Puncta 04 Oktober 2024
Pw. St. Fransiskus Asissi Lukas 10: 13-16 DALAM dunia yang glamor dan suka pamer kekayaan, Paus Fransiskus lebih memilih naik mobil rakyat yang biasa sewaktu berkunjung ke Indonesia. Sementara orang suka naik jet pribadi yang mewah, Paus Fransiskus menggunakan pesawat komersial. Yang penting sampai dengan selamat demi berjumpa dengan umat. Di tengah kecamuk dan konflik antar kelompok yang mengatasnamakan agama, Paus Fransiskus memilih datang berkunjung membawa damai, berpelukan dengan Imam Besar Mesjid Istiqlal. Dia berjabat tangan dengan semua orang yang suka damai. Menciptakan perdamaian, bukan saling curiga dan permusuhan. Ketika dunia berebut kuasa, saling bersaing untuk menjatuhkan lawan-lawannya, Paus Fransiskus datang dengan memeluk anak-anak kecil di pinggir jalan, orang-orang cacat dan difabel. Dia membawa kasih persaudaraan bagi semua orang. Kendati Paus harus berjalan dengan kursi roda, badannya dimakan usia, namun semangatnya untuk mencinta sungguh luar biasa. Ia mengikuti semangat Fransiskus yang dipilih menjadi nama pontifikalnya. Hari ini kita memperingati seorang santo besar yakni Fransiskus Asissi. Fransiskus adalah pribadi yang lengkap. Ia mengasihi Tuhan dengan doanya yang kuat. Ia mengasihi manusia khususnya yang miskin dan terpinggir. Ia mengasihi alam semesta sebagai saudara-saudarinya. Ia membawa damai bagi mereka yang berbeda. Hidup Fransiskus menginspirasi banyak orang yang ingin menimba semangatnya; hidup sederhana, cinta damai, persaudaraan, kerendahan hati, cinta alam semesta dan semangat doa yang dalam. Semangat Fransiskus masih tetap relevan untuk kita manusia di zaman modern kontemporer ini. Zaman yang dipenuhi dengan permusuhan, kekejaman, persaingan, hedonisme, pamer kekayaan dan kuasa. Kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia kemarin sungguh menghadirkan semangat Santo Fransiskus yang nyata dan relevan bagi kehidupan kita. Marilah kita meneladan Santo Fransiskus, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus, gembala dan bapak kita. Ibukota negara sudah pindah ke Kalimantan, Rakyat di sana belum menikmati kemakmuran. Dengan hidup sederhana kita tidak kekurangan, Dengan semangat cinta kita tidak akan kehilangan. Wonogiri, cintai bumi seperti Ibu Pertiwi Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 03 Oktober 2024
Kamis Biasa XXVI Lukas 10: 1-12 AWAL menjalani perutusan ke Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat adalah sebuah pengalaman baru bagi saya. Ketapang adalah dunia baru yang belum pernah saya ketahui. Seperti sebuah rimba gelap yang belum pernah dijelajahi. Pasti ada rasa takut dan gelisah. Romo Adiwardaya tahu kondisi perasaan saya. Dia mengantar saya sampai di Ketapang. Dalam perjalanan di udara, Rm. Adi berkata, “Tuhan yang mengutus, pasti Tuhan juga akan mengurus kita, percaya saja.” Benar juga, selama seminggu saya tinggal di Keuskupan, saya diminta membantu misa di Kendawangan. Itulah misa pertama saya di Ketapang. Kami berboncengan dengan sepeda motor menempuh perjalanan sepanjang 123 km dari Ketapang. Kami melewati daerah Padang Duabelas yang katanya angker dan penuh misteri. Perjalanan panjang yang di sisinya ditumbuhi pohon cemara laut. Kami menyusuri jalan di tepi pantai yang panas. Di gereja kecil itu, hanya ada belasan umat yang datang. Tidak terduga ternyata ada umat Romo Adiwardaya yang berasal dari Nanggulan, sekarang tinggal di Kendawangan. Mereka sangat terkejut bertemu secara tiba-tiba dengan romo yang dulu membaptisnya waktu kecil. “Romo, dimana-mana Tuhan sudah mencarikan teman untuk kita,” kata Rm. Adi. “Segalanya sudah diurus oleh Tuhan, jangan takut. Dia yang menjamin kehidupan kita,” demikian Romo menguatkan saya. “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini,” demikian pesan Yesus saat mengutus tujuhpuluh murid-Nya. Kita diutus masuk ke tengah-tengah kumpulan serigala. Itu artinya sesuatu yang berbahaya dan menakutkan. Tugas perutusan adalah tugas berat. Banyak bahaya menghadang. Tetapi Tuhan akan selalu menyertai dan tidak akan membiarkan para utusannya terlantar. Selalu ada orang-orang baik yang dikirim menolong mereka yang diutus. Maka jangan takut dan kawatir menjadi utusan Tuhan. Pergi ke Jepara lewat Kudus, Terasa ngantuk seperti dibius. Bersiap-sedialah untuk diutus, Tugasmu membawa nama Yesus. Wonogiri, berani untuk diutus Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 02 Oktober2024
Pw. Para Malaikat Pelindung Matius 8:1-5.10 PERJALANAN ke Stasi Tanjung Bunga dari Paroki Nanga Tayap membutuhkan nyali yang besar. Jalan yang ditempuh sangat sulit dan penuh perjuangan. Apalagi kalau melewati perkebunan sawit yang jalannya sangat membingungkan. Kalau tidak hapal tanda-tanda, kita bisa tersesat. Jika sudah melewati kebun sawit yang panjang, kita harus berjuang lagi menyusuri jalan setapak menaiki bukit dan hutan. Kadang juga ada jembatan putus dan hanya melewati sepotong papan kayu sebagai titian. Kalau hujan jalan menjadi licin sekali. Roda motor tidak bisa dikendalikan. Kita hanya bisa mengikuti alur lubang yang sudah ada saja. Tanjakan dan turunan harus dilewati sebelum mencapai kampung Tanjung Bunga. Untunglah ada Bapak Prodiakon namanya Uder yang selalu siap mengantarkan pastor jika mengadakan turne ke Tanjung Bunga. Pak Uder sangat hapal jalan yang harus dilewati. Ia selalu mendampingi saya agar bisa melayani umat di Tanjung Bunga. Ia seperti malaikat yang menuntun dan menolong saya di tengah perjalanan. Kalau ada Pak Uder saya merasa aman dan tenang melewati jalan-jalan yang rusak, licin, masuk hutan dan kebun sawit tak bakal tersesat. Saya merasa Tuhan mengutus malaikat pamomong melalui Pak Uder yang hadir dalam perjalanan hidup saya. Sekarang Pak Uder sudah bahagia di surga. Dia tetap bersedia hadir sebagai malaikat penolong, jika sewaktu-waktu diperlukan. Hari ini kita memperingati Malaikat Pelindung yang selalu menuntun dan menolong kita. Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” Hati Allah selalu memandang mereka yang kecil, lemah dan menderita. Maka Allah melindungi mereka dengan mengutus malaikat-malaika-Nya. Malaikat itu hadir dalam diri orang-orang baik yang diutus menolong kita. Selalu ada malaikat penolong di sekitar kita. Maka jangan takut menghadapi apapun, malaikat penolong siap menuntun kita. Lagu indah di bawah ini, bisa menguatkan kita. Kula tansah dipun jagi malaikat, Juru pamong ingkang setya yekti. Rinten dalu tansah nyuwun ken rahmat, Kang supados gesang amba murni. Wonogiri, terimakasih malaikatku Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 1 Oktober 2024
Pesta St. Teresia Kanak-Kanak Yesus, Perawan, Pujangga dan Pelindung misi. Matius 18: 1-5 ANAK-ANAK kecil mudah memaafkan. Mereka polos, lugu, tanpa banyak prasangka. Mereka kadang berantem dengan temannya, berebut mainan. Mereka marah, menangis, jengkel. Tetapi esok harinya mereka sudah bermain lagi bersama-sama. Tak ada dendam dalam diri anak-anak. Beda dengan orangtuanya. Ibu dari anak-anak itu saling marah membela anaknya. Mereka bahkan tak mau saling menyapa. Mereka menyimpan dendam tak berkesudahan. Padahal anak-anak mereka sudah bermain bersama-sama dengan riang gembira. Mereka sudah lupa apa yang kemarin terjadi, tetapi ibu mereka masih tak mau tegor sapa. Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” Hari ini kita merayakan Pesta St. Teresia dari Kanak-Kanak Yesus. Teresia menempatkan dirinya sebagai anak kecil di hadapan Yesus. Ia mengajak Yesus bermain-main. Ia bersedia menjadi bola kecil yang menjadi kesayangan Yesus. Sikap merendahkan diri sebagai kanak-kanak yang lugu, polos, tak berdosa dan mudah memaafkan itulah yang dihayati Teresia kecil mengabdi pada Tuhan. Ia mengembangkan jalan kecil untuk melayani Yesus. Hal-hal kecil dilakukan dengan cinta yang besar. Jalan-jalan sederhana dan yang dipandang rendah oleh dunia justru menjadi jalan kesempurnaan. Teresia menjalankan tugas-tugas kecil di dapur, di kebun dengan semangat pengabdian yang besar. Seperti anak kecil, segala sesuatu dijalankan dengan sukacita dan penuh cinta. Tuhan tidak memandang hina dan rendah segala sesuatu yang dikerjakan dengan tulus dan cinta. Tidak ada yang tidak berharga di hadapan Tuhan, sekecil apapun perbuatan baik kita. Marilah kita lakukan hal-hal kecil dan sederhana dengan cinta yang tulus dan ikhlas. Sinar senja tak pernah dusta, Setiap waktu ia datang menyapa kita. Tak ada yang tidak berharga, Asal semua dilakukan dengan cinta. Wonogiri, semua karena cinta Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 30 September 2024
Pw. St. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja Lukas 9: 46-50 PIKIRAN Allah berbeda dengan pikiran manusia. Rancangan Allah berbeda dengan rancangan manusia. Allah ingin turun menjadi manusia. Sedang manusia justru ingin naik menjadi Allah. Tetapi manusia selalu gagal. Allah pasti yang berhasil. Menara Babel adalah contoh usaha manusia yang ingin naik menuju Allah. Tetapi usaha manusia itu hancur runtuh berantakan. Manusia ingin menjadi yang tertinggi, terbesar dan terhebat dari segalanya. Tetapi hasilnya adalah nol besar. Dalam perikope ini Yesus tahu apa yang ada dalam pikiran murid-murid-Nya. Mereka memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka berebut menjadi yang terbesar. Seumumnya kita semua juga ingin menjadi yang terbesar, terhebat dan ter-segala-galanya. Pikiran Yesus berbeda dengan kita dan para murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Siapa yang terkecil, justru dialah yang terbesar. Allah justru mengambil jalan pengosongan diri. Ia merendahkan diri menjadi yang terkecil. “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Disinilah pelajaran bagi kita untuk mengasihi mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Inilah pilihan Allah menjadi anak kecil. Jika kita menerima dan mengasihi mereka berarti kita juga mengasihi Allah. Paus Fransiskus dalam setiap kunjungannya selalu bertemu dan memberkati anak-anak kecil. Di jalan-jalan yang beliau lewati anak-anak kecil diberkati, bahkan ibu yang sedang hamil pun diberkati sebagai tanda cintanya pada anak-anak kecil. Mereka yang cacat, lemah, difabel mendapat tempat khusus di hati Paus. Demikianlah semestinya sikap dan pola hidup kita, mengikuti jalan pikiran Allah, menghargai mereka yang kecil. Sebab barangsiapa menyambut orang-orang kecil dan lemah, sama saja kita menerima Tuhan dalam hati kita. Maukah kita mengambil pola dan jalan pikiran Tuhan yang berbeda dengan jalan pikiran kita? Di Sleman ada desa namanya Bokongan, Kalau di Sulawesi ada Desa Tumpaan. Jalan Allah adalah jalan pengosongan, Jalan kita adalah jalan kesombongan. Wonogiri, jalan Allah melawan arus Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 29 September 2024
Minggu Biasa XXVI Markus 9:38-43.45.47-48 DALAM suatu kelompok ada kosa kata magis yaitu “Wong kito atau orang kita.” Dalam bahasa prokem Jawa ada istilah yang hampir sama artinya yaitu “Jape Methe.” Pola rumit ini dibuat pada era 80-an oleh kelompok anak muda di Jogja yang membalik aksara Jawa untuk membuat istilah-istilah prokem. Hanya orang-orang di dalam kelompok mereka saja yang mengerti istilah-istilah itu. Misalnya, Jape Methe dab itu artinya “Cahe dhewe mas” atau bocahe dhewe. Dia adalah kelompok kita, anak buah kita, bagian dari kita. Dia adalah anggota geng atau kelompok kita. Kelompok akan melindungi dan membelanya karena dia adalah bagian dari kita. Orang yang tidak sealiran atau satu kelompok menjadi orang luar, musuh atau saingan. Mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak sepaham dengan mereka. Kelompok akan menjaga dan membela hidup anggotanya dari serangan atau saingan lainnya. Seringkali terjadi tawuran-tawuran antar kelompok karena masing-masing mempunyai kebenarannya sendiri dan mereka tidak mau disaingi oleh yang lain. Akhir-akhir ini terjadi keresahan di kota-kota besar karena tawuran antar kelompok. Sampai-sampai beberapa kampus menghimbau mahasiswanya untuk tidak berkegiatan melebihi jam 21.00 agar tidak berhadapan dengan geng atau kelompok-kelompok brutal. Dalam diri murid-murid Yesus nampaknya juga ada suasana eksklusifisme kelompok. Yohanes memprotes karena ada orang lain di luar kelompoknya membuat mukjizat atas nama Yesus. “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia, sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjijat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.” Yesus berpikir inklusif, terbuka pada kebaikan dan kebenaran yang ada di luar sana. Siapa saja bisa memakai nama Yesus demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Toleransi dan semangat inklusif mesti dijunjung tinggi agar damai dan harmoni terjadi dimana saja. Mari kita berpikir dan bertindak tidak terkotak-kotak, supaya wawasan kita jadi terbuka luas. Berpandangan luas dan komprehensif, Agar kita tidak berpikir eksklusif. Mari bertindak toleran dan inklusif, Kita bangun persaudaraan secara massif. Wonogiri, jangan memaksakan kehendak sendiri Rm. A.Joko Purwanto, Pr Puncta 28 September 2024
Sabtu Biasa XXV Lukas 9: 43b-45 DERITA dari kekalahan permainan dadu tidak hanya dialami Puntadewa dan adik-adiknya, tetapi juga menimpa Drupadi, istrinya. Ketika Drupadi menjadi taruhan, dan Puntadewa kalah, dia dijadikan mainan nafsu Dursasana dan para Kurawa. Rambut Drupadi diurai dan “diudhal-udhal” oleh Dursasana. Kain penutup tubuhnya dilepaskan dengan paksa untuk mempermalukannya di depan umum. Drupadi menahan derita dan hancur hatinya. Dia dihina serendah-rendahnya oleh para Kurawa. Drupadi harus mengikuti Pandawa dibuang selama 12 tahun di tengah hutan. Tahta, harta, kuasa hilang musnah. Mereka pergi sebagai orang buangan. Derita atas kekalahan harus ditanggung juga oleh Drupadi. Kresna bertanya kepada Drupadi, “Seberapakah cintamu pada suami yang sudah kalah judi dan dibuang sebagai manusia tak berharga?” Drupadi menjawab, “Cintaku kepadanya semakin bersinar laksana permata, karena yang kucintai bukan emas, tahta atau hartanya. Aku mencintai suamiku sebagai pribadi apa adanya.” Menurut Viktor Frankl, psikolog yang menemukan teori Logotherapy, penderitaan adalah batu uji yang paling baik untuk mematangkan eksistensi diri dalam menjawab makna kehidupan. Penderitaan yang dialami Drupadi adalah ujian yang mematangkan seberapa besar cintanya pada sang suami. Keberanian menghadapi penderitaan adalah sebuah keutamaan dan kecerdasan pribadi. Kecerdasan mengubah derita menjadi peluang dan bencana menjadi kesempatan mematangkan diri. Dengan memandang positif atas penderitaan, orang punya alasan kuat untuk memaknai hidup di masa depan. Yesus berkata , “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Orang banyak tidak mengerti perkataan itu. Mereka tidak dapat memahaminya. Yesus tahu bahwa Ia akan menghadapi penderitaan dan kematian. Ia tidak sedih, kecewa atau mundur tetapi Yesus siap menghadapi penderitaan. Yesus memandang penderitaan demi kesetiaan-Nya menjalankan tugas perutusan Allah dan demi kehidupan seluruh umat manusia. Dengan demikian penderitaan-Nya punya arti keselamatan bagi seluruh ciptaan. Bagaimanakah kita memaknai penderitaan, kesedihan, kesusahan hidup yang kita jalani? Apakah kita bisa menyatukannya dengan penderitaan Kristus di salib? Sebentar lagi kita akan ada Pilkada, Pilihlah calon yang sungguh bekerja. Dalam iman derita selalu bermakna, Salib Kristus adalah mercu suarnya. Wonogiri, apa makna sebuah derita? Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 27 September 2024
PW. St. Vinsensius a Paulo, Imam Lukas 9:18-22 INTER MILAN kemarin dibabat habis oleh tim sekotanya, AC Milan saat pertandingan derby kota Milan. Inter baru saja menahan imbang raksasa Inggris Manchester City dalam laga Champion. Hasil imbang 0-0 melawan City seolah sebuah kemenangan besar. Apalagi di pertandingan lain Milan dikalahkan oleh Liverpool dengan skore 3-1. Dada Inter semakin membusung menghadapi derby tim sekotanya. Apalagi semua media sport Eropa menjagokan Inter akan mampu mengalahkan Milan. Tetapi rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat mereka meremehkan lawannya. Akibatnya Inter digulung AC Milan dengan dua gol ke gawang mereka. Over confidence membuat mereka sombong dan terlena. Mereka tidak bermain maksimal karena merasa yakin bisa menang. Ternyata lawan bermain lebih bagus dan hasilnya Inter harus gigit jari. Mereka harus belajar dari kegagalan ini. Para murid Yesus mungkin juga dalam posisi overconvidence. Mereka mendengar komentar-komentar orang banyak bahwa Yesus adalah seperti Yohanes Pembaptis, Elia atau nabi-nabi dahulu yang telah bangkit. Kehebatan Yohanes Pembaptis, Elia dan nabi-nabi dahulu yang diterakan pada Guru mereka membuat murid-murid membusungkan dada. Mereka punya Guru yang hebat dan tersohor. Maka ketika Yesus bertanya, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Petrus dengan lantang, penuh percaya diri, tanpa berpikir panjang menjawab: "Mesias dari Allah." Maka Yesus langsung melarang dengan keras agar jangan diberitakan kepada siapa-siapa. Jangan terlalu percaya diri dulu. Mesias macam apa yang dibayangkan Petrus. Ketika mereka tahu bahwa Mesias harus menderita, ditolak oleh kaum tua-tua, disalibkan dan mati, mereka putus asa. Harapan yang tinggi-tinggi itu hancur berkeping-keping. Yesus harus mendidik dan mendampingi agar paham Mesianitas mereka sejalan dengan kehendak Tuhan. Memurnikan motivasi dan siap menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan harus terus dibangun. Percaya diri boleh tetapi jangan terlalu over. Tetap harus waspada dan jangan terlena. Mari kita belajar dari kekalahan Inter Milan yang terlalu percaya diri berlebihan. Jangan terlena. Pagi-pagi menikmati sinar matahari, Di pinggir jalan membeli bakso wonogiri. Over confidence membuat orang lupa diri, Akhirnya hanya tinggal menyesal nanti. Wonogiri, jangan terlena Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 26 September 2024
Kamis Biasa XXV Lukas 9: 7-9 RESI BISMA menasehatkan kepada para Kurawa untuk menyerahkan separoh Kerajaan Astina dan Indraprasta kepada Pandawa. Karena Pandawa berhak atas kerajaan itu. Namun Sengkuni dan Dipati Karna tidak setuju. Mereka minta Pandawa harus merebutnya dengan peperangan. Resi Bisma melihat dengan hatinya, sebuah masa depan yang suram, jika Pandawa dan Kurawa berperang. Kurawa pasti kalah hancur total. Tetapi Sengkuni berpendapat bahwa Kurawa pasti menang karena jumlahnya 100 orang dan Pandawa hanya lima orang saja. Sengkuni hanya melihat soal kuantitas, jumlah yang banyak. Sedangkan Resi Bisma dengan penerawangan hatinya, melihat kualitas kekuatan Para Pandawa. Kendati hanya lima orang tetapi mereka sakti mandraguna. Di segala medan pertempuran, belum pernah Pandawa terkalahkan. Karena Kurawa lebih mendengar bujukan Sengkuni, maka hancurlah mereka di medan Kuru Setra. Mereka hancur lebur, ludes keles. Kuantitas atau banyaknya orang tidak menjamin sebuah kemenangan. Pelajaran yang kita petik dari kisah di atas adalah bahwa tidak semua hal bisa dihitung-hitung secara kasat mata. Bukan hanya melihat jumlah, banyaknya yang dilihat oleh mata. Tetapi seperti Resi Bisma kita harus bisa melihat dengan kacamata hati, intuisi dan rasa perasaan yang dalam. Herodes tidak menggunakan hatinya ketika melihat fenomena kehadiran dan karya-karya Yesus. Ia sering mendengar tentang kehebatan Yesus. Ia terombang-ambing dan cemas oleh apa yang dilihat orang. Ketakutan membuat mata hatinya buram. Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis telah bangkit. Ada orang yang mengatakan bahwa Elia muncul kembali; atau nabi-nabi yang telah bangkit. Herodes hanya melihat dengan mata lahiriah. Ia tidak menggunakan mata batinnya. Ia mencari kebenaran tetapi tak mampu menangkapnya. Kecemasan dan ketakutan menghalangi mata hatinya. Seandainya ia mampu melihat Yesus dengan hatinya, pasti ia memperoleh ketenangan batin dan keselamatan jiwa. Bagaimanakah dengan diri kita? Mampukah kita menangkap kebenaran Yesus dengan mata hati kita? Rendahkanlah hatimu dan bukalah mata batinmu, Yesus akan menganugerahkan pengalaman iman yang mengagumkan. Sebagaimana pernah dikatakan Yesus, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Jalan-jalan ke waduk Wonogiri, Ada ikan paus sampai ikan teri. Mengasah intuisi membuka hati, Dengarkanlah bisikan suara ilahi. Wonogiri, mendengarkan dengan hati Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 25 September 2024
Rabu Biasa XXV Lukas 9: 1-6 DULU sebelum ditugaskan di pedalaman Kalimantan, ada rasa takut menjalani misi perutusan. Takut karena tidak tahu medan. Tidak punya bayangan sama sekali tentang daerah pedalaman. Yang ada hanya kegelapan. Takut karena tidak punya saudara atau kenalan siapa-siapa. Tidak ada jaminan dan pegangan apa pun. Namun setelah menginjakkan kaki di Bumi Kayong, Tanah Ketapang, ketakutan dan kekawatiran itu mulai hilang. Apa yang disabdakan Yesus dalam bacaan hari ini sungguh terwujud. Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil dan menyembuhkan orang. Ia berpesan kepada mereka, "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.” Mengapa Yesus melarang para murid membawa apa-apa, bekal, tongkat, roti atau uang, atau pakaian yang cukup? Semuanya itu sudah disiapkan oleh Tuhan sendiri. Kita tidak perlu repot-repot memikirkannya. Yang dikehendaki Tuhan hanyalah fokus pada tugas perutusan. Mewartakan Injil dan menyembuhkan orang-orang. Apa saja yang kita perlukan akan disediakan oleh Tuhan. Demikianlah ketakutan-ketakutan pada awal perutusan tidak terjadi. Dengan aneka macam cara Tuhan membantu dan melancarkan tugas pelayanan. Jika membutuhkan makan minum, umat dengan murah hati memberi. Jika membutuhkan tempat menginap di stasi-stasi, sudah disediakan. Bahkan ketika terjadi kecelakaan dan kesulitan di jalan, ada orang-orang yang diutus Tuhan untuk menolong dan membereskan. Saya kadang tidak habis pikir, sebegitunya Tuhan memelihara dan menjamin para pekerjanya. Tidak ada kekurangan sedikit pun bahkan selalu berlimpah. Kalau kita percaya dan mau melaksanakan sabda Tuhan, maka segalanya akan dicukupi oleh Tuhan. Yang penting fokus pada tugas perutusan. Tidak perlu kawatir akan tetek bengek kebutuhan kita. Tuhan sudah memperhitungkan-Nya dengan mengutus orang-orang baik di sekitar kita. Jalan-jalan di Gang Pinggir, Makan pecel daun kenikir. Jangan takut, jangan kawatir, Segalanya sudah Tuhan pikir. Wonogiri, jangan takut.... Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |