Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Wajah Belas Kasih

12/7/2024

0 Comments

 
Puncta 7 Desember 2024
PW. St. Ambrosius Uskup dan Pujangga Gereja
Matius 9: 35- 10: 1.51.6-8

DALAM bukunya yang berjudul “Confessiones” Santo Agustinus menceritakan tentang proses pertobatannya. Orang yang membuatnya terkesan untuk masuk Kristen dan mempelajari iman akan Kristus adalah Uskup Ambrosius. 

“Bukan karena kotbah-kotbahnya yang menarik dan membuat orang kagum, tetapi karena peri hidupnya yang sahaja dan penuh belas kasihan,” itulah kesan Agustinus terhadap St. Ambrosius. Sejak saat itu dia belajar kepada Uskup di Milan ini untuk semakin mengenal Kristus.

Belas kasih dan sapaan ramah penuh kebapaan Ambrosius itulah yang dikenang Agustinus sehingga ia bertobat dan menemukan Kristus. Memang Ambrosius adalah pengkotbah ulung karena dia berlatar belakang ahli hukum dan penasehat kaisar.

Bukan karena kehebatannya, tetapi justru karena sisi kebapaannya dan sapaan penuh kasih itulah yang membuat seorang atheis seperti Agustinus bertobat kepada Tuhan.

Sisi belas kasih itu juga yang ditunjukkan Yesus kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Belas kasihan itulah wajah Allah yang ditampilkan Yesus.

Dalam kunjungan lawatannya ke Indonesia, Paus juga menampilkan belas kasihan, compassion bagi mereka yang kecil, lemah dan menderita. 

Beliau menyapa orang di pinggir jalan, mendengarkan mereka yang cacat dan menderita, memberkati ibu hamil dan menyapa sebagai bapa yang penuh kasih.

Wajah Allah yang penuh belas kasih ini harus kita bawa dalam perjumpaan dengan siapapun, sebab Allah adalah kasih. 

Mari kita kembangkan semangat 3S (Sapa, Senyum, Salam)

Sejak pagi tidak ada mentari,
Hujan deras seperti air bah.
Mari kita saling mengasihi,
Karena kasih berasal dari Allah.

Wonogiri, wajah kerahiman Allah
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Berbagi Kasih Berbela Rasa

12/6/2024

0 Comments

 
Puncta, 6 Desember 2024
Jumat Adven 1
Matius 9: 27-31

SUATU kali saya naik KRL dari Jogjakarta ke Solo. Kereta sudah mulai penuh dengan penumpang. Bahkan baru sampai Stasiun Lempuyangan saja, kursi-kursi sudah terisi, tak ada sisa. Akibatnya banyak orang berdiri berdesak-desakan.

Ada seorang nenek tua membawa cucu-cucunya mau piknik ke Solo. Nenek itu berdiri di antara para penumpang. Tak ada seorang pun peduli, memberikan tempat duduk. 

Padahal di dinding kereta ada peringatan: “Prioritaskan para lansia, ibu hamil dan kaum difabel.”

Orang-orang yang duduk di kursi menyibukkan diri dengan main HP dan pura-pura tidak melihat kondisi nenek tua itu. Saya merasa kasihan kalau nenek tua ini tidak tahan berdiri. 

Saya persilahkan dia duduk dengan cucunya. Saya masih bisa kuat berdiri. Sampai Stasiun Purwosari saya baru mendapat kursi kosong. 

Yesus menolong orang buta dan orang bisu. Ia menyembuhkan mereka karena belas kasihan kepada orang-orang yang menderita. Yesus senantiasa mengedepankan belas kasih kepada orang lain. Kasih adalah dasar pelayanan bagi sesama.

Melihat penderitaan orang, kesulitan dan beban sesama, sakit dan kesedihan orang lain membuat Yesus bertindak membantu dan meringankan beban mereka. Peka dan peduli pada orang-orang sekitar yang menderita itulah yang mendasari tindakan Yesus untuk “cawe-cawe” menolong.

Pedulikah kita akan penderitaan sesama di sekitar kita? Atau sudah tumpulkan hati kita melihat beban penderitaan orang lain? 

Kitab Suci mencatat, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”

Belas kasih membuat hati Yesus tergerak untuk menolong. Kita juga diajak untuk tergerak hati melihat penderitaan sesama. 

Orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakan adalah orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu yang kuat.

Orang yang demikian hidupnya akan memiliki kebahagiaan karena dibangun atas dasar belas kasih. Kebahagiaan yang tumbuh karena belas kasih akan kekal selamanya. 

Sedang kebahagiaan karena materi, kuasa dan popularitas hanyalah sesaat saja. Marilah kita menabung kebahagiaan yang kekal dengan mewujudkan belas kasihan pada sesama kita.

Bunga mawar jatuh di rerumputan,
Ditaruh di kepala sebagai hiasan.
Melayani dengan penuh belas kasihan,
Kita akan bahagia penuh kelimpahan.

Wonogiri, mari berbela rasa
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pondasi yang Kokoh

12/5/2024

0 Comments

 
Puncta 5 Desember 2024
Kamis Adven 1
Matius 7: 21.24-27

“KALAU kamu kuat menghadapi kesulitan saat ini, kelak kamu pun akan tegar menghadapi cobaan apapun,” Itulah kata-kata nasehat yang disampaikan Fr. A. Suparyono, teman seperjalanan di Tahun Rohani Jangli, Semarang. 

Dia memang frater paling senior, dari segi usia maupun pengalaman hidup di antara kami waktu itu. Dia pernah bekerja sebagai PNS di Wonosobo. Dia juga pernah ditolak di sebuah konggregasi, tetapi dia tidak mundur. Ia lalu menjalani panggilan sebagai imam di KAS sampai wafatnya.

Nasehatnya adalah pondasi yang menguatkan perjalanan imamat saya sampai sekarang. Romo Suparyono ikut meletakkan dasar semangat dan tegar menghadapi aneka kesulitan hidup.

Yesus juga memberi nasehat kepada orang-orang di sekitarnya dengan perumpamaan tentang batu dan pasir. 

Setiap orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya diibaratkan seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu. Badai, taufan, banjir datang menerjang, rumah itu tetap kokoh berdiri.

Sebaliknya orang yang mendengarkan sabda Tuhan tetapi tidak melakukannya, ia seperti membangun rumah di atas pasir. Saat hujan badai, banjir datang, rumah itu langsung roboh tiada bekasnya.

Sabda Tuhan bisa kita dengarkan lewat Kitab Suci, nasehat orangtua, teman seperjalanan atau siapa pun yang mengingatkan. Kalau kita bersedia menjalankan, kita akan tetap berdiri kokoh. 

Terimakasih kepada Romo Suparyono almarhum. Terimakasih kepada anda semua yang ikut meletakkan dasar pondasi yang kuat dalam perjalanan imamat ini. 

Tiga puluh tahun bangunan ini terus berdiri dan saya masih tetap membutuhkan doa-doa dan nasehat anda semua. 

Mari kita berjalan bersama melewati tantangan zaman. Kita bangun pondasi yang kuat agar iman kita kuat dan kokoh berdiri melintasi kesulitan.

Lempok durian dari Kalimantan,
Sebagai oleh-oleh untuk sang pacar.
Sabda Tuhan adalah kekuatan,
Di atasnya kita akan berdiri tegar.

Wonogiri, bangun pondasi kuat
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Misteri Angka Tujuh

12/4/2024

0 Comments

 
Puncta 4 Desember 2024
Rabu Adven 1
Matius 15: 29-37

DALAM banyak kelompok, agama, budaya, ilmu pengetahuan dan masyarakat angka tujuh adalah angka yang penting. 

Di dalam Kitab Suci, kisah penciptaan mengalami kesempurnaanya pada hari ketujuh. Ada tujuh tahun masa kelaparan dan tujuh tahun kemakmuran di Mesir pada masa Yusuf jadi pejabat kepercayaan Firaun.

Ada tujuh dosa yang mematikan, ada tujuh sakramen yang menyembuhkan dalam gereja dan sekarang Yesus memakai tujuh roti untuk memberi makan banyak orang, dan itu masih ada sisa tujuh bakul.

Dalam agama lain, angka tujuh juga dianggap sebagai angka yang sakral, mistis dan penuh makna. Di dalam budaya Jawa, tujuh sama dengan "Pitu" yang dimaknai sebagai pitulungan atau pertolongan Tuhan. 

Ada tradisi “Mitoni” peringatan tujuh bulan ibu hamil. Ada doa tujuh hari orang yang telah meninggal.

Isaac Newton membagi pelangi dengan tujuh warna; merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dalam notasi musik diatonik ada tujuh nada dasar yang kita pelajari sejak kecil. Do, re, mi, fa, sol, la, si. 

Orang yang sedang rindu pada kekasih hatinya yang sangat jauh digambarkan dalam lagu berjudul “Sail Over Seven Seas.” Ia rela mengarungi tujuh samudera demi dapat bertemu dengan kekasih hatinya.

Hari ini Yesus membuat mukjizat dengan mempergandakan tujuh roti untuk sekian ribu orang yang mengikutinya. Ia jatuh belas kasihan kepada orang banyak yang sakit dan kelaparan. 

Dengan tujuh roti ia memberi mereka makan dan sisanya dikumpulkan masih ada tujuh bakul.

Tujuh melambangkan pertolongan Tuhan yang tiada habis-habisnya. Ketika kita berani menyerahkan apa yang kita miliki kepada Tuhan, maka Tuhan akan menggantinya dengan penuh kelimpahan.

Kendati dalam kaca mata manusia, hanya roti tujuh buah. Namun jika kita mensyukurinya bersama Tuhan, maka Tuhan akan memperbanyaknya dengan kelimpahan. 

Maukah kita dipakai oleh Tuhan untuk menurunkan berkat bagi banyak orang?

Walau usia merangkak uzur,
Masih suka minum anggur.
Kalau kita selalu bersyukur,
Berkat Tuhan akan tersalur.

Wonogiri, pertolonganku dari Tuhan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mengenang Bapak

12/3/2024

0 Comments

 
Puncta 3 Desember 2024
Pesta St. Fransiskus xaverius, Pelindung Misi
Markus 16: 15-20

BAPAK mengambil nama baptis Fransiskus Xaverius Sridadi. Walau tidak sehebat Santo Pelindung Misi, namun semangat missioner bapak masih bisa dikenang di daerah Pasang Surut Paroki Allah Maha Murah, Palembang. 

Sejak dari desa Banyuaeng, Klaten, Bapak selalu membantu mewartakan Injil di stasi-stasi. Aku sering diajak berkeliling ikut doa lingkungan dan mengajar agama. Ketika di Pasang Surut, bapak juga ikut almarhum Romo Abdi SCY berkeliling melayani jalur 16-20 daerah transmigrasi. Itulah semangat yang dihidupi bapak dengan Santo Pelindungnya.

Fransiskus xaverius lahir di Spanyol 7 April 1506. Bersama Ignatius Loyola, ia mendirikan Sarekat Jesus. Tahun 1540 ia diutus mewartakan Injil ke Timur Jauh. Ia pernah menetap di Goa, India. 

Tahun 1545 ia berlayar ke Malaka dan berkunjung ke Maluku tahun 1546-1547. Ia mengajar kekatolikan di Pulau Ambon, Ternate dan Morotai.

Fransiskus xaverius melanjutkan perjalanan misinya ke Jepang. Pada 15 Agustus 1549 ia memulai misinya. Namun tidak lama di sana, ia pengin pergi ke Tiongkok. Belum berhasil memasuki daratan Tiongkok, Fransiskus xaverius menderita sakit di Makao dan meninggal pada 2 Desember 1552.

Semangat misi yang luar biasa didasari oleh sabda Yesus kepada murid-murid-Nya, “"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.”

Bapakku mewariskan semangat misionernya kepada kami anak-anaknya. Setidaknya dua di antara enam anaknya menjadi imam dan yang lain menjadi guru agama. 

Kita bisa meneladani Santo Fransiskus Xaverius menjadi pewarta-pewarta iman di mana pun kita berada dengan tugas dan perutusan kita masing-masing. Mari kita bermisi mewartakan kabar sukacita.

Pergi ke Kalimantan naik perahu,
Berlabuh di Pelabuhan Senghi.
Fransiskus xaverius bermisi ke Maluku,
Membawa keselamatan bagi negeri.

Wonogiri, marilah kita bermisi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Perwira Tinggi yang Rendah Hati

12/2/2024

0 Comments

 
Puncta 2 Desember 2024
Senin Adven 1
Matius 8: 5-11

KALAU kita kedatangan tamu penting dan terhormat, pasti kita akan menyiapkan segalanya dengan baik. Membersihkan rumah, menyapu dan mengepel lantai, pokoknya semua dipersiapkan demi menyambut orang penting.

Tidak hanya persiapan fisik tetapi juga menyiapkan batin, menata diri dengan tutur kata dan sopan santun yang baik untuk menghormati tamu agung yang akan datang. Sikap hormat dan perilaku yang baik adalah cara yang pantas untuk menghormati tamu terhormat.

Dalam bacaan Injil hari ini, seorang perwira tinggi Romawi memohon Yesus menyembuhkan hambanya yang sakit di rumahnya. Perwira ini seorang yang rendah hati. 

Ia merasa tidak pantas menerima Yesus di rumahnya. Ia paham siapa Yesus dan ia sadar siapa dirinya.

Kata perwira itu kepada Yesus: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” 

Ia walaupun seorang perwira yang dihormati bawahannya, tetapi merasa tidak pantas di hadapan Yesus. Ia sadar dan paham siapa orang yang dihadapinya.

Karena imannya yang mendalam, bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hambanya dan sikapnya yang mau merendahkan diri, Yesus menjawab permintaan perwira itu. “Aku akan datang menyembuhkannya.” 

Pada masa adven ini, kita akan menyambut kedatangan tamu agung yakni Kristus Sang Juruselamat. Sudahkah kita mempersiapkan diri dan hati kita agar layak menerima-Nya?

Kata-kata perwira itu selalu kita ucapkan saat konsekrasi dalam ekaristi. Apakah kita sungguh-sungguh menyiapkan hati dengan pertobatan diri ataukah kata-kata itu hanya hapalan belaka yang kita ucapkan tanpa makna dan kesadaran?

Mengapa kita tidak menerima anugerah seperti perwira itu? Karena kita tidak menyambut Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita menghayati iman hanya karena kewajiban dan hapalan belaka.

Di Pontianak ada tugu Katulistiwa,
Di Singkawang ada barongsay dan naga.
Doa-doa bukanlah hapalan kata-kata,
Iman juga bukan kumpulan rutinitas saja.

Wonogiri, menyambut Tuhan dengan rendah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Non Scholae sed Vitae Discimus

12/1/2024

0 Comments

 
Puncta 1 Desember 2024
Minggu Adven 1
Lukas 21: 25-28.34-36

SEKOLAH zaman dahulu ada yang namanya ujian sekolah dan ujian nasional. Ujian itu sangat penting untuk menilai kualitas pendidikan seorang anak. Setiap siswa harus mempersiapkan diri dengan baik agar lulus ujian. 

Dia harus belajar sungguh-sungguh agar bisa naik kelas atau lulus dengan predikat yang baik. Kalau tidak ada ujian tidak ada tantangan.

Belajar tidak hanya untuk ujian jangka pendek. Tetapi hasil belajar juga berguna untuk hidup jangka panjang. Maka ada istilah Bahasa Latin yang ditulis oleh Seneca, filsuf Romawi yang hidup abad ke 3 SM, “Non scholae sed vitae discimus,” artinya kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup.

Jadi belajar itu tidak sekedar agar kita lulus ujian sekolah, melainkan persiapan untuk menghadapi hidup nyata  di masa depan. 

Hari ini Gereja Katolik memasuki masa Adven sebagai awal tahun Liturgi yang baru. Adven mempunyai dua makna sebagai masa persiapan batin, menyambut kedatangan Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Dialah Sang Anak Manusia.

Makna pertama dalam jangka pendek adalah mempersiapkan kelahiran Sang Juruselamat yang akan menebus dunia pada hari raya Natal. 

Makna kedua adalah mempersiapkan kedatangan Kristus pada akhir zaman (Parousia) sebagai Hakim atas seluruh ciptaan. Kita semua sedang menuju ke sana.

Lukas menuliskan nasehat Yesus agar kita semua berjaga-jaga. “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Lukas menghubungkan kehancuran Yerusalem karena serbuan tentara Romawi sebagai tanda datangnya akhir zaman. Akan ada kekacauan dan kengerian di bumi. Manusia akan mengalami ketakutan dan kecemasan yang dahsyat.

Berjaga-jaga dan berdoa adalah tindakan bijak menghadapi kenyataan itu. Berjaga dan berdoa adalah kekuatan yang mampu meluputkan orang dari peristiwa dahsyat itu. 

Dengan berjaga dan berdoa, kita mampu berdiri tegak di hadapan Anak Manusia.

Mariah kita memasuki masa Adven dengan berjaga dan berdoa. Berjaga berarti melakukan tugas kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. Berdoa berarti mempertebal daya iman kita kepada Tuhan.

Dari Ponti menuju simpang Tayan,
Makan bipang di jalan Ambawang.
Masa adven masa untuk persiapan,
Sucikan hati Tuhan Yesus akan datang.

Wonogiri, bersiap dan berjaga-jagalah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pengantar Surat

11/30/2024

0 Comments

 
​Puncta 30 November 2024
Pesta St. Andreas, Rasul
Matius 4: 18-22

HAMPIR setiap minggu Pak Pos selalu hadir membawa surat dari seorang teman di Mertoyudan. Biasanya surat itu datang hari Kamis atau Jum’at. Pak Pos dengan motor dan seragam Orange selalu setia mengantarkan surat ke rumah. Kehadirannya selalu ditunggu dengan sukacita.

Asal ada suara dari luar, “Mas Joko….” Itu sebuah tanda bahwa sepucuk surat diantar datang oleh Pak Pos dengan wajah cerianya. 

Pak Pos adalah pembawa sukacita bagi mereka yang menunggu dengan harap-harap cemas. Petugas Pos itu mengantarkan pesan dan membawa orang pada kegembiraan dan kebahagiaan. Kehadirannya selalu ditunggu di akhir minggu.

Hari ini kita merayakan pesta St. Andreas, salah seorang rasul pertama Yesus. Menurut St. Beda, Andreas dipandang sebagai “Pengantar kepada Kristus,” seperti tukang pos yang mengantarkan surat. 

Andreas pada awalnya adalah murid Yohanes Pembaptis. Ketika Yesus dibaptis di Sungai Yordan dan diperkenalkan sebagai “Anak Domba Allah,” Andreas kemudian mengikuti Yesus.

Setelah tinggal bersama Yesus, Andreas membawa Simon, saudaranya untuk ikut bersama-Nya juga. Simon diantar oleh Andreas kepada jalan keselamatan. Begitu juga ketika ada beberapa orang Yunani ingin bertemu dengan Yesus, Andreaslah yang mengantar mereka.

Saat Yesus mempergandakan lima roti, Andreas juga yang mengantarkan anak kecil yang membawa roti itu ke hadapan Yesus. Dengan begitu terjadilah mukjizat dimana banyak orang makan dengan kenyang.

Andreas adalah rasul yang mengantarkan orang kepada Kristus. Keyakinannya pada Yesus sungguh kuat. Setelah kebangkitan, Andreas pergi kemana-mana untuk membawa warta Injil kepada banyak bangsa. 

Kita semua juga dipanggil menjadi rasul, mewartakan kabar sukacita Kristus kepada semua orang. Dengan cara hidup kita masing-masing dan dimana pun, kita bisa menghantarkan orang kepada keselamatan dan kebahagiaan. 

Mari kita tularkan kegembiraan Injil kepada siapa pun yang kita jumpai. Jadilah sarana sukacita seperti Pak Pos yang selalu ditunggu dengan hati gembira.

Naik perahu ke Singkawang,
Berhenti sejenak di pelabuhan.
Wartakan Injil dengan riang,
Santo Andreas adalah teladan.

Wonogiri, mari, ikutlah Aku
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Ramalan Jayabaya

11/29/2024

0 Comments

 
Puncta 29 November 2024
Jumat Biasa 
Lukas 21: 29-33

PRABU Jayabaya adalah Raja Kediri yang mashyur. Ia memerintah tahun 1135-1157 masehi. Kemashyurannya terwariskan dalam peninggalan berupa karya sastra, seperti ramalan Jayabaya. 

Karyanya yang terkenal sampai sekarang adalah tentang nubuatan bagi tanah Jawa dan masyarakatnya.

Menurutnya, Tanah Jawa atau Nusantara akan mengalami zaman Kalabendu (Zaman Kekacauan) dan era Kalasuba (Zaman Keemasan). Zaman Kalabendu itu ditandai dengan suasana kacau balau. Alam murka dengan adanya banyak bencana.

Keadaan sosial masyarakat serba terbalik. Yang benar menjadi salah, yang salah justru dibenarkan. Tata hukum dan aturan  digunakan semaunya  penguasa. Banyak orang pintar dan cerdas, namun justru menggunakan kecerdasan untuk mengakali, menindas orang lain.

Jayabaya pernah menulis, “Pancen wolak-waliking zaman, amenangi zaman edan, ora edan ora keduman. sing waras padha nggagas, wong tani ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha.” 

(Zaman sudah gonjang-ganjing, mengalami zaman gila, kalau tidak ikut gila tidak akan kebagian, yang waras pada olah pikir, para petani pada dibelenggu, para pembohong saling bersukaria, beruntunglah bagi yang lupa, masih lebih beruntung mereka yang sadar dan waspada).

Yesus mengajak orang melihat tanda-tanda zaman dengan perumpamaan tentang pohon ara atau pohon apa pun. Jika pohon-pohon itu sudah mulai bertunas, semua orang tahu bahwa musim panas sudah dekat. 

Demikian pula jika ada tanda-tanda menimpa bumi, kuasa langit bergoncang, perang antar bangsa, gempa bumi dasyat, deru samudera menggelegar, bangsa manusia alami ketakutan dan kesengsaraan, maka saatnya sudah dekat.

Yesus mengajak kita bersiap siaga, “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” 

Yesus mengajak kita untuk bangkit dan siap siaga, selalu sadar dan bijaksana menghadapi segala kekacauan di dunia. Tetaplah percaya dan bertindak dengan bijaksana. Jangan ikut arus zaman yang tidak jelas "juntrungnya."

Hujan semalaman tidak reda,
Hawa dingin menusuk sampai dada.
Waspadalah melihat tanda-tanda,
Jangan mudah takabur dan terlena.

Wonogiri, tetap sadar dan waspada
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kebenaran Nubuat Yesus

11/28/2024

0 Comments

 
Puncta 28 November 2024
Kamis Biasa
Lukas 21: 20-28

BANYAK catatan sejarah dunia yang menggambarkan kehancuran Kota Yerusalem pada tahun 70 M. Salah satunya sejarawan Yahudi yakni Flavius Yosephus yang mencatat bahwa ada 97.000 orang yang dipenjarakan dan 1.100.000 orang tewas dalam pengepungan Yerusalem. 

Kematian, kelaparan, kengerian, orang mengungsi mencari tempat yang aman, menjadi hantu kesedihan hancurnya Yerusalem.

Kenyataan kini tembok ratapan, bekas tembok Bait Suci hanya tinggal 60-an meter yang berdiri. Padahal tembok itu panjangnya ada sekitar 485 meter. Hal ini menunjukkan betapa dasyatnya pengepungan Yerusalem oleh tantara Titus yang mengerahkan ratusan ribu tentara ke Yerusalem.

Kota Yahwe yang damai sejahtera dikuasai oleh bangsa yang tidak mengenal Allah. Nubuat Yesus tigapuluh tahun sebelumnya telah terbukti. 

Yesus telah menggambarkan betapa mengerikan keadaan waktu itu. Yerusalem tidak aman bagi warga. Terlebih bagi ibu-ibu hamil dan menyusui. Mereka harus mengungsi. Jangan kembali masuk ke dalam kota.

Yesus berkata, "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis.”

Sabda Yesus adalah kebenaran. Apa yang dinubuatkan telah menjadi kenyataan yang dapat kita lihat sekarang. Maka kita diajak percaya akan sabda-Nya. Dialah warta kebenaran yang dapat kita pegang janji-Nya.

Apabila semua itu terjadi, kita diingatkan untuk tetap percaya bahwa Tuhan datang menyelamatkan kita. Kehancuran, kemusnahan dan penderitaan tidak akan memisahkan kita dengan Tuhan.

“Apabila semuanya itu akan terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Sabda ini menguatkan kita bahwa Dia datang untuk melakukan penyelamatan. 

Seperti motto para petugas pemadam kebakaran, “Tidak akan pulang sebelum api padam,” demikianlah Yesus tidak akan kembali sebelum menyelamatkan kita. Dalam kekacauan itu, Penyelamat kita adalah Tuhan Yesus sendiri. 

Kita siapkan hati untuk menerima penyelamatan-Nya.

Giring kerbau untuk bajak sawah,
Kerbau sepasang makan pepaya.
Walau dunia akan hilang musnah,
Tuhan Yesus akan menolong kita.

Wonogiri, angkatlah mukamu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki