Puncta 25 Juli 2025
Pesta St. Yakobus, Rasul Matius 20:20-28 DIMANA saja seorang ibu pasti ingin agar anaknya berhasil dalam karier. Bisa menduduki jabatan di perusahaan, pemerintahan atau di sebuah partai politik. Maka dengan segala macam cara ditempuh agar anaknya berhasil. Menggunakan pendekatan KKN lewat hubungan kekerabatan. Memakai jalur hukum untuk mengubah undang-undang. Menempatkan orang-orang dekat di posisi penting sebagai pengambil keputusan. Bahkan kalau perlu menyuap atau menyogok dengan amplop berisi segepok uang dan menyingkirkan para pembangkang. Begitulah yang dilakukan oleh Tzu Hsi, sang ibu suri untuk menaikkan Pu Yi yang baru berusia 3 tahun supaya bisa naik tahta kerajaan. Pu Yi hanyalah kaisar bayangan. Yang berkuasa sesungguhnya adalah ibu suri Tzu Hsi sendiri. Kekuasaan atau tahta tidak hanya bagian kaum lelaki. Tetapi perempuan pun juga berambisi dan tergoda untuk menikmati tahta kekuasaan, entah diwakili anaknya atau dia sendiri yang menyetir dari belakang. Begitulah ibu Zebedeus juga tertarik pada kekuasaan. Ia meminta kepada Yesus agar anak-anaknya kelak dapat duduk sebelah kanan dan kiri Yesus ketika berkuasa. "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu," demikian pintanya. Tidak demikian dengan kehendak Tuhan. Kekuasaan itu bukan sebuah prestasi atau kehormatan belaka. Kekuasaan adalah wujud dari pelayanan nyata. Maka Yesus menasehati murid-murid-Nya; "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.” Sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani semua orang, demikianlah kita sebagai murid Yesus hendaknya mau saling melayani satu sama lain. Melayani bukan tindakan yang rendah atau hina. Justru melayani adalah wujud nyata dari tindakan kasih. Penguasa yang dihormati adalah dia yang mau melayani, bukan dilayani atau disanjung tinggi-tinggi. Tiba-tiba ada gajah di dalam kota, Mengejar banteng yang kesepian. Kekuasaan membuat mata jadi buta, Yang dulunya kawan bisa jadi lawan. Wonogiri, hati-hati godaan tahta Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |