Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Pertentangan Batin

10/24/2024

0 Comments

 
Puncta 24 Oktober 2024
Kamis Biasa XXIX
Lukas 12: 49-53

SEORANG ibu yang rajin dan aktif menggereja menghadapi dilema yang sulit. Anak gadisnya yang sedang mekar bak madu manis diisap oleh kupu-kupu muda yang menggelegak. Pesan dan nasehat ibu yang selalu mengingatkan tak digubrisnya. 

Kedua insan yang dimabuk asmara ini nekad melangkah jauh. Hamil tak bisa disembunyikan. Anak gadis itu dikeluarkan dari sekolah. Pergi meninggalkan rumah dan keluarga. 

Gadis itu dibutakan oleh cinta masa remaja. Ibunya hanya dapat berdoa mengeluh tanpa kata di depan Patung Pieta.

Ketika hidup tidak seperti yang dicitakan, kupu-kupu muda itu tetap terbang ke sana kemari tanpa henti, si gadis ditinggalkan tanpa rasa berdosa. 

Ia merintih pedih dengan bayi merah di pangkuannya. Akhirnya dengan rasa sesal mendalam, dia datang mengetuk pintu hati ibunya. 

Kasih mamanya seperti api yang tak pernah padam. Ibu itu menerima anak dan sekaligus cucunya. Kasih pengampunan menghapus marah dan dendam. Di depan salib Tuhan, mereka merenda masa depan.

Yesus datang untuk melemparkan api ke dunia. Api cinta kasih yang harus tetap dijaga nyalanya. Cinta Yesus yang berkobar itu harus dibasuh oleh air pembaptisan. 

Baptisan yang sesungguhnya adalah salib pengurbanan. Cinta sejati harus terwujud dalam pengurbanan diri.

Karena cintanya kepada Yesus, ibu tadi minta anaknya menikah dengan kekasihnya di gereja. Namun sang lelaki ngotot cukup nikah adat. Si gadis tak bisa berkutik. Ia melawan ibunya. Ia lari meninggalkan rumah dan gereja. Ketika jalan buntu akhirnya gadis itu kembali bersimpuh di kaki ibu dan Salib-Nya.

Salib Yesus memang tidak enak. Kadang kita ingin lari mencari kesenangan dan kenikmatan sendiri. Muncullah pertentangan di dalam keluarga. Yang satu ingin tetap setia pada salib, seperti ibu tadi. Yang lain ingin lari mencari kesenangan duniawi, seperti sang gadis. 

Pada akhirnya api cinta Yesus tetap menyala. Api kasih itu terwujud dalam pengampunan dan penerimaan ibunya. Api cinta Yesus menyadarkan gadisnya akan kebodohannya. 

Api kasih Yesus menerangi gelapnya hati di mabuk asmara. Kini dia memanggul salib untuk membesarkan buah hati yang tak tahu bapaknya.

Ibu itu bahagia dengan salib yang diterima. Ia hidup damai bersama anak gadis dan cucunya. Mereka bersama-sama memanggul salib dengan cinta yang tak pernah padam. Hanya api kasih Yesus yang mampu membawa damai kendati harus memanggul salib setiap hari. 

Sabda Yesus itu penguat sekaligus pegangan untuk terus menatap masa depan, “Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala.”

Semoga kita pun setia menjaga api cinta kasih Kristus agar terus menyala, sehingga perjalanan kita memanggul salib menjadi wujud nyata mangasihi Tuhan dan sesama.

Operasi kecil di kaki kanan,
Cukup istirahat seharian.
Api Yesus api pengorbanan,
Salib Yesus salib pengampunan.

Wonogiri, puji Tuhan kasihNya berlimpah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Membangun Kredibilitas

10/23/2024

0 Comments

 
Puncta 23 Oktober 2024
Rabu Biasa XXIX
Lukas 12:39-48

SUATU kali, Bapak saya memberi nasehat pada adik-adik, “Kalau kamu ikut kerja di tempat orang, kamu harus berbuat melebihi tuntutan orang itu. Misalnya, tuan rumah bangun jam lima pagi. Kamu harus bangun lebih pagi, jam empat atau setengah lima. Kalau dia minta menyelesaikan tugas satu hari, kerjakan kurang dari satu hari. 

Kalau sudah selesai, dan masih ada waktu luang, mintalah tugas lain yang bisa dikerjakan. Pimpinan pasti akan senang dan akan memberi tanggungjawab yang lebih besar lagi kepadamu.”

Saat itu orangtua mendidik anak-anaknya dengan keras, karena dunia akan memperlakukan kita lebih keras lagi. Kalau kita lulus dari didikan orangtua, maka kita juga akan siap menghadapi kerasnya tuntutan dunia yang kejam.

Tuhan Yesus berkata: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? 

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”

Santo Aloysius Gonzaga punya semboyan yang bagus, “Ad Maiora Natus Sum.” Artinya aku dilahirkan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar. Kita ini diberi talenta oleh Tuhan untuk bisa melakukan hal-hal yang lebih besar.

Sebagai hamba yang baik, kita diminta selalu siap siaga melakukan apa pun melebihi tugas dan tanggungjawab kita. Dengan demikian kita akan dipercaya oleh tuan kita dengan hal-hal yang lebih besar.

Tuhan Yesus bersabda, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."

Marilah kita menjadi hamba yang tekun dan siap sedia melakukan tugas panggilan kita. Tuhan akan mempercayakan kepada kita hal-hal besar untuk kita kerjakan.

Pergi ke Turki makan nasi kebab,
Nasinya empuk dagingnya sungguh lezat.
Kalau kita setia dan bertanggungjawab,
Akan dipercaya kerjakan tugas yang hebat.

Wonogiri, jadilah orang yang bisa dipercaya
Rm. A.Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Ada Lagu Kematian di Kelas

10/22/2024

0 Comments

 
Puncta 22 Oktober 2024
Selasa Biasa XXIX
Lukas 12: 35-38

CARA kreatif tapi sedikit nakal dilakukan para siswi menyambut kedatangan Guru Bahasa Jerman di kelas. Waktu itu ada pelajaran Bahasa Jerman di SMA Stella Duce Yogyakarta. Para murid yang semuanya adalah perempuan punya ide nakal. 

Mereka sengaja menyambut Ibu Guru yang akan masuk kelas dengan pura-pura tidur di kursinya masing-masing. Sambil menutup mata seperti orang tidur, mereka menyandarkan tubuhnya di kursi.

Disambut dengan cara yang kompak tapi nakal itu, Bu Guru Jerman ini tidak marah. Ia masuk ke kelas dengan tenang. Ia kemudian berdiri di depan kelas dan kemudian menyanyikan sebuah lagu dalam Bahasa Jerman.

Lagu itu berjudul, “Näher, mein Gott, zu dir.” Kalau Inggrisnya berjudul, “Nearer My God to Thee. Itu adalah lagu untuk mengiringi kematian. 

Dalam Buku Puji Syukur lagu itu diterjemahkan begini, “Tuhan, Berikanlah istirahat. Abadi dan tenang bagi yang wafat. Beri pengampunan segala dosanya. Kar’na mahamurah hati-Mu, Allah.”

Sontak para murid berteriak-teriak ketakutan dan bangun dari tidurnya. Ibu guru itu hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka dan pelajaran Bahasa Jerman dimulai. Murid-murid kagum pada Ibu Guru yang cerdas itu.

Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya, "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.”

Selalu berjaga-jaga dan siap sedia jika Tuhan datang itulah warta Yesus. Kapan saja Tuhan datang, kita selalu siap. Kita tidak tahu kapan Tuhan datang. 

Seperti juga kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Maka pentinglah kita menyiapkan diri dengan berjaga-jaga.

Berjaga-jaga itu tidak dengan tidur-tiduran santai seperti anak di kelas tadi. Berjaga-jaga adalah sebuah sikap yang siap melakukan apa pun dalam setiap kesempatan. Yesus memuji mereka yang berjaga-jaga. Orang yang demikian pantas mendapatkan apresiasi dari Tuannya.

“Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.”

Marilah kita gunakan waktu hidup kita ini untuk berjaga-jaga. Banyak melakukan kebaikan adalah wujud nyata dari semangat berjaga-jaga.

Kematian pasti akan datang,
Namun kita tidak tahu saatnya.
Lebih baik kita persiapan,
Jika waktunya telah tiba.

Wonogiri, siap siaga senantiasa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Rebutan Harta Warisan

10/21/2024

0 Comments

 
Puncta 21 Oktober 2024
Senin Biasa XXIX
Lukas 12: 13-21

BEBERAPA waktu lalu terjadi perkelahian antara dua kakak beradik di Tasikmalaya. Percekcokan berbuntut perkelahian dengan senjata tajam itu terjadi karena mereka memperebutkan harta warisan.

Di tempat lain, juga terjadi perseteruan antar saudara karena harta warisan. Rumah orangtua mereka tergusur oleh proyek jalan tol. Karena pembagian uang dari ganti untung  jalan tol yang tidak disepakati, menimbulkan pertengkaran antar saudara kandung. Mereka tidak mau bertegur sapa dan "jothakan" antar saudara.

Ada banyak kasus pertengkaran, perkelahian bahkan pembunuhan hanya karena rebutan harta warisan. Dalam Injil hari ini, Yesus juga dihadapkan pada persoalan berebut harta kekayaan.

Ada orang datang kepada Yesus dan meminta, "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." 

Yesus menolak untuk membantu. Ia justru menasehati orang itu. "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu," kata-Nya.

Keserakahan membuat orang lupa segalanya. Nafsu serakah sering membawa korban dari orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia bisa lupa pada saudara, teman baik dan tetangga. Nafsu serakah akan harta bisa membuat orang menjadi buta hatinya.

Yesus mengingatkan bahwa harta tidak dapat menyelamatkan. Siapa yang bisa menyelamatkan nyawa dengan hartanya? 

Yesus membuat perumpamaan orang yang serakah dengan harta. Lalu Ia bertanya, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”

Orang bisa memperoleh kekayaan dengan sekejap lewat korupsi, atau tindakan kotor lainnya. Tetapi dengan sekejap pula harta kekayaan bisa lenyap. 

Kehendak Tuhan siapa yang bisa menduga? Orang bisa tiba-tiba serangan jantung, kecelakaan, mati. Tiba-tiba ada bencana, tsunami, gempa bumi, harta langsung lenyap tertelan bumi. Lalu untuk apa semua itu?

Selamatkanlah nyawa dan hidupmu, jangan serakah akan harta yang tak bisa menyelamatkan dirimu. Jadikanlah dirimu kaya di hadapan Allah dengan banyak berbuat amal kasih. Hidup ini tidak lama, hanya sebentar saja.

Rebutan harta antar saudara,
Menjadikan dunia seperti neraka.
Harta tak akan dibawa ke surga,
Berbuatlah baik sebanyak-banyaknya.

Wonogiri, mari suka beramal
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Melayani, Bukan Dilayani

10/20/2024

0 Comments

 
Puncta 20 Oktober 2024
Minggu Biasa XXIX
Markus 10: 35-45

HARI ini adalah hari pelantikan pemimpin baru di negeri ini. Pasangan Prabowo dan Gibran dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. 

Bertepatan dengan peristiwa itu, bacaan Injil hari ini sangat cocok direnungkan. Injil berbicara tentang para murid yang rebutan kedudukan.

Kita masih ingat bagaimana proses pemilu kemarin. Ada yang pengin berkuasa lebih lama. Ada yang mengubah UU supaya  bisa berkuasa. Ada yang menggunakan dana-dana bansos untuk kampanye. 

Ada yang menggunakan wewenang untuk menggiring suara. Ada yang pakai medsos untuk menjatuhkan lawan. Pokoknya segala cara dipakai agar orang bisa berkuasa.

Semua orang berusaha untuk mengejar pangkat dan jabatan. Itulah yang dianggap sebagai tanda kesuksesan seseorang. Walau kadang harus menggunakan cara-cara yang tidak halal. 

Hal ini dapat terjadi bukan saja di dunia bisnis dan politik tetapi juga di lingkungan pelayan-pelayan gereja. Ada orang yang berambisi menjadi Wakil Ketua Dewan Paroki dan menjegal orang lain yang dianggap saingannya.

Permintaan Yohanes dan Yakobus menggambarkan bagaimana mereka berebut kedudukan atau jabatan. "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu   kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Pinta mereka.

Para murid meributkan hal ini. Mereka sibuk berebut mencari kedudukan. Bisa jadi mereka bertengkar dan saling menjatuhkan. Ada black campaign di antara mereka. 

Dalam situasi krisis itu, Yesus mengajarkan bahwa siapa yang ingin menjadi besar justru harus menjadi pelayan dan hamba. Untuk itu, Tuhan Yesus memberi teladan yang total dan nyata. 

Dia yang sebenarnya adalah Anak Allah, datang ke dunia untuk melayani dan memberi diri sebagai kurban penebusan. Bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Keributan yang dialami para murid ini mengingatkan kita bahwa terkadang ada orang yang bernafsu dengan jabatan sehingga ia tidak mau diganti atau dimutasi. 

Banyak pejabat yang mati-matian mempertahankan posisinya, mulai dari menyombongkan diri sebagai yang terbaik hingga tega menjatuhkan orang lain. 

Yesus mengingatkan bahwa inti dari jabatan adalah pelayanan. Kita bisa mengambil teladan dari sikap Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menggunakan tahtanya untuk kesejahteraan rakyat. 

Tahtanya bukan untuk mencari keuntungan diri, kekayaan dan harta, tetapi demi kebaikan masyarakat. Tahta untuk Rakyat.

Semangat melayani Tuhan dan sesama, itulah yang harus dipertahankan dan digelorakan dalam diri kita sepanjang waktu. 

Semoga di tengah-tengah kita muncul kembali pemimpin seperti HB IX yang berani berkorban secara nyata demi kesejahteraan rakyatnya.

Melintasi hutan-hutan jati,
Mengunjungi kawan di Wonogiri.
Jiwa melayani dengan hati,
Itulah jiwa pemimpin yang sejati.

Wonogiri, sukacita melayani sesama
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

God's Influencer

10/19/2024

1 Comment

 
Puncta 19 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXVIII
Lukas 12: 8-12

KAUM muda Katolik pasti tahu siapa Beato Carlo Acutis. Dia adalah remaja Italia kelahiran Inggris yang diberi gelar beato oleh Paus Fransiskus tahun 2020. Dialah calon santo remaja abad milenial. Dia digelari sebagai Santo Pelindung Internet.

Sewaktu Acutis dibeatifikasi, Paus Fransiskus mengatakan remaja itu “mengetahui cara menggunakan teknik komunikasi baru untuk mewartakan injil dan mengkomunikasikan nilai-nilai dan keindahan. Ia menggunakan teknologi modern untuk mengungkapkan iman dan mewartakannya kepada banyak orang.

Sebelum meninggal, Acutis membuat akun pribadi di internet untuk mengumpulkan mukjizat-mukjizat ekaristi dan mendorongnya untuk berbagi kepada semua orang. 

Dia menjadi orang pertama dari generasi milenial yang diangkat menjadi orang suci karena tindakannya yang spektakuler.

Hidupnya digunakan untuk menjadi saksi kebaikan Tuhan melalui ekaristi. Kendati masih muda, namun ia telah berani dan getol berjuang agar Ekaristi dikenal banyak orang. Ia sendiri rajin setiap hari mengikuti Ekaristi.

Karena kesuciannya itu, ada beberapa mukjizat penyembuhan terjadi. Salah satunya dialami Valeria Valverde, 21 yang mengalami pendarahan otak karena kecelakaan. Ibunya berziarah ke makam Acutis dan berdoa. Saat itu dokternya mengatakan bahwa pendarahan anaknya sudah hilang.

Yesus bersabda, “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.” 

Kata-kata ini diyakini oleh Carlo Acutis. Dia yakin bahwa Ekaristi adalah peristiwa kehadiran akan kasih Allah yang nyata.

Ia berani mengakui Yesus yang hadir dalam Ekaristi kudus. Ia mewartakan Ekaristi itu melalui media internet yang dikuasainya. Media internet menjadi wahana untuk mencapai kekudusan. Itulah yang dilakukan Acutis. 

Mari kita juga berani mengakui Yesus sebagai Tuhan yang mengasihi kita dan mewartakannya kepada semua orang agar mereka juga mengalami kasih Allah.

Tidak lama lagi datang hari Natal,
Kita bikin gua dari bahan dedaunan.
Orang muda bisa jadi Santo milenial,
Internet bisa jadi wahana kesucian.

Wonogiri, berani mengakui Yesus Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Teologi Hari Ini

10/18/2024

0 Comments

 
Puncta 18 Oktober 2024
Pesta St. Lukas, Pengarang Injil
Lukas 10: 1-9

HARI ini kita merayakan Pesta St. Lukas, penulis Injil. Dua tulisannya memberi gambaran yang runtut dan terperinci tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan bagaimana Gereja awal tumbuh berkembang dalam tulisan keduanya yakni Kisah Para Rasul. 

Lukas bukan penulis Injil pertama. Ia mendengarkan cerita-cerita sebelumnya, tradisi lisan yang berkembang, lalu mengumpulkan dan meneliti kisah-kisah tentang Yesus dan merangkainya sesuai dengan maksud penulisannya. 

Lukas juga seorang kawan sekerja Paulus yang giat mewartakan Injil kemana-mana. Ia menemani Paulus dalam perjalanannya, bahkan sampai di Roma saat Paulus menghadapi pengadilan.

Kalau kita membaca Injilnya, nampak sekali bahwa Lukas ingin menunjukkan Allah yang sangat mengasihi orang-orang kecil, miskin, sakit menderita dan tersingkir. 

Bahkan Allah menjelma menjadi manusia yang miskin dan menderita dalam Kristus Yesus, Sang Mesias. 

Dengan tulisannya, Lukas menuntun kita bahwa sejarah keselamatan itu terjadi sampai kini, sekarang. 

Tiga kali Lukas mengatakan bahwa keselamatan Allah terjadi pada hari ini. Yang pertama ketika malaikat Gabriel berkata pada para gembala. “Hari ini telah lahir bagimu Sang Juru selamat di kota Daud.”

Kedua, saat Yesus makan di rumah Zakeus. “Hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini.” Yang terakhir pada saat di kayu salib. Kepada penjahat yang bertobat, Yesus berkata, “Hari ini engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.”

Injil Lukas dibaca dua ribu tahun lalu, berbunyi, ”Hari ini.” Warta keselamatan itu sekarang dibaca ya tetap “Hari ini.” 

Sampai kapan pun karya keselamatan Allah tetap berjalan pada “Hari ini.” Inilah teologi Lukas, bahwa keselamatan Allah terjadi pada hari ini. Untuk itu kita diajak mengimaninya.

Pada bacaan hari ini, Lukas bercerita tentang tujuhpuluh murid yang diutus Yesus mewartakan Injil. Tidak disebutkan satu nama pun dari mereka. Nampaknya ini disengaja oleh Lukas. Karena siapa kita yang diutus tidaklah penting.

Yang utama adalah siap dan mau diutus. Fokus pada tugas perutusan lebih penting daripada nama atau status yang harus dicantumkan. 

Kita sering marah kalau nama kita tidak dituliskan di daftar kepanitiaan. Padahal kita tidak bekerja apa-apa. Orang hanya mencari hormat, tetapi tidak berperan sedikit pun dalam tugas. Harusnya kita malu karena tidak berbuat apa-apa.
 
Yang penting fokus pada tugas dan bekerja sungguh-sungguh daripada cuma namanya terpampang tapi tidak kerja.

Sering bangga jadi panitia,
Tapi tak pernah kerja apa-apa.
Allah telah menjadi manusia,
Kabar sukacita bagi sluruh dunia.

Wonogiri, siap diutus
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Monumen Lubang Buaya

10/17/2024

0 Comments

 
Puncta 17 Oktober 2024
Pw. St. Ignatius Antiokhia, Uskup dan Martir
Lukas 11: 47-54

PADA zaman Orde Baru, setiap tanggal 30 September kita disuruh menonton Film G30S PKI. Film itu menceritakan kekejian dan pembantaian oleh para anggota PKI di Jakarta. 

Para jenderal diculik, disiksa, dibunuh di daerah Lubang Buaya. Film itu dibuat oleh penguasa zaman itu untuk mengindoktrinasi rakyat. 

Setelah reformasi, film itu tak pernah beredar lagi. Yang tinggal hanya monumen Lubang Buaya yang menjadi kenangan pahit bagi bangsa ini. Kenangan kelam ketika permusuhan dan kebencian menelan jutaan korban.

Lubang Buaya menjadi catatan kelam sejarah sebuah bangsa yang keji terhadap saudaranya sendiri. Kita pernah membiarkan kekejaman dan permusuhan terjadi antar sesama bangsa karena beda ideologi dan keyakinan.

Banyak rakyat dibunuh, dibuang, dikucilkan, dan dipenjara. Banyak orang dihukum tanpa proses pengadilan. Banyak kuburan tanpa nama. Banyak orang kehilangan saudara. Lubang Buaya menjadi monumen yang dibangun untuk mengenang perbuatan dan kekejaman mereka.

Yesus mengecam tindakan dan sikap kaum Farisi. Ia berkata, “Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya.”

Yesus mengecam para ahli Kitab dan kaum Farisi, agar mereka bertobat dan merefleksi diri. Dengan bacaan ini, kita pun diajak berefleksi. Kalau kita ingin menjadi bangsa yang maju, kita mesti berani melakukan pertobatan nasional, rekonsiliasi bersama. 

Dengan peringatan uapacara di Monumen Lubang Buaya, kita sedang mengamini ada kekejian yang pernah dilakukan nenek moyang kita. 

Mereka menampilkan wajah seram suatu generasi yang tega membunuh rakyat tak berdosa.

Kita diajak berefleksi tentang kerukunan bangsa, saling menghargai dan menjunjung tinggi martabat saudara sebangsa dan setanah air, seberapa pun beda latar belakangnya. Jangan sampai kita saling menindas dan menghakimi sesama kita.

Di taman kota banyak bunganya,
Sungguh sedap dipandang mata.
Hidup damai dengan sesama,
Itulah cita-cita hidup kita bersama.

Wonogiri, mari saling menghargai
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kasus di Panti Asuhan

10/16/2024

0 Comments

 
​Puncta 16 Oktober 2024
Rabu Biasa XXVIII
Lukas 11: 42-46

MASIH menjadi pembicaraan umum beberapa waktu ini, ada sebuah Panti Asuhan di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang yang tidak memiliki surat Keputusan pengesahan pendirian Yayasan, tetapi bisa beroperasi puluhan tahun. Dan baru menjadi viral ketika di dalamnya terjadi kasus pencabulan terhadap para penghuninya.

Ada dua hal yang disoroti pertama tidak adanya pengesahan sebagai Yayasan dari pihak berwenang dan kedua kasus pencabulan yang dilakukan oleh pemilik dan pengasuh di Panti Asuhan itu. 

Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Jangan heran, di Negri Konoha, apapun bisa terjadi.

Panti Asuhan adalah sebuah tempat dimana anak-anak seharusnya mendapat perlindungan, pengasuhan yang baik, contoh hidup yang berguna bagi masa depannya. Tetapi mereka justru menjadi korban perilaku tak pantas oleh pembimbingnya.

Pembimbing atau guru, apalagi guru agama yang mestinya memberi teladan baik, mengasuh anak didik dan menjadi panutan, malah menjadi serigala berbulu domba. 

Yesus kali ini mengkritik tokoh-tokoh agama di Yahudi. Mereka adalah Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat. Dua kelompok ini mestinya menjadi panutan di tengah masyarakat. Tetapi mereka justru menjadi batu sandungan dalam hidup keagamaannya.

Kaum Farisi menganggap dirinya paling suci dan benar dalam pelaksanaan aturan Taurat. Mereka menuntut orang lain dengan cara pandang mereka sendiri. Mereka menilai orang lain menurut penafsiran mereka.

Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya," kritikan pedas Yesus pada mereka.

Begitu pula kepada para ahli Taurat, Yesus berkata, "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.” 

Kemunafikan justru ditunjukkan oleh para ahli kitab dan pemimpin agama.

Kritik Yesus juga ditujukan pada kita semua jika kita berlaku tidak jujur dan munafik, suka menuntut orang tetapi tidak mau melakukannya sendiri. 

Kita sedang dikritik oleh Yesus dengan kecaman-kecaman yang pedas. Sadarkah kita?

Mari singgah ke Wonogiri,
Naik bukit mencari angi.
Lebih baik memperbaiki diri,
Daripada menuntut orang lain.

Wonogiri, jangan menghakimi orang
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Fanatisme Sempit

10/15/2024

0 Comments

 
Puncta 15 Oktober 2024
PW. St. Theresia dari Avila, Perawan dan Pujangga Gereja
Lukas 11:37-41

“Selalu anggap diri Anda sebagai pelayan semua orang; carilah Kristus, Tuhan kita dalam diri setiap orang dan kamu akan menghormati dan menghormati mereka semua." Nasehat Santa Theresia Avila.

Apa yang diungkapkan St. Theresia dari Avila yang kita peringati hari ini berbeda dengan pandangan kaum Farisi yang selalu menghakimi dan menyalahkan orang lain. Itulah orang-orang yang dihadapi Yesus pada zaman-Nya.

Yesus berhadapan dengan kaum Farisi yang berpandangan sempit. Semua orang harus dinilai dan dituntut berdasarkan pandangan dan cara hidup mereka. Jika tidak mengikuti kemauan mereka, orang bisa disalahkan.

Contohnya, Yesus makan tidak mencuci tangan lebih dahulu. Mereka menyalahkan Yesus dan menganggapnya najis. 

Mereka berpikir bahwa merekalah satu-satunya kelompok yang paling benar, suci dan saleh. Lalu mereka berhak menyalahkan orang lain.

Orang-orang seperti itu ingin memaksakan keseragaman menurut cara pandang mereka. Mereka tidak mau menerima keaneka-ragaman. Mereka menolak perbedaan. 

Satu-satunya yang benar adalah hukum mereka.  Orang lain yang tidak sepaham dengan mereka dianggap salah, asing, najis, kafir dan sebagainya.

Tuhan berkata kepada mereka: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”

Orang-orang seperti ini yang dipentingkan penampilan luarnya. Apa yang kelihatan. Baju dan asesorisnya biar nampak saleh. Tutur katanya suka mengutip ayat-ayat. Kemana-mana membawa Kitab Suci. Tapi coba perhatikan lebih seksama perilakunya setiap hari.

Yesus menekankan, “Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”  

Santa Theresia meminta kita memberikan diri sebagai pelayan bagi semua orang, dengan begitu kita  menghormati mereka. Menjauhkan diri dari sikap menuntut dan menghakimi orang lain itulah sikap orang beriman.

St. Theresia memberi contoh pada hidupnya sendiri sebagai pelayan bagi orang lain. Mari kita menilai orang lain dengan positif.

Ke Semarang beli loenpia,
Lima ribu dapat tiga.
Menghormati adalah wujud cinta,
Melayani adalah nilai utama.

Wonogiri, hargailah sesamamu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki