Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Tanda-Tanda Zaman

10/14/2024

0 Comments

 
Puncta 14 Oktober 2024
Senin Biasa XXVIII
Lukas 11:29-32

SETIAP angkatan atau generasi memiliki ciri khasnya masing-masing. Gererasi baby boomers ditandai dengan kehidupan kelompok yang kompak. Zaman itu belum ada HP, internet atau computer. 

Mereka selalu melakukan kegiatan bersama-sama. Belajar bersama, bermain bersama, pergi bersama-sama. Kebersamaan menjadi ciri angkatan ini.

Permainan bersama setiap malam bulan purnama seperti Gobak Sodor, “Jethungan” sering dilakukan. Mencuri tebu di sawah dan dikejar-kejar Pak Mandor jadi cerita seru. “Nduduti” batang tebu yang ditarik dengan lori menuju pabrik gula juga jadi kisah heroik. 

Muda-mudi bersepeda ziarah bersama ke Sendang Sriningsih, Sendangsono jadi kegiatan rutin tiap bulan Mei dan Oktober.

Anak-anak zaman sekarang tidak lagi mengenal mesin ketik atau pesawat telpon. Mereka tidak pernah mengalami acara “Pilpen” (Pilihan Pendengar) di radio. Tidak ada acara nonton TV beramai-ramai di kelurahan. 

Anak sekarang tinggal buka aplikasi di HP sendiri, semua sudah ada. Semua dilakukan sendiri, mandiri. Sekarang nilai kebersamaan berkurang, tetapi lebih pada acara individual egoistik. 

Setiap angkatan mempunyai tandanya masing-masing. Orang Ninive diberi tanda oleh Tuhan dengan kehadiran Nabi Yunus. Dia mewartakan pertobatan kepada seluruh bangsa, dan Ninive mendengar dan taat pada peringatannya. Mulai dari binatang piaraan, rakyat jelata, bahkan rajanya bertobat.

Yesus hadir menjadi tanda bagi manusia zaman kini. Tanda Yesus adalah tanda salib. Dengan tanda salib, Yesus menyingkapkan tanda Allah yang mengasihi manusia tanpa batas. 

Allah yang mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal untuk keselamatan kita. Tetapi banyak orang menolak dan tidak mampu melihat tanda keselamatan ini.

Mereka yang tidak percaya akan diadili oleh angkatan sebelumnya. Pada waktu penghakiman zaman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. 

Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

Marilah kita yakin dan percaya akan Tanda Salib yang dibawa Yesus untuk mempertobatkan dan menyelamatkan manusia. Berbahagialah mereka yang percaya, karena mereka akan diselamatkan.

Membeli oleh-oleh di Pasar Prambanan,
Wadahnya Kong Ghuan rasanya rengginan.
Tanda Salib adalah tanda kemenangan,
Daripadanya kita memperoleh keselamatan.

Wonogiri, tanda salib tanda cinta
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Monyet yang Bodoh

10/13/2024

0 Comments

 
​Puncta 13 Oktober 2024
Minggu Biasa XXVIII
Markus 10: 17-30

KALAU kita berwisata ke Bali, kita bisa mengunjungi Sangeh Monkey Forest. Sebuah kawasan wisata alam yang banyak dijumpai monyet berbulu panjang. 

Tetapi harap berhati-hati dengan barang bawaan anda. Monyet-monyet itu sangat tertarik dengan tas, HP, kacamata atau topi anda. Mereka dengan cekatan bisa mengambil barang-barang itu. 

Para pemandu sudah tahu caranya bagaimana barang-barang  dilepaskan oleh monyet-monyet nakal itu.

Orang Afrika pandai sekali menangkap monyet. Mereka punya cara unik untuk menjebak monyet-monyet. Mereka menanam sebuah botol yang lehernya panjang di dalam tanah. Botol itu diberi kacang kesukaan para monyet.

Ketika monyet-monyet mencium aroma kacang, mereka akan memasukkan tangannya ke dalam botol. Karena menggenggam kacang, tangan monyet tidak bisa keluar dari botol. 

Dia terjebak di situ karena tak mau melepaskan genggaman kacang di tangannya. Penduduk menangkap monyet yang hanya bisa “ungkag-ungkeg dan kethap-kethip” itu.

Datanglah orang muda kaya raya. Ia bertanya kepada Yesus bagaimana memperoleh hidup kekal? Yesus menyuruh orang muda itu melakukan 10 perintah Allah seperti yang diajarkan Nabi Musa.

Ia membenarkan diri dan bilang, "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. 

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Orang muda itu seperti monyet yang tidak mau melepaskan kacang di genggamannya. Ia akan ditangkap orang dan tidak akan selamat. 

Apalah artinya kekayaan jika tidak menyelamatkan? Apa artinya memiliki segalanya jika tidak selamat dunia akherat? Sangat membahagiakan jika kita mau berbagi.

Ke Semarang naik metro mini,
Badan pegal, perut selalu bunyi.
Hanya kalau kita mau berbagi,
Hidup kita akan semakin berarti.

Wonogiri, hidup itu berbagi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Rossi dan Motor Kesayangannya

10/12/2024

0 Comments

 
Puncta 12 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXVII
Lukas 11:27-28

SUATU kali seorang wartawan bertanya, “Apakah Valentino Rossi berangkat ke sini tadi naik motor Yamaha?” Tetapi Rossi menjawab, “Yang aku naiki adalah motor yang ‘semakin di depan’ laju kencangnya.” 

Apakah dengan begitu Rossi menolak bahwa ia memakai motor Yamaha? Tidak!! Dia justru menegaskan bahwa motor yang dipakai selalu di depan dari motor yang lainnya.

Motor yang semakin di depan itu ya Yamaha. Itulah motto dari iklan motor yang dipakai pembalap Italia yang legendaris itu.

Ada orang yang memperdebatkan bahwa Yesus menolak Maria sebagai ibunya dengan perkataan, “Tetapi Ia berkata, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” 

Oleh orang itu kata “Tetapi” ditafsirkan sebagai penolakan atau kebalikannya.

Kata “Tetapi” itu mau menunjukkan perbedaan pandangan antara Yesus dengan orang banyak. Bukan menolak subyek yang sedang dibicarakan. Subyek pembicaraan tetap “Ibu yang telah mengandung Engkau.” 

Yesus justru memperluas makna dari Ibu yang telah menyusui Engkau dengan berkata “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” 

Secara tidak langsung, Yesus justru menunjuk bahwa Maria adalah wanita yang berbahagia karena dia mendengarkan firman Allah dan setia memeliharanya.

Dan lagi, Yesus memperluas sebutan ibu bukan hanya berdasarkan relasi hubungan darah, tetapi siapa pun orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya, dialah ibu-Ku, dialah saudara-saudari-Ku. Mereka itulah yang disebut berbahagia.

Yesus tidak bermaksud mengabaikan atau pun menyangkal ibu-Nya. Tetapi Dia menegaskan bahwa setiap orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya, mereka (juga termasuk Maria sendiri) adalah ibu atau saudara Yesus.

Kita semua bisa menjadi saudara Yesus, walau kita bukan keturunan Maria secara lahiriah, jika kita mau mendengarkan firman Tuhan dan tekun melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Itulah ajakan yang ditawarkan Yesus kepada kita semua.

Ada monyet pandai manjat kelapa,
Tetapi dia jarang minum kelapa muda.
Bukan harta atau tahta yang buat bahagia,
Tetapi tekun dan setia melaksanakan sabda.

Wonogiri, menjadi pelaksana sabda
Rm. A. Joko Purwanto, Pr





Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

Berikut adalah penjelasan yang saya peroleh dari penjelasan the Navarre Bible:

“Perkataan ini merupakan pujian kepada sikap batin Bunda Maria. Konsili Vatikan II mengatakan, “Dalam pewartaan Yesus, ia [Maria] menerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan akan daging dan darah, dan Ia menyatakan bahagia mereka yang mendengar dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35; Luk 11:27-28), seperti yang dijalankan Maria dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51).” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 58). Oleh karena itu, dengan menjawab demikian Yesus tidak menolak pujian dari wanita yang berseru memuji Bunda-Nya, melainkan Ia menerima pujian itu dan bahkan menjelaskan lebih jauh bahwa yang menjadikan Maria berbahagia adalah secara khusus adalah karena ia telah mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya. Maka perkataan-Nya ini adalah pujian kepada ketaatan Maria Ibu-Nya (lih. Luk 1: 38). Ia menerapkan ketaatan itu dalam hidupnya, dengan tulus, dengan murah hati tanpa perhitungan, memenuhi setiap akibatnya, tetapi tanpa keriuhan/ digembar-gemborkan, tetapi secara tersembunyi, dan dalam keheningan pengorbanan setiap hari.”

Pujian serupa yang dikatakan Yesus kepada Maria ini juga dikatakan-Nya, ketika Bunda Maria dan para saudara Yesus mencari-Nya pada saat Ia mengajar. Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara- saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (Luk 8:19, lih. Mat 12:49-50, Mrk 3: 31-35)

Di sini Yesus juga tidak bermaksud menghina ataupun menyangkal ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya. Sebaliknya Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa yang melakukan kehendak Bapa-Nya adalah anggota keluarga-Nya dalam kerajaan Allah. [Perhatikan bahwa di sini Yesus menggunakan bentuk tunggal pada kata Ibu (jadi bukan ibu- ibu-Ku), sehingga dimaksudkan bahwa kata pujian ‘yang mendengarkan dan melakukan firman Allah’ pertama- tama ditujukan kepada ibu-Nya (Maria) dan saudara- saudara-Nya yang mendengarkan dan melakukan firman Tuhan]. Maka yang Yesus ajarkan di sini adalah keutamaan agar seseorang melakukan kehendak Allah. Ungkapan ini merupakan pujian kepada Bunda Maria, sebab Yesus mengakui bahwa Bunda Maria pertama-tama adalah seseorang yang melakukan kehendak Allah Bapa. Maria pertama- tama telah mengandung-Nya (Sang Firman Allah) dalam hatinya sebelum ia mengandung Kristus Sang Firman di dalam tubuhnya (Yoh 1:14). Ketaatan Maria kepada kehendak Bapa inilah yang menyatukannya dengan Kristus melebihi dari hubungan darah. Maka ayat di atas tidak untuk diartikan bahwa Yesus menyangkal ibu-Nya, melainkan untuk mengatakan bahwa Maria layak untuk dihormati bukan saja karena ia telah melahirkan Yesus tetapi karena ia pertama-tama menaati kehendak Allah.

Ketaatan akan kehendak Allah ini tidak terlepas dengan sifat kerendahan hati Bunda Maria ketika ia mengatakan:

“Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.” (Luk 1:48)

St. Bede mengomentari ungkapan kerendahan hati Bunda Maria ini demikian, “Adalah layak, bahwa seperti kematian masuk ke dunia melalui kesombongan Hawa, maka jalan masuk menuju Kehidupan dinyatakan melalui kerendahan hati Maria (St. Bede, In Lucae Evangelium expositio, in loc.).

Maka Tuhan menghargai kerendahan hati Maria dengan pengakuan umat manusia akan keistimewaannya. “Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”. Nubuat ini terpenuhi setiap kali seseorang mendoakan doa Salam Maria. Ya, Bunda Maria dihormati di bumi ini sebagai Bunda Tuhan Yesus. Namun sebenarnya penghormatan ini tidak terbatas hanya karena Maria adalah seorang perempuan yang melahirkan Yesus, tetapi terutama karena Maria adalah teladan semua umat beriman untuk mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Sebab oleh ketaatannya ini, Tuhan Yesus Sang Juru Selamat dapat datang ke dunia menjadi manusia dan tinggal di tengah- tengah kita (Yoh 1:14).

Semoga kitapun dapat meniru teladan Bunda Maria, dengan ketaatan kita dalam mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya.
0 Comments

Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah

10/11/2024

0 Comments

 
Puncta 11 Oktober 2024
Jum’at Biasa XXVII
Lukas 11: 15-26

PEPATAH dalam Bahasa Jawa itu sejalan dengan ungkapan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” 

Komunitas atau kelompok yang hidupnya rukun bersatu akan kuat dan kokoh. Tetapi jika suatu kelompok itu selalu cekcok, berkelahi maka ibarat  “suwe mijet wohing ranti” akan mudah sekali runtuh, hancur berantakan.

Pandawa itu hanya berjumlah lima orang saja. Tetapi mereka hidup rukun dan kompak. Sebaliknya Kurawa itu jumlahnya seratus orang. 

Beda pendapat dan saling curiga mudah sekali terjadi sehingga rentan terjadi perkelahian antar anggota. Akibatnya mereka gampang “crah sulaya” atau suka berkelahi sendiri. 

Seperti sebuah rumah tangga yang tidak rukun dan selalu cekcok, berkelahi, mereka gampang terpecah dan runtuh. Sulit dipersatukan sehingga tercerai berai. 

Seperti sebuah tim sepak bola, kalau mereka tidak kompak, tidak saling bekerjasama dan mendukung satu sama lain, mereka juga bisa kalah.

Tim sehebat Barcelona, Real Madrid, Manchester United atau pun AC Milan pernah mengalami kekalahan tragis melawan tim lemah kelas dua di Liga domestik mereka. Kekompakan, semangat kerjasama dan persatuan harus terus dijaga.

Begitulah Yesus menjelaskan kepada orang banyak yang menuduh bahwa kuasa-Nya didukung oleh kuasa Beelzebul, penghulu setan. 

"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.”

Yesus berkarya melakukan mukjizat tidak memakai kuasa Beelzebul. Tetapi dengan kuasa Allah, Ia mengusir dan mengalahkan kuasa setan. Maka kuasa Allah itu telah hadir di tengah-tengah kita. 

Hari-hari ini ada tayangan Film berjudul “Kuasa Gelap.” Romo Thomas menjadi tokoh utama di film itu. Kalau kita percaya pada kuasa Tuhan, kita pasti mampu mengalahkan kuasa setan. 

Mari kita Bersatu dengan kuasa Tuhan, tidak bersekutu dengan kuasa setan.

Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh.
Kalau mau keluarga utuh,
Ayo kita setia dan patuh.

Wonogiri, tetap rukun Bersatu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Demi Cinta, Jualan Pembalut Wanita

10/10/2024

0 Comments

 
Puncta 10 Oktober 2024
Kamis Biasa XXVII
Lukas 11: 5-13

SEORANG ayah rela berbuat apa saja demi kebahagiaan anaknya. Inilah yang dilakukan Wang Hai Lin (32 thn) di Chendu, China. Ia rela mengubah penampilannya menjadi terlihat seperti seorang wanita saat berjualan pembalut wanita di pinggir jalan taman di kota. 

Sementara di sampingnya, terlihat seorang gadis kecil berambut gundul yang menemani Wang. Gadis kecil yang berusia dua tahun itu adalah putri Wang yang didiagnosis menderita leukimia akut.

Wang sehari-hari bekerja sebagai seorang koki di sebuah hotel. Dengan penuh keikhlasan ia turun ke taman kota untuk menjual pembalut wanita. 

Demi melariskan dagangannya dan membuat para wanita lebih nyaman saat membeli, Wang pun rela berdandan menjadi seorang wanita. 

Itu semua dilakukan untuk mencari tambahan biaya untuk pengobatan si putri kecil yang dikasihinya. Untuk anak yang sangat dicintai dan dikasihi, seorang ayah bisa benar-benar rela mengorbankan apapun. Betapa luhur dan mulianya jiwa seorang ayah kepada anak-anaknya.

Setelah mengajarkan doa Bapa Kami, Yesus menggambarkan siapakah Allah itu. Allah adalah Bapa yang baik dan murah hati. Ia berkata, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?”

Maka Yesus menasehatkan kepada kita, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”

Ada pepatah yang berkata, “Seekor induk singa tidak akan tega memangsa anaknya sendiri.” Singa yang adalah binatang buas itu saja tidak mungkin menyakiti anaknya, apalagi kita manusia. Lebih-lebih Allah pasti akan mengasihi kita dengan cinta-Nya yang tanpa batas.

Kasih Allah sungguh luar biasa. Tanpa pamrih dan bagi siapa saja.

Kalau anda ke Wonogiri,
Jangan lupa lihat plintheng Semar.
Tiada kasih yang lebih murni,
Selain kasih Allah yang Maha besar.

Wonogiri, Bapa yang murah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Gereja Pater Noster

10/9/2024

0 Comments

 
​Puncta 09 Oktober 2024
Rabu Biasa XVII
Lukas 11: 1-4

TERLETAK di atas Bukit Zaitun, Gereja Bapa Kami (Latin, Pater Noster) dibangun kembali dari reruntuhan oleh Tentara Perang Salib tahun 1440. Waktu dipugar kembali mereka menemukan plakat marmer bertuliskan teks doa Bapa Kami dalam Bahasa Ibrani dan Yunani.

Di tempat itu ada sebuah gua yang dipercaya sebagai tempat yang digunakan oleh Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. 

Sekarang situs ini dipelihara oleh Ordo Karmel. Untuk mengenang peristiwa Yesus mewariskan doa Bapa Kami, di sepanjang selasar dinding gereja dipasang doa itu dalam berbagai Bahasa. 

Ada kurang lebih 130 bahasa dari berbagai benua termasuk, Bahasa Indonesia, Jawa, Batak dan Sunda.

Doa Bapa Kami adalah doa warisan langsung Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Ungkapan itu menunjukkan relasi kedekatan Yesus dengan Allah. Allah digambarkan sebagai Bapa yang mengasihi anak-anaknya.

Tujuan doa Bapa Kami yang pertama adalah memuliakan dan memuji Allah. Allah itu Mahakuasa. Di hadapan-Nya, kita ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Maka tak ada hal yang lebih pantas daripada memuliakan Allah sebagai Bapa.

Kita memohon agar "datanglah Kerajaan-Mu." Kerajaan Allah bukan soal wilayah kekuasaan, tetapi suasana Allah yang merajai semesta alam. Suasana Allah yang meraja itu digambarkan dengan suasana damai, tentram, makmur dan aman sentosa. 

Dalam pewayangan, Dalang menceritakan suasana Allah yang meraja itu dalam prosa seperti ini; “Nagara kang panjang punjung, pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta raharja. Loh tulus ingkang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku, gemah kang lumaku dagang, rinten dalu tan ana kendhate, lebet tan ana sangsayaning dalan.” 

Allah yang meraja itu terwujud dalam suasana damai, tentram, aman, murah dan lancar kehidupan.

Yesus juga mengajarkan peri hidup baik dengan sesama dengan saling mengampuni satu sama lain. Pengampunan adalah wujud nyata kita dikuasai oleh Kerajaan Allah. Dengan saling mengasihi dan mengampuni kita menghadirkan Kerajaan Allah. 

Mari kita wujudkan doa yang tiap saat selalu kita daraskan. Jangan cuma dihapalkan.

Membeli mangga di Salatiga,
Diberi bonus buah mengkudu.
Datanglah Kerajaan-Mu ya Bapa,
Kuasailah kami dengan kasih-Mu.

Wonogiri, semoga Allah merajai hati kita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Ora et Labora

10/8/2024

0 Comments

 
Puncta 08 Oktober 2024
Selasa Biasa XXVII
Lukas 10:38-42

MOTTO atau semboyan ini diciptakan oleh St. Benediktus dari Nursia (480-547), seorang pertapa yang hidup sederhana di biara Subiako, Monte Cassino, Italia Selatan. Ia memimpin duabelas biara monastik dan membuat peraturan hidup bersama sebagai pertapa. 

Labora berarti kerja tangan atau “Opus Manuale,” yang dimaksud adalah kerja keras melawan kemalasan. Kemalasan dipandang sebagai godaan setan. 

Dari kata Labor muncul kata bahasa Inggris “laborious” yang berarti rajin atau menyediakan waktu yang ekstra banyak. Orang malas adalah budak setan. Maka kita harus rajin untuk melawan kemalasan.

Untuk melawan godaan setan, labora juga adalah bagian dari doa. Jadi antara doa dan kerja tidak bisa dipisahkan. Keduanya tidak bisa dipertentangkan. Dalam kutipan bacaan Injil hari ini, Yesus tidak bermaksud memisahkan antara doa (duduk dekat kaki Yesus yang dilakukan Maria) dengan kesibukan Marta yang bekerja keras.

Demi mendukung kerja kerasnya, Marta meminta Tuhan untuk memihak ke posisinya dan mengharapkan Maria membantu pekerjaannya. 

Yesus mengkoreksi sikap Marta dengan berkata, “"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Kalau Tuhan ada di dekat kita, kita tidak perlu kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Tetapi hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik. Ini yang dikoreksi oleh Yesus. 

Marta menganggap posisinya yang paling benar dan merasa cemburu atau iri hati karena Maria hanya diam saja, tidak membantunya.

Ora et Labora itu berjalan bersama-sama saling melengkapi. Doa menjadi spiritualitas dalam bekerja. Kerja menjadi bahan dialog dalam doa yang tiada habisnya kepada Tuhan. 

Kerja akan lebih bermakna karena didukung dengan doa dan kesediaan mendengarkan sabda Tuhan. Doa tidak akan menjadi kering karena didasari dengan aneka karya yang diabdikan bagi Tuhan dan sesama. Mari kita berdoa dan bekerja.

Wonogiri lagi musim buah mangga,
Sangat manis buah warnanya merah.
Marilah kita berusaha rajin bekerja,
Karna kerja juga bagian dari ibadah.

Wonogiri, rajin berdoa, tekun bekerja
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Orang Samaria di Engkadin

10/7/2024

0 Comments

 
Puncta 7 Oktober 2024
Pw. SP. Maria Ratu Rosario
Lukas 10: 25-37

SETELAH perjalanan yang melelahkan dari Tanjung Bunga, saya singgah di rumah Pak Ignatius Denggol di Engkadin. Waktu itu hujan baru saja selesai. Tanah merah yang dilewati melekat kuat di roda motor.  

Sebentar-sebentar harus mencongkel tanah di roda yang tak bisa bergerak maju. Perjalanan menjadi lambat dan melelahkan.

Dengan senang hati Pak Ignatius menerima saya di kamar tamu rumah panggungnya. Ibu Ignatius langsung membuatkan kopi panas. 

Dia juga menggoreng ubi yang diambil dari kebun. Diam-diam dia merebus daun pakis sebagai lalap dan bikin sambel bawang.

Pak Ignatius menyuruh saya mandi karena baju dan celana basah dan kena lumpur semua. Saya diberi pinjaman sarung sebagai ganti. 

Setelah menghabiskan kopi dan ubi goreng, saya mandi. Ternyata selama mandi, Pak Ignatius mencuci motor saya sampai bersih. Jas hujan yang saya pakai sudah bersih digantung di jemuran.

Setelah mandi, Ibu Ignatius mengajak saya makan dengan pucuk daun pakis, lauk ikan lais yang digoreng kering sangat crispy, dioles sambel bawang yang lezat. 

Orang Jawa bilang “lijo -linak-lingga-lica” (lali bojo, Lali anak, lali tangga, lali kanca). Pokoknya lupa segala-galanya saking nikmatnya. Segala lelah pun jadi hilang.

Keluarga ini hidup sederhana. Tetapi hospitalitasnya sangat luar biasa. Keramahan, kepedulian, kesiap-sediaan, ketulusan dan budinya sangat murah hati. 

Semoga Pak Ignatius Denggol dan Mas Anton, anaknya yang sudah dipanggil Tuhan mengalami kemurahan Tuhan di sorga.

Hari ini Yesus memberi gambaran kepada Ahli Taurat yang ingin mencari hidup kekal untuk mencontoh orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria itu walau dia dianggap “orang asing” tetapi hatinya sangat baik. 

Ia tidak saja menolong, tetapi menjamin keselamatan orang yang dirampok habis-habisan itu, sampai semunya tuntas.

Orang Samaria itu  tidak membeda-bedakan siapa si korban perampokan ini. Niatnya hanya ingin menolong tanpa pamrih apa-apa. Yesus mengajak ahli Taurat itu untuk berbuat sebagaimana orang yang telah menolong korban perampokan itu.

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Tanya Yesus. 

Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" 

Maukah kita juga menolong sesama dengan murah hati?

Bunga kamboja bunga selasih,
Ditanam di kebun bertumpang tindih.
Menolong sesama tanpa pamrih,
Tuhan akan mengasihi dengan lebih.

Wonogiri, marilah bermurah hati
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Keluarga, Sekolah Cinta bagi Anak-Anak

10/6/2024

0 Comments

 
Puncta 6 Oktober 2024
Minggu Biasa XXVII
Markus 10: 2-16

JEAN PIAGET, seorang pakar pendidikan anak mengatakan bahwa penanaman nilai seorang anak dipengaruhi relasi emosionalnya. Usia 0-2 tahun seorang bayi mengalami kedekatan emosi pada ibunya. Usia 3-4 tahun anak mulai dekat dengan ayahnya. 

Usia 5-6 tahun dia mulai dekat dengan kakak atau adiknya. Usia 7-10 tahun mulai dekat dengan teman-teman bermainnya. Usia 10 tahun ke atas mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Keluarga bisa menanamkan nilai-nilai pada anaknya sebelum usia 10 tahun. Setelah itu dia akan banyak menyerap nilai-nilai dari lingkungannya. 

Kalau lingkungan pergaulannya baik, dia tumbuh dengan  baik. Tetapi kalau lingkungannya buruk, dia juga mudah dipengaruhi darinya.

Pemerhati anak yang lain, Dorothy Law Nolte menulis puisi berjudul “Children Learn What They Live.” 

Dorothy menulis, “Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri......”

Dalam perikope bacaan hari ini ada dua hal yang bisa kita renungkan. Pertama soal ikatan suami istri. Yesus meluruskan pandangan yang keliru di tengah masyarakat. Keluarga yang retak, kawin cerai-kawin cerai tidak dikehendaki Allah.

Yesus menegaskan, ”Apa yang sudah dipersatukan Allah, jangan diceraikan oleh manusia.” Hal ini juga menyangkut pendidikan anak-anak yang terus menerus dan berkelanjutan. 
Bagaimana anak-anaknya akan dididik jika orangtuanya kawin cerai melulu.

Kedua, Yesus menerima dan memberkati anak-anak. Yesus menunjukkan hati dan budi serta pikiran anak-anak adalah suci, polos, tulus dan tidak berdosa. Jiwa seperti anak-anak itulah yang empunya Kerajaan Sorga.

Keluarga menjadi sekolah yang baik untuk menanamkan nilai-nilai seperti yang dimiliki anak-anak itu. 

Paus Fransiskus pernah menulis, “Tanpa pengampunan keluarga menjadi sebuah teater konflik dan benteng keluhan. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi sakit. Pengampunan adalah sterilisasi jiwa penjernihan pikiran dan pembebasan hati.”

Mari kita mulai menanamkan nilai-nilai pengampunan, kasih dan ketulusan di dalam keluarga kita masing-masing.

Ada penyanyi mirip Siti Nurhaliza,
Sangat merdu dan empuk sekali suaranya.
Tidak ada keluarga yang sempurna,
Kita bisa menyempurnakannya dengan cinta.

Wonogiri, pengampunan adalah obat jiwa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Sumantri dan Sukasrana

10/5/2024

0 Comments

 
Puncta 5 Oktober 2024
Sabtu Biasa XXVI
Lukas 10: 17-24

MEREKA ini adalah kakak beradik. Sumantri gagah, tampan dan pandai. Sebaliknya, Sukasrana berwajah buruk seperti raksasa, cebol, jelek dan lemah tubuhnya. Tetapi dia punya hati yang baik, tulus, penuh kasih dan suka menolong. 

Sukasrana itu seperti Quasimodo, Si Bongkok buruk rupa dari Notre Dame dalam Kisah The Huncback of Notre-Dame karangan Victor Hugo. Kendati wajahnya buruk, tetapi hatinya sangat baik.

Tuhan itu maha adil. Yang punya kelemahan atau buruk di satu sisi, namun diberi anugerah kesaktian atau kelebihan luar biasa. Sumantri ingin mengabdi ke Kerajaan Maespati. Dia ingin menjadi pejabat tinggi dan terhormat di sana.

Raja Harjuna Sasrabahu memberi syarat kepada Sumantri yaitu melamar Dewi Citrawati dan membawa 800 putri boyongan. 

Dengan kesaktiannya Sumantri mampu mengalahkan raja-raja yang ingin memperistri Citrawati. Dia juga berhasil mendapatkan 800 putri boyongan,

Karena sukses, Sumantri makin “nggembelo” sombong dan terlalu percaya diri. Ia menantang Raja Harjuna Sasrabahu untuk mengalahkannya. 

Perang tanding terjadi. Sumantri kalah. Ia dihukum untuk memindahkan Taman Maerakaca ke Maespati. 

Dia bingung setengah mati. Jika ini gagal, dia tidak akan diterima menjadi punggawa. Muncullah adiknya yang dihinakan karena buruk rupa dan jelek. 

Sukasrana yang dipandang kecil, lemah dan bodoh namun berhasil memindahkan Taman Maerakaca.

Jangan menyombongkan diri seperti Sumantri yang pada akhirnya gagal total. Kebijaksanaan dimiliki oleh mereka yang tulus, rendah hati dan sederhana seperti sifat Sukasrana. 

Yesus memuji Allah karena semua itu tersembunyi bagi orang cerdik pandai yang menutup diri bagi kebijaksanaan Allah. Tetapi justru orang-orang kecil, sederhana lebih terbuka pada kebijaksanaan Allah.

"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu,” kata Yesus.

Pelajaran penting agar kita tidak jumawa tetapi rendah hati, tulus dan ikhlas diri.

Berjuang jatuh bangun ke Kuala Lumpur,
Untuk ketemu dengan  Siti Nurhaliza.
Kerendahan hati adalah keutamaan luhur,
Kejarlah dia sampai kamu mendapatkannya.

Wonogiri, kebijaksanaan kaum kecil sederhana
Romo. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki