Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Percaya Setahap demi Setahap

4/24/2025

1 Comment

 
Puncta 24 April 2025
Kamis Oktaf Paskah
Lukas 24: 35-48

PERISTIWA Kebangkitan adalah sesuatu yang baru dan asing bagi para murid. Mereka sulit memahami bagaimana Yesus bangkit dari kematian. Masing-masing mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.

Dua orang murid yang pulang ke Emaus mendapati Yesus berjalan bersama mereka. Ia juga makan bersama saat memecah-mecahkan roti. Berbeda dengan para perempuan yang berjumpa dengan Yesus di makam.

Mereka saling meragukan dan menganggap pengalaman itu sebagai omong kosong. Mereka bahkan salah menduga kalau Yesus itu adalah hantu. 

Secara bertahap dan perlahan-lahan, Yesus membimbing pemahaman mereka bahwa Ia sekarang bangkit dan hidup kembali.

Yesus meminta ikan untuk dimakan. Mereka memberi-Nya ikan bakar, bukan ikan goreng. Yesus makan di hadapan mereka. 

Ini mau membuktikan bahwa Ia bukan hantu seperti yang mereka kira. Hantu tidak makan ikan, tetapi makan kemenyan.

Yang mau disampaikan intinya adalah bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup lagi. Ia hadir secara nyata menyertai kita semua. 

Walaupun peristiwanya berbeda-beda tetapi intinya adalah Yesus hidup bersama kita. Ia masih hidup menyertai kita.

Selama empat puluh hari Yesus membimbing mereka, menampakkan Diri kepada mereka. Saat bekerja menjala ikan, saat dalam perjalanan, saat di rumah dan dimana pun, Yesus tetap hidup menyertai dan mendampingi kita.

Peristiwa Paskah adalah saat ketika kita menyadari dibimbing, ditemani, dituntun oleh Tuhan Yesus. Kita sadar bahwa Dia ada bersama kita dalam suka duka perjalanan hidup kita. 

Sadarilah bahwa Yesus ada di dekat kita. Itulah Paskah kita. Yesus hadir di mana pun bersama kita. Pernahkah kita mengalami Paskah?

Naik perahu diombang-ambing di samudera,
Terbawa arus sampai di daratan singapura.
Paus Fransiskus adalah Bapa dan Gembala,
Ia menghadirkan Kristus yang penuh cinta.

Wonogiri, Yesus bersama kita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Tidak Berjalan Sendiri

4/23/2025

0 Comments

 
Puncta 23 April 2025
Rabu Oktaf Paskah
Lukas 24: 13-35

ADA banyak orang mengalami kehilangan harapan. Mereka putus asa menghadapi persoalan hidup dan masa depan yang sangat gelap. 

Hal ini telah dialami oleh ribuan karyawan PT. Sritex di Sukoharjo, Solo yang dirumahkan. 

Mereka mengalami kebingungan dan putus asa. Apalagi menjelang lebaran aneka kebutuhan pokok melambung tinggi. Sedangkan pesangon tidak segera dicairkan. 

Mereka harus menghidupi keluarga. Harapan yang melambung tinggi akhirnya terpuruk oleh pepesan kosong.

Sebelumnya mereka berharap pada janji pemerintah  yang mengatakan bahwa tidak akan ada PHK. Ternyata janji tinggal janji. 

Orang Jawa bilang, “Esuk dhele sore tempe.” Pemimpin yang “mencla-mencle” tidak dapat dipercaya. 

Banyak orang mengalami kekecewaan menghadapi realita hidup. Slogan “Indonesia Gelap” menunjukkan apa yang diharapkan masyarakat tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Situasi kekecewaan, putus asa dan muram itulah yang sedang dialami dua orang murid yang pulang ke Emaus. Mereka mempunyai harapan tinggi terhadap Yesus. Mereka berharap Yesus bisa membebaskan Israel dari penindasan Romawi.

Tetapi harapan itu kandas karena Yesus mati di kayu salib. Mereka putus asa. Mereka pulang kampung dengan muka muram. Bahkan mereka dinilai sebagai orang yang bodoh dan lamban hati.

Yesus datang menemani perjalanan mereka. Yesus menjelaskan bahwa Mesias harus menderita semua itu untuk menyelamatkan seluruh bangsa. 

Ia juga menjelaskan isi kitab suci yang menubuatkan tentang Mesias. Mereka sedikit mengalami pencerahan.

Ketika dalam perjamuan (Ekaristi) Yesus memecah-mecah roti, mereka baru tersadar bahwa Yesus sejak tadi berjalan bersama mereka; menemani, menuntun, membimbing langkah mereka.

Dalam Ekaristi, Tuhan hadir menguatkan para murid yang putus asa dan sedih. Kita tidak berjalan sendirian. 

Tuhan senantiasa hadir di tengah kesulitan dan keputusasaan. Marilah kita tetap terbuka terhadap kehendak-Nya. Tuhan hadir dalam peziarahan hidup kita. Kita tidak berjalan sendiri.

Indonesia sedang gelap gulita,
Di langit ada matahari kembar tiga.
Kalau kita gagal dan putus asa,
Cari teman yang bisa diajak bicara.

Wonogiri, jangan putus asa, Tuhan selalu ada.
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kenal Pribadi, Mengubah Relasi

4/22/2025

1 Comment

 
Puncta 22 April 2025
Selasa Oktaf Paskah
Yohanes 20: 11-18

ROMO MARTONO pernah menjadi pamong di Seminari Menengah Mertoyudan. Dia mampu mengenali semua siswa. Tidak hanya siswa di Medan yang dia pamongi, tetapi juga murid-murid di medan lain.

Dia hapal nama-nama para seminaris. Dia mudah bergaul dan sering terjun langsung dalam kegiatan para seminaris. Mulai dari opera bersama, olahraga dan bahkan dia tidak sungkan-sungkan makan bersama siswa di refter besar.

Kalau dia memimpin misa, saat membagi komuni, dia menyebut satu per satu nama siswa yang maju. “Tubuh Kristus, Sandy. Tubuh Kristus Tomy, Tubuh Kristus Hari, Tubuh Kristus Lastsendy.” 

Menyebut nama tidak sekedar tahu, tetapi dia mengenal secara pribadi dan dekat dengan murid-muridnya. Menyebut nama berarti juga mempunyai relasi yang kuat dan mendalam. 

Ketika Maria Magdalena sedang bingung, sedih dan putus asa, dia tidak mengenali siapa yang ada didekatnya. Yesus menampakkan diri di situ, tetapi Maria Magdalena tidak menyadarinya.

Bahkan Maria menduga orang itu sebagai tukang penjaga taman. Kebingungan sering membutakan mata. Kebimbangan mudah menggelapkan hati. Keputusasaan sering mengacaukan pikiran. Maria tidak mampu mengenali siapa yang berada di dekatnya.

Baru setelah Yesus menyapa namanya, “Maria,” ia tidak lupa suara khas dan intim yang sering memanggilnya. Panggilan mesra seseorang akan menggugah hati dan ingatan akan adanya relasi khusus.

Maria langsung hapal pada suara itu. Ia langsung menjawab, “Rabuni.” Hanya Yesus Sang Guru yang punya suara itu. Ia langsung sujud menyembah-Nya. Dialah perempuan pertama yang didatangi Yesus setelah kebangkitan-Nya.

Tidak hanya dikasihi, Maria juga diutus menjadi pewarta kebangkitan yang pertama. “Aku telah melihat Tuhan,” adalah pewartaan Maria untuk mengawali tumbuhnya iman bagi murid-murid yang lain.

Apakah kita juga berani menjadi pewarta kabar sukacita kepada orang lain? Apakah Maria Magdalena bisa menginspirasi kita untuk berani bersaksi di tengah ketakutan, kesedihan dan keputusasaan dunia saat ini?

Minum juice segar di hari siang,
Sambil berendam di tengah kolam.
Menyebut nama dengan sayang,
Tanda relasi yang makin mendalam.

Wonogiri, mengenal secara mendalam
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Kebohongan Sistematis

4/21/2025

0 Comments

 
Puncta 21 April 2025
Senin Oktaf Paskah
Matius 28: 8-15

DALAM dunia modern yang dijejali dengan berbagai informasi ini, kita mesti hati-hati dan waspada. Ada banyak berita-berita bohong yang disebar tanpa sumber yang pasti. 

Berita hoax atau kabar bohong dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mencari keuntungan pribadi atau korporasi.

Orang-orang munafik cenderung memanipulasi kebohongan untuk tujuan yang egoistik dan pragmatis. Orang-orang seperti ini pandai membuat alasan-alasan logis untuk membenarkan tindakannya. Kata-katanya sangat logis dan masuk akal. 

Kaum munafik itu sering melakukan kebohongan tanpa merasa bersalah. Secara psikologis, mereka cenderung narsistik, ingin berkuasa, butuh pengakuan sosial, suka puji-pujian yang melambungkan harga diri.

Mari kita pelajari apa yang dilakukan para imam-imam kepala berhadapan dengan peristiwa kebangkitan. Merekalah yang dikritik oleh Yesus sebagai kaum munafik. Mereka adalah para pemimpin agama yang punya kekuasaan.

Mereka sering tampil dihormati di depan umum. Mereka punya banyak pengagum dan pengikut fanatik. Pastilah jika orang banyak mengetahui bahwa Yesus bangkit, orang-orang akan meninggalkan mereka.

Maka dibuatlah kebohongan yang sistematis agar khalayak ramai tidak mempercayai apa yang disampaikan para murid. 

Mereka menyuap para penjaga makam dengan memberi uang. Kebohongan sistematik melibatkan banyak kelompok; imam-imam kepala; tua-tua; para serdadu, wali negeri, juga harus ada modal yang besar.

Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa."

Sebagai murid Kristus, kita diajak memberitakan kebenaran. Jangan percaya – apalagi menyebarkan berita bohong. Kemunafikan pada saatnya akan terbongkar. 

Kebenaran selalu mencari jalannya sendiri. Tetaplah konsisten berpijak pada nilai-nilai kebenaran. Hidup akan aman dan damai.

Habis bensin langsung beli pertamax,
Mau beli barang bekas di pasar loak.
Jangan suka sebarkan berita hoax,
Hidup bisa hancur lebur dan soak.

Wonogiri, wartakan kebenaran dan kedamaian
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Hercule Poirot; Detektif yang Cerdik

4/20/2025

0 Comments

 
Puncta 20 April 2025
Minggu Paskah 
Yohanes 20: 1-9

AGATHA CHRISTIE adalah penulis novel detektif yang handal. Ia punya tokoh detektif cerdik yang mampu memecahkan berbagai kasus-kasus pelik dan sulit. Hercule Poirot nama detektif itu.

Novel-novel Agatha sangat disukai oleh pembacanya. Ia pintar mengajak pembaca ikut larut dalam teka-teki persoalan pembunuhan. 

Judul-judul novel ini sangat familier di tangan pembaca; Pembunuhan Roger Ackroyd, Kematian di Sungai Nil, Pembunuhan di Orient Express.

Poirot sering menemukan jejak-jejak kecil yang dtinggalkan oleh pembunuhnya. Misalnya, tiket kereta api, sapu tangan, tissue atau cangkir minuman. 

Barang-barang itu menjadi pintu masuk mengembangkan motif terjadinya pembunuhan.

Membaca Injil Yohanes dalam perikope ini serasa membaca kisah detektif tentang peristiwa kebangkitan. 
Ada banyak teka-teki tentang kebangkitan. 

Bahkan para pemimpin Yahudi mengarang cerita bahwa murid-murid mencuri jenasah-Nya untuk mengelabui banyak orang. Mereka menyuap para prajurit untuk menyebarkan berita bohong itu.

Namun penulis Injil menceritakan dengan detail bagaimana Petrus dan murid yang lain melihat bukti kecil berupa kain. 

Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.

Bagaimana seorang pencuri bisa meninggalkan kain peluh yang sudah tergulung rapi berada di dekat kain kafan yang dipakai mengafani jenasah Yesus? 

Tidak mungkinlah pencuri melipat dengan rapi kain peluh dan kain kafan dan meninggalkannya dengan tertata.

Kain peluh dan kain kafan itu memberi jejak kecil. Belum menjadi kesimpulan, tetapi mengarah bahwa Yesus tidak ada di makam. 

Sabda Yesus sendirilah yang mengingatkan mereka bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga.

Setelah mereka mempelajari Kitab Suci, mencocokkan dengan bukti-bukti di lapangan, mereka baru mengerti dan meyakini bahwa Yesus bangkit dari kematian. 

Iman memerlukan proses setahap demi setahap. Para murid pun perlahan-lahan dibimbing memahami dan menjadi percaya kepada Kristus yang bangkit.

Bagaimanakah dengan proses iman kita kepada Tuhan? Marilah kita berproses, cermat melihat tanda-tanda dan peka membuka hati kepada Tuhan.

Jalan-jalan di Matahari.
Tidak panas malah sejuk di hati.
Kebangkitan adalah misteri,
Dengan iman kita bisa memahami.

Wonogiri, selamat Paskah 2025
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Dukacita Menuju Sukacita

4/19/2025

0 Comments

 
Puncta 19 April 2025
Sabtu Suci
Lukas 24: 1-12

KEMATIAN selalu membawa kehilangan. Kematian meninggalkan perasaan duka yang mendalam, kesedihan yang menyesakkan. Demikian itu yang dialami oleh para perempuan yang mengikuti Yesus.

Selayaknya tradisi waktu itu, mereka datang ke kubur untuk memburati jenasah Yesus dengan rempah-rempah. Duka dan kesedihan mereka yang belum habis, ditambahi lagi dengan peristiwa yang tak disangka-sangka.

Batu penutup kubur sudah terguling dan mayat Yesus tidak ada di dalam kubur. Mereka termangu, bimbang dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Pertanyaan besar menghujam pikiran mereka. Apa yang terjadi?

Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. 

Kalimat ini mengingatkan pembaca Injil dengan peristiwa Yesus berubah rupa di atas gunung dan saat Yesus terangkat naik ke surga.

Ada dua orang berdiri dengan pakaian yang berkilau-kilauan. Ini adalah peristiwa kemuliaan Yesus seperti di Gunung Tabor dan Bukit Zaitun saat Yesus naik ke surga. 

Kebangkitan adalah peristiwa mulia yang hanya bisa dimengerti dengan kacamata iman. Bagi mereka yang percaya, perlahan-lahan dibimbing oleh Tuhan untuk memahami peristiwa itu.

Pesan dua orang yang berpakaian berkilauan itu menjelaskan apa yang sedang mereka alami. 

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

Yesus hidup. Ia bangkit dari kematian. Itu telah dikatakan sebelumnya kepada para murid-Nya. Merekalah yang kemudian menjadi pewarta pertama tentang kebangkitan. Para perempuan itu menjadi “Apostola Apostolorum” pemberita pertama kepada para rasul. 

Para perempuanlah yang pertama-tama mendapat berita kebangkitan. Mereka yang pertama mengabarkan kepada para murid yang lain. Kendati para murid tidak percaya, namun mereka menjadi pekabar pertama. 

Kebangkitan Kristus membawa dukacita menjadi sukacita, kesedihan menjadi kegembiraan. Gelap menjadi terang, kematian menjadi kehidupan. Putus asa menjadi berpengharapan. Hidup menjadi lebih bercahaya.

Habis gelap terbitlah terang,
Kartini Pahlawan perempuan.
Hari Paskah sudah datang,
Yesus bangkit bawa keselamatan.

Wonogiri, selamat Hari Raya Paskah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Maximilianus Kolbe dan Kristus

4/18/2025

0 Comments

 
Puncta 18 April 2025
Jum’at Agung
Pengenangan Wafat Kristus
Yohanes 18:1 – 19:42

RAYMOND KOLBE kecil lahir di Polandia tahun 1894. Ia masuk menjadi imam Fransiskan pada 1907 dan mengambil nama Maximilianus. 

Rasa cinta dan hormatnya kepada Bunda Maria, menggerakkan hatinya untuk menambahkan nama itu menjadi Maximilianus Maria Kolbe.

Pada tahun 1938, tentara Nazi menyerbu Kota Immaculata Polandia. Pada tahun 1941, kaum Nazi menangkap Pastor Maximillianus Kolbe. Mereka menjatuhkan hukuman kerja paksa di Auschwitz.

Baru tiga bulan di kamp, ada tahanan yang melarikan diri. Kaum Nazi mengambil 10 orang secara acak untuk dihukum mati di bunker kelaparan. 

Salah satu dari mereka adalah Franciszek Gajowniczek, seorang suami yang harus menghidupi istri dan anak-anaknya. Ia merengek dan memohon agar tidak dihukum mati.

Pastor Maximillianus Kolbe merasa iba dan jatuh belas kasihannya. Ia minta kepada komandan Nazi untuk menggantikan Franciszek Gajowniczek. Pastor itu digiring masuk bunker bersama 9 orang lainnya tanpa diberi makan.

Di dalam bunker, Maximilianus menghibur, menguatkan dan mendoakan mereka. Sampai akhirnya mereka semua mati kelaparan. 

Maximilianus akhirnya disuntik carbolic acid untuk mempercepat kematiannya pada tanggal 14 Agustus 1941.

Franciszek Gajowniczek hidup bahagia bersama keluarganya dengan usia lanjut. Ia menghadiri penghormatan kanonisasi Pastor Maximilianus Kolbe di Vatikan tahun 1982 oleh Santo Yohanes Paulus II.

Pada Jum’at Agung ini, kita merayakan Kristus yang wafat untuk menyelamatkan kita. Ia mengorbankan Diri-Nya agar kita memiliki kebahagiaan kekal bersama Bapa di sorga. Kristus mengambil kedudukan kita sebagai orang yang dihukum.

Kita adalah orang-orang berdosa yang sepantasnya dihukum. Tetapi Kristus menggantikan kita agar kita bebas dari hukuman dan hidup bahagia sebagai anak-anak Allah. 

Janganlah sia-siakan hidupmu, karena hidupmu telah ditebus oleh darah Kristus. 

Jalan-jalan ke kota Jordania,
Ada gurun ditumbuhi kaktus.
Hidup kita sangat berharga,
Karena ditebus darah Kristus.

Wonogiri, Jum’at penuh berkat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Guru; “Digugu lan Ditiru”

4/17/2025

0 Comments

 
Puncta 17 April 2025
Kamis Putih 
Yohanes 13: 1-15

SEBAGAI seorang Guru atau Rabi di tengah-tengah orang banyak, Yesus tidak hanya mengajarkan teori-teori. Yesus mengajar berkeliling ke mana-mana.

 Ia juga berkarya menyembuhkan banyak orang sakit, berbuat baik kepada semua orang.

Apa yang diajarkan juga dilaksanakan dalam praktek hidup sehari-hari. Ia sungguh-sungguh bertindak sebagai Guru yang “digugu lan ditiru,” artinya dipatuhi dan diteladani tutur kata dan perilakunya.

Ia mengajarkan tentang kasih dan pengampunan, pelayanan dan kerendahan hati. Pengajaran-Nya diwujudkan dalam contoh-teladan nyata. Kepada para murid-Nya, Ia membasuh kaki mereka sebagai tindakan kasih dan kerendahan hati.

Warisan ajaran-Nya diberikan secara khusus kepada murid-murid-Nya. Ketika perjamuan malam, Ia melayani seperti seorang hamba. Ia membasuh kaki para murid-Nya yang diangkat sebagai “tuan.” Ia sendiri mengambil rupa sebagai hamba.

Ia meminta kepada para murid-Nya untuk tidak meninggikan diri, tetapi berani merendahkan diri satu sama lain. 

Ia berpesan, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Murid yang baik dan dinilai lulus adalah jika ia mampu melaksanakan perintah dan ajaran gurunya. Kita semua adalah murid-murid-Nya, mampukah kita menjalankan apa yang diperintahkan Yesus, Sang Guru Sejati kita?

Maukah kita melayani dan mengasihi saudara-saudara kita yang kecil, lemah dan tersingkir sebagaimana Yesus mengasihi mereka? 

Maukah kita merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi mereka yang kesulitan?

Perayaan perjamuan malam terakhir bersama Yesus adalah pelajaran nyata bagi kita tentang mengasihi tanpa pamrih dan tidak terbatas. Kita adalah orang yang dikasihi Allah, maka kita pun diajak saling mengasihi sesama.

Joko Tingkir ke kota naik buaya,
Berjajar empatpuluh ekor jumlahnya.
Kasih tidak perlu banyak kata-kata,
Kasih terwujud dalam perbuatan nyata.

Wonogiri, mengasihi tanpa kata
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Konspirasi Kepentingan

4/16/2025

0 Comments

 
Puncta 16 April 2025
Rabu Pekan Suci
Matius 26: 14-25

JUMA’AT AGUNG, 14  April 1865 adalah hari naas bagi Abraham Lincoln, presiden Amerika. Ia ditembak saat sedang menonton teater di panggung oleh pendukung Konfedarasi yakni John Wilkes Booth.

Lincoln adalah Pemimpin Kubu Union di Utara melawan Kubu Konfederasi di selatan. Mereka saling berperang karena berbeda pandangan politik. Perang ini juga disebut perang saudara di Utara dan Selatan. 

Lincoln ingin menghapus perbudakan, sedang kubu Konfederasi tidak menyetujuai. Dendam pihak Konfederasi dipicu oleh kekalahan perang di wilayah Barat yang dipimpin Jendral Ulysees Grant.

Para konspirator berusaha menyingkirkan Lincoln karena kebijakan-kebijakannya yang tidak mereka dukung. Booth adalah aktor di teater Ford.

 Ia menjadi pelaksana pembunuhan di hari Jum’at Suci itu. Ia loncat dari balkon dan berteriak, ”Sic semper tyranis!!” 

Yudas Iskariot berkonspirasi dengan para pemimpin bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan kaum Farisi yang tidak suka dengan sepak terjang Yesus. 

Imam-imam kepala kawatir Yesus banyak membuat mukjizat. Kaum Farisi benci karena Yesus dianggap merusak hukum Taurat. Yudas Iskariot mata duitan sebagai bendahara kelompok.

Berbagai kepentingan itu menyatu. Yudas berkhianat dengan menjual Yesus kepada para imam kepala dengan 30 keping perak. Dengan uang segalanya bisa dikalahkan. 

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Kata Yesus memberi peringatan. 

Pernyataan ini membuat para rasul menjadi sedih dan bingung sehingga bertanya, “Bukan aku ya Tuhan?”. 

Mereka sadar bahwa setiap orang bisa berpotensi untuk menjadi pengkianat dan memang ada yang sungguh-sungguh melakukannya walaupun Yudas saat itu juga berkata, “Bukan aku ya Rabi?”

Berhati-hatilah dengan uang. Dimanakah kesetiaanmu; kepada uang atau kepada Tuhan? Kebenaran akan mencari jalannya dan menampakkan dirinya sebagai keutamaan.

Sungguh indah wisata Raja Ampat
Sayang ongkosnya berlipat-lipat.
Demi uang orang bisa berkhianat,
Dari awalnya sahabat jadi penghojat.

Wonogiri, pembaharuan janji imamat.
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Musuh Dalam Selimut

4/15/2025

0 Comments

 
Puncta, 15 April 2025
Selasa Pekan Suci
Yohanes 13: 21-33.36-38

HAMPIR di setiap kudeta selalu ada orang dalam yang bermain. Julius Caesar dikhianati oleh orang dekatnya sendiri, Brutus yang sudah dianggap sebagai anaknya. 

Ketika mengerang bersimbah darah menuju ajal, Caesar melihat Brutus dan berkata, “Tu quoque, Brute, fili mi.” (Kamu juga Brutus, anakku).

Di Tanah Jawa, kisah-kisah pengkhianatan sering terjadi di istana-istana kerajaan. Kudeta berdarah menimpa Akuwu di Tumapel yang dibunuh oleh Ken Arok yang melibatkan orang-orang terdekatnya. 

Orang-orang dalam itu seperti Tohjaya, Kebo Ijo, Ken Dedes, Anusapati. Banyak orang yang terlibat. Tentu ada aktor intelektualisnya yang bermain di sebuah kudeta. 

Keterlibatan mereka didasarkan pada kepentingan; kekuasaan, ekonomi-bisnis, agama dan kebijakan.

Dalam dunia politik ada adagium “Tidak ada kawan yang abadi. Yang ada adalah kepentingan.” Sekarang jadi kawan, besuk jadi lawan. Begitu juga bisa sebaliknya. 

Kita bisa melihat di kursi-kursi kekuasaan itu, yang dulu bertentangan sekarang bergandengan tangan. Tapi besuk bisa juga menikam dari belakang.

Dalam perjamuan makan bersama murid-murid-Nya, Yesus membicarakan tentang pengkhianatan. , “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

Pengkhianatan bisa terjadi di mana saja; di keluarga, tempat kerja, instansi, kekuasaan bahkan juga di dalam relasi privat. 

Ada musuh dalam selimut. Pengkhianatan justru sering dilakukan oleh orang dalam, sahabat, orang yang dicintai, orang dekat. 

Apakah makna relasi pribadi dengan orang-orang di sekitar kita? Apakah kita siap membangun loyalitas dan kesetiaan dalam relasi itu? 

Biyen antem-anteman saiki jabat tangan,
Biyen adol pupu papa saiki dadi pupu papat.
Yang dulu berteman sekarang jadi lawan,
Yang dulu menghojat sekarang jadi sahabat.

Wonogiri, tiada kawan yang abadi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki