda motor menempuh perjalanan sepanjang 123 km dari Ketapang. Kami melewati daerah Padang Duabelas yang katanya angker dan penuh misteri. Perjalanan panjang yang di sisinya ditumbuhi pohon cemara laut. Kami menyusuri jalan di tepi pantai yang panas.

Di gereja kecil itu, hanya ada belasan umat yang datang. Tidak terduga ternyata ada umat Romo Adiwardaya yang berasal dari Nanggulan, sekarang tinggal di Kendawangan. 

Mereka sangat terkejut bertemu secara tiba-tiba dengan romo yang dulu membaptisnya waktu kecil.

“Romo, dimana-mana Tuhan sudah mencarikan teman untuk kita,” kata Rm. Adi. “Segalanya sudah diurus oleh Tuhan, jangan takut. Dia yang menjamin kehidupan kita,” demikian Romo menguatkan saya.

“Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini,” demikian pesan Yesus saat mengutus tujuhpuluh murid-Nya.

Kita diutus masuk ke tengah-tengah kumpulan serigala. Itu artinya sesuatu yang berbahaya dan menakutkan. Tugas perutusan adalah tugas berat. Banyak bahaya menghadang. 

Tetapi Tuhan akan selalu menyertai dan tidak akan membiarkan para utusannya terlantar. Selalu ada orang-orang baik yang dikirim menolong mereka yang diutus. Maka jangan takut dan kawatir menjadi utusan Tuhan.

Pergi ke Jepara lewat Kudus,
Terasa ngantuk seperti dibius.
Bersiap-sedialah untuk diutus,
Tugasmu membawa nama Yesus.

Wonogiri, berani untuk diutus
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Malaikat Bernama Uder

10/2/2024

0 Comments

 
Puncta 02 Oktober2024
Pw. Para Malaikat Pelindung
Matius 8:1-5.10

PERJALANAN ke Stasi Tanjung Bunga dari Paroki Nanga Tayap membutuhkan nyali yang besar. Jalan yang ditempuh sangat sulit dan penuh perjuangan. 

Apalagi kalau melewati perkebunan sawit yang jalannya sangat membingungkan. Kalau tidak hapal tanda-tanda, kita bisa tersesat.

Jika sudah melewati kebun sawit yang panjang, kita harus berjuang lagi menyusuri jalan setapak menaiki bukit dan hutan. Kadang juga ada jembatan putus dan hanya melewati sepotong papan kayu sebagai titian. 

Kalau hujan jalan menjadi licin sekali. Roda motor tidak bisa dikendalikan. Kita hanya bisa mengikuti alur lubang yang sudah ada saja. Tanjakan dan turunan harus dilewati sebelum mencapai kampung Tanjung Bunga.

Untunglah ada Bapak Prodiakon namanya Uder yang selalu siap mengantarkan pastor jika mengadakan turne ke Tanjung Bunga. 

Pak Uder sangat hapal jalan yang harus dilewati. Ia selalu mendampingi saya agar bisa melayani umat di Tanjung Bunga. Ia seperti malaikat yang menuntun dan menolong saya di tengah perjalanan. 

Kalau ada Pak Uder saya merasa aman dan tenang melewati jalan-jalan yang rusak, licin, masuk hutan dan kebun sawit tak bakal tersesat. Saya merasa Tuhan mengutus malaikat pamomong melalui Pak Uder yang hadir dalam perjalanan hidup saya. 

Sekarang Pak Uder sudah bahagia di surga. Dia tetap bersedia hadir sebagai malaikat penolong, jika sewaktu-waktu diperlukan.

Hari ini kita memperingati Malaikat Pelindung yang selalu menuntun dan menolong kita. Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.”

Hati Allah selalu memandang mereka yang kecil, lemah dan menderita. Maka Allah melindungi mereka dengan mengutus malaikat-malaika-Nya. Malaikat itu hadir dalam diri orang-orang baik yang diutus menolong kita.  Selalu ada malaikat penolong di sekitar kita. Maka jangan takut menghadapi apapun, malaikat penolong siap menuntun kita.

Lagu indah di bawah ini, bisa menguatkan kita.

Kula tansah dipun jagi malaikat,
Juru pamong ingkang setya yekti.
Rinten dalu tansah nyuwun ken rahmat,
Kang supados gesang amba murni.

Wonogiri, terimakasih malaikatku
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki