Puncta 5 Agustus 2025
Selasa Biasa XVIII Matius 14:22-36 PENGALAMAN sakit yang sangat parah dan berat sampai pada batas daya kemampuan pernah dialami oleh Rm. Didiek yang sekarang menjadi anggota Trapist di Tilburg Belanda. Dia mengalami kritis dan koma selama sebelas hari. Kalau tidak ada mukjizat Tuhan, hampir tak tertolong. Dia sudah mengintip pintu sorga. Perlahan tapi pasti dia pulih dari sakitnya. Kini dia bisa menjalani kehidupan secara normal kembali. Sungguh mengagumkan karya Tuhan. Dalam sharingnya, sesudah sembuh, dia ditanya oleh Romo Abas, pemimpinnya. “Apakah kamu marah kepada Tuhan dengan keadaan ini?” Romo Didiek balik bertanya, “Marah? Saya tidak bisa marah pada Tuhan. Tuhan itu baik. Dia sangat mengasihi saya.” Seringkali kalau kita menghadapi sakit yang parah, atau beban penderitaan yang berat, kita memberontak pada Tuhan. Kita marah dan protes kepada Tuhan karena pencobaan yang berat ini. Mengapa harus saya yang menderita seperti ini? Mengapa Tuhan tidak menolong saya? Mengapa Tuhan tidak bertindak? Mata hati kita dibutakan oleh penderitaan atau beban kesulitan sehingga kita keliru memandang Tuhan. Begitulah yang dialami para murid ketika mereka menyebarang dengan perahu, menantang badai dan angin sakal. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Ketika hidup terombang-ambing oleh permasalahan dan angin sakal menerjang mereka, para murid tidak melihat Tuhan datang, tetapi mereka mengira itu “hantu.” Mereka dibutakan oleh penderitaan. Mereka sangat ketakutan. Dalam kecemasan, Tuhan tidak tampak. Begitu pula Petrus saat diberi kesempatan bisa berjalan di atas air, karena ada angin sakal, dia ragu-ragu dan tenggelam. Dia tidak merasakan bahwa Tuhan ada di dekatnya. "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" kata Yesus. Masalah yang berat bisa membuat mata kita tidak jernih melihat Tuhan. Padahal “Gusti mboten sare,” Tuhan tidak tidur. Dia ada di dekat kita dan siap menolong. Tetapi karena kurang percaya, kita malah tenggelam. Semakin ujian kita berat, semakin kita ajak Tuhan untuk mendekat. Semakin beban hidup tak tertanggung, kita mohon Tuhan mendukung. Semakin rasa takut mendera, kita harus makin percaya pada-Nya. Jika harapan kita makin pudar, Tuhan menanti kita dengan sabar. Jangan patah semangat, Tuhan akan bertindak dengan tepat. Jangan pernah bimbang, tanpa diundang Tuhan pasti datang. Kalau sakit baiknya minum jamu, Cepat sembuh tidak tidur melulu. Apapun derita dan kesulitanmu, Mohonlah, Tuhan akan membantu. Wonogiri, jangan bimbang dan ragu Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |