|
Puncta 17 Desember 2024
Selasa Adven III Matius 1: 1-17 CAK LONTONG pelawak yang sering mengajak penonton dengan kata-katanya; “Mikir…..!” sering mengatakan bahwa nama membawa rasa. Dia kemudian menerangkan nama-nama tamu yang hadir dengan arti dan maksudnya yang lucu-lucu, bikin penonton tergelak-gelak. Dalam perikope Injil Matius ini, pengarang menjelaskan angka membawa makna. Matius menuliskan silsilah Yesus Kristus mulai dari Abraham, Daud sampai kepada Yesus, anak Maria dan Yusuf. Ada hal aneh dan rumit dituliskan disini. Ada 14 keturunan diurutkan sampai 3 kali. Keseluruhan berjumlah 42 keturunan. Angka 14 dalam Bahasa Hibrani adalah bilangan nama Daud. Orang Jawa kalau menyebut angka 7 langsung paham akan maksudnya yakni angka pitulungan atau keberuntungan. Demikian juga orang Yahudi, membaca angka 14 langsung paham dan teringat bilangan nama Daud, raja paling hebat di Israel. 14 keturunan diurutkan sampai 3 kali. Angka tiga mengingatkan janji Allah kepada Abraham yakni tanah terjanji, keturunan yang banyak dan berkat melimpah bagi anak-cucu. Angka 42 yakni 3 kali 14 keturunan mengingatkan 42 perhentian dari Mesir ke tanah pusaka di Kanaan. Mereka dibimbing oleh Yahwe agar sampai ke tanah terjanji dan tetap percaya bahwa Allah sepanjang masa menyertai umat-Nya. Keanehan lain lagi juga ditulis oleh Matius yakni, di antara sekian banyak nama laki-laki yang disebut, terselip empat nama perempuan yakni Tamar, Rahab, Rut dan Bersyeba, istri Daud dari Uria. Empat perempuan ini berlatar belakang “buruk.” Bahkan Rut adalah orang di luar Israel, bangsa terpilih. Tetapi kendati demikian dipakai oleh Allah untuk menjadi saluran keselamatan yang menurunkan Yesus. Dengan ini Matius mau menerangkan bahwa Yesus berasal dari keturunan Daud dan Abraham. Ia adalah anak Allah yang menjelma untuk menyelamatkan segala bangsa, bukan hanya Israel saja. Kita semua ditebus dan diselamatkan oleh Yesus Kristus. Persahabatan bubar karena uang, Kebiasaan gali lubang tutup lubang. Kita bersyukur pada nenek moyang, Dari mereka kita bisa menjadi orang. Wonogiri, hormati nenek moyang kita Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 16 Desember 2024
Senin Advent III Matius 21:23-27 KATA dalam Bahasa Jawa ini bisa berarti diam hening, tenang, mengendap, tidak bergejolak. Bisa digambarkan seperti kopi yang disedu air panas dan kemudian diaduk-aduk, lalu didiamkan sebentar. Ketika diam tenang, kopi itu akan “menep” mengendap dan enak dinikmati. Kata ini juga bisa dipakai untuk menggambarkan suasana hati dan pikiran. Orang yang hati dan pikirannya sudah “menep” dia akan tenang, waspada, bijaksana, jernih, terang menghadapi segala perkara. Orang yang sudah “menep” bisa menguasai keadaan dan jernih memandang segala sesuatu. Dalam pewayangan, orang yang sudah menep diibaratkan seperti seorang ksatria yang keluar dari pertapaan. Dia dengan tenang berhadapan dengan Buta Cakil yang penuh gejolak. Kata dan tingkah lakunya tidak teratur, tak terkendali. Yesus ditanya oleh para imam-imam serta tua-tua bangsa Yahudi, dan mereka bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Hal ini berhubungan dengan aksi Yesus sebelumnya ketika dia mengusir para pedagang di Bait Allah. Pasti para pedagang itu melapor kepada para tua-tua dan imam-imam yang berkuasa mengatur kegiatan bisnis mereka. Yesus dengan hati dan pikiran yang “menep” tidak menjawab pertanyaan mereka tetapi justru balik bertanya, untuk mengajak mereka merenung. "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Yesus mengatasi jalan pikiran para tua-tua dan ahli kitab itu. Hal itu bisa terjadi karena Yesus sudah “menep.” Ia menguasai hati dan pikiran-Nya agar tidak terjebak pada pikiran kaum Yahudi. Ia tidak bingung, panik, lepas kontrol, tetapi tenang, hening dan bijaksana. Belajar dari Yesus, dalam menghadapi kesulitan dan hambatan, masalah dan beban persoalan hidup, kita diajak “menep,” tenang, kuasai diri dan tidak panik. Dengan begitu pasti kita akan mampu lepas dari aneka persoalan. Hujan semalam belum mereda, Sungai meluap sampai jalan raya. Bersikap tenang dan waspada, Kuasai diri dalam segala perkara. Wonogiri, bertindak dengan tenang Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 15 Desember 2024
Minggu Advent III Lukas 3: 10-18 BEBERAPA waktu lalu ada seorang tokoh religius ”kepleset” dengan ucapan yang memaki dan merendahkan penjual teh di sebuah ceramah. Netizen langsung bereaksi keras dan memprotes atas ucapan itu. Orang itu kemudian minta maaf dan mundur dari jabatannya sebagai staff khusus presiden. Saya jadi teringat apa yang pernah dikatakan oleh Ahok yang mengutip kata-kata Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke 16, “Kalau mau melihat karakter seseorang, berilah dia kekuasaan. Jika dalam kekuasaan tidak menyalahgunakan, orang tersebut sudah teruji.” Seorang panutan semestinya mengajarkan kebaikan dan keutamaan. Tutur kata dan perbuatannya didengar dan dilihat banyak orang. Segala sikapnya akan ditiru oleh umat yang dibimbingnya. Sangat disayangkan jika ada tokoh atau pemimpin justru memberi teladan yang kurang baik dan tidak terpuji. Yohanes Pembaptis adalah guru rohani yang mengajarkan kebaikan dan keutamaan. Banyak orang datang kepadanya dan bertanya, “Apakah yang harus kami lakukan?” Ia menuntun mereka untuk berbuat baik, peduli pada sesama yang kekurangan. "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." Kepada para pemungut cukai, ia berkata, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." Kepada para prajurit, Yohanes berkata, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Yohanes juga memberi teladan tentang kerendahan hati seorang pemimpin. "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Yohanes adalah guru yang mengajak "gawe becik" berbuat baik bukan "gawe serik" menyakiti orang lain. Itulah esensinya seorang pemimpin atau tokoh panutan. Semoga muncul pemimpin yang rendah hati dan peduli kepada orang kecil, miskin dan menderita, bukan orang-orang yang menggunakan kekuasaan untuk menindas dan menghina rakyat kecil dan tak berdaya Pergi mancing ke Pulau Buru, Ada ikan duyung pakai celana biru. Seorang pemimpin adalah guru, Ia jadi panutan, digugu dan ditiru. Wonogiri, wartakan kebaikan dan kebenaran Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 14 Desember 2024
PW. St. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja Matius 17: 10-13 ELIA adalah nabi besar di Israel. Dia berjuang untuk mengembalikan Israel kepada Yahwe walau harus melawan Raja Ahab dan istrinya, Izebel yang membawa dewa-dewi Baal. Elia menubuatkan tidak akan ada embun atau hujan di Israel karena ketidakpercayaan mereka pada Yahwe. Elia menantang Ahab untuk mengumpulkan nabi-nabi Baal. Ada 450 nabi palsu. Mereka ditantang untuk memanggil dewa-dewinya agar menurunkan api di atas korban. Nabi-nabi Baal tidak berhasil, sedang doa Elia didengarkan Yahwe. Rakyat mengakui Yahwe adalah Tuhan dan mereka menangkap nabi-nabi palsu dan membunuhnya. Elia diancam untuk dibunuh oleh Izebel. Selain itu Elia mengkritik Ahab yang karena bujukan Izebel mau merebut tanah Nabot di Yizreel. Ia merasa selalu diganggu oleh Elia. Dia ingin membalas dendam atas kematian nabi-nabinya. Maka Elia melarikan diri ke padang gurun dan tinggal di gunung Horeb. Yohanes Pembaptis datang membawa roh Nabi Elia. Ia berusaha mengembalikan umat pilihan-Nya kepada Allah. Pesan Malaikat Gabriel kepada Zakaria tentang kelahiran Yohanes berkata, “Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Yohanes juga menegur raja Herodes karena perkawinannya dengan Herodias tidak sah. Ia merebut istri saudaranya, Filipus. Karena hal ini, Yohanes ditangkap, dipenjara dan dipenggal kepalanya. Yesus pun menubuatkan diri-Nya yang akan diperlakukan sama dengan Yohanes Pembaptis. Dia ditolak oleh bangsa-Nya sendiri dan dihukum mati di salib. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Orang yang membawa kebenaran sering tidak disukai, dimusuhi dan ditolak. Beranikah kita mewartakan kebenaran seperti Elia, Yohanes Pembaptis atau Yesus sendiri? Marilah kita belajar rendah hati. Kita semua sama di hadapan ilahi. Kalau kita mau jadi seorang nabi. Penjual teh pun harus dihormati. Wonogiri, wartakanlah kebenaran dengan santun Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 13 Desember 2024
PW. St. Lusia, Perawan dan Martir Matius 11: 16-19 MENGIKUTI kemauan atau pikiran orang banyak pasti tidak akan ada habis-habisnya. Bahkan kita bisa dibikin pusing karenanya. Begitu pun melayani umat yang banyak maunya, tidak mungkin kita bisa memuaskan semuanya. Ada orang yang puas, pasti ada pula yang kecewa. Yesus mengkritik sikap orang-orang Yahudi yang seperti anak-anak di pasar. “Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Kata Yesus, “Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” Seorang Guru Besar Fisika Amerika keturunan China, Lin Lian Duo mengungkapkan kegelisahannya atas penilaian Orang Barat terhadap bangsanya. Puisi berjudul “Bagaimana Anda Ingin Kami Bertahan Hidup?” menggambarkan bagaimana dunia Barat menghadapi kemajuan di China. Saya kutip sebagian puisinya: Di masa lampau, saat kami masih sebagai bangsa pesakitan di Asia Timur, kami dituding “Bencana Kuning.” Sekarang ini saat kami diramalkan akan menjadi negara super power, kami dituduh sebagai ancaman utama terhadap dunia Di masa lampau, kami menganut faham komunisme untuk membangun negeri, kalian menghujat kami sebagai pembangkang. Sekarang ini saat kami melaksanakan sistem kapitalisme, lagi-lagi kalian pula yang mencaci kami sebagai kaum kapitalis. Di masa lampau, saat kami sangat sangat miskin, kalian memandang kami seperti anjing. Sekarang ini saat kami meminjamkan uang untuk kalian, kalian menyalahkan kami telah menyebabkan hutang luar negri kalian membengkak. Sekarang kami mengembangkan industrialisasi, kalian menuding kami sebagai pencemar lingkungan. Sekarang kami menjual produk kami kepada kalian, kalian pula yang menuduh kami biang kerok pemanasan global. Marilah kita menghargai karya-karya baik dan perjuangan orang, jangan mudah mencari keburukannya. Kalau anda diminta melakukannya, belum tentu anda bisa mewujudkannya. Mari kita belajar menghargai jerih payah orang lain. Ke pasar membeli es lilin, Jatuh ke tanah dijilat anjing. Sukanya menuntut orang lain, Disuruh kerja lari pontang-panting. Wonogiri, jangan berpikiran plin-plan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 12 Desember 2024
Kamis Adven II Matius 11: 11-15 PADA tanggal 5 Desember 2013, Afrika Selatan kehilangan seorang presiden yang telah mengubah peradaban bangsa itu. Dialah Nelson Mandela. Dia berjuang melawan politik apartheid yaitu pembedaan warna kulit. Puluhan tahun kaum kulit hitam Afrika Selatan dijajah oleh orang Inggris dan Belanda. Mandela melawan politik yang diskriminatif dan menindas ini. Ia pernah dipenjara selama 27 tahun. Hidup dalam penderitaan dan penganiayaan. Tahun 1994 ia terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan. Ia berjanji hanya akan memerintah selama satu periode. Ia menciptakan dasar-dasar hidup bagi emansipasi, kesetaraan gender, demokrasi, hak asasi dan keadilan sosial. Jejak perjuangannya diakui oleh dunia. Maka PBB menetapkan tanggal 18 Juli yaitu hari kelahirannya, sebagai Hari Internasional Nelson Mandela. Ia membuka jalan bagi para penerusnya agar membangun Afrika secara demokratis dan berkeadilan. Hari ini Yesus memuji kehadiran Yohanes Pembaptis di tengah-tengah bangsanya. Yesus berkata; ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” Yohanes adalah perintis, pembuka jalan bagi Sang Juruselamat. Ia berjuang melawan kekuasaan Herodes. Yohanes mewartakan tentang kebenaran, keadilan dan hidup sosial yang benar. Ia pernah dipenjara karena memprotes kelakuan Herodes yang melanggar norma moral. Yohanes mati dipenggal kepalanya. Banyak orang diinspirasi oleh perjuangan Yohanes Pembaptis ini. Ada Gandhi, Mandela, Mother Teresa, Romo Mangunwijaya dan tokoh-tokoh yang lain. Mereka berjuang untuk kebebasan, keadilan dan kemanusiaan. Marilah kita teruskan perjuangan mereka. Dunia masih membutuhkan pejuang-pejuang hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan. Penindasan dan ketidakadilan masih ada dimana-mana. Jangan lelah bekerja bersama Tuhan demi memanusiakan manusia dengan martabatnya yang luhur. Banyak pengamen jalanan, menyanyi tanpa perasaan. Berjuang untuk keadilan, Menjunjung nilai kebenaran. Wonogiri, mari berjuang bersama Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 11 Desember 2024
Rabu Adven II Matius 11: 28-30 SALAH satu lirik dalam lagu A Shoulder to Cry On yang dilantunkan Tommy Page berbunyi demikian: And when you need a shoulder to cry on, When you need a friend to rely on, When the whole world is gone, You won’t be alone, cause I’ll be there, I’ll be your shoulder to cry on, I’ll be there, I’ll be a friend to rely on, When the whole world is gone, you won’t be alone, cause I’ll be there. (Saat kamu membutuhkan bahu untuk menangis, Bila kamu membutuhkan teman untuk diandalkan, Bila seluruh dunia hilang, kamu tidak akan sendirian, karena aku akan berada di sana, Aku akan menjadi bahumu untuk menangis, Aku akan berada di sana. Aku akan menjadi teman untuk diandalkan, Bila seluruh dunia hilang, kamu tidak akan sendirian, karena aku akan berada di sana) Ada saat dimana kita mengalami beban hidup yang sangat berat. Ada kalanya kita menjumpai jalan yang buntu dan gelap. Saat itulah kita membutuhkan tempat “Curhat.” Dibutuhkan teman yang bisa mendengarkan dan meringankan sedikit beban yang ada di pundak kita. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” Kata-kata Yesus ini seperti sebuah embun pagi yang menyejukkan. Dia menawarkan bahu-Nya menjadi tempat sandaran bagi kita yang menanggung beban berat. Dia membuka tangan-Nya untuk menolong kita yang sedang kesulitan. Apakah kita mau datang kepada-Nya dan menyandarkan diri dari segala persoalan yang sedang kita hadapi? Maukah kita datang mencurahkan segala kepenatan hidup kepada-Nya? Yesus pun tidak ingin kita berbeban berat. Ia juga berkata pada kita seperti syair lagu itu: “You won’t be alone, cause I’ll be there, I’ll be your shoulder to cry on.” Mari kita datang kepada Yesus. Dia akan memberi kelegaan kepada kita. Beli emas duapuluh dua karat, Disimpan di atas kayu belandar. Jika kita sedang letih lesu dan berat, Pastikan ada bahu tempat bersandar. Wonogiri, I’ll be there for you Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 10 Desember 2024
Selasa Adven II Matius 18: 12-14 FILM berjudul “Not One Less” sangat edukatif dan menyentuh perasaan kita yang menikmati. Judul itu mewakili kisah yang terjadi di Sekolah Dasar Shuiquan, Desa Zenningbao, Kabupaten Chicheng, Provinsi Hebei, Tiongkok. "Tak seorang pun murid boleh pergi atau tidak boleh satu murid pun meninggalkan kelas," demikian pesan Pak Guru Gao kepada Wei Minzhi, penggantinya. Wei Minzhi, 13 tahun lulusan SD ditunjuk mengganti Guru Gao yang akan cuti mengurus ibunya yang sakit. Wei dipesan oleh Guru Gao supaya menjaga anak-anak agar jangan sampai ada yang hilang atau pergi. Wei tidak punya pengalaman sebagai guru. Ia hanya hapal satu lagu, dan itupun sering lupa liriknya. Namun kejadian tak terduga menimpanya. Zang Huike salah satu muridnya lari dari sekolah untuk mencari kerja di kota. Wei berusaha mengumpulkan uang untuk mencari Zang ke kota. Dengan susah payah dia pergi ke sana kemari mencari anak didiknya. Digambarkan bagaimana perjuangan seorang pendidik yang bertanggungjawab mencari siswanya yang pergi. Adegan sangat menyentuh ketika dia diwawancari reporter stasiun TV local. Dengan mimik memelas hampir putus asa, dia berkata terbata-bata, “Zang Huike, pulanglah, kami semua merindukanmu.” Kebetulan pemilik warung dimana Zang Huike bekerja sebagai pencuci piring melihat acaraTV. Dia kemudian membawa Zang Huike kepada Guru Wei dan mereka ketemu dengan bahagia. Sangat mengharukan, usaha Guru Wei mencari satu muridnya yang hilang. Yesus mengajarkan betapa Allah itu sungguh baik. Ia sangat mengasihi kita. Domba yang hilang dicari-Nya sampai ketemu. Yesus berkata,”Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." Kendati kita seperti domba yang tersesat, namun Allah mencari kita dengan penuh kasih-Nya. Kasih-Nya lebih besar daripada dosa-dosa kita. Kita pantas bersyukur karena kasih-Nya. Kalau sakit makanlah pisang, Kalau belum sembuh minumlah jamu. Kita adalah domba yang hilang, Allah terus mencari sampai ketemu. Wonogiri, tak dibiarkan-Nya hilang Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 9 Desember 2024
HR. St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Lukas 1: 26-38 KETIKA Shopping Center (Sekarang Taman Pintar) dan terminal angkutan kota Yogyakarta masih berada di belakang Benteng Vredeburg, ada taman kecil di Jalan Senopati, di depan Gereja Kidul Loji. Di Taman itu sering dipakai mangkal para waria sampai dini hari. (Rm. Benny Sumintarto punya pengalaman lucu dengan mereka di depan Gereja Kidul Loji) Dulu ada WC umum di taman itu yang kumuh dan bau. Tetapi anehnya di dekatnya ada tanaman bunga mawar yang indah warnanya. Bunga mawar itu disirami denga air comberan dari WC umum itu. Walau pun airnya kotor dan bau tetapi mawar itu tetap menunjukkan keindahan dan kemegahannya. Hari ini kita merayakan Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dosa. Setiap manusia mewarisi dosa asal dari Adam. Oleh karena warisan dosa asal itu melekat, menyatu pada kemanusiaan kita, kita tampaknya lebih cenderung dan mudah untuk berdosa dan melakukan kejahatan daripada melakukan kebajikan-kebajikan. Kendati kemanusiaan kita berdosa, tetapi Allah mengecualikan Maria sebagai Perawan yang dikandung tanpa dosa. Karena Maria melahirkan Sang Juruselamat yang kudus, tak berdosa. Maka Rahim Maria pun disucikan oleh Sang Putra yang lahir daripadanya. Sebagaimana mawar itu tetap indah, mulia, harum, dan cantik warnanya, kendati dia tumbuh dan disiram dengan air yang kotor dan berbau. Demikian pun Maria tetap suci murni dan bersih dari noda dosa kendati hidup di tengah dunia yang kotor dan berdosa. Maria sudah sejak kekal ditentukan Allah untuk menjadi Bunda PuteraNya, Sang Penebus dunia. Ia ditentukan untuk melahirkan Yesus, Anak Allah, dan karena itu sejak awal hidupnya, ia dipersiapkan untuk mengemban tugas luhur ini dengan kesucian. Melalui dialah Tuhan menyalurkan rahmat keselamatan. Maria menjadi teladan kesucian kita umat manusia. Dengan kesetiaan dan kesuciannya, kita bisa meniru perjuangannya mencapai kekudusan. Per Mariam ad Jesum, melalui kesucian Maria kita sampai pada keselamatan Yesus Kristus. Naik perahu menuju Kalimantan, Bersandar dulu di Pulau Bawean. Maria teladan kaum beriman, Tetap setia menuju keselamatan. Wonogiri, salam ya Maria Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 8 Desember 2024
Minggu Adven II Lukas 3:1-6 ISTILAH Voorijder dalam Bahasa Belanda berarti “Pengendara depan.” Mereka adalah pengendara motor yang bertugas mencarikan jalan bagi pejabat penting. Pada zaman kolonial, voorijder adalah pengawal pejabat tinggi pemerintah kolonial. Mereka adalah anggota Polisi Militer. Saat kemerdekaan Indonesia, voorijder tetap dipakai untuk membuka jalan bagi para pejabat seperti Presiden, Menteri dan anggota DPR. Belakangan masyarakat umum juga boleh menggunakan jasa voorijder untuk membukakan jalan. Mereka yang lebih didahulukan untuk akses jalan seperti ambulans, mobil jenasah, pemadam kebakaran dan pertolongan kecelakaan lalu lintas dipandu oleh voorijder. Tugas voorijder adalah membuka jalan bagi mereka yang dalam kondisi darurat dan penting serta kritis. Yohanes Pembaptis boleh diumpamakan sebagai petugas Voorijder. Dia membuka jalan bagi kedatangan orang paling penting yaitu Sang Juruselamat. Sirine yang didengungkan mengajak kita semua untuk bertobat dan memberi diri dibaptis. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Yohanes Pembaptis mengajak kita mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. Yohanes mengajak kita melakukan perubahan hidup. Dari yang bersifat egoistik menuju kepada semangat mengasihi dan mengampuni. Yohanes juga mengajak setiap orang melakukan pertobatan sosial. Menghilangkan kesenjangan sosial dengan semangat berbagi kepada mereka yang miskin dan menderita. Kita mesti peduli terhadap kaum lemah, anak yatim piatu, janda, kaum difabel dan mereka yang terpinggirkan. Masa Adven ini warta Yohanes masih sangat relevan di tengah zaman yang makin egosentris dan acuh tak acuh. Yohanes telah membuka jalan, mari kita semua mewujudkan pertobatan. Desember mulai ada buah durian, Datangnya dari daerah Mojogedang. Masa Adven masa untuk pertobatan, Menyiapkan jalan bagi Mesias yang datang. Wonogiri, siapkanlah jalan bagi Tuhan Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed