Puncta 11 Juli 2025
Pw. St. Benediktus, Abas Matius 10: 16-23 SEPASANG suami istri yang baru tiga tahun menikah bertengkar hebat semalam suntuk. Mereka telpon saya mau berkonsultasi untuk datang pagi harinya. Saya menunggu kedatangan mereka sambil nyapu di halaman. Di dalam hati saya mohon bimbingan Tuhan. Dari kejauhan mereka datang naik sepeda motor, berboncengan. Dengan wajah masih menyimpan kemarahan mereka menemui saya. Saya bingung juga dengan situasi kaku dan tegang ini. Mau mulai dari mana? Sang istri membuka pembicaraan dalam kemarahan, “Romo, langsung saja, saya minta cerai dengan dia. Kami tidak cocok lagi.” Lalu pertengkaran tadi malam dilanjutkan lagi di ruang tamu. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. “Maaf,” saya menyela. “Tadi waktu kalian datang kemari naik motor berboncengan kan?” Mereka hanya mengangguk. Saya bertanya pada si istri, “Tadi kamu berpegangan di pinggang suamimu gak?” Istrinya hanya mengangguk. “Kalian bisa saling berboncengan, berpegangan tangan, berjalan bersama sampai Pastoran, bukankah ini rencana Tuhan untuk menyatukan kalian berdua?” tanya saya. “Nanti kalau pulang berboncengan lagi yang mesra, jangan sendiri-sendiri. Renungkan lagi di rumah dalam doa bersama. Tuhan pasti menolong kalian.” Mereka akhirnya pulang berboncengan. Esok berikutnya mereka telpon lagi. Tidak jadi bercerai, sudah saling memaafkan dan mau hidup bersama dengan baik. Yesus berkata: “Janganlah khawatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kalian katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada waktu itu juga. Karena bukan kalian yang berbicara, melainkan Roh Bapamu.” Seorang imam tidak akan mampu melakukan semuanya sendirian. Ada banyak masalah yang harus dihadapi. Ia mendengarkan keluhan, tangisan, derita, kesulitan banyak umat yang dilayani. Kalau tidak mengandalkan Tuhan, ia bisa depresi. Mungkin itu yang dialami oleh Pastor Matteo Balzano di Paroki Cannobio, Keuskupan Novara, Italia. Imam muda berusia 35 tahun itu ditemukan meninggal bunuh diri pada 5 Juli 2025 di kamarnya. Semua orang terkejut dan tidak menduga. Yesus sudah mengingatkan akan tugas berat seorang utusan. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Jika bukan karena Tuhan saja, kita tidak akan mampu menghadapi segala perkara. Imam juga seorang manusia yang rapuh seperti bejana tanah liat. Mari kita hanya mengandalkan Tuhan saja. Ketemu kawan-sahabat erat, Sambil menikmati kopi pekat. Beban hidup makin berat, Peganglah Tuhan setiap saat. Wonogiri, sepanjang jalan kenangan Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |