Puncta 12 Oktober 2025
Minggu Biasa XXVIII Lukas 17:11-19 KALAU musim ujian sekolah atau semesteran, bangku-bangku gereja St. Yohanes Rasul Pringwulung penuh dengan siswa-siswi atau mahasiswa yang mengikuti misa pagi. Yang tidak pernah misa pun, ikut datang pagi-pagi. Gereja ini dikelilingi oleh kost-kost-an, apartemen dan kontrakan mahasiswa yang belajar di Yogyakarta. Mereka meminta ujud doa agar lulus ujian dan berhasil menyelesaikan study dengan lancar. Setelah misa mereka masih mampir lagi di depan Bunda Maria untuk memohon doa restu dan bantuan pertolongannya. Namun sebaliknya kalau musim ujian sudah berlalu, gereja itu lengang dan sepi. Hanya orang-orang tua saja yang mengikuti misa pagi. Bangku-bangku itu kosong. Kemana para pelajar dan mahasiswa yang kemarin khusuk berdoa dan sudah berhasil lulus studynya? Itulah yang terjadi dengan sepuluh orang kusta yang datang berseru kepada Tuhan, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Hanya satu yang datang kembali dan bersyukur kepada Tuhan. Sembilan yang lainnya lupa berterimakasih atas pentahirannya. Kita sering berbuat demikian juga. Kalau sudah diberi lupa berterimakasih. Lupa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Kalau sedang menderita, berbeban berat, kita memohon-mohon dan menjerit pada Tuhan. Tetapi kalau sudah diberi pertolongan lupa mengucap syukur. Belajarlah bersyukur seperti orang Samaria itu Ingat lagunya Elvi Sukaesih, Mendayu-dayu bikin hati perih. Jangan lupa berterima kasih, Pada Tuhan yang Maha Pengasih. Wonogiri, ayo berterimakasih Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |