Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Apa yang Kamu Cari?

1/4/2025

0 Comments

 
Puncta 4 Januari 2025
Sabtu Biasa Masa Natal
Yohanes 1: 35-42

PERTANYAAN di atas tidak sekedar pertanyaan biasa. Ini adalah permenungan sepanjang hidup manusia. Setiap orang selalu bertanya diri, Apa yang kucari dalam hidup ini? Kekayaan? Kesuksesan? Kemewahan? Popularitas? Kekuasaan? 

Apakah kalau kita sudah kaya, sukses, hidup mewah, terkenal dan punya kuasa, kita sudah puas bahagia? Apakah tidak ada hal lain yang harus dicari? 

Dari banyak pengalaman, orang kaya ternyata tidak bahagia. Kebanyakan yang terjerat kasus di KPK justru orang-orang kaya, yang duitnya ratusan trilyun. 

Apakah kalau sudah punya kuasa hidupnya bahagia? Lihatlah bagaimana Presiden Bashar al Assad di Suriah tumbang awal Desember kemarin dan harus melarikan diri ke Rusia. 

Apakah kalau sudah terkenal hidupnya bahagia? Kita semua tahu bagaimana Michael Jackson Raja Pop dunia mengakhiri hidupnya karena overdosis?

Pertanyaan Yesus kepada dua murid pertama terus menggema, “Apa yang kamu cari dalam hidupmu ini?” Jawabannya sebenarnya ada di dalam pertanyaan dua murid itu juga. “Guru, dimana Engkau tinggal?”

Murid-murid itu tidak menjawab pertanyaan Yesus dengan kekayaan, kekuasaan, kemewahan atau popularitas. Tetapi mereka ingin mengatahui dan tinggal bersama Yesus.  

Apa yang kamu cari? Jawabannya adalah tinggal bersama Yesus.

Siapa Yesus itu? Jawabannya dikatakan oleh Andreas. "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Pertanyaan “apa yang kamu cari?” dijawab oleh Andreas, “kami telah menemukan Mesias, Kristus atau Juruselamat.”

Kalau orang Jawa, pertanyaan “apa yang kamu cari?” diubah menjadi kalimat perintah, “Golekana susuhing angin, Golekana galihing kangkung atau Golekana tapaking kuntul nglayang.” 

(Carilah dimana sarang angin, carilah apa inti batang kangkung, carilah jejak burung bangau terbang).

Jawaban tinggal bersama Kristus diterjemahkan dengan “Manunggaling kawula Gusti.” Apa yang kita cari dalam hidup ini? Bukan kekayaan, kemewahan, kekuasaan atau hidup enak, tetapi manunggal bersama Gusti Allah. 

Tinggal dalam Kristus itulah yang terus menerus harus kita usahakan. Dengan tinggal dalam Dia, kita akan memperoleh kebahagiaan sempurna. 

Manunggal dalam Kristus berarti sehati, seperasaan, sejalan, sekehendak, senafas dengan hidup Kristus sendiri. Maukah kita manunggal dengan Kristus?

Hujan-hujan duduk di emperan,
Sungguh enak sambil makan gembus.
Hidup ini untuk cari kebahagiaan,
Bahagianya hidup bersama Kristus.

Wonogiri, apakah yang kamu cari?
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mewartakan Kebenaran atau Mewartakan Diri?

1/3/2025

0 Comments

 
Puncta, 3 Januari 2025
Jum’at Masa Natal
Yohanes 1: 29-34

SAYA mengagumi ceramah-ceramah Buya Syakur di kanal Youtube. Beliau tidak banyak melucu, apalagi dengan kata-kata kasar dan teriak-teriak. Tutur katanya santun, sejuk, membawa damai dan tentram. 

Beliau juga tidak menjelek-jelekkan orang lain, tetapi mengajak pendengarnya untuk kritis mencari nilai-nilai kebenaran.

Banyak pengkotbah yang suka menjelek-jelekkan pihak lain dengan mengaku-aku sebagai mantan suster, mantan pastor, lulusan universitas Vatikan. 

Mereka mencari pengakuan diri walau sebenarnya menipu banyak orang. Anehnya, para pendengarnya kok ya “manthuk-manthuk setuju” saja.

Baru sebulan jadi aspiran (calon) sudah mengklaim jadi suster. Baru kelas 0 di seminari kecil sudah ngaku jadi pastor. Ikut retret pengenalan diri sudah dianggap bagian pendidikan jadi biarawan. Hanya jalan-jalan ikut rombongan ke Vatikan sudah ngaku lulusan universitas Vatikan. 

Kalau orang cerdas tahu bahwa kampus-kampus seperti Gregoriana atau Urbaniana tidak berada di Vatikan, tetapi di kota Roma. Aneh juga kalau mewartakan kebenaran iman kok harus pakai tipu-tipu, ngarang-ngarang atau memanipulasi data diri.

Pewarta sejati mewartakan kebenaran, bukan mencari popularitas atau ketenaran. Yohanes Pembaptis adalah pewarta iman yang sesungguhnya. Ia mengarahkan orang pada kebenaran sejati yang telah diwahyukan kepadanya.

Yohanes tidak mengklaim diri sebagai pembawa Terang. Dia menghantarkan orang kepada Terang Sejati. Dia mengarahkan orang pada keselamatan sejati yaitu Kristus, Sang Anak Domba Allah.

Ia berkata, "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.”

Yohanes tidak takut kehilangan pengikut. Tugasnya adalah membawa orang sampai pada keselamatan. Keselamatan ada pada Yesus, maka semua diarahkan untuk mengikuti Yesus. 

Mewartakan kebenaran harus didukung dengan nilai-nilai kebenaran, dan dihayati dalam peri hidupnya yang benar, tidak membohongi atau menipu orang. 

Kalau orang sudah berbohong pastilah isi pewartaannya juga dipertanyakan. 

Cak Lontong sering mengajak kita berlogika kritis dengan berkata, ”MIKIR……!!!” Kita jangan mudah dibodohi dengan pengkotbah-pengkotbah yang mencari popularitas dan kekayaan diri sendiri. Kita bisa menilai mana pewarta kebenaran yang sesungguhnya.

Katanya lulusan terbaik Vatikan,
Kok tidak fasih berbahasa Itali.
Kalau kita mewartakan kebenaran,
Jangan suka membohongi diri sendiri.

Wonogiri, meneladan Yohanes Pembaptis
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pewarta Sejati; Jujur dan Rendah Hati

1/2/2025

0 Comments

 
Puncta, 2 Januari 2025
PW. St. Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze, Uskup dan Pujangga 
Yohanes 1: 19-28

SEMUA orang pasti ingin terkenal, punya follower jutaan, dikenal oleh banyak orang dimana-mana. Bahkan di dunia maya sekarang ini, orang menggunakan berbagai cara agar bisa populer. 

Malah ada yang sangat naif, konyol dan bodoh hanya untuk menjadi viral di medsos. Apalagi ada motif keuntungan ekonomis di dalamnya.

Munculnya aplikasi seperti TikTok, Twitter, Youtube, Instagram membuat banyak konten creator berlomba ingin jadi terkenal. Tetapi tidak sedikit yang membuat konten berbahaya demi mengejar viewer. 

Salah satu kasus yang banyak diperbincangkan beberapa waktu lalu adalah aksi tiga remaja menghadang truk yang menewaskan salah seorang di antara mereka. Hanya untuk populer mereka membuat aksi berbahaya, naif dan konyol.

Apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis membuat dirinya makin dikenal banyak orang. Cara hidupnya yang aneh dan suaranya yang berani demi kebenaran sangat menarik banyak orang. 

Tetapi bagi Yohanes, ketenaran atau popularitas bukan tujuannya. Tujuan hidupnya adalah mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. 

Orang banyak dan bahkan para pemimpin agama Yahudi bertanya tentang identitas dirinya. Yohanes punya follower yang banyak di tengah masyarakat.

Mereka bertanya, "Apakah engkau Mesias?" Ia pun menyangkalnya. Bahkan mereka menyamakannya dengan Nabi besar Elia, tetap saja Yohanes menolaknya. 

Dengan jujur dan rendah hati ia menjawab, "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."

Inilah sikap seorang pewarta sejati. Ia bertindak jujur dan rendah hati. Ia tidak mewartakan dirinya sendiri, walau kesempatan itu ada, tetapi mewartakan kehendak Allah yang sesungguhnya.

Sikap Yohanes jelas, “Aku harus semakin kecil dan Dia (Yesus Sang Mesias) harus semakin besar.” 

Pewarta yang sejati membuat orang lain tumbuh berkembang dan membiarkan dirinya berada di balik layar. Beranikah kita meneladan sikap dan cara hidup Yohanes Pembaptis?

Tahun baru tidak ada warung nasi,
Terpaksa makan dengan sambel teri.
Kalau mau menjadi pewarta sejati,
Ia tidak menonjolkan dirinya sendiri.

Wonogiri, selamat memasuki tahun penuh harapan...
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mother

1/1/2025

1 Comment

 
Puncta, 1 Januari 2025
HR. St. Maria Bunda Allah
Hari Perdamaian Sedunia
Lukas 2: 16-21

Mother, you had me but I never had you, I wanted you but you didn't want me,
So I got to tell you, Goodbye, goodbye.

Farther, you left me but I never left you, I needed you but you didn't need me,
So I got to tell you, Goodbye, goodbye.

Children, don't do what I have done, I couldn't walk and I tried to run, So I got to tell you, Goodbye, goodbye. 

Mama don't go, Daddy come home.........

LAGU yang dinyanyikan oleh John Lenon ini menggambarkan pengalaman masa kecilnya yang suram karena ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya. 

John lahir dari pasangan Julia Stanley dan Alfred Lennon.

Julia meninggal karena ditabrak oleh polisi yang tidak bertugas dalam keadaan mabuk saat John masih kecil. Alfred adalah seorang pelaut yang jarang pulang ke rumah. 

Pengalaman “primal scream” yakni kurangnya cintakasih dari kedua orangtuanya inilah yang dituangkan dalam jeritan lagu berjudul Mother.

John mengatakan bahwa jeritan kepedihan ini bukan hanya pengalaman dirinya, tetapi 99% anak-anak yang terlahir di dunia ini, punya pengalaman yang mirip dengannya.

Jeritan yang melengking panjang dan pilu, Mama don't go, Daddy come home adalah kerinduannya akan kehadiran seorang ibu pada saat-saat yang menentukan hidupnya. 

Itulah yang disebut terapi primal scream yang dijalani John untuk mengisi kepiluan hatinya karena kehilangan ibu yang disayanginya. 

Kita pantas bersyukur karena memiliki ibu Maria yang penuh kasih kepada setiap anaknya. Hari ini kita sebagai Gereja merayakan Santa Perawan Maria Bunda Allah. Maria adalah bunda bagi kita semua. 

Menghadapi aneka persoalan hidup yang pelik, rumit dan bergejolak, Maria menyimpan segala perkara itu dalam keheningan doa dan berdialog dengan Allah. 

Maria memahami apa yang tersimpan dalam hati kita. Ia ikut mendoakan dan mendampingi kita dalam doa-doanya kepada Allah. Maria adalah bunda yang memberikan hati untuk anak-anaknya.

Tahun Baru telah tiba,
Semua makhluk damai sejahtera.
Hati Maria seluas samudera,
Ia mengasihi kita anak-anaknya.

Wonogiri, selamat tahun baru 2025 untuk anda pecinta Puncta......
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Persona Sejati Kita

12/31/2024

0 Comments

 
Puncta 31 Desember 2024
Selasa Oktaf Natal 
Yohanes 1: 1-18

PERSONA dalam kamus  besar bahasa Indonesia diartikan sebagai topeng, wajah, ciri khas seseorang, hal yang identik dengan pribadinya. Topeng yang kita gunakan untuk beradaptasi dengan dunia luar. 

Seorang psikoanalis terkenal bernama Carl Gustav Jung mengatakan bahwa persona adalah wujud diri atau karakter yang kita mainkan dalam relasi sosial di tengah masyarakat. 

Persona berasal dari Bahasa Latin;  per-sonus. Per berarti melalui, sonus berarti suara. Melalui suara yang diucapkan, orang menampilkan kepribadiannya. 

Suara atau ucapan seseorang menunjukkan karakter pribadinya. Karakter seseorang dapat dinilai dari apa yang ditampilkan lewat kata-kata dan tindakannya.

Karakter atau topeng itu kita ciptakan agar kita diterima dalam kalangan sosial kita. Persona itu berciri sebagai branding image diri kita. Gambar macam apa yang kita mainkan sebagai ciri khas/branding diri kita kepada masyarakat.

Persona diri juga berguna untuk defence mechanism atau pola pertahanan diri, sebab dunia atau lingkungan sosial kadang tidak mau menerima diri kita apa adanya. 

Kita pakai topeng untuk pertahanan diri. Melalui suara atau per-sona orang menciptakan dirinya sendiri berada di lingkungan sekitarnya. 

Dalam Injil, Yohanes mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Sabda itu menjadi manusia. Yesuslah Sang Sabda itu, karena Ia berasal dari Allah. 

Pada awal mula adalah Firman. Firman itu ada bersama-sama dengan Allah, Firman itu adalah Allah.

Yohanes memberi kesaksian bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Sabda itu menjadi pribadi yang hidup di antara kita. 

Sabda itu berasal dari Allah dan manusia tidak mengenal-Nya. maka Sabda itu datang untuk menjadi Terang, agar manusia percaya dan mengenal-Nya.

Yesus Kristuslah Sang Terang yang telah datang ke dunia. Ia adalah Cahaya bagi siapapun yang percaya. 

Siapa yang melihat Cahaya dan mendengarkan Sang Firman, ia akan diberinya kuasa menjadi anak-anak Allah. Yesus adalah jalan menuju kasih sejati. Pribadi Yesus adalah pribadi kasih Allah.  

Sebagaimana Musa membawa hukum Taurat, demikianlah Yesus datang membawa hukum Kasih dan Kebenaran. Melalui Sabda yang menjadi manusia itu kita dihantar kepada Kasih dan Kebenaran. 

Marilah kita mewujudkan diri sebagai pribadi yang dikasihi oleh Allah melalui Yesus Sang Suara atau Firman sejati.

Selamat tinggal tahun yang lama,
Selamat datang dua ribu dua lima.
Yesus Kristus adalah Terang dunia,
Ia membawa harapan baru bagi kita.

Wonogiri, akhir tahun yang penuh bahagia
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Mencari Kebahagiaan Surga

12/30/2024

0 Comments

 
​Puncta, 30 Desember 2024
Senin Oktaf Natal
Lukas 2: 36-40

SEWAKTU saya bertugas di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran,Yogyakarta, tiap sabtu pagi selalu ada kelompok ibu-ibu Warakawuri yang berkumpul di ruang sisi utara sakristi. Mereka adalah ibu-ibu yang sudah lanjut usia dan jadi anggota Legio Mariae.

“Simbah-simbah tua” ini dengan rajin membersihkan alat-alat misa di gereja. Semua perabotan dari piala, sibori, kandelaar, bahkan wiroog juga dibersihkan sampai mengkilat. 

Tugas itu dilakukan rutin setiap sabtu pagi, tanpa komando tetapi dengan kerelaan hati dan penuh sukacita.

Suatu kali saya ikut nimbrung dan bertanya kepada mereka, “Sugeng enjing eyang-eyang. Kok sampun gasik resik-resik alat-alat misa?” (Selamat pagi oma-oma kok sudah awal bersih-bersih alat misa).

Salah satu dari mereka menjawab lirih, “Pados margi dhateng Swarga Rama.” (mencari jalan ke surga, Rama). 

Sungguh luar biasa semangat mereka! Ibu-ibu ini menghayati tugas-tugas kecil sebagai cara untuk mencari kebahagiaan surga.

Dalam bacaan hari ini kita dipertemukan dengan Hana seorang nabi perempuan yang sudah lanjut usia. 

Ia seorang yang saleh, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Ia sedang menantikan keselamatan dari Allah.

Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Di bait Suci itu, Hana berjumpa dengan Yesus yang dibawa orangtuanya. Ia sangat bersyukur dan bersukacita karena dapat berjumpa dengan “Yang dijanjikan Allah,” yaitu Yesus Mesias. 

Apakah Natal ini kita juga mengalami perjumpaan dengan Yesus yang mengubah hidup kita menuju kepada kebahagiaan? Ataukah Natal berlalu tanpa makna hanya sejauh hura-hura saja?

Mari kita belajar dari Hana atau ibu-ibu tua yang dengan rajin dan tekun mencari kebahagiaan surgawi dengan mengisi hidup mereka agar berguna bagi sesama.

Pergi liburan ke Yogyakarta,
Pawai naik sepeda bersama.
Hidup hanyalah sementara,
Gunakan waktu untuk sesama.

Wonogiri, hidup berguna bagi sesama kita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Yesus Poros Keluarga

12/29/2024

0 Comments

 
Puncta, 29 Desember 2024
Pesta Keluarga Kudus Nasaret
Lukas 2: 41-52


MINGGU ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus Nasaret. Ada tiga tema yang dapat kita teladani dari keluarga kecil dan sederhana ini. Yang pertama, keluarga Nasaret ini menjadikan Yesus sebagai poros keluarga.


Dalam peristiwa kelahiran, semua orang datang kepada Yesus sang bayi sebagai pusat perhatian. Para gembala, orang-orang majus dari Timur, mereka semua hadir untuk menyembah Yesus. Yesuslah yang menjadi poros atau pusat dalam keluarga.


Ketika Yesus menjadi pusat hidupnya, mereka semua mengalami kebahagiaan dan sukacita. Para gembala pulang sambil memuji dan memuliakan Allah. 


Demikian juga para Majus dari jauh, mereka pulang membawa sukacita. Maria menyimpan segala perkara dengan damai.


Kedua, Maria dan Yusuf membangun keluarga dalam suasana kasih. Ketika Yesus hilang di Bait Suci, Maria dan Yusuf bingung mencari-Nya. Secara manusiawi mungkin mereka jengkel. 


Tetapi setelah Yesus mengatakan “Aku harus berada di rumah Bapa,” Maria menyimpan semua itu dengan tenang. Walau dia tidak mengerti. Dengan kasih orang akan bisa memahami apa yang tidak dimengerti.


Ketiga adalah semangat pengorbanan. Orang yang mau hidup berkeluarga harus siap untuk berkorban. Mengorbankan kepentingan pribadi untuk mengasihi pasangan dan anak-anaknya. Orang yang hidup berkeluarga tidak lagi mementingkan egonya sendiri. 


Maria dan Yusuf menjadi contoh pasangan yang rela berkorban demi kebahagiaan keluarga. Yusuf harus mengungsikan mereka ke Mesir. Maria harus menanggung salib bersama Yesus sampai di puncak Golgota. Pengorbanan adalah wujud nyata dari cintakasih.


Pada Pesta Keluarga Kudus ini banyak pasangan suami istri memperbaharui janji perkawinan. Semoga dengan pembaharuan janji, kita diingatkan akan komitmen saling mengasihi dan rela berkorban bagi kebahagiaan keluarga kita.


Makan di warung tak ada serbet,
Terpaksa harus pakai taplak meja.
Keluarga sederhana di Nazareth,
Teladan keluarga yang bahagia.


Wonogiri, salam keluarga bahagia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Anak-Anak Korban Perang

12/28/2024

0 Comments

 
Puncta, 28 Desember 2024
Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
Matius 2: 13-18


PERANG Israel Hamas masih terus berlangsung sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1,200 orang dan menyandera 250 warga sipil Israel. Israel membalas serangan itu dan terus memerangi kelompok Hamas.


Sampai sekarang dilaporkan oleh pejabat kesehatan Palestina korban tewas sudah mencapai 45.028 orang. 106.962 orang lainnya telah terluka sejak perang dimulai. 70% dari mereka adalah anak-anak dan perempuan. Mereka adalah kelompok rentan dan lemah yang tak berdaya.


Korban paling muda adalah bayi laki-laki berumur satu hari, dan yang tertua adalah seorang perempuan berusia 97 tahun. Dari banyaknya korban, perang ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. 


Para pemimpin dunia mestinya lebih peduli untuk menciptakan perdamaian di atas muka bumi ini. Perdamaian harus lebih diutamakan daripada perang.


Raja Herodes merasa diperdaya oleh para Majus dari Timur. Mereka tidak singgah di istana Herodes untuk melaporkan kelahiran Sang Raja Damai, yaitu Kristus. 


Maka murkalah Herodes. Ia memerintahkan kepada para prajurit untuk membunuh anak-anak Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah.


Berbeda dengan Herodes yang jahat, di tengah peristiwa genosida Betlehem ini, tampillah Yusuf sebagai penyelamat sang bayi. Yusuf seorang pribadi yang tidak banyak bicara, tetapi langsung bertindak seturut kehendak Allah.


Setelah diperintahkan Tuhan lewat mimpi, Yusuf langsung mengambil Maria dan bayinya mengungsi ke Mesir. Dengan tindakan ini, selamatlah keluarga kudus ini dari kebengisan Herodes.


Kita harus bertindak seperti Yusuf, menyelamatkan mereka yang rentan dan tak berdaya yakni kaum perempuan dan anak-anak. 


Banyak kasus perundungan, pembullyan, pelecehan sexual terhadap mereka. Ini adalah kejahatan. Mari kita menghargai dan menjaga anak-anak dan perempuan.


Melati tumbuh di tengah hutan,
Sangat indah di antara rerumputan.
Anak-anak adalah anugerah Tuhan,
Mereka harus dijaga dan diselamatkan.


Wonogiri, hormati anak dan kehidupan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Melihat dan Percaya

12/27/2024

0 Comments

 
Puncta, 27 Desember 2024
Pesta St. Yohanes Rasul, Penulis Injil
Yohanes 20: 2-8

PADA awal Injilnya, Yohanes menuliskan perjumpaannya dengan Yesus. Waktu itu ia dan Andreas menjadi murid Yohanes Pembaptis. Gurunya menunjuk pada Yesus sebagai “Anak Domba Allah.” Mereka berdua kemudian mengikuti Yesus.

Ketika tahu bahwa dua orang murid mengikuti-Nya, Yesus bertanya, “Apa yang kamu cari?” 

Mereka menjawab, “Guru, (Rabi) dimana Engkau tinggal?” 

Yesus kemudian berkata, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun melihat dan tinggal bersama Dia.

Pada akhir Injilnya, Yohanes menceritakan peristiwa kebangkitan Kristus. Ada banyak sikap dan cara pandang menghadapi peristiwa kebangkitan.

Para wanita tidak paham akan kebangkitan. Mereka mengira Yesus diambil orang dari kuburNya.

Maria Magdalena melaporkan kepada Petrus dan murid yang dikasihi-Nya.  "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."

Petrus dan murid yang dikasihi Yesus lalu pergi ke kubur. Murid yang dikasihi ini lebih muda, maka dia datang lebih cepat. 

Namun dia mempersilahkan Petrus yang lebih tua dan punya wibawa sebagai pemimpin untuk masuk lebih dahulu dan menyaksikan.

Dua orang ini sama-sama melihat suasana di dalam kubur. Tetapi berbeda juga cara mereka menyikapi. Petrus hanya melihat kain kafan terletak di tanah. Tetapi murid yang dikasihi itu melihat dan PERCAYA.

Kata percaya berhubungan dengan sikap batin seseorang dalam relasi dengan Tuhan. Hal ini mau mengisahkan proses dari awal perkenalannya dengan Yesus. 

Pada mulanya, Yesus mengundang mereka untuk tinggal, hidup bersama, “nyantrik” kepada Yesus.

Murid yang dikasihi ini berjumpa, hidup bersama dan mengenal siapa Yesus. Maka ketika Yesus mati dan makam-nya kosong. Ia melihatnya dan percaya akan apa yang dikatakan Yesus sebelum wafat-Nya.

Kita pun diajak oleh Yohanes untuk mengenal siapa Yesus dengan tinggal bersama. Kita bisa tinggal bersama kalau kita mau membaca Injil yang ditulis Yohanes. 

Dalam Injilnya itu Yohanes menuliskan siapa yang dia percaya, Tuhanlah yang mengasihi. 

Sama seperti dia menjadi murid yang dikasihi Tuhan, kita pun juga bisa menjadi murid yang dikasihi-Nya. Asal kita mau tinggal dan percaya. Maukah kita?

Yohanes murid yang dikasihi,
Ia percaya sampai ke dalam hati.
Marilah kita saling mengasihi,
Sebab Allah adalah Kasih sejati.

Wonogiri, Pesta Santo Pelindung Paroki
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kemartiran Mahkota Kehidupan

12/26/2024

0 Comments

 
Puncta, 26 Desember 2024
Pesta St. Stefanus, martir pertama
Matius 10. 17-22

KOTA Yerusalem dikelilingi oleh benteng. Ada delapan pintu gerbang sebagai jalan memasuki kota itu. Pintu-pintu gerbang tersebut antara lain Damascus Gate, Herod's Gate, Lions's Gate, Golden Gate, Dung Gate, Zion Gate, Jaffa Gate, dan New Gate. 

Salah satu pintu gerbang yang ada di kota Yerusalem adalah Gerbang Singa. Pada zaman pembangunan kembali kota Yerusalem yang runtuh, Nehemia memulai pembangunannya dari pintu gerbang ini. Temboknya melingkari kota dan berakhir di gerbang ini juga.

Pada masa kini, nama gerbang ini adalah Sint Stephen’s Gate, karena di dekat gerbang ini Stefanus diseret keluar kota dan dirajam sampai mati. Kemartiran St. Stefanus diceritakan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul.

Stefanus adalah salah satu diakon saleh waktu itu. Ini terlihat karena namanya tercantum di barisan pertama para diakon terpilih yang syaratnya antara lain “terkenal baik dan yang penuh roh dan hikmat. Ia banyak mengadakan mukjijat atas nama Tuhan Yesus yang sudah bangkit.

Tentu saja dia tidak disukai oleh kaum Yahudi, para imam dan tua-tua bangsanya. Ada sekelompok jemaat Yahudi dari luar daerah seperti Kirene dan Aleksandria, Kilikia dan Asia yang tak mampu menandingi hikmah Stefanus. 

Mereka kemudian memfitnah, menghasut dan menyebarkan berita bohong kepada kalayak ramai.

Stefanus ditangkap dan dibawa ke Mahkamah Agama Yahudi. Saksi-saksi palsu diajukan. Mereka menuduh Stefanus telah menghina tempat kudus (Bait Suci) dan hukum Taurat. 

Berita bohong disebarkan bahwa Stefanus menghujat Musa dan Allah. Ia dibunuh dengan dirajam di luar kota Yerusalem, dekat Gerbang Singa.

Kemartiran adalah salah satu wujud kesaksian iman. Kita dipanggil menjadi saksi Kristus kendati situasi sulit. Kita tetap harus menunjukkan kualitas murid-murid Kristus, berani menunjukkan diri sebagai orang-orang benar di tengah masyarakat. Kendati resiko besar harus kita hadapi. Beranikah kita jadi saksi-Nya?

Hujan mengguyur kota sepanjang hari,
Tak ada secercah pun sinar matahari.
Orang benar akan selalu dibenci,
Orang tidak suka kejahatannya diketahui.

Wonogiri, jadilah saksi kebenaran
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki