Puncta, 3 Januari 2025
Jum’at Masa Natal Yohanes 1: 29-34 SAYA mengagumi ceramah-ceramah Buya Syakur di kanal Youtube. Beliau tidak banyak melucu, apalagi dengan kata-kata kasar dan teriak-teriak. Tutur katanya santun, sejuk, membawa damai dan tentram. Beliau juga tidak menjelek-jelekkan orang lain, tetapi mengajak pendengarnya untuk kritis mencari nilai-nilai kebenaran. Banyak pengkotbah yang suka menjelek-jelekkan pihak lain dengan mengaku-aku sebagai mantan suster, mantan pastor, lulusan universitas Vatikan. Mereka mencari pengakuan diri walau sebenarnya menipu banyak orang. Anehnya, para pendengarnya kok ya “manthuk-manthuk setuju” saja. Baru sebulan jadi aspiran (calon) sudah mengklaim jadi suster. Baru kelas 0 di seminari kecil sudah ngaku jadi pastor. Ikut retret pengenalan diri sudah dianggap bagian pendidikan jadi biarawan. Hanya jalan-jalan ikut rombongan ke Vatikan sudah ngaku lulusan universitas Vatikan. Kalau orang cerdas tahu bahwa kampus-kampus seperti Gregoriana atau Urbaniana tidak berada di Vatikan, tetapi di kota Roma. Aneh juga kalau mewartakan kebenaran iman kok harus pakai tipu-tipu, ngarang-ngarang atau memanipulasi data diri. Pewarta sejati mewartakan kebenaran, bukan mencari popularitas atau ketenaran. Yohanes Pembaptis adalah pewarta iman yang sesungguhnya. Ia mengarahkan orang pada kebenaran sejati yang telah diwahyukan kepadanya. Yohanes tidak mengklaim diri sebagai pembawa Terang. Dia menghantarkan orang kepada Terang Sejati. Dia mengarahkan orang pada keselamatan sejati yaitu Kristus, Sang Anak Domba Allah. Ia berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” Yohanes tidak takut kehilangan pengikut. Tugasnya adalah membawa orang sampai pada keselamatan. Keselamatan ada pada Yesus, maka semua diarahkan untuk mengikuti Yesus. Mewartakan kebenaran harus didukung dengan nilai-nilai kebenaran, dan dihayati dalam peri hidupnya yang benar, tidak membohongi atau menipu orang. Kalau orang sudah berbohong pastilah isi pewartaannya juga dipertanyakan. Cak Lontong sering mengajak kita berlogika kritis dengan berkata, ”MIKIR……!!!” Kita jangan mudah dibodohi dengan pengkotbah-pengkotbah yang mencari popularitas dan kekayaan diri sendiri. Kita bisa menilai mana pewarta kebenaran yang sesungguhnya. Katanya lulusan terbaik Vatikan, Kok tidak fasih berbahasa Itali. Kalau kita mewartakan kebenaran, Jangan suka membohongi diri sendiri. Wonogiri, meneladan Yohanes Pembaptis Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |