Puncta, 6 Desember 2024
Jumat Adven 1 Matius 9: 27-31 SUATU kali saya naik KRL dari Jogjakarta ke Solo. Kereta sudah mulai penuh dengan penumpang. Bahkan baru sampai Stasiun Lempuyangan saja, kursi-kursi sudah terisi, tak ada sisa. Akibatnya banyak orang berdiri berdesak-desakan. Ada seorang nenek tua membawa cucu-cucunya mau piknik ke Solo. Nenek itu berdiri di antara para penumpang. Tak ada seorang pun peduli, memberikan tempat duduk. Padahal di dinding kereta ada peringatan: “Prioritaskan para lansia, ibu hamil dan kaum difabel.” Orang-orang yang duduk di kursi menyibukkan diri dengan main HP dan pura-pura tidak melihat kondisi nenek tua itu. Saya merasa kasihan kalau nenek tua ini tidak tahan berdiri. Saya persilahkan dia duduk dengan cucunya. Saya masih bisa kuat berdiri. Sampai Stasiun Purwosari saya baru mendapat kursi kosong. Yesus menolong orang buta dan orang bisu. Ia menyembuhkan mereka karena belas kasihan kepada orang-orang yang menderita. Yesus senantiasa mengedepankan belas kasih kepada orang lain. Kasih adalah dasar pelayanan bagi sesama. Melihat penderitaan orang, kesulitan dan beban sesama, sakit dan kesedihan orang lain membuat Yesus bertindak membantu dan meringankan beban mereka. Peka dan peduli pada orang-orang sekitar yang menderita itulah yang mendasari tindakan Yesus untuk “cawe-cawe” menolong. Pedulikah kita akan penderitaan sesama di sekitar kita? Atau sudah tumpulkan hati kita melihat beban penderitaan orang lain? Kitab Suci mencatat, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” Belas kasih membuat hati Yesus tergerak untuk menolong. Kita juga diajak untuk tergerak hati melihat penderitaan sesama. Orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakan adalah orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu yang kuat. Orang yang demikian hidupnya akan memiliki kebahagiaan karena dibangun atas dasar belas kasih. Kebahagiaan yang tumbuh karena belas kasih akan kekal selamanya. Sedang kebahagiaan karena materi, kuasa dan popularitas hanyalah sesaat saja. Marilah kita menabung kebahagiaan yang kekal dengan mewujudkan belas kasihan pada sesama kita. Bunga mawar jatuh di rerumputan, Ditaruh di kepala sebagai hiasan. Melayani dengan penuh belas kasihan, Kita akan bahagia penuh kelimpahan. Wonogiri, mari berbela rasa Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |