Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Kita Semua Bersaudara

9/24/2024

0 Comments

 
Puncta 24 September 2024
Selasa Biasa XXV
Lukas 8: 19-21

KETIKA perang Baratayuda hampir mendekat, Kresna membujuk Karna agar bergabung dengan saudara-saudaranya, Pandawa. Kresna menyakinkan bahwa Karna adalah kakak tertua dari Pandawa yang lahir dari Ibu Kunti.

Tetapi Karna menolak. Baginya ibu yang sesungguhnya adalah Dewi Nada, karena dialah yang memelihara, membesarkan dan menghidupinya. 

Kendati Kunti secara alamiah melahirkan Karna, tetapi Kunti membuang bayinya di Sungai Gangga dan ditemukan oleh Dewi Nada yang mengasuhnya.

Kresna terus membujuknya, tetapi Karna tetap kukuh bahwa Kunti bukanlah ibunya. Kendati darah dan dagingnya berasal dari Dewi Kunti. Namun hati dan perasaannya justru tertambat pada Dewi Nada yang memeliharanya. 

Bagi Karna, seorang ibu bukan cuma dia yang melahirkan anak, tetapi orang yang mampu melaksanakan darmanya sebagai pemelihara kehidupan.

Diskusi Yesus dan orang banyak tentang siapa ibu-Nya, ditegaskan oleh Yesus bahwa ibu atau saudara-saudarinya adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya. 

Yesus menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya."

Yesus memperluas arti dan makna seorang ibu. Status seorang ibu tidak hanya diakui karena pernah melahirkannya, tetapi ibu yang sesungguhnya adalah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya dalam praktek nyata.

Relasi persaudaraan tidak dibatasi oleh hubungan darah semata. Tetapi makin diperluas maknanya yakni siapa pun yang tekun dan setia mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya. Mereka ini adalah saudara-saudara Tuhan.

Persaudaraan dengan semua orang yang melakukan kehendak Tuhan dinyatakan oleh Yesus sebagai satu asal muasal dari seluruh umat manusia. Kita semua ini berasal dari Rahim yang sama yakni Sang Pencipta.

Oleh karena itu relasi tidak hanya dibatasi oleh hubungan darah, namun diperluas oleh satu Rahim Kehidupan yang sama yakni Tuhan Sang Pencipta. 

Maka siapa pun yang melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya, mereka itu adalah saudara-saudari kita.

Keliling kota numpang pedati,
Singgah di pasar beli boneka.
Janganlah kita saling berkelahi,
Karena kita semua bersaudara.

Wonogiri, Torang Basodara
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Laron, "Urip Iku Urup"

9/23/2024

0 Comments

 
​Puncta 23 September 2024
PW. St. Pius dari Petrelcina (Padre Pio)
Lukas 8: 16-18

FILOSOFI Jawa yang menyatakan bahwa “urip iku urup” mau menjelaskan bahwa hidup itu harus berdaya guna. Kalau diterjemahkan filosofi Jawa ini berarti hidup itu harus menyala. Maksudnya adalah agar hidup (urip) kita berguna atau mampu memberi “urup” atau nyala yakni manfaat kepada dunia sekitarnya. 

Sebagaimana sebuah cahaya yang ditaruh di atas gantang agar menerangi sekitarnya, demikianlah hidup kita juga harus kita jalani agar dapat menerangi dunia sekitarnya. Hidup kita bermanfaat bagi kebaikan dunia.

Yesus memberi gambaran tentang hidup itu harus menyala atau bermanfaat bagi dunia sekitarnya dengan berkata, "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.”

Hidup itu harus berguna. Apakah hidup seekor “laron” atau anai-anai itu berguna? 

Kalau awal musim hujan mengguyur bumi, biasanya laron atau anai-anai akan muncul dari lubang persembunyiannya. Ratusan bahkan ribuan laron terbang ke udara menikmati kebebasan.

Tetapi dalam sekejap mereka akan disambar oleh burung-burung menjadi makanannya. Atau, kalau merayap di tanah, mereka akan dipatuk ayam, dimakan cicak atau binatang lainnya. Manusia pun juga senang menangkapnya untuk dijadikan lauk penuh protein.

Ada juga laron yang tanggal sayap-sayapnya. Mereka akan mencari teman senasib dan berjalan beriringan untuk saling menolong dan menyelamatkan diri mencari lubang persembunyian yang aman. 

Mereka berdua berjalan seperti kereta api saling terikat satu sama lain. Tolong menolong sebagai teman senasib. Ternyata hidup laron yang hanya sesaat itu sangat berguna bagi lingkungan sekitarnya.

Kendati hidup laron atau anai-anai itu hanya sesaat dan sekejap, tetapi mereka telah memberi manfaat bagi sekitarnya. “Urip iku Urup” itulah yang dihayati si laron atau anai-anai. 

Muncul di bumi hanya sebentar, terbang menikmati kebebasan sesaat. Habis itu lalu lenyap. Mereka memberi kehidupan bagi makhluk lainnya.

Apakah hidup kita juga bisa memberi nyala manfaat bagi dunia sekitarnya? Apakah kita sudah menghayati filosofi ”Urip iku Urup” dalam hidup kita?

Naik jet pribadi menuju Canada,
Untuk membeli tas dari kulit buaya.
Hidup akan penuh warna bahagia,
Jika kita mau berbagi dengan sesama.

Wonogiri, Urip iku Urup
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Atlet Cantik Berhati Mulia

9/22/2024

0 Comments

 
Puncta 22 September 2024
Minggu Biasa XXV
Markus 9: 30-37

KENDATI tidak berhasil meraih medali emas Olimpiade, tetapi dua atlet cantik yakni Nikki Hamblin (Zelandia Baru) dan Abbey D'Agostino (USA) memperoleh medali langka yaitu The Pierre de Coubertin atas nilai-nilai sportivitas yang mereka teladankan.

Dua gadis ini berlari dalam ajang 5000 meter putri di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil. Lomba baru berjalan beberapa lap saat Hamblin tersandung kaki pelari di depannya. Dia limbung terjatuh dan mengganjal D'Agostino yang berada di belakangnya. Keduanya lantas jatuh tersungkur.

D'Agostino ingin melanjutkan larinya tetapi melihat Hamblin tertelungkup ia mendekatinya dan mengajaknya melanjutkan lari. Namun ketika mereka mulai berlari, justru D’Agustino kesakitan luar biasa. Dia mengalami cedera lutut.

Kendati tertatih-tatih mereka saling menyemangati dan berlari kecil sampai garis finis. Walau gagal menjadi juara, tetapi mereka dianugerahi medali kehormatan karena menjaga esensi olimpiade yang sebenarnya yakni sportivitas, persaudaraan dan belarasa.

Kebanyakan dari kita berjuang sekuat tenaga ingin menjadi nomor satu. Bahkan kadang menggunakan cara-cara yang tidak sportif. Memukul wasit, bermain curang, menjegal pemain lain, menyuap panitia lomba. Yang penting dapat juara. 

Itulah yang diperdebatkan murid-murid Yesus di tengah jalan ketika Dia sedang mengajar mereka. Para murid berdebat tentang siapa yang terbesar diantara mereka. Mereka berebut menjadi yang terkemuka, juara nomor satu.

Tetapi Yesus mengajarkan nilai yang lebih esensial. "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."

Bukan soal juara satu, posisi top, kedudukan penting, status terhormat yang diutamakan, tetapi esensi atau nilai-nilai keutamaan hiduplah yang lebih penting. 

Hamblin dan D’Agustino adalah contohnya. Komite Olimpiade dunia menghormati mereka bukan karena prestasi juaranya, tetapi karena memperjuangkan esensi keutamaan moral dari semangat olimpiade itu sendiri.

Tidak seperti para murid yang mengejar siapa yang terkemuka dan berposisi nomor satu, tetapi Yesus mengajak kita semua lebih mengutamakan nilai-nilai kerendahan hati, pelayanan, saling mengasihi dan mendahulukan kepentingan bersama.

Jalan pengosongan diri sebagaimana Yesus yang merendahkan Diri-Nya itulah cara yang ditanamkan bagi para pengikut-Nya. Beranikah kita mengosongkan diri demi keselamatan bersama?

Jangan ikuti hukum rimba,
Siapa kuat dia yang juara.
Ikutilah hukum kasih cinta,
Mau berkorban demi sesama.

Wonogiri, menjadi pelayan bagi semua
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bertobat Membawa Berkat

9/21/2024

0 Comments

 
Puncta 21 September 2024
Pesta St. Matius, Rasul dan Penulis Injil.
Matius 9:9-15

DUNIA perpajakan dan bea cukai memang tempat yang basah. Kalau tidak hati-hati, orang bisa tergiur melakukan pungli, suap, pencucian uang, pemerasan dan tindakan kriminal untuk memperkaya dirinya sendiri. 

Kita masih ingat beberapa tahun lalu, ada petugas pajak yang gajinya per bulan hanya 12,1 juta rupiah tetapi bisa memiliki uang simpanan di rekeningnya sejumlah 25 milyar rupiah. 

Ada pula seorang Kepala Bagian Umum Kantor Pajak yang memiliki harta senilai 56 milyar rupiah (diduga dari hasil gratifikasi), baru terungkap setelah kasus penganiyaan yang dilakukan oleh putranya.

Hari ini kita merayakan pesta St. Matius. Ia pada awalnya dikenal sebagai pemungut cukai. Petugas ini dibenci oleh masyarakat Yahudi dan digolongkan sebagai pendosa, sama seperti para pembunuh, perampok, pelacur dan lainnya.

Ada tiga alasan mengapa mereka dibenci oleh masyarakat. Pertama, ditariknya pajak membebani rakyat. Kedua, pemungut cukai dianggap musuh rakyat karena berpihak pada penjajah Romawi. Ketiga, cara yang dilakukan oleh pemungut pajak tidak adil dan kejam. Itulah yang dibenci oleh rakyat.

Demikianlah perlakuan rakyat kepada Lewi Matius si pemungut cukai. Ia digolngkan sebagai pendosa dan disingkiri oleh masyarakat. Maka ketika Yesus makan bersama di rumah Matius, orang banyak memprotes dan menyalahkan Yesus. "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"

Yesus memberi jawaban tegas, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Yesus datang bukan untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan, mencari yang hilang dan menyembuhkan. Kita mungkin sering bersikap seperti kaum Farisi; merasa paling benar dan senang menghakimi orang.

Yesus tidak ingin menghakimi tetapi Ia ingin mengasihi. Dia mendekati dan memanggil yang lemah, disingkirkan dan dibenci masyarakat. 

Perjumpaan dengan Yesus mengubah hidupnya. Matius tumbuh dalam kasih Yesus. Ia bertobat dan memberitakan Injil. Kita bisa mengenal Tuhan karena tulisan dan karya pewartaannya.

Pagi-pagi orang kumpul di lapangan,
Ikut jalan sehat dapat hadiah undian.
Bukalah hatimu pada sapaan Tuhan,
Pasti engkau akan alami kebahagiaan.

Wonogiri, marilah kita bertobat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Peran Perempuan

9/20/2024

0 Comments

 
Puncta 20 September 2024
PW. St. Andreas Kim Taegon, Imam Martir
Lukas 8: 1-3

KITA mempunyai pahlawan-pahlawan perempuan dalam sejarah kehidupan berbangsa. Sebut saja misalnya, RA. Kartini dari Jepara, Christina Marta Tiahahu dari Maluku, Malahayati dan Cut Nyak Dien dari Aceh, Dewi Sartika dari Jawa Barat, Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Masih banyak lagi nama-nama perempuan lainnya.

Perempuan-perempuan itu dengan perannya masing-masing memberi kontribusi sangat besar bagi kemajuan Bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang besar kita tidak boleh melupakan jasa-jasa mereka.

Ada yang berjuang di bidang pendidikan. Ada yang memperjuangkan emansipasi kaum wanita. Bahkan ada yang ikut mengangkat senjata berperang melawan penjajah. 

Mereka berjuang dan menyumbangkan tenaga, pikiran dan harta benda sesuai dengan konteks zamannya. 

Pada zaman Yesus, juga disebut beberapa nama wanita yang ikut membantu karya pelayanan Yesus dan rombongan-Nya. Para wanita yang disebut dalam bacaan ini adalah Maria Magdalena, Yohana istri Khuza, dan Susana. Mereka melayani rombongan Yesus dengan harta kekayaan mereka.

Kaum perempuan ini menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung karya pelayanan Tuhan dan para murid. Kendati mereka bekerja di balik layar, namun peran mereka sangat penting. 

Yesus sangat menghargai dan memberi tempat bagi partisipasi mereka. Tidak pandang bulu, siapa pun boleh ikut membantu karya Tuhan.

Dalam karya pelayanan Gereja, tidak sedikit kaum perempuan yang ikut ambil bagian dan berpartisipasi demi pewartaan Injil dan karya keselamatan Tuhan. Para aktivis dan pelayan Gereja malah sebagian besar adalah kaum perempuan.

Kita sangat bersyukur dan mengapresiasi peran kaum perempuan mampu menjadi penggerak-penggerak dalam karya pastoral. Mereka juga menjadi pilar penting bagi kemajuan umat Allah. 

Kita bisa saling melengkapi peran masing-masing agar karya pastoral bisa berjalan dengan baik.

Ada banyak pahlawan wanita,
Ibu kita Kartini asalnya dari Jepara.
Semua berperan bagi gereja,
Bersama membangun hidup sejahtera.

Wonogiri, hargailah kaum wanita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Hanoman dan Anggada

9/19/2024

0 Comments

 
Puncta 19 September 2024
Kamis Biasa XXIV
Lukas 7: 36-50

DALAM kisah Ramayana, ada tiga orang bersaudara yakni, Subali, Sugriwa dan Anjani. Mereka berubah menjadi kera karena memperebutkan Cupu Manik Astagina. Subali punya anak Anggada. Anjani punya anak Hanoman. 

Subali mati karena panah Ramawijaya saat berperang dengan Sugriwa. Anggada diasuh oleh Sugriwa pamannya. Jadi Anggada dan Hanoman adalah saudara sepupu. Mereka berdua bersaing untuk menjadi duta Rama ke Alengka.

Karena kesaktian dan ketulusan Hanoman, maka dialah yang diutus jadi duta ke Alengka. Rama lebih memilih Hanoman karena pengorbanan dan kesetiaannya. Anggada tidak dipilih. Anggada pernah membelot melawan Rama karena dihasut oleh Rahwana. 

Orang lebih dikasihi karena menunjukkan pengorbanan dan kesetiaannya yang besar. Hanoman merasa dikasihi dan dipercaya, maka dia menunjukkan kesetiaan dan pengorbanannya kepada Prabu Rama.

Yesus menunjukkan betapa kasihnya perempuan yang meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan minyak wangi yang mahal. Ia merasa sebagai pendosa yang dikasihi Tuhan. Maka dia membalasnya dengan pengorbanan, airmata dan kecupan.

Berbeda dengan Simon si orang Farisi yang mengundang Yesus makan.  Yesus berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. 

Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. 

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."

Mari kita hitung berapa kasih Tuhan kepada kita orang berdosa ini. Lalu seberapa besar balasan kita kepada-Nya? Apakah kita akan menjadi seperti perempuan berdosa atau menjadi orang Farisi yang merasa tidak dikasihi-Nya?

Lezatnya minum kopi Arabika,
Sambil menikmati indahnya senja.
Kasih-Nya melebihi dosa-dosa kita,
Kita pantas bersyukur karenanya.

Wonogiri, Kasih-Nya luar biasa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Nasrudin dan Kudanya

9/18/2024

0 Comments

 
Puncta 18 September 2024
Rabu Biasa XXIV
Lukas 7: 31-35

SUATU hari Nasrudin dan anaknya pergi ke pasar hendak menjual kudanya. Mereka menggiring kudanya. Orang-orang yang melihat berkomentar; “Orang tua bodoh, kuda kok tidak ditunggangi.” Lalu Nasrudin naik ke punggung kudanya. 

Sebentar kemudian, ada ibu-ibu berkomentar, “Bapak yang kejam, dia enak-enak, sementara anaknya disuruh jalan kaki menuntun kudanya.” Nasrudin turun dari kudanya dan menyuruh anaknya naik di punggung kuda.

Lalu ada lagi yang berkomentar; “Anak tidak sopan, orang tua kok malah disuruh jalan kaki.” Nasrudin kemudian naik ke punggung kuda di belakang anaknya.

Para pedagang hewan berkomentar, ”Orang-orang yang tidak punya rasa kasihan, kuda kecil dan kurus kok dinaiki dua orang. Pasti harganya jatuh murah.” Akhirnya Nasrudin dan anaknya turun menuntun kudanya kembali.

Pesan dari cerita di atas adalah orang banyak akan selalu berkomentar atas tindakan kita. Tidak mungkinlah kita bisa memenuhi keinginan semua orang. kita harus punya prinsip hidup yang kuat, tidak teromabng-ambing oleh komentar orang lain.

Yesus menilai orang-orang di zamannya tidak mampu menangkap makna kehadiran para utusan Allah. Ketika Yohanes Pembaptis datang,  ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan orang-orang berkata: Ia kerasukan setan.

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan orang-orang berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.

Yesus menggambarkan mereka itu seperti anak-anak yang harus dituruti kemauannya. Apa yang diminta harus dilaksanakan. Yesus menggambarkan mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.

Mari kita beriman secara dewasa, terbuka dan berani bertanggungjawab. Tidak seperti anak kecil yang suka merajuk, manja dan cengeng, tidak punya prinsip dan pendirian yang tegas.

Seperti air berada di atas daun talas,
Terombang ambing sperti tanpa alas.
Beriman dengan tangguh dan tegas,
Jadi murid Yesus jangan malas-malas.

Wonogiri, milikilah prinsip yang tegas
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Hobby Melayat

9/16/2024

0 Comments

 
Puncta 17 September 2024
Selasa Biasa XXIV
Lukas 7: 11-17

KETIKA bertugas di Paroki Cawas, Klaten, saya punya teman-teman yang hobbynya melayat. Apalagi kalau ada romo atau keluarganya yang “kesripahan” kelompok ini langsung berangkat ikut melayat. 

Biasanya kami menyapa keluarga yang sedang kesusahan pada malam hari. Karena teman-teman ini punya kesibukan kerja di siang hari.

Mereka tidak pandang waktu, malam-malam pun siap berangkat walau jaraknya jauh-jauh. Pulang ke rumah bisa sampai tengah malam. Saya pernah sampai rumah jam 01.30 tengah malam.

Saya pernah bertanya, “Kenapa punya hobby kok layat?” Salah satu menjawab sambil bergurau, “Sebelum kita didoakan orang, kita mendoakan mereka yang meninggal romo.” 

Ada pula yang menjawab, “idhep-idhep golek dalan padhang romo,” (kita perlu cari bekal jalan terang untuk nanti mati).

Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kota Nain. Ia bertemu dengan pelayat yang akan menguburkan seorang pemuda, anak tunggal seorang janda. 

Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia menghampiri usungan keranda. Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Orang muda itu hidup kembali.

Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

Hadir melayat adalah wujud nyata peduli bagi mereka yang sedang kesusahan. Mungkin kita tidak bisa membantu apa-apa. Tetapi kehadiran kita bisa menguatkan, meneguhkan dan menghibur bagi keluarga yang kehilangan.

Perasaan kehilangan itu sangat mendalam, bahkan ada yang bertahun-tahun tidak bisa lepas dari pengalaman kehilangan. Pada saat seperti itulah kehadiran yang meneguhkan akan sangat membantu.

Yesus hadir saat seorang janda kehilangan satu-satunya pegangan hidup yakni anaknya yang tunggal. Allah tidak meninggalkan kita. Ia selalu hadir dengan belas kasih-Nya melalui orang-orang di sekitar kita. 

Kita bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menyapa mereka yang kesedihan. Sederhana tetapi sangat berguna.


Ke Purwokerto beli mendoan,
Ke Baturaden main karaokean.
Lebih baik kita mendoakan,
Sebelum kita nanti didoakan.

Wonogiri, mari kita berbelas kasih...
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Paus Fransiskus dan Nasi Goreng

9/15/2024

0 Comments

 
Puncta 16 September 2024
PW. St. Kornelius, Paus dan St. Siprianus, Uskup, Martir
Lukas 7: 1-10

DALAM penerbangannya dari Jakarta menuju Port Moresby di pesawat Garuda, Dirut Garuda ingin menyajikan beragam menu pilihan untuk Paus. Ada menu Indonesia dan Italia. 

Dia terkejut dan terharu sekaligus kagum ketika Paus justru hanya memilih satu menu saja yakni nasi goreng ala Indonesia dan kopi satu cangkir, ditambah sedikit buah-buahan lokal.

Irfan Setiaputra terharu dan kagum akan kesederhanaan dan kesahajaan Paus. Beliau yang seorang kepala negara Vatikan dan pemimpin umat Katolik sedunia memilih cara hidup sederhana seperti orang biasa.

Nasi goreng yang dihidangkan adalah sama dengan yang disajikan kepada wartawan yang mengikuti perjalanan apostolik Paus. 

“Yang membedakan hanya senduk dan garpunya saja,” kata Irfan.

Yesus juga mengagumi seorang perwira di Kapernaum yang sangat dihargai. Kendati dia punya kedudukan tinggi, tetapi perwira itu sangat peduli pada hambanya yang sakit. 

Ia menyuruh tua-tua Yahudi untuk mengundang Yesus, menyembuhkan hambanya. 

Tetapi di tengah jalan perwira itu menyuruh sahabatnya untuk menyampaikan pesan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Di hadapan Tuhan, kita ini tiada arti apa-apa. Kita ini manusia yang hina dan rendah. Perwira itu walau sangat dihormati di masyarakat, tetapi dia menganggap diri tidak layak di hadapan Tuhan.

Kesederhanaan Paus Fransiskus adalah teladan nyata. Walaupun beliau adalah kepala negara, tetapi naik pesawat komersial, tidak tidur kamar presiden suite di hotel berbintang lima, tapi di kamar kedutaan, tidak naik mobil kepresidenan tetapi mobil rakyat biasa, tidak makan pasta Italia tetapi nasi goreng Indonesia.

Hidup sederhana, bersahaja dan rendah hati, peduli sesama itulah yang dikehendaki Tuhan sebagaimana perwira di Kapernaum itu. Beranikah kita menjalani sikap ugahari seperti itu?

Tuhan berkenan menyembuhkan karena iman yang nyata dari perwira yang baik dan rendah hati.

Nasi goreng dicampur teri,
Menu favorit perdana Mentri.
Marilah kita saling mengasihi,
Kasih berasal dari Tuhan sendiri.

Wonogiri, imanmu bertumbuh 
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Siapakah Yesus Bagimu?

9/15/2024

0 Comments

 
Puncta 15 September 2024
Minggu Biasa XXIV
Markus 8: 27-35

PENILAIAN manusia terhadap orang lain atau dunia sekitar sering keliru. Kendati penilaian itu terlihat baik dan positif. Contoh yang kita baca dalam Injil hari ini dialami oleh Petrus.

Ketika Yesus bertanya siapakah Aku ini menurut kata orang banyak, para murid mudah memberi jawaban. 

Tinggal copy paste menjawab apa yang dikatakan orang. ada yang menyebut Yohanes Pembaptis, ada yang menyebut Elia atau para nabi.

Tetapi pertanyaan Yesus berikutnya, “"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" menuntut para murid berpikir keras merumuskan sendiri. 

Di sini Petrus berani menjawab, "Engkau adalah Mesias!"

Ini sebuah loncatan besar. Seperti seorang atlit loncat galah yang baru mampu melewati ketinggian 1,5 meter langsung minta dipasang ketinggian 3 meter. Julukan Mesias mengatasi gelar yang lain; orang besar, nabi, atau tokoh lain.

Tetapi pemahaman Petrus tentang Mesias masih belum utuh. Apa yang dipikirkan Petrus berbeda dengan apa yang diajarkan Kristus. 

Mesias menurut Petrus adalah mesias duniawi. Mesias yang hebat, pembebas dari penjajahan politik, mesias yang jaya. Ini hal baik tetapi belum benar.

"Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia," kata Yesus mengoreksi pemahaman Petrus yang salah.  

Paham Mesias yang dijalani Yesus adalah Mesias menurut kacamata Allah, yaitu Mesias penyelamat manusia yang rela menderita demi keselamatan semua orang.

Maka Yesus menubuatkan penderitaan-Nya. “Bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” 

Yesus mensyaratkan kepada siapa saja yang mau mengikuti Dia “harus berani menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”  

Beranikah kita memikul salib dan menyangkal diri serta berkorban bagi sesama?

Gadis cantik rambutnya lurus,
Giginya gingsul menarik hati.
Kalau mau jadi murid Yesus,
Harus siap menyangkal diri.

Wonogiri, berani menyangkal diri
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki