Puncta 21 November 2024
PW. St. Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah Lukas 19: 41-44 PARIS adalah kota yang indah dan mempesona. Ibarat seorang gadis, ia sangat cantik molek. Para turis tidak akan melewatkan pergi ke Arch de Triomphe atau gerbang kemenangan Napoleon Bonaparte. Ada dua belas jalan yang menuju ke titik Arch de Triomphe. Jalan yang paling terkenal adalah Champs-Élysées. Gerbang ini adalah tiruan dari Gerbang kemenangan Kaisar Titus di Roma. Setelah membumihanguskan Yerusalem, Titus pulang ke Roma pada tahun 71 M, membawa jarahan dari Bait Suci dan disambut gegap gempita oleh rakyatnya. Di atas gerbang yang dibangun tahun 82 M oleh Kaisar Domitianus, adik Titus itu terukir sebuah kalimat berbunyi demikian, “SENATVS POPVLVSQVE·ROMANVS DIVO·TITO·DIVI·VESPASIANI·F(ILIO) VESPASIANO·AVGVSTO” artinya "Senat dan Rakyat Romawi (mempersembahkan kepada) yang kudus Titus, putra Vespasianus Augustus." Bagi orang Romawi, ini adalah gerbang kemenangan. Tetapi bagi rakyat Yahudi di Palestina ini adalah kenangan kehancuran Bait Suci. Gerbang ini adalah saksi bisu atas nubuat Yesus yang dikatakan tigapuluh tahun sebelumnya. Yesus pernah menangisi kota itu. “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Sebab akan datang harinya, musuh mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawat engkau.” Melihat warisan sejarah masa lalu, kita bisa makin percaya akan sabda dan ajaran Yesus. Apa yang dikatakan-Nya sungguh benar, menjadi kenyataan. Kehancuran Yerusalem ditandai oleh tugu peringatan Arco de Tito di Via Sacra Roma. Gapura indah ini masih berdiri kokoh menjadi saksi sejarah sampai sekarang. Kendati seluruh dunia hilang musnah, tetapi iman akan Yesus tetap kokoh selamanya. Dialah sabda kebenaran Allah. Susuri kebun teh di Pagilaran, Tembus perbatasan di Bumiayu. Sabda Tuhan adalah kebenaran, Jadi pelita bagi setiap langkahku. Wonogiri, sabda-Mu adalah kebenaran Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 20 November 2024
Rabu Biasa XXXIII Lukas 19:11-28 PERNAH anak-anak sekolah Katolik di Jakarta mengadakan live in di Cawas. Ada yang diajak “angon bebek” (menggembala itik) di sawah. Mereka belajar menggiring itik-itik untuk mencari makan di sawah. Ada yang heboh, bingung karena baru pertama kali melihat itik. Mereka baru tahu kalau menyuruh itik jalan ke kanan, tongkat diacungkan di sebelah kiri. Kalau ke kiri, berarti acungkan tongkat di kanan. Tidak seperti emak-emak yang naik motor, lampu riting di kanan malah beloknya ke kiri. Jangan menyepelekan tugas kecil dan sederhana. Dari angon bebek, Mgr. Suharyo dipercaya menggembalakan umat yang sangat besar. Dari hal-hal kecil kita bisa dipercaya untuk tugas-tugas yang besar. Semua dimulai dari hal-hal kecil. Dapat dipercaya dalam perkara kecil (angon bebek) maka dipercaya lagi ke perkara yang lebih besar. Kepercayaan (Trust) menjadi kata kunci dari keberhasilan. Ada tiga unsur yang dapat dinilai untuk membangun kepercayaan; Positive relationships, Good judgment/expertise dan consistency. Kepercayaan didasarkan pada bagaimana membangun hubungan yang baik dengan semua pihak. Relasi positif akan memperluas areal positif. Relasi positif memudahkan kita diterima di semua wilayah tugas kita. Unsur kedua dari kepercayaan adalah ahli di bidangnya (expert). Seorang pemimpin harus ahli di bidangnya, menguasai bidang yang diampunya. Setia dalam melakukan hal-hal kecil akan membuat kita menjadi ahli di bidangnya. Unsur terakhir dari kepercayaan adalah konsistensi. Seorang pemimpin itu menjadi teladan. Melakukan apa yang dikatakan. Di dalam konsistensi ada kejujuran dan integritas. Apa yang diucapkan, secara terus menerus dilakukan dalam praktek. Dalam Injil, Yesus memberi perumpamaan tentang hamba yang diberi kepercayaan untuk mengembangkan mina. Setiap orang mendapat satu mina. Ada yang berhasil mengembangkan menjadi sepuluh mina, lima mina. Tetapi ada juga yang tidak berbuat apa-apa. Tuan itu berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik. Engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Kesetiaan dan kepercayaan dalam hal-hal kecil akan menghasilkan tanggungjawab yang lebih besar. Dari angon bebek menjadi pemimpin jemaat. Mari kita setia dalam perkara-perkara kecil. Mari kita bangun kepercayaan dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana. Tanggungjawab besar sudah menanti di depan mata. Pergi berdagang sampai ke Palangkaraya, Untuk mencari ayam bekisar yang langka. Jika kita setia dalam hal-hal kecil sederhana, akan diberi tanggungjawab yang besar juga. Wonogiri, setia dalam hal kecil Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 19.11.24
Selasa Biasa XXXIII Lukas 19: 1-10 LAGU berjudul “Widuri” yang dinyanyikan Bob Tutupoli melegenda sampai sekarang. Hampir semua orang bisa menyanyikan lagu itu. Saya kagum dengan suara Bob yang merdu lembut dan berkharisma. Saya ingin suatu saat bisa menyanyi bersama sang idola. Suatu kali Bob diundang mengisi acara Rotary di Hotel Garuda Yogya. Saya hadir sebagai anggota Rotary. Bob menyanyikan lagu itu. Dia turun ke panggung berkeliling ke meja-meja. Dia menghampiri saya dan meminta saya meneruskan syairnya. Dengan penuh suka cita saya hanyut dalam suasana, berjumpa dengan sang idola. Seorang pemungut cukai, Zakheus nampaknya ngefans berat sama Yesus. Ia sangat penasaran dengan Yesus. Diam-diam ia mengagumi pribadi itu. Ia berusaha dapat berjumpa dan melihat seperti apakah Yesus itu. Ia punya kekurangan yaitu badannya pendek. Orang banyak merintanginya. Maka dia memanjat pohon ara. Yang penting bisa berjumpa dengan Sang Idola. Gayung bersambut. Ketika Yesus lewat di situ, Ia melihat Zakheus dan berkata, “Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Tanpa pikir panjang, Zakheus “mlorot” turun dari pohon dan menemui Yesus di rumahnya. Terjadilah perubahan hidup dalam diri Zakheus. Perjumpaan dengan Yesus mengubah hidup Zakheus. Yang tadinya dia menjadi pemungut cukai, menariki pajak dari rakyat, bahkan dengan memaksa dan memeras, kini dia membagikan hartanya. “Tuhan separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Ada gerak pertobatan yang dinamis setelah orang berjumpa dengan Yesus. Zakheus yang dulunya pemungut menjadi pembagi, yang dulunya pemeras sekarang menjadi pengasih. Dia dulu amat kaya, sekarang menjadi orang yang murah hati. Atas pertobatan itu, Yesus menegaskan, “Hari ini terjadilah keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Pertobatan mendatangkan keselamatan. Pengalaman dan peristiwa keselamatan itu bisa terjadi sampai sekarang. Peristiwa Zakheus bisa terjadi pada diri kita juga. Yesus berkata, “Hari ini terjadi keselamatan.” Keselamatan Yesus terjadi sepanjang masa. Hari ini terjadilah keselamatan, jika orang bertobat seperti yang dilakukan Zakheus. Yesus terus mencari dan menyelamatkan orang yang hilang. Hari ini terjadi keselamatan, jangan dilewatkan. Menikmati deru ombak di laut selatan, Sambil melihat nelayan di atas sampan. Tuhan terus mencari dan menyelamatkan, Asal kita mau datang melakukan pertobatan. Wonogiri, marilah berbenah dan berbuah Rm. A. Joko Purwanto,Pr Puncta 18 November 2024
Senin Biasa XXXIII Lukas 18:35-42 KESUKSESAN atau keberhasilan itu tergantung pada seberapa besar dan kuat keyakinan seseorang. Jika orang itu penuh keragu-raguan, hambatan atau rintangan kecil pun akan mengurungkan niatnya. Dia takut menghadapi rintangan. Tetapi kalau orang itu sungguh yakin, hambatan sebesar gunung pun akan diterjangnya, untuk bertekad mencapai puncak prestasi. Keyakinan atau kepercayaan akan sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang. Kita bisa belajar dari kisah orang buta yang mengemis di pinggir jalan. Dia berusaha dengan keras agar dapat bertemu dengan Yesus yang lewat. Kendati orang banyak menegurnya supaya diam, namun dia tetap berseru kepada Yesus. Orang-orang yang berkerumun itu adalah hambatan. Mereka menyuruh supaya diam. Tetapi keyakinannya sangat kuat. Ia tidak mundur dari hambatan. Ia terus berteriak-teriak. Kendati dia tidak bisa melihat, tetapi dia mampu mendengar. Dari pendengarannya, dia percaya bahwa Yesus adalah Juruselamatnya. Dari ungkapannya, menyebut Yesus, Anak Daud, orang buta itu punya pengharapan besar, dia akan disembuhkan. Dia terus menyebut “Yesus, Anak Daud kasihanilah aku!” Inilah doanya yang tidak pernah berhenti. Walau kesulitan menghadang, pengemis buta ini tidak putus asa dan mundur. Dia terus maju dan berusaha dengan keras. Tidak ada orang hidup tanpa kesulitan, hambatan dan rintangan. Justru orang-orang yang mampu keluar dari kesulitan itulah mereka akan menjadi pemenang, berhasil dan sukses. Tidak ada nahkoda hebat yang lahir dari laut yang tenang. Gelombang besar, ombak yang hebat justru melahirkan orang-orang yang kuat dan tangguh dalam hidup. Jangan menjadi anak manja dan suka mengeluh. Kalian tidak akan menjadi pribadi yang tangguh. Mengeluh saja tidak menyelesaikan masalah. Iman yang kuat dan tak kenal putus asa itulah yang diajarkan oleh pengemis buta tadi. Justru itulah Yesus kemudian mengatakan, "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Mari terus berjuang dalam kesulitan. Makan pete dicampur rambutan, Bikin lidah kelu dan kesemutan. Hambatan adalah batu ujian, Jangan menyerah dan putus harapan. Wonogiri, percaya dengan teguh Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 17 November 2024
Mnggu Biasa XXXIII Hari Orang Miskin Sedunia Markus 13:24-32 WAKTU belajar di Seminari, Guru Bahasa Indonesia yaitu Pak Sunaryo tidak pernah memberitahu kepada siswa bahwa akan ada ulangan atau ujian. Dia setiap saat bisa saja berkata kepada murid-muridnya, “Hari ini ulangan, siapkan kertas!” Dia langsung akan menulis di papan tulis beberapa kalimat dan para siswa diminta untuk menjabarkan mana subyek, predikat, obyek, keterangan tempat, waktu dan hukum DMnya. Pak Sunaryo mengandaikan bahwa setiap siswa selalu belajar mempersiapkan diri setiap waktu. Tidak ada istilah belajar system SKS (Sistem Kebut Semalam) atau “wayangan,” istilah untuk belajar semalam suntuk. Kalau ada ujian baru belajar. Kalau tidak ada ujian atau ulangan malas belajar. Siswa tidak pernah menyiapkan diri setiap saat. Kedatangan Anak Manusia kedua kalinya disamakan dengan hari kiamat. Kita tidak tahu kapan dan waktunya hari akhir zaman datang. Hanya Allah Bapa yang mengetahuinya. Maka semua orang diajak untuk bersiap-siap. "Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Itulah tanda-tanda yang dikatakan Yesus. Semua akan menghadap ke pengadilan akhir. Semua orang tanpa kecuali akan diadili semua perbuatannya. Yang akan menentukan adalah iman kepercayaan dan perbuatan baik kita. Sejauhmana kita telah percaya kepada Yesus Juruselamat dan bagimana kita melaksanakan kebaikan-kebaikan di dunia. Alam semesta sering memberi tanda-tanda untuk mengingatkan kita agar siap siaga jika akhir zaman tiba. Peka membaca tanda-tanda bisa menolong kita bersiap diri. Bagaimana kita bisa peka? Kalau kita membuka hati mendengarkan Firman-Nya. Mari kita peka akan tanda-tanda akhir zaman. Jalan dari Wonogiri ke Manyaran, Melewati jalan-jalan pegunungan. Peka membaca tanda-tanda zaman, Tuhan datang tanpa pemberitahuan. Wonogiri, siap siaga saatnya tiba Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 16 November 2024
Sabtu Biasa XXXII Lukas 18: 1-8 SAYA pernah mengalami berdoa terus menerus, tetapi rasanya tak didengarkan oleh Tuhan. Saya menambah lagi waktu doanya. Namun rasanya Tuhan tidak peduli dengan permohonan yang saya minta. Mungkin anda juga pernah mengalaminya. Tak ada jawaban langsung dari Tuhan, bahkan rasanya seperti sia-sia saja. Saya sampai mempertanyakan apakah Tuhan sungguh mengasihi saya? Usaha dan doa yang siang malam terus dipanjatkan, namun tiada nampak hasil yang diinginkan. Yesus memberi perumpamaan melalui janda yang terus menerus meminta kepada hakim untuk menyelesaikan perkaranya. Janda itu tanpa letih dan malu terus datang dan “menggganggu” hakim yang tidak takut Allah itu. Di kalangan masyarakat Yahudi, seorang janda tidak diperhitungkan nasibnya. Tidak ada orang yang menjamin hidup seorang janda. Kalau suaminya sudah meninggal dan ia tidak memiliki anak laki-laki, maka tidak ada yang mengurus kehidupannya. Kita bisa ingat bagaimana Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes, murid-Nya ketika Dia akan mati di kayu salib. Ia memikirkan nasib Maria yang sudah janda, agar ada yang menjamin kehidupannya. Janda ini terus menerus meminta kepada hakim untuk memenangkan perkaranya. Lama kelamaan hakim itu risih karena si janda terus mengganggunya. Maka ia mengabulkan permintaan janda itu. Usaha keras tidak akan mengkhianati hasilnya. Hakim itu akhirnya menolong janda yang tak jemu-jemu terus memintanya. Demikian juga Allah akan mengabulkan doa-doa kita yang tiada henti terus berusaha. Sabarkah kita untuk terus datang meminta kepada Tuhan? Hakim yang tidak mengenal dan tidak takut akan Allah saja akhirnya menolong janda itu, apalagi Allah yang mahakuasa pasti juga akan menolong orang yang siang malam datang meminta kepada-Nya. Kita butuh sabar dan gigih terus berusaha. Setiap sore menikmati senja, duduk santai di Pantai Sundak. Jangan pernah berhenti berdoa, Pada waktunya Tuhan bertindak. Wonogiri, semangat terus berdoa Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 15 November 2024
Jum’at Biasa XXXII Lukas 17: 26-37 GUNUNG Lewotobi Laki-laki meletus pada Senin dini hari, 4 November 2024. Suara gemuruh disertai hujan batu meluncur dari puncak gunung. Suara gemuruh sungguh menakutkan. Apalagi malam itu hujan turun dengan derasnya. Batu-batu, besar dan kecil beterbangan menjatuhi apa saja. Rumah-rumah warga menjadi rusak. Bahkan banyak korban, manusia dan binatang berjatuhan karena tertimpa hujan batu. Dilaporkan oleh BPBD sudah ada sepuluh korban meninggal. Suster Nikolin SSpS salah satunya. Kita semua ikut berduka. Kita semua ikut prihatin dan berusaha membantu penderitaan para korban dengan berbagai usaha dan doa. Bencana alam tidak dapat diperkirakan. Gempa, erupsi, banjir, tanah longsor, tsunami tak bisa diduga sebelumnya. Kita diajak waspada karena musim hujan sudah tiba. Yesus menjelaskan tentang kedatangan Anak Manusia. Semua orang tidak menyadari akan datang-Nya. Mereka semua melakukan aktivitas rutin setiap hari. Ada yang makan-minum, kerja sepanjang hari, kawin dan dikawinkan. Semua sibuk melakukan tugas masing-masing. Gambaran tentang peristiwa Sodom dan Gomora dipakai oleh Yesus untuk mengingatkan agar orang berjaga-jaga. Tidak hanyut oleh urusan-urusan duniawi saja, tetapi berjaga jaga dan waspada, jika saatnya tiba. Orang yang mendengarkan suara Tuhan akan selamat. Contohnya, Nuh saat dia membuat bahtera dan Lot yang menyelamatkan diri dari hujan belerang. Sedang istri Lot menoleh ke belakang untuk mengambil harta bendanya. Ia tidak selamat. Kita boleh menjalankan rutinitas hidup kita. Tetapi kita juga diingatkan bahwa saatnya akan tiba kita menghadap Allah Mahakuasa. Di sanalah saatnya hari kedatangan Anak Manusia yang akan mengadili kita. Selagi masih diberi waktu kita perlu menyiapkan diri, mengumpulkan bekal ke surga. Kebaikan, ketulusan, pengampunan, kerendahan hati dan suka menolong, berbagi adalah bekal dalam perjalanan abadi. Mari kita selalu bersiap siaga. Ke Pasar Klewer beli kemeja, Pilih warna biru dan hijau muda. Alam sering mengingatkan kita, Agar tawakal dan tunduk pada-Nya. Wonogiri, berjaga-jagalah senantiasa Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 14 November 2024
Kamis Biasa XXXII Lukas 17: 20-25 KRESNA adalah penjelmaan Dewa Wisnu, pemelihara kehidupan di alam semesta. Ia memiliki tiga senjata yakni Senjata Cakra, Bunga Wijayakusama dan Kaca Paesan. Masing-masing memiliki kesaktian yang berbeda. Senjata Cakra berguna untuk menumpas segala kejahatan. Wijayakusuma berfungsi untuk menghidupkan segala makhluk yang mati belum waktunya. Kaca Paesan berguna untuk melihat peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di depan. Dengan senjata Kaca Paesan, Kresna bisa “ngerti sadurunge winarah” (mengetahui apa yang akan terjadi). Kaum Farisi suka mencobai Yesus dan bertanya hal-hal yang bisa menjatuhkan-Nya. Maka mereka bertanya, apakah Yesus tahu kapan Kerajaan Allah itu datang. Karena mereka mendengar Yesus berasal dari Allah. “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Tidak dapat dikatakan, lihat ia ada di sini, atau ia ada di sana. Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengahmu,” Jawab Yesus. Seperti orang Farisi, kita sering juga ingin melihat tanda-tanda lahiriah, seperti mukjijat luar biasa, kejadian aneh bin ajaib, hal-hal yang di luar akal sehat atau sesuatu yang tidak masuk akal. Kerajaan Allah harus dilihat dengan iman yang bening dari hati seorang yang sederhana dan tekun mencari Allah. Seperti Kresna butuh “Kaca Paesan” untuk melihat masa depan, kita butuh mata hati yang jernih dan iman yang kuat agar mampu melihat Allah yang meraja. Kerajaan Allah itu istilah yang menggambarkan Allah meraja di tengah-tengah kita. Dunia yang damai, tentram aman, sejahtera bahagia adalah tanda Kerajaan Allah. Seperti Kresna membutuhkan “Kaca Paesan”, kita membutuhkan Roh Kudus yang menolong kita menerawang hadirnya Kerajaan Allah. Apakah anda sering berdoa mohon karunia Roh Kudus agar mampu melihat karya Allah yang hadir di tengah-tengah kita? Doa menjadi cara mengetahui kehendak Allah. Silahkan dicoba. Hujan deras belum reda-reda, Petir dan kilat saling sambar, Allah hadir di tengah kita, Jika hati suci dan sabar. Wonogiri, mohon bimbingan Roh Kudus Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 13 November 2024
Rabu Biasa XXXII Lukas 17: 11-19 ORANG Jepang kendati negara mereka sangat maju dan modern, tetapi tidak meninggalkan tradisi-tradisi nenek moyang yang luhur. Salah satu nilai tradisi yang terus dijaga adalah hormat dan berlaku sopan terhadap orang lain. Sejak anak usia dini mereka sudah diajarkan sikap hormat dan berterimakasih pada orang lain. Mereka selalu membungkukkan badan sambil menganggukan kepala kepada orang lain sebagai tanda hormat dan terimakasih. Tradisi ini disebut Ojigi. Ojigi adalah tanda kesopanan, berterimakasih, dan meminta maaf. Ojigi menjadi tradisi yang selalu dan terus menerus diajarkan mulai dari anak-anak, kaum dewasa bahkan orangtua juga melakukan. Ojigi mengajarkan kita untuk berlaku hormat, sopan dan berterimakasih kepada orang dan lingkungan sekitarnya. Ada sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka diminta memperlihatkan diri kepada imam, sebab imamlah yang berhak mengumumkan bahwa mereka telah tahir. Hal ini berhubungan dengan aturan Taurat tentang najis dan tidaknya seseorang. Dari sepuluh orang itu, hanya satu, bahkan dia adalah orang Samaria, yang kembali mengucapkan terimakasih kepada Yesus. Yang Sembilan lainnya tidak kembali. Yesus tidak mengharapkan ucapan terimakasih atau balasan apa pun. Tetapi kita harusnya tahu diri karena sudah ditolong dan disembuhkan. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari kutipan Injil ini. Pertama, kita mudah lupa untuk berterimakasih kalau sedang mengalami sukacita. Saking gembiranya sampai lupa berterimakasih kepada Tuhan. Kedua, kita sering salah duga. Kita sering menilai orang lain jelek, kotor, kafir dan merasa diri paling benar. Kita mudah menganggap orang lain rendah atau hina. Tetapi justru mereka menunjukkan sikap dan tindakan yang baik. Contohnya orang Samaria yang sakit kusta itu. dialah satu-satunya yang tahu berterimakasih dan kembali untuk memuliakan Tuhan. Marilah kita memperbaiki diri dengan membiasakan berterimakasih dan menghormati orang lain kendati mereka berbeda dengan kita. Ke toko membeli kain, Untuk dirangkai menjadi topi. Hormatilah orang lain, Jika engkau ingin dihormati. Wonogiri, hormatilah sesamamu manusia Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 12 November 2024
PW. St. Yosafat, Uskup dan Martir Lukas 17: 7-10 DENGAN niat murni serta usaha yang keras, Yosafat uskup di Belarusia mencoba untuk memperjuangkan kesatuan antara Gereja Ortodoks dengan Gereja Roma. Dia berkotbah kemana-mana untuk mengajak umat bersatu dengan Gereja Barat. Hidupnya yang saleh membawa banyak pertobatan. Pada tahun 1595 Metropolitan Ortodoks Kiev dan lima Uskup Ortodoks lainnya yang mewakili jutaan umat Ruthenia (Ukraina dan Belarusia) bertemu di kota Brest dan menandatangani deklarasi untuk bersatu kembali dengan Uskup Roma. Namun ada juga kelompok-kelompok yang iri hati atas keberhasilannya mengantar umat ke pangkuan Gereja Roma. Mereka malah membenci Yosafat dan mengarah kematiannya. Pada tanggal 12 November 1623, Yosafat dibunuh oleh lawan-lawannya yang tidak ingin bersatu dengan Gereja Roma. Ia mati memperjuangkan kesatuan gereja Kristus. Baru setelah kematiannya, banyak orang menyadari kebenaran apa yang diajarkan oleh Uskup Yosafat. Ia menunjukkan kesetiaan imannya sebagai hamba Tuhan. Santo Yosafat menghayati sabda Kristus, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Ia melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan menyerahkan dirinya kepada Kristus sebagai Tuannya. Seorang hamba tidak menuntut balasan apa pun dari tuannya. Ia hanya menjalankan tugasnya dengan setia. Kita semua adalah hamba di hadapan Tuhan. Kita hanya menjalankan perintah-Nya. Kita menjalani hidup dengan percaya dan setia kepada-Nya. Nonton bioskop di lantai tiga, Liftnya mati jalan pakai tangga. Kita ini hanyalah seorang hamba, Kita tak boleh sombong dan jumawa. Wonogiri, kawula abdining Allah Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |