Puncta 10 Juli 2025
Kamis Biasa XIV Matius 10:7-15 PENGALAMAN pertama tugas di Kalimantan sungguh unik dan menarik. Saya ditugaskan di sebuah paroki di pedalaman. Jarak dari kota Kabupaten Ketapang sekitar 150 kilometer. Saya berangkat dari Ketapang menuju Nanga Tayap. Dengan sepeda motor warna kuning saya membawa semua bekal; ransel besar berisi pakaian. Saya bersama Rm. Bangun mampir ke pasar untuk membeli sepatu boot, karena itu nanti akan dipakai setiap waktu. Sepatu sandal yang saya pakai, saya ganti dan saya ikatkan di jok belakang motor. Rm. Bangun melaju di depan dengan sangat kencang. Saya mengikutinya dengan “terpontal-pontal” dari belakang. Saya tidak biasa lewat jalan berlubang-lubang. Kami melewati jalur panjang Siduk, Kepayang, Sumberpriangan, Sei kelik. Jalan masih buruk, tidak sebagus sekarang. Sesampai di Pastoran, sambil membersihkan ransel, jaket dan tas dari debu yang melekat, saya cari sepatu sandal yang diikat di belakang. Alamak!! Sepatunya tinggal satu. Yang satunya jatuh di jalanan buruk tadi. Bacaan hari ini mengingatkan saya untuk percaya total pada rencana Tuhan. Dia mengutus murid-muid-Nya dengan pesan, “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” Tuhan yang mengutus, pasti Tuhan yang akan mengurus. Seringkali kita takut dan kawatir akan hidup. Bekal dibawa bertumpuk-tumpuk. Dompet diisi dengan uang atau ATM bermacam-macam. Kita kurang percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Kita hanya diminta oleh Tuhan untuk fokus dan beri prioritas pada perutusan. Segala hal yang kita perlukan akan dilengkapi oleh Tuhan. Tugas utama adalah mewartakan Kerajaan Allah. Hadirnya Kerajaan Allah ditandai dengan sembuhnya orang sakit, orang mati dibangkitkan, orang kusta dibersihkan, setan-setan dilenyapkan. Tuhan memberi kuasa itu dengan cuma-cuma, maka kita pun diajak menyalurkan anugerah Tuhan itu dengan cuma-cuma juga. Kasih-Nya pasti akan melimpah jika kita menjalankannya dengan sukacita. Percayakah kita dengan providentia Dei yakni penyelenggaraan-Nya yang tiada henti? Naik sepeda di tengah ramainya kota, Suara sirine meraung membahana. Tuhan mengutus dengan cuma-cuma, Kita pergi dengan riang gembira. Wonogiri, jangan takut diutus Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2034
Categories |