Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Salib Tanda Kemuliaan, Bukan Kehinaan

9/13/2024

0 Comments

 
Puncta 14 September 2024
Pesta Pemuliaan Salib Suci
Yohanes 3:13-17

BEBERAPA kasus perusakan salib di pemakaman umum pernah terjadi di Solo, Jogjakarta dan Magelang beberapa tahun silam. Salib-salib yang terpasang di atas makam dicopot, dirusak dan dihancurkan.

Banyak orang mengalami ketakutan melihat salib. Bahkan melihat kayu untuk gantungan baju yang berbentuk palangnya saja sudah diasosiasikan sebagai salib. 

Dulu di Solo ada beberapa elemen warga memprotes pengecatan jalan di titik nol depan Balaikota yang diduga menyerupai salib. 

Pemda Solo sudah menjelaskan bahwa itu bukan gambar salib. Menurut desainernya itu adalah mosaik delapan mata angin. Tetapi karena ketakutan warga, yang apa-apa dihubungkan dengan salib membuat gambar yang indah itu harus diubah.

Cara pandang kita sebagai manusia, hanya melihat sisi luar atau apa yang kelihatan saja. Salib bagi kebanyakan orang adalah tanda penderitaan. 

Dan seumumnya kita semua takut pada penderitaan. Kalau bisa kita sedapat mungkin menghindari penderitaan. 

Tetapi cara pandang Allah berbeda. Melalui salib Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Inilah sikap Allah sebagaimana dikatakan Yesus kepada Nikodemus, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia."

Salib adalah kasih Allah yang paling nyata. Ia mengasihi manusia sampai mengorbankan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita. Inilah inti pewartaan Salib bagi dunia, bukan soal penderitaan-Nya tetapi kasih-Nya begitu besar kepada kita para pendosa.

Hari ini kita peringati Salib Suci yang ditemukan oleh St. Helena di Golgota. Salib ini adalah tempat Yesus dimuliakan sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun dan mereka selamat. Dengan salib Yesus ini kita juga diselamatkan.

Sekuntum bunga mawar merah,
Tumbuh semerbak di depan rumah.
Salib suci tanda kasih Allah,
Hidup kita jadi semakin cerah.

Wonogiri, aku bangga dengan salib Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Gajah di Pelupuk Mata Tiada Tampak

9/12/2024

0 Comments

 
Puncta 13 September 2024
PW. St. Yohanes Chrisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
Lukas 6: 39-42

LANJUTAN dari peribahasa itu adalah “Semut di ujung lautan tampak.” Ungkapan peribahasa ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita yang selalu melihat kesalahan orang lain tetapi kesalahan sendiri tak pernah dilihat. 

Kita mudah sekali menyalahkan orang lain, tetapi tak mau bercermin pada dirinya sendiri. Orang Jawa bilang, “Ora ngilo githokke dhewe.” 

Waktu Paus datang ke Indonesia, ada beberapa komentar yang memprotes; kenapa Paus diterima di Istana Negara? Kenapa Paus berkunjung ke Mesjid Istiqlal? Kenapa harus dibacakan ayat Alquran dan Injil? Kenapa Paus Misa di GBK? 

Mereka mengajak umat untuk tidak menonton tayangan TV selama kunjungan Paus. Mereka minta Paus dideportasi?

Paus yang adalah kepala Negara Vatikan sekaligus pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia datang atas undangan Pemerintah. Wajar saja toh kalau anda mengundang tamu disambut dan diterima di rumah atau di istananya? 

Sebagai pemimpin agama, ya wajar toh mengajak pemimpin agama lain saling mengasihi, saling bersaudara dan hidup dalam toleransi? Tidak malah mengajarkan kebencian, permusuhan, kecurigaan, intoleransi antar umat.

Orang-orang itu harus belajar dari Imam Besar Mesjid Istiqlal, Bu Sinta Wahid dan keluarganya dan umat lain yang duduk bersama dalam kesahajaan sebagai sesama umat manusia. 

Perbedaan dan keberagaman bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi suatu mozaik indah yang saling melengkapi.

Yesus mengingatkan dengan berkata, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 

Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? 

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Marilah kita melihat dengan kacamata kebaikan, kacamata positif, niscaya hidup kita akan menjadi indah dan penuh warna.


Jangan hanya melihat kadal,
Lihatlah burung cendrawasih.
Antara Istiqlal dan Katedral,
Ada jembatan cinta kasih.

Wonogiri, singkirkan balok di matamu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Hendaklah Kamu Murah Hati

9/11/2024

0 Comments

 
Puncta 12 September 2024
Kamis Biasa XXIII
Lukas 6: 27-38

MONSIEUR Madeleine adalah nama baru Jean Valjean setelah dibebaskan dari penjara. Ia hidup secara baru setelah ditolong oleh Uskup Mgr. Charles-François-Bienvenu Myriel yang menyadarkan arti kejujuran, kebaikan dan belaskasih. 

Valjean berhasil menjadi orang sukses di Vigau dan menjadi walikota. Ia melakukan kebaikan kepada semua warganya. Ia membangun bengkel-bengkel kerja, rumah sakit, sekolah dan fasilitas umum lainnya. 

Namun seorang inspektur polisi, Kolonel Javert selalu mengejar dia dan ingin menjebloskannya dalam penjara. Disinilah kisah utama Film Les Miserables mengalir. Orang yang selalu berbuat baik namun diburu untuk dipersalahkan. 

Di Vigau, ia menolong Fantine seorang pelacur yang punya anak di luar nikah. Di Paris ia memberi makanan dan pakaian kepada orang-orang miskin, gelandangan, anak yatim. Dalam situasi revolusi yang kacau, Valjean punya kesempatan untuk membalas dendam. 

Ia bisa saja membunuh Javert. “Engkau telah mati sekarang. Doooor...” terdengar suara pistol ditembakkan ke atas. Valjean membebaskan dan mengampuni orang yang memusuhinya itu. 

Ia melepaskan Javert dari amuk dan amarah para pejuang revolusi.
Jean Valjean bertindak dengan penuh kasih, murah hati dan mau mengampuni orang yang mengarah kematiannya. 

Yesus berkata pada murid-murid-Nya, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. 

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

Mari kita resapkan sabda Yesus ini dan kita laksanakan dalam kehidupan kita sendiri.


Naik ke puncak Gunung Ungaran,
Bisa melihat Gunung Merbabu Merapi.
Kasih terwujud dalam pengampunan,
Mari kita terus berjuang bermurah hati.

Wonogiri, jadilah sempurna seperti Bapa
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

“Cakra Manggilingan”

9/10/2024

0 Comments

 
Puncta 11 September 2024
Rabu Biasa XXIII
Lukas 6: 20-26

Nasehat Orang Jawa berkata, “Urip kuwi ibarate kaya ‘Cakra Manggilingan.’ Terjemahan bebasnya, hidup itu ibarat roda yang berputar. 

Dalam Bahasa Sansekerta, Cakra atau cakram artinya roda bulat. Dalam Bahasa Jawa, Manggilingan artinya berputar. Hidup itu seperti roda yang berputar. 

Kadang berada diatas, kadang ada di bawah. Kadang berhasil, kadang gagal. Kadang mengalami senang, kadang juga sedih.

Kita dinasehatkan kalau sedang berada di atas jangan takabur. Tetapi kalau sedang terpuruk di bawah jangan putus asa. Kalau kita sedang kaya dan sukses, janganlah sombong.  Kalau kita sedang kelaparan dan miskin, jangan menyerah. 

Tetaplah bersemangat dan punya pengharapan kepada Tuhan, karena “Gusti mboten sare.” Tuhan tidak tidur, tetapi Tuhan selalu memperhatikan kita. Semua ada waktunya.

Yesus memberi pengharapan kepada mereka yang miskin, lapar, menangis dan yang dibenci dan dikucilkan. Tidak selamanya orang berada di bawah. 

Jika sedang mengalami kegagalan, kesedihan dan keterpurukan, atau sedang dicemooh karena ikut Kristus, kita bisa mengandalkan Tuhan. Kita diajak tetap percaya pada Tuhan dan berharap kepada penyelenggaraan-Nya.

Namun Yesus juga memperingatkan mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan memuji-muji kita. “Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.” Tidak selamanya kita akan berada di atas, sukses dengan bergelimang harta dan kekuasaan. Ingat kan kita pada kasus-kasus orang sukses dan kaya tiba-tiba terpuruk karena terjungkal masalah?

Jangan sombong dan takabur jika kita sedang di puncak. Tetapi jangan putus asa dan terus berusaha jika kita masih berada di bawah. Dengan sabda hari ini Yesus telah mengingatkan kita. “Gusti mboten sare” artinya Tuhan tidak pernah tidur.

Tuhan bisa mengubah yang di atas akan menjadi di bawah seketika. Ia juga bisa mengangkat yang di bawah menjadi di puncak kehidupan. Sekali lagi kita diingatkan agar tidak takabur dan terlena. 

Di taman ada bunga mawar,
Sering dihinggapi burung manyar.
Hidup kita itu selalu berputar,
Kita jalani saja dengan setia dan sabar.

Wonogiri, tetap berbahagia dan ceria
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kekuatan Doa

9/9/2024

0 Comments

 
Puncta 10.09.24
Selasa Biasa XXIII
Lukas 6: 12-19

KETIKA misa bersama Bapa Suci Fransiskus di Gelora Bung Karno akan dimulai, mendung menggelayut dia atas langit. Badan Meteorologi dan Geofisika memberi laporan bahwa akan terjadi hujan pada sore hari di Jakarta.

Saat persiapan misa itu mendung sudah berubah menjadi gerimis kecil. Para romo yang duduk di pinggir lapangan sudah mulai memakai jas hujan yang ada di tiap kursinya. MC di panggung mengajak seluruh umat untuk berdoa 10X Salam Maria.

Perlahan-lahan mendung gelap di atas GBK berubah menjadi terang. Matahari mulai bersinar cerah. Umat dan para romo mulai membuka jas hujannya karena hawanya panas. 

Hujan tidak jadi turun sampai acara selesai. Semua bersukacita mengikuti misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus.

Kekuatan doa sungguh luar biasa. Doa yang dilandasi iman yang kuat mempunyai daya magnet yang hebat. Dari peristiwa ini kita diyakinkan bahwa doa yang sungguh-sungguh pasti didengarkan Tuhan.

Dalam Injil diceritakan sebelum memilih duabelas murid-Nya, Yesus berdoa di tempat yang sepi semalam suntuk. Memilih murid adalah peristiwa penting. Maka Yesus berdoa terlebih dahulu. Ia memilih tempat yang sunyi untuk berdialog dengan Bapa-Nya.

Yesus memilih duabelas rasul atau murid yang akan mengikuti-Nya dan kemudian meneruskan karya pelayanan-Nya di dunia. Dengan doa, Yesus selalu memulai karya-karya yang penting dalam hidup-Nya.

Apakah kita juga selalu memulai suatu tugas atau pekerjaan dengan lebih dahulu berdoa kepada Tuhan? 

Jangan lupa untuk selalu berdoa. Doa-doa itu mempunyai kekuatan yang besar untuk menghadapi segala tantangan dan cobaan.

Setelah kunjungan ke Indonesia,
Paus pergi ke Papua Nugini.
Jangan lupa selalu berdoa,
Tuhan pasti akan mendampingi.

Wonogiri, berdoalah senantiasa,
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Negative Thinking

9/8/2024

0 Comments

 
Puncta 9 September 2024
Senin Biasa XXIII
Lukas 6: 6-11

NETHINK atau negative thinking adalah sebuah sikap mental yang memandang segala sesuatu dari sudut atau sisi negative. Kalau ini sering terjadi dalam diri kita, waspadalah mungkin kita perlu menemui psikiater untuk diterapi.

Nethink bisa terjadi karena kita sering mengalami peristiwa-peristiwa traumatis. Sering dibully, dicemooh, tidak dihargai atau pengalaman buruk yang melukai. 

Tidak percaya diri juga bisa menimbulkan nethink. Bahkan tidak PD ini bisa jadi akar masalah nethink yang akut.

Lingkungan dimana kita hidup juga bisa membuat seseorang mudah nethink. Keluarga, teman, rekan kerja bisa memengaruhi pola pikir kita. Jika orang di sekitar cenderung pesimistis, ragu dan bimbang, hal ini bisa menular kepada kita.

Orang yang sering mengalami penyakit mental seperti depresi dan kecemasan, takut, gelisah dan stress sangat mudah berpikiran negatif. Gangguan yang mereka alami membuatnya takut, khawatir dan ragu dalam memandang dunia. 

Kaum Farisi yang melihat Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya pada hari Sabat ini terjangkiti mental nethink. Mereka selalu memandang buruk apa yang dibuat Yesus. Bahkan mereka mencari-cari kesalahan Yesus.

Mereka selalu menyoroti dan memata-matai apa yang dibuat Yesus. Bahkan perbuatan baik pun selalu dinilai negative bagi orang-orang ini. 

Maka Yesus bertanya, "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?"

Kaum Farisi itu makin benci karena Yesus makin cemerlang melakukan kebaikan. Sementara mereka makin sakit hati dan berusaha menjatuhkannya. 

Ngurusi orang nethink tidak ada habis-habisnya, karena tidak ada yang baik sedikitpun menurut kacamata mereka. Yang dilihat dan dicari hanyalah keburukan dan kejelekan kita.

Teruslah berbuat baik tanpa terpengaruh penilaian orang-orang nethink. Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Tetap fokus untuk berbuat baik dan berguna bagi orang lain.

Kalau kita pergi ke kota Pisa,
Jangan lupa kunjungi Menara miring.
Seringlah memuji pasangan anda,
Agar punya mental positif thinking.

Wonogiri, kembangkan mental posthink
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Bagaikan Bejana

9/7/2024

0 Comments

 
Puncta 8 September 2024
Minggu Biasa XXIII
Markus 7: 31-37

LAGU rohani di bawah ini menggambarkan bagaimana Allah membentuk diri kita:
Bagaikan bejana siap dibentuk. Demikian hidupku di tangan-Mu
Dengan urapan kuasa Roh-Mu. Ku dibaharui selalu
Jadikan ku alat dalam rumah-Mu. Inilah hidupku di tangan-Mu
Bentuklan sturut kehendak-Mu. Pakailah sesuai rencana-Mu.

Kita ini seperti bejana tanah liat yang dibentuk oleh Tuhan menjadi ciptaan-Nya. Tangan Sang Pencipta itu membentuk, mengolah dan membuat kita menjadi sebuah bejana yang indah dan berguna.

Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus melakukan penyembuhan dengan tindakan aneh. Yesus memisahkan orang yang gagap dan tuli dari orang banyak, sehingga mereka sendirian.

 Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!

Tindakan Yesus itu seperti seorang tukang periuk yang memperbaiki bejana yang pecah dan rusak. Tindakan Yesus mengingatkan kita pada kisah penciptaan manusia pertama. Manusia diciptakan dari debu tanah.

Komentar orang banyak , "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." 

Hal ini mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Allah dalam kisah penciptaan sungguh amat baik. "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik"

Kisah penciptaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Kita ini sekarang sedang dibentuk oleh Tuhan. Dengan berbagai macam pengalaman jatuh bangun, gagal sukses, suka dan duka, Allah sedang membentuk kita.

Sebagai orang lemah, rapuh dan mudah hancur, kita ada di tangan Tuhan. Mari kita siapkan diri untuk dibentuk sesuai dengan rencana-Nya. 

Rencana Tuhan pasti yang terbaik bagi kita walau kadang terasa sakit dan penuh dukacita. 

Mari kita jadikan hidup kita pujian kemuliaan bagi Tuhan, sehingga banyak orang akan bersukacita dan memuji Tuhan. 

Orang yang diselamatkan tadi langsung mewartakan kegembiraan sehingga banyak orang kagum dan tercengang. Banyak karya Tuhan bagi kita, mari kita wartakan dengan gembira.

Waduk Gajah Mungkur banyak ikan,
Ditangkap warga dijadikan santapan.
Tidak ada hal yang membahagiakan,
Selain bisa mengasihi sesama dan Tuhan,

Wonogiri, bentuklah aku ya Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Murah Hati VS Aturan Kaku

9/6/2024

0 Comments

 
Puncta 7 September 2024
Sabtu Biasa XXII
Lukas 6: 1-5

SEORANG awam merasa bingung dan kecewa ketika rencana berkat perkawinan anaknya ditolak oleh Pastor Paroki karena terjadi di masa advent. Pastor itu menjawab dengan ketus, kalau masa Advent atau Prapaskah tidak boleh ada berkat perkawinan.

Bapak itu bingung karena di paroki lain, ada pastor yang mengijinkan ada pemberkatan perkawinan di masa Prapaskah. Ia menyampaikan itu kepada pastor parokinya. 

Tetapi dengan marah pastor menjawab, “Sing dadi pastor aku apa kowe, kalau mau nekat, silahkan datang ke sana. Di sini aturannya begitu!”

Dalam Kitab  Hukum Kanonik (KHK) 1983, tidak  ditemukan  satu kanon  pun  yang  berbicara secara eksplisit tentang hari perkawinan. 

Dalam kanon 843, §1 ditegaskan  bahwa pelayan suci tidak dapat menolak (denegare non possunt) pelayanan sakramen-sakramen kepada orang yang memintannya secara wajar, berdisposisi yang semestinya, serta tidak terhalang oleh hukum untuk menerimannya.

Konggregasi Ibadat Ilahi mengeluarkan dokumen tentang persiapan dan pelaksanaan Perayaan Paskah. Dalam dokumen tersebut dinyatakan secara eksplisit bahwa ada dua hari yang tidak diperbolehkan untuk merayakan sakramen perkawinan, yakni Jumat Agung dan Sabtu Suci. 

Kalau di dalam dokumen resmi hanya dua hari itu yang dilarang melangsungkan perkawinan. Tentu kita tidak bijaksana jika menambahi aturan-aturan yang justru membebani umat. Pelayanan murah hati dan penuh cintakasih mesti lebih diutamakan.

Yesus bersama murid-murid berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir gandum dan menggisarnya. Hal itu terjadi pada hari Sabat.  Orang-orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"

Kaum Farisi adalah kelompok yang melaksanakan aturan dengan ketat dan kaku. Bagi mereka, aturan adalah aturan, tidak boleh dilanggar sedikit pun. Orang yang melanggar harus dihukum. 

Yesus lebih mengutamakan inti dari hukum yakni belaskasih. "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" kata-Nya pada mereka.

Kalau Tuhan saja lebih mengutamakan belas kasihan, apakah kita justru membebani umat dengan aturan-aturan kaku yang membelenggu?

Di taman sari ada bunga melati,
Warnanya putih harum mewangi.
Utamakanlah pelayanan murah hati,
Jangan buat aturan yang membebani.

Wonogiri, aturan bukan untuk mempersulit
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Inti Puasa Adalah Kasih

9/5/2024

0 Comments

 
Puncta 6 September 2024
Jumat Biasa XXII
Lukas 5:33-39

DALAM banyak agama ada banyak aturan atau hukum. Di dalam Gereja Katolik ada Kitab Hukum Kanonik yang berisi aturan-aturan untuk kehidupan bersama. 

Ada juga banyak dokumen-dokumen gereja seperti Katekismus Gereja Katolik. Ada yang lain lagi seperti dokumen hasil konsili, ensiklik atau ajaran-ajaran para Paus.

Begitu banyak dogma, ajaran dan norma-norma atau hukum yang dimiliki oleh Gereja. Tetapi Yesus selalu mengembalikan segala norma hukum itu pada esensi yang sesunggguhnya yakni Cintakasih.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menggunakan istilah kantong yang baru untuk anggur yang baru. Yesus berkata, ”Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.”

Yesus mengajak para murid-Nya untuk menggunakan cara pandang yang baru yaitu semangat kasih. Bukan semata-mata hanya melaksanakan hukum secara buta, tetapi pelaksanaan hukum itu dilandasi dengan semangat kasih.

Perdebatan dengan kaum Farisi berhubungan dengan masalah puasa. Puasa dilakukan tidak sekedar menjalankan aturan. Tetapi puasa adalah cara untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan melalui laku tobat dan memperbaharui diri. 

Kaum Farisi menggunakan aturan puasa untuk memaksa orang lain mengikuti keinginannya. Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."

Kita berpuasa bukan supaya terlihat saleh, suci dan hebat, sehingga berhak menghakimi sesama yang tidak puasa. Kita berpuasa agar semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sebagai orang yang lemah, kita membutuhkan belaskasih Tuhan agar kita bisa memperbaiki diri.

Sudahkah kita menjalankan ibadah puasa dengan benar? Ataukah puasa kita justru menjadi batu sandungan bagi orang lain?

Paus berkeliling pakai mobil biasa,
Memberi contoh hidup sederhana.
Kalau kita sungguh mau berpuasa,
Lakukan saja dengan tidak terpaksa.

GBK di waktu malam,
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Selamat Datang Bapa Suci

9/4/2024

0 Comments

 
Puncta 5 September 2024
Kamis Biasa XXII
Lukas 5:1-11

"Immerce in the beauty of this Land," (Masuk ke dalam pesona keindahan  Pulau (Indonesia) ini" demikian tulisan Bapa Suci di buku tamu kenegaraan. "Masuk ke dalam keindahan....." Kata-kata yang sangat bermakna 

 Hari ini kita merayakan ekaristi bersama Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno. Paus datang untuk melawat umat Katolik Indonesia mulai 3-6 September 2024. 

Bukan hanya untuk umat Katolik tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang majemuk. Paus datang dengan membawa pesan perdamaian, kesederhanaan dan kemanusiaan.

Kita maknai kedatangan Paus ini melalui bacaan yang kita renungkan hari ini. Apa makna kehadiran Paus dan pesan apa yang bisa kita tangkap bagi umat Katolik. 

Yesus naik perahu bersama para murid-Nya. Ia menemani mereka dalam pekerjaannya sebagai nelayan. Ia menyuruh Simon untuk menebarkan jala ke tempat yang dalam. 

Simon “grundelan” atau ngomel menggerutu karena sepanjang malam mereka bekerja keras tetapi tidak mendapat apa-apa.

Akhirnya ia mengikuti perintah Yesus dan dia terkejut karena mendapat ikan yang banyak. Tidak menyangka dan mengira akan hasil yang luar biasa. 

Lalu Yesus memanggil mereka. “Mulai sekarang engkau akan menjala manusia. Lalu mereka meninggalkan perahunya dan mengikutiYesus.

Paus Fransiskus datang ke perahu kita. Ia menemani kita dalam perjuangan di tengah samudera Indonesia. Paus mengajak kita bertolak ke tempat yang dalam, yakni hati nurani Bangsa Indonesia. 

Menebarkan jala ke dalam hati nurani bangsa agar memperoleh hasil yang banyak dan berlimpah.

Jala yang kita pakai adalah ajaran Kristus yakni cinta kasih. Dengan semangat cinta kasih kita menjaring banyak orang agar merasa dicintai Tuhan. 

Kasih menjadi landasan dalam bertindak dan berjuang di tengah masyarakat yang majemuk ini. Kasih menjadi jaring agar kita mengalami cinta-Nya.

Kehadiran Paus disini mau menguatkan kita semua akan nilai-nilai kasih yang terus diperjuangkan. Tulisan dan ajaran Paus semua bermuara pada pengalaman kasih dan kerahiman Allah.

Kasih itu kita wujudkan dengan hidup rukun bersaudara dengan semua orang, bertoleransi dengan macam-macam perbedaan. Menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang majemuk dan membangun Indonesia sebagai rumah bersama.

Mari kita berlayar bersama dengan Perahu yang namanya Indonesia dan menebarkan kasih kepada sesama warga.

Kalau kita berani ke tempat yang dalam, kita akan memperoleh hasil yang berlimpah ruah. Tentu ke tempat dalam berarti juga siap menghadapi taufan dan gelombang besar.

Tidak ada nakhoda hebat dan tangguh jika kita hanya berlayar di ombak yang kecil. Nakhoda hebat muncul dari tantangan ombak yang besar. Siapkah kita menghadapinya?

Berombongan menuju GBK,
Wajah ceria tak kenal dosa.
Paus datang bawa sukacita,
Indonesia dikenal oleh dunia.

Wonogiri, sugeng rawuh Bapa Suci
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki