|
Puncta 10 November 2025
Pw. St. Leo Agung, Paus Lukas 17:1-6 atau Ruybs SUATU hari Christy Jones menerima surat elektronik di alamat emailnya. Surat itu berasal dari seorang perempuan yang tidak dikenalnya. “Kamu tidak mengenalku. Tetapi ketahuilah, aku sudah tidak berpacaran lagi dengan suamimu. Maafkan aku… atas segala rasa sakit yang telah kuperbuat terhadapmu.” Demikian isi surat itu. “Saat itu saya merasa hancur dan tak berdaya,” kata Christy Jones. Ia berusaha tenang untuk menghubungi suaminya di kantor. “Maafkan aku sayang, aku telah mengkhianatimu,” kata sang suami penuh sesal. Suami Christy mengaku telah empat bulan berselingkuh dengan rekan kerjanya di kantor. Christy mengalami perang batin antara memaafkan atau meninggalkan suaminya. Namun dengan berani dia mengambil keputusan untuk memaafkan. Ini (memaafkan) adalah hal yang paling sulit saya lakukan,” ujar Christy. “Tetapi Tuhan menolong saya untuk tidak menyimpan dendam. Itu lebih melegakan dan membuat ringan.” Mereka kemudian memperbaharui janji perkawinan di hadapan imam. Christy berkata, “Kini kami menjalani perkawinan lebih kuat. Dan saya tidak menyesal mengalami peristiwa ini. Pengampunan adalah obat yang menyembuhkan” Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya agar berani mengampuni kesalahan sesama. “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Tidak ada orang yang sempurna di hadapan Tuhan. Kita pasti pernah berbuat salah. Tetapi dengan pengampunan kita bisa menyelamatkan relasi dengan sesama. Memang kata itu mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Walau sulit, tetapi tidak berarti tidak bisa dilakukan. Ada banyak tokoh besar bisa hidup damai dengan pengampunan. Sebutlah misalnya Nelson Mandela. Mahatma Gandhi dan lainnya. Yesus tidak hanya mengajarkan dengan nasehat, tetapi Dia sendiri mengampuni orang yang telah menyalibkan-Nya. “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat.” Hidup akan menjadi damai dan bahagia, kalau kita berani mengampuni orang-orang yang menyengsarakan kita. Mancing ikan di pinggir kali, Ikannya direbus pakai kuali. Dibutuhkan kerendahan hati, Agar kita bisa mengampuni. Wonogiri, rela mengampuni sesana. Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed