|
Puncta, 26 Desember 2024
Pesta St. Stefanus, martir pertama Matius 10. 17-22 KOTA Yerusalem dikelilingi oleh benteng. Ada delapan pintu gerbang sebagai jalan memasuki kota itu. Pintu-pintu gerbang tersebut antara lain Damascus Gate, Herod's Gate, Lions's Gate, Golden Gate, Dung Gate, Zion Gate, Jaffa Gate, dan New Gate. Salah satu pintu gerbang yang ada di kota Yerusalem adalah Gerbang Singa. Pada zaman pembangunan kembali kota Yerusalem yang runtuh, Nehemia memulai pembangunannya dari pintu gerbang ini. Temboknya melingkari kota dan berakhir di gerbang ini juga. Pada masa kini, nama gerbang ini adalah Sint Stephen’s Gate, karena di dekat gerbang ini Stefanus diseret keluar kota dan dirajam sampai mati. Kemartiran St. Stefanus diceritakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Stefanus adalah salah satu diakon saleh waktu itu. Ini terlihat karena namanya tercantum di barisan pertama para diakon terpilih yang syaratnya antara lain “terkenal baik dan yang penuh roh dan hikmat. Ia banyak mengadakan mukjijat atas nama Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Tentu saja dia tidak disukai oleh kaum Yahudi, para imam dan tua-tua bangsanya. Ada sekelompok jemaat Yahudi dari luar daerah seperti Kirene dan Aleksandria, Kilikia dan Asia yang tak mampu menandingi hikmah Stefanus. Mereka kemudian memfitnah, menghasut dan menyebarkan berita bohong kepada kalayak ramai. Stefanus ditangkap dan dibawa ke Mahkamah Agama Yahudi. Saksi-saksi palsu diajukan. Mereka menuduh Stefanus telah menghina tempat kudus (Bait Suci) dan hukum Taurat. Berita bohong disebarkan bahwa Stefanus menghujat Musa dan Allah. Ia dibunuh dengan dirajam di luar kota Yerusalem, dekat Gerbang Singa. Kemartiran adalah salah satu wujud kesaksian iman. Kita dipanggil menjadi saksi Kristus kendati situasi sulit. Kita tetap harus menunjukkan kualitas murid-murid Kristus, berani menunjukkan diri sebagai orang-orang benar di tengah masyarakat. Kendati resiko besar harus kita hadapi. Beranikah kita jadi saksi-Nya? Hujan mengguyur kota sepanjang hari, Tak ada secercah pun sinar matahari. Orang benar akan selalu dibenci, Orang tidak suka kejahatannya diketahui. Wonogiri, jadilah saksi kebenaran Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 25 Desember 2024
Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus Kristus Lukas 2: 15-20 KATA-KATA para gembala inilah yang menjadi tema renungan kita pada perayaan Natal tahun ini. Waktu itu Betlehem adalah dusun kecil di selatan Yerusalem. Berjarak kurang lebih 10 km. Penduduknya banyak menjadi gembala domba, sebab ada padang Efrata tempat mereka menjaga domba-dombanya. Kota ini juga dikenal sebagai kota Daud, karena Raja Daud lahir dan tumbuh di Betlehem. Setelah mendengar kabar dari malaikat bahwa telah lahir Sang Juruselamat di kota Daud, mereka segera bergegas menuju ke Betlehem. Kita ingin merenungkan ajakan ini. Ada apa di Betlehem atau siapa yang ada di Betlehem, sehingga kita diajak bergegas segera datang ke sana? Di sana mereka ingin berjumpa dengan Sang Juruselamat. Yesus Kristus. Perjumpaan mereka dengan Yesus membuahkan semangat hidup yang penuh pujian dan penyembahan bagi Tuhan. Para gembala itu bersukacita karena telah bertemu dengan Yesus, Allah yang menjelma menjadi manusia. Para gembala ini pulang dengan memuliakan Tuhan. Inilah tujuan hidup manusia diciptakan. Memuliakan Tuhan bisa diwujudkan dengan iman, persaudaraan dan belarasa sebagaimana visi kunjungan Paus di Indonesia tahun ini. Orang beriman yang ingin memuliakan Tuhan mesti bisa menghargai perbedaan dalam persaudaraan. Apalah artinya beriman kalau tidak mampu bersaudara dengan semua orang? Membangun persudaraan diwujudkan dengan semangat belarasa. Apa artinya mengaku sebagai saudara kalau kita masih membenci dan membeda-bedakan sesama warga bangsa? Dalam konteks Indonesia, tema Natal ini juga mengajak kita hidup sederhana, dan mau melayani. Sebagaimana Kristus datang untuk melayani, bukan dilayani. Membeli sandal di pasar Pakem, Selamat Natal dan berkah Dalem. Wonogiri, damai di hati damai di bumi Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 24 Desember 2024
Vigili Natal Lukas 2:1-14 SUATU hari Thomas Alfa Edison membawa surat dari sekolahnya untuk sang ibu. Ketika ibu Thomas membuka surat itu, ia tercenung diam tak berkata. Thomas bertanya, “Apa isi surat dari Kepala Sekolah itu?” Ibunya menjawab, “"Anak Ibu adalah seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil baginya dan tidak memiliki cukup guru yang baik untuk mendidiknya. Silakan Ibu ajari dia sendiri.” Thomas ditolak di sekolahnya. Thomas hanya mengenyam pendidikan selama tiga bulan. Selebihnya ia dididik oleh ibunya sendiri di rumah. Dengan ketekunan dan kesabaran seorang ibu, Thomas berhasil menemukan lampu pijar. Lampu pijar selalu dipakai sebagai penerang di saat gelap pada malam hari. Cahaya dari lampu pijar dapat menerangi kegelapan. Penemuan ini sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sampai sekarang. Saat ibunya meninggal, Thomas membuka surat dari sekolah yang masih tersimpan. Di surat itu tertulis, "Anak Ibu mengidap gangguan mental. Kami tidak akan mengizinkannya datang ke sekolah lagi." Saat itulah Edison baru menyadari apa yang telah dilakukan ibunya selama ini. Ia kemudian menulis di buku hariannya: "Thomas Alfa Edison adalah seorang anak yang lamban yang berkat jasa ibu pahlawan, menjadi jenius abad ini." Kelahiran Yesus juga ditolak oleh dunia. Ia tidak memiliki tempat yang layak untuk lahir. Ia ditolak dari penginapan yang satu ke penginapan yang lain. Dia lahir di kandang kotor, kumuh dan bau di Betlehem. Yesus adalah Cahaya Dunia. Ia membawa terang bagi manusia yang hidup dalam kegelapan. Ia menerangi jalan manusia menuju Kerajaan Damai Sejahtera. Tetapi manusia menolak-Nya. Mereka tidak mengerti siapa yang lahir di malam gelap di kandang hewan di Betlehem. Dialah Sang Cahaya Sejati yang menuntun manusia menuju damai sejahtera. Marilah kita sekarang pergi ke Betlehem. Mari kita pergi ke Betlehem, Tidak jauh dari kota Yerusalem. Dunia penuh dengan problem, Hidup manusia tidak bisa ayem. Wonogiri, damai di bumi, damai di hati. Selamat Natal Rm. A.Joko Purwanto,Pr Puncta 24 Desember 2024
Selasa Adven IV Lukas 1:67-79 PENGALAMAN Zakaria mungkin juga menjadi pengalaman kita semua. Ia yang pada awalnya tidak percaya bahwa Allah bertindak, kini terbukalah tabir gelap yang menyelimuti hatinya. Ada banyak pengalaman kegelapan dan beban berat yang menggelayut di pundak kita. Langkah kita berat oleh beban persoalan yang kita hadapi. Bertubi-tubi kesedihan menimpa. Rasanya hidup sudah tidak punya harapan lagi. Tanpa disangka, Allah bertindak dengan kuasa-Nya. Ia menolong kita dengan jalan dan cara yang tidak terduga. Tabir gelap mulai terungkap. Cahaya pengharapan menyinari langkah kita. Allah menolong dan mengambil beban kehidupan kita. Begitulah pengalaman Zakaria. Ia yang tadinya bisu dan tidak mampu berkata-kata, kini bersorak sorai memuji keagungan dan kebesaran Tuhan. Dia mengalami bahwa sabda Tuhan itu benar. Janji-Nya tidak pernah gagal. Allah menggenapi janji kepada para nenek moyang kita. Pujian Zakaria menggambarkan bahwa Allah mahakuasa. Ia selalu menepati janji-Nya. Seperti sinar mentari yang tiap pagi setia hadir mendatangi kita, demikianlah Allah tak pernah terlewatkan selalu setia pada sabda-Nya. “Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." Itulah gambaran kesetiaan Allah pada janji-Nya. Kita tidak perlu meragukan kesetiaan Allah. Walaupun Zakaria pernah meragukan, tetapi Allah tetap bertindak menyelamatkan kita. Ketidak-percayaan, keraguan manusia tidak menghalangi Allah untuk terus mengasihi kita. Tetaplah percaya dan jangan sangsi lagi. Pada waktu yang tepat, Allah pasti bertindak. Pengalaman Zakaria sangat manusiawi, seperti pengalaman kita juga, tetapi Allah selalu menuntun kita dari gelap menuju terang iman. Sangat merdu lagu-lagu Rinto Harahap, Jadi lucu dinyanyikan oleh Aziz Gagap. Jangan berhenti percaya dan berharap, Tuhan akan menghalau hati yang gelap. Wonogiri, selamat menyongsong Hari Natal Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 23 Desember 2024
Senin Adven IV Lukas 1: 57-66 DALAM pewayangan, lahirnya seorang tokoh disertai dengan tanda-tanda atau pralambang. Ketika Jabang Tetuka atau Gatotkaca lahir, ari-arinya tidak dapat dipotong. Senjata apa pun yang dimiliki para Pandawa tak mampu memutus ari-ari jabang bayi. Kakek mereka, Begawan Abiyasa menasehati agar Arjuna pergi ke Kahyangan minta senjata kepada para Dewa. Narada keliru memberikan keris kepada Karna. Maka terjadilah perebutan antara Arjuna dan Karna. Arjuna hanya berhasil merebut warangka atau wadahnya, sedangkan keris dibawa Karna. Dengan warangka itu ari-ari Gatotkaca dapat dipotong. Kelak ia tumbuh sebagai ksatria yang gagah perkasa. Gatotkacalah yang pertama maju perang dalam Baratayuda. Ia gugur untuk mempersiapkan Pandawa mencapai kemenangan. Ia menjadi pembuka jalan bagi para Pandawa mengalahkan kejahatan. Hari ini kita mendengar kisah lahirnya Yohanes Pembaptis. Zakaria dan Elisabet kendati sudah usia dikaruniai anak. Ada beberapa peristiwa yang menandai lahirnya Yohanes. Zakaria mengalami bisu karena tidak percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan mampu menganugerahkan anak pada Elisabet, istrinya. Nama calon anak sudah diberikan sebelum lahir. Namanya Yohanes. Berbeda dengan nama ayahnya, Zakaria. Maka heranlah semua orang melihat tanda-tanda aneh yang mereka alami. Mereka berkomentar karena takjub akan kejadian-kejadian di sekitar kelahiran Yohanes. Semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.” Allah telah merencanakan kehidupan kita sejak awal. Kita diajak untuk tunduk dan percaya. Hanya dengan percaya, kita mampu melihat karya ajaib Tuhan. Kita siapkan hati untuk melihat keajaiban Tuhan pada Natal ini. Mencoba ruas tol Prambanan, Belok kanan menuju ke Kaliurang. Yohanes lahir untuk buka jalan, Bagi Sang Almasih yang akan datang. Wonogiri, siapkanlah hatimu, Natal hampir tiba Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 22 Desember 2024
Minggu Adven IV Lukas 1: 30-45 ISTILAH “turne” sering dipakai para pastor di pedalaman Kalimantan untuk mengunjungi umatnya yang berada di pelosok-pelosok kampung. Turne dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bepergian dalam rangka menjalankan tugas. Selama tugas di Paroki Nanga Tayap, setiap dua bulan sekali saya mengadakan turne ke stasi-stasi, mengunjungi umat, merayakan Ekaristi dan sakramen lainnya. Stasi terjauh yang dikunjungi berjarak 163 km dari paroki, yakni Stasi Harjon dan Beginci Darat. Jalan yang dilewati masih jalan tanah dan licin berlumpur. Kami harus keluar masuk hutan dengan jalur yang berat. Kendati demikian jarak yang jauh, medan yang sulit dan berat tidak membuat hati kami ciut dan takut. Semua dilakukan demi pelayanan kepada umat di pedalaman. Pekerjaan berat kalau dilakukan dengan penuh sukacita terasa enak dan ringan. Setelah mendengar kabar bahwa Elisabet mengandung pada usia tuanya, Maria tergerak untuk mengunjungi. Perjalanan jauh ditempuh dari Nasaret ke Ein Kareem, sejauh kurang lebih 145 km. Tidak ada kendaraan bermotor waktu itu. paling-paling hanya kuldi, unta atau binatang beban. Dalam keadaan mengandung, Maria berjalan sejauh itu. Jarak jauh tidak penting. Malam gelap tetap disikat. Lelah dan lapar tidak dinalar. Cinta mengalahkan segalanya. Maria ingin berbagi rasa dan menolong Elisabet yang sudah tua. Maka ia tinggal tiga bulan sampai Elisabet melahirkan anaknya. Pertemuan dua wanita ini sungguh membahagiakan. Bahkan anak dalam kandungan Elisabet ikut bersorak kegirangan. Berbagi sukacita dan kegembiraan adalah berkah yang mengalir. Kita bisa melakukannya dengan sederhana. Menyapa, memberi senyum dan salam taklim kepada sesama bisa menularkan berkah. Zaman sekarang kita makin egois dan pelit memberi sapaan. Kita sering hanya pakai emotikon di HP untuk menyapa orang. HP tidak bisa mewakili sapaan dan senyuman kita. Orang merasa hambar hanya dengan kiriman emotikon. HP tidak bisa mewakili perasaan kita yang terdalam. Jangan malas untuk datang, berkunjung, memberi salam dan pelukan bagi orang yang kita sayangi. Dengan cara itu kita mengalirkan berkat, semangat, sukacita dan kegembiraan. Maria memberi teladan bagaimana menyalurkan kasih dan sukacita dengan berkunjung, hadir, berjumpa dan menyapa. Musim liburan hampir tiba, Mari jalan-jalan ke tempat wisata. Marilah kita sering menyapa, Memberi senyum dan kabar gembira. Wonogiri, senyummu menggetarkan jiwa Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 21 Desember 2024
Sabtu Adven III Lukas 1: 39-45 KITA setiap hari melantunkan doa “Salam Maria.” Bahkan sehari bisa lebih dari puluhan kali mendoakannya. Namun kita sering tidak sadar melakukannya. Hanya sebatas doa yang keluar dari bibir yang komat-kamit saja. Kalau kita merenungkan doa “Salam Maria,” melalui perikope yang kita dengarkan dalam bacaan hari ini, kita akan melihat karya Allah yang luar biasa. Berkat Tuhan mengalir bagi semua orang yang percaya. Seperti kata Elisabet, “Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Sapaan lembut penuh kasih ibarat alunan musik yang merdu. Profesor Chung-Hey Chen dari College of Nursing di Kaohsiung Medical University Taiwan mengadakan penelitian hubungan antara musik klasik dengan janin dalam kandungan. Ia menyebutkan bahwa terapi musik mampu menurunkan tingkat kecemasan, stres hingga depresi saat menjalani kehamilan. Maria datang mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung. Dua wanita yang sama-sama diberkati Allah ini saling menyapa dan mengungkapkan kegembiraan mereka. Bahkan bayi yang ada di kandungan Elisabet melonjak kegirangan. Kunjungan dan sapaan Maria kepada Elisabet seperti alunan musik yang merdu bagi Yohanes Pembaptis. Ia bersukacita dan melonjak kegirangan. Relasi orang yang beriman semestinya membawa sukacita dan kegembiraan bagi sekitarnya. Kita bisa belajar dari dua wanita yang hebat ini. Mereka saling berbagi kegembiraan dan menimba semangat hidup dari berkat Allah. Kunjungan dan sapaan kasih bisa semakin menguatkan dalam peziarahan hidup setiap orang. Mari kita wujudkan doa “Salam Maria” dengan saling berbagi sukacita kepada setiap orang. Kita saling menyapa dan mengunjungi dengan penuh kasih. Ke Blabak beli tahu kupat, Tahunya empuk rasanya nikmat. Santa Maria ibu penuh rahmat, Elisabet juga menerima berkat. Wonogiri, doakanlah kami ya Maria Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 20 Desember 2024
Jumat Adven III Lukas 1: 26-38 EMMA KOK penyanyi cilik, 15 tahun menggemparkan panggung hiburan dengan suaranya yang merdu. Dalam konser bersama Andre Rieu di Maastricht tahun lalu, Emma menyanyikan lagu berjudul “Voila” dengan penuh penghayatan, sehingga banyak penonton terkesima, bahkan tak kuasa meneteskan air mata. Siapa sangka kalau Emma mengidap penyakit gastroparesis yaitu penyakit kelumpuhan lambung yang membuat Emma harus makan lewat selang yang disalurkan ke dalam perutnya. Tetapi ia tidak putus asa. Penyakit bukan halangan. Emma punya mimpi besar menjadi penyanyi dan mengumpulkan dana untuk kesembuhan penyakitnya. Ia berkeliling ikut konser dunia bersama Andre Rieu yang mengorbitkannya menjadi bintang besar. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. Tuhan memberikan talenta besar kendati kita memiliki kekurangan atau kelemahan seperti Emma Kok. Dalam bacaan Injil hari ini, Maria mendapat kabar bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki. Padahal dia belum bersuami. Sesuatu yang mustahil dari kacamata manusia. Apa yang disampaikan malaikat Gabriel adalah hal yang di luar nalar sehat. Tidak mungkin terjadi. Tetapi Maria memilih untuk mengikuti rencana Allah. "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Dengan semangat kerendahan hati Maria terjadilah kehendak-Nya. Allah menjadi manusia. Imanuel, Allah beserta kita. Hal yang mustahil dari sisi manusia. Tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dari dahulu sampai sekarang Allah membuat sesuatu yang mustahil terjadi. Dulu Maria melahirkan Sang Imanuel, sesuatu yang mustahil. Kini Emma Kok mengalami kemustahilan bisa menyanyi kendati mengalami kelumpuhan lambung. Percayakah anda bahwa Allah mampu membuat keajaiban, hal-hal yang mustahil bisa terjadi dalam hidup kita? Gua Kerep ada di kota Ambarawa, Di sana ada kereta uap zaman Belanda. Tuhan bertindak di luar nalar kita, Demi keselamatan semua umat manusia. Wonogiri, aku ini hamba Tuhan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 19 Desember 2024
Kamis Adven III Lukas 1: 5-25 BIMBANG akan kuasa Tuhan atau meragukan kebaikan-Nya sering kita alami manakala doa-doa kita tidak dikabulkan Tuhan. Sudah menikah bertahun-tahun, tidak dikaruniai anak. Sudah berdoa dan berpuasa lama tidak diberi pekerjaan. Sering berziarah ke Gua Maria mana-mana, tidak diberi jodoh. Sering puasa tiap minggu, masalah selalu ada. Banyak usaha, doa dan puasa kita lakukan, tetapi rasanya seperti tak didengarkan oleh Tuhan. Bahkan ada yang mempertanyakan eksistensi Tuhan, “Apakah Tuhan itu ada kok doa-doa saya tidak didengarkan?” Pengalaman eksistensial itu diceritakan Lukas dengan kisah hidup Zakaria dan Elisabet yang sudah tua renta tidak dikaruniai anak. Mereka adalah orang saleh. Zakaria adalah seorang imam yang bertugas di Bait Allah. Apakah dia kurang berdoa? Pasti tidak! Mengapa mereka tidak dikaruniai anak? Di balik semua peristiwa itu Tuhan pasti punya rencana. Tuhan selalu bertindak tepat pada waktunya. Penantian panjang itu dijawab oleh berita malaikat bahwa Elisabet akan mengandung seorang anak laki-laki. Seperti petir di siang bolong berita itu tak dinyana tak diduga. Zakaria bingung, ragu dan bimbang. “Masakan istriku yang sudah mandul tua akan melahirkan? Mana mungkin hal itu bisa terjadi!” Zakaria tidak percaya. Karena ketidakpercayaannya, ia diganjar menjadi bisu. Ia lupa bahwa Abraham dan Sara melahirkan Ishak pada masa tuanya. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Tuhan Mahakuasa dan bisa bertindak apa, bagaimana dan kapan pun juga. Walaupun Zakaria tidak percaya, tetapi Allah tidak membatalkan janji-Nya. Itulah kemurahan hati Allah kepada manusia. Dari kisah Zakaria ini, Lukas mau mengajak kita untuk tetap berharap, tanpa putus asa bahwa di mata Tuhan tidak ada perkara yang terlalu besar. Tak ada yang mustahil bagi-Nya. Dunia dan isinya saja diciptakan dan dipelihara, apalagi hanya keinginan kita, ciptaan-Nya. Tetaplah berharap dan percaya. Dari Makasar ke Tana Toraja, Singgah dulu di Bukit Nona. Tuhan pasti akan menjawab doa, Tak ada yang mustahil bagi-Nya. Wonogiri, selalu berharap… Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 18 Desember 2024
Rabu Adven III Matius 1: 18-24 KARYA Allah sungguh tak terselami. Kehendak Allah itu tersembunyi dari alam pikiran manusia. Namun dengan kerendahan hati dan kesabaran, kita perlahan-lahan mampu memahami dan mengikuti rencana Allah. Demikianlah yang dialami oleh Yusuf yang bertunangan dengan Maria. Ia berproses bersama Roh Kudus untuk memahami jalan pikiran Allah. Adat Yahudi sudah biasa bahwa hubungan perkawinan dimulai dengan pertunangan. Mereka sudah “dijodohkan” tetapi belum tinggal satu rumah. Betapa terkejutnya Yusuf saat mengetahui bahwa Maria mengandung padahal mereka tidak serumah. Ia mencoba membatalkan pertunangan itu dengan diam-diam. Artinya hanya dihadapan dua orang saksi saja tanpa diumumkan secara publik, supaya tidak mencemarkan nama baik Maria. Yusuf punya tenggang rasa. Namun sedang memikirkan masalah itu, dalam mimpi, Malaikat menasehati Yusuf untuk menerima Maria sebagai istrinya, sebab anak yang dikandung berasal dari Allah. Ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Yusuf pun taat dan bertindak sesuai dengan perintah Tuhan melalui malaikat-Nya. Yusuf adalah seorang pribadi yang berani mengambil tanggungjawab. Ia tidak ingin mempermalukan Maria di depan umum. Yusuf tidak memikirkan kepentingan dan kebahagiaanya sendiri, tetapi lebih memilih berjalan di bawah kuasa Tuhan. Ia yakin bahwa Anak yang lahir itu sebagai bukti “Allah menyertai kita” yakni Sang Imanuel. Jika kita mau mengikuti kehendak Allah, kita yakin Allah beserta kita dan membimbing langkah kita. Ke pasar membeli kain tapeh, Untuk nambal yang rojah-rajeh. Yusuf teladan bapa yang saleh, Ia berbudi luhur dan “sumeleh.” Wonogiri, berilah kami hati yang tulus ikhlas Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed