|
Puncta 17 September 2024
Selasa Biasa XXIV Lukas 7: 11-17 KETIKA bertugas di Paroki Cawas, Klaten, saya punya teman-teman yang hobbynya melayat. Apalagi kalau ada romo atau keluarganya yang “kesripahan” kelompok ini langsung berangkat ikut melayat. Biasanya kami menyapa keluarga yang sedang kesusahan pada malam hari. Karena teman-teman ini punya kesibukan kerja di siang hari. Mereka tidak pandang waktu, malam-malam pun siap berangkat walau jaraknya jauh-jauh. Pulang ke rumah bisa sampai tengah malam. Saya pernah sampai rumah jam 01.30 tengah malam. Saya pernah bertanya, “Kenapa punya hobby kok layat?” Salah satu menjawab sambil bergurau, “Sebelum kita didoakan orang, kita mendoakan mereka yang meninggal romo.” Ada pula yang menjawab, “idhep-idhep golek dalan padhang romo,” (kita perlu cari bekal jalan terang untuk nanti mati). Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kota Nain. Ia bertemu dengan pelayat yang akan menguburkan seorang pemuda, anak tunggal seorang janda. Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia menghampiri usungan keranda. Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Orang muda itu hidup kembali. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya." Hadir melayat adalah wujud nyata peduli bagi mereka yang sedang kesusahan. Mungkin kita tidak bisa membantu apa-apa. Tetapi kehadiran kita bisa menguatkan, meneguhkan dan menghibur bagi keluarga yang kehilangan. Perasaan kehilangan itu sangat mendalam, bahkan ada yang bertahun-tahun tidak bisa lepas dari pengalaman kehilangan. Pada saat seperti itulah kehadiran yang meneguhkan akan sangat membantu. Yesus hadir saat seorang janda kehilangan satu-satunya pegangan hidup yakni anaknya yang tunggal. Allah tidak meninggalkan kita. Ia selalu hadir dengan belas kasih-Nya melalui orang-orang di sekitar kita. Kita bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menyapa mereka yang kesedihan. Sederhana tetapi sangat berguna. Ke Purwokerto beli mendoan, Ke Baturaden main karaokean. Lebih baik kita mendoakan, Sebelum kita nanti didoakan. Wonogiri, mari kita berbelas kasih... Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
Puncta 16 September 2024
PW. St. Kornelius, Paus dan St. Siprianus, Uskup, Martir Lukas 7: 1-10 DALAM penerbangannya dari Jakarta menuju Port Moresby di pesawat Garuda, Dirut Garuda ingin menyajikan beragam menu pilihan untuk Paus. Ada menu Indonesia dan Italia. Dia terkejut dan terharu sekaligus kagum ketika Paus justru hanya memilih satu menu saja yakni nasi goreng ala Indonesia dan kopi satu cangkir, ditambah sedikit buah-buahan lokal. Irfan Setiaputra terharu dan kagum akan kesederhanaan dan kesahajaan Paus. Beliau yang seorang kepala negara Vatikan dan pemimpin umat Katolik sedunia memilih cara hidup sederhana seperti orang biasa. Nasi goreng yang dihidangkan adalah sama dengan yang disajikan kepada wartawan yang mengikuti perjalanan apostolik Paus. “Yang membedakan hanya senduk dan garpunya saja,” kata Irfan. Yesus juga mengagumi seorang perwira di Kapernaum yang sangat dihargai. Kendati dia punya kedudukan tinggi, tetapi perwira itu sangat peduli pada hambanya yang sakit. Ia menyuruh tua-tua Yahudi untuk mengundang Yesus, menyembuhkan hambanya. Tetapi di tengah jalan perwira itu menyuruh sahabatnya untuk menyampaikan pesan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Di hadapan Tuhan, kita ini tiada arti apa-apa. Kita ini manusia yang hina dan rendah. Perwira itu walau sangat dihormati di masyarakat, tetapi dia menganggap diri tidak layak di hadapan Tuhan. Kesederhanaan Paus Fransiskus adalah teladan nyata. Walaupun beliau adalah kepala negara, tetapi naik pesawat komersial, tidak tidur kamar presiden suite di hotel berbintang lima, tapi di kamar kedutaan, tidak naik mobil kepresidenan tetapi mobil rakyat biasa, tidak makan pasta Italia tetapi nasi goreng Indonesia. Hidup sederhana, bersahaja dan rendah hati, peduli sesama itulah yang dikehendaki Tuhan sebagaimana perwira di Kapernaum itu. Beranikah kita menjalani sikap ugahari seperti itu? Tuhan berkenan menyembuhkan karena iman yang nyata dari perwira yang baik dan rendah hati. Nasi goreng dicampur teri, Menu favorit perdana Mentri. Marilah kita saling mengasihi, Kasih berasal dari Tuhan sendiri. Wonogiri, imanmu bertumbuh Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 15 September 2024
Minggu Biasa XXIV Markus 8: 27-35 PENILAIAN manusia terhadap orang lain atau dunia sekitar sering keliru. Kendati penilaian itu terlihat baik dan positif. Contoh yang kita baca dalam Injil hari ini dialami oleh Petrus. Ketika Yesus bertanya siapakah Aku ini menurut kata orang banyak, para murid mudah memberi jawaban. Tinggal copy paste menjawab apa yang dikatakan orang. ada yang menyebut Yohanes Pembaptis, ada yang menyebut Elia atau para nabi. Tetapi pertanyaan Yesus berikutnya, “"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" menuntut para murid berpikir keras merumuskan sendiri. Di sini Petrus berani menjawab, "Engkau adalah Mesias!" Ini sebuah loncatan besar. Seperti seorang atlit loncat galah yang baru mampu melewati ketinggian 1,5 meter langsung minta dipasang ketinggian 3 meter. Julukan Mesias mengatasi gelar yang lain; orang besar, nabi, atau tokoh lain. Tetapi pemahaman Petrus tentang Mesias masih belum utuh. Apa yang dipikirkan Petrus berbeda dengan apa yang diajarkan Kristus. Mesias menurut Petrus adalah mesias duniawi. Mesias yang hebat, pembebas dari penjajahan politik, mesias yang jaya. Ini hal baik tetapi belum benar. "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia," kata Yesus mengoreksi pemahaman Petrus yang salah. Paham Mesias yang dijalani Yesus adalah Mesias menurut kacamata Allah, yaitu Mesias penyelamat manusia yang rela menderita demi keselamatan semua orang. Maka Yesus menubuatkan penderitaan-Nya. “Bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Yesus mensyaratkan kepada siapa saja yang mau mengikuti Dia “harus berani menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Beranikah kita memikul salib dan menyangkal diri serta berkorban bagi sesama? Gadis cantik rambutnya lurus, Giginya gingsul menarik hati. Kalau mau jadi murid Yesus, Harus siap menyangkal diri. Wonogiri, berani menyangkal diri Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 14 September 2024
Pesta Pemuliaan Salib Suci Yohanes 3:13-17 BEBERAPA kasus perusakan salib di pemakaman umum pernah terjadi di Solo, Jogjakarta dan Magelang beberapa tahun silam. Salib-salib yang terpasang di atas makam dicopot, dirusak dan dihancurkan. Banyak orang mengalami ketakutan melihat salib. Bahkan melihat kayu untuk gantungan baju yang berbentuk palangnya saja sudah diasosiasikan sebagai salib. Dulu di Solo ada beberapa elemen warga memprotes pengecatan jalan di titik nol depan Balaikota yang diduga menyerupai salib. Pemda Solo sudah menjelaskan bahwa itu bukan gambar salib. Menurut desainernya itu adalah mosaik delapan mata angin. Tetapi karena ketakutan warga, yang apa-apa dihubungkan dengan salib membuat gambar yang indah itu harus diubah. Cara pandang kita sebagai manusia, hanya melihat sisi luar atau apa yang kelihatan saja. Salib bagi kebanyakan orang adalah tanda penderitaan. Dan seumumnya kita semua takut pada penderitaan. Kalau bisa kita sedapat mungkin menghindari penderitaan. Tetapi cara pandang Allah berbeda. Melalui salib Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Inilah sikap Allah sebagaimana dikatakan Yesus kepada Nikodemus, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Salib adalah kasih Allah yang paling nyata. Ia mengasihi manusia sampai mengorbankan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita. Inilah inti pewartaan Salib bagi dunia, bukan soal penderitaan-Nya tetapi kasih-Nya begitu besar kepada kita para pendosa. Hari ini kita peringati Salib Suci yang ditemukan oleh St. Helena di Golgota. Salib ini adalah tempat Yesus dimuliakan sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun dan mereka selamat. Dengan salib Yesus ini kita juga diselamatkan. Sekuntum bunga mawar merah, Tumbuh semerbak di depan rumah. Salib suci tanda kasih Allah, Hidup kita jadi semakin cerah. Wonogiri, aku bangga dengan salib Tuhan Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 13 September 2024
PW. St. Yohanes Chrisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja Lukas 6: 39-42 LANJUTAN dari peribahasa itu adalah “Semut di ujung lautan tampak.” Ungkapan peribahasa ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita yang selalu melihat kesalahan orang lain tetapi kesalahan sendiri tak pernah dilihat. Kita mudah sekali menyalahkan orang lain, tetapi tak mau bercermin pada dirinya sendiri. Orang Jawa bilang, “Ora ngilo githokke dhewe.” Waktu Paus datang ke Indonesia, ada beberapa komentar yang memprotes; kenapa Paus diterima di Istana Negara? Kenapa Paus berkunjung ke Mesjid Istiqlal? Kenapa harus dibacakan ayat Alquran dan Injil? Kenapa Paus Misa di GBK? Mereka mengajak umat untuk tidak menonton tayangan TV selama kunjungan Paus. Mereka minta Paus dideportasi? Paus yang adalah kepala Negara Vatikan sekaligus pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia datang atas undangan Pemerintah. Wajar saja toh kalau anda mengundang tamu disambut dan diterima di rumah atau di istananya? Sebagai pemimpin agama, ya wajar toh mengajak pemimpin agama lain saling mengasihi, saling bersaudara dan hidup dalam toleransi? Tidak malah mengajarkan kebencian, permusuhan, kecurigaan, intoleransi antar umat. Orang-orang itu harus belajar dari Imam Besar Mesjid Istiqlal, Bu Sinta Wahid dan keluarganya dan umat lain yang duduk bersama dalam kesahajaan sebagai sesama umat manusia. Perbedaan dan keberagaman bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi suatu mozaik indah yang saling melengkapi. Yesus mengingatkan dengan berkata, “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." Marilah kita melihat dengan kacamata kebaikan, kacamata positif, niscaya hidup kita akan menjadi indah dan penuh warna. Jangan hanya melihat kadal, Lihatlah burung cendrawasih. Antara Istiqlal dan Katedral, Ada jembatan cinta kasih. Wonogiri, singkirkan balok di matamu Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 12 September 2024
Kamis Biasa XXIII Lukas 6: 27-38 MONSIEUR Madeleine adalah nama baru Jean Valjean setelah dibebaskan dari penjara. Ia hidup secara baru setelah ditolong oleh Uskup Mgr. Charles-François-Bienvenu Myriel yang menyadarkan arti kejujuran, kebaikan dan belaskasih. Valjean berhasil menjadi orang sukses di Vigau dan menjadi walikota. Ia melakukan kebaikan kepada semua warganya. Ia membangun bengkel-bengkel kerja, rumah sakit, sekolah dan fasilitas umum lainnya. Namun seorang inspektur polisi, Kolonel Javert selalu mengejar dia dan ingin menjebloskannya dalam penjara. Disinilah kisah utama Film Les Miserables mengalir. Orang yang selalu berbuat baik namun diburu untuk dipersalahkan. Di Vigau, ia menolong Fantine seorang pelacur yang punya anak di luar nikah. Di Paris ia memberi makanan dan pakaian kepada orang-orang miskin, gelandangan, anak yatim. Dalam situasi revolusi yang kacau, Valjean punya kesempatan untuk membalas dendam. Ia bisa saja membunuh Javert. “Engkau telah mati sekarang. Doooor...” terdengar suara pistol ditembakkan ke atas. Valjean membebaskan dan mengampuni orang yang memusuhinya itu. Ia melepaskan Javert dari amuk dan amarah para pejuang revolusi. Jean Valjean bertindak dengan penuh kasih, murah hati dan mau mengampuni orang yang mengarah kematiannya. Yesus berkata pada murid-murid-Nya, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Mari kita resapkan sabda Yesus ini dan kita laksanakan dalam kehidupan kita sendiri. Naik ke puncak Gunung Ungaran, Bisa melihat Gunung Merbabu Merapi. Kasih terwujud dalam pengampunan, Mari kita terus berjuang bermurah hati. Wonogiri, jadilah sempurna seperti Bapa Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 11 September 2024
Rabu Biasa XXIII Lukas 6: 20-26 Nasehat Orang Jawa berkata, “Urip kuwi ibarate kaya ‘Cakra Manggilingan.’ Terjemahan bebasnya, hidup itu ibarat roda yang berputar. Dalam Bahasa Sansekerta, Cakra atau cakram artinya roda bulat. Dalam Bahasa Jawa, Manggilingan artinya berputar. Hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang berada diatas, kadang ada di bawah. Kadang berhasil, kadang gagal. Kadang mengalami senang, kadang juga sedih. Kita dinasehatkan kalau sedang berada di atas jangan takabur. Tetapi kalau sedang terpuruk di bawah jangan putus asa. Kalau kita sedang kaya dan sukses, janganlah sombong. Kalau kita sedang kelaparan dan miskin, jangan menyerah. Tetaplah bersemangat dan punya pengharapan kepada Tuhan, karena “Gusti mboten sare.” Tuhan tidak tidur, tetapi Tuhan selalu memperhatikan kita. Semua ada waktunya. Yesus memberi pengharapan kepada mereka yang miskin, lapar, menangis dan yang dibenci dan dikucilkan. Tidak selamanya orang berada di bawah. Jika sedang mengalami kegagalan, kesedihan dan keterpurukan, atau sedang dicemooh karena ikut Kristus, kita bisa mengandalkan Tuhan. Kita diajak tetap percaya pada Tuhan dan berharap kepada penyelenggaraan-Nya. Namun Yesus juga memperingatkan mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan memuji-muji kita. “Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.” Tidak selamanya kita akan berada di atas, sukses dengan bergelimang harta dan kekuasaan. Ingat kan kita pada kasus-kasus orang sukses dan kaya tiba-tiba terpuruk karena terjungkal masalah? Jangan sombong dan takabur jika kita sedang di puncak. Tetapi jangan putus asa dan terus berusaha jika kita masih berada di bawah. Dengan sabda hari ini Yesus telah mengingatkan kita. “Gusti mboten sare” artinya Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan bisa mengubah yang di atas akan menjadi di bawah seketika. Ia juga bisa mengangkat yang di bawah menjadi di puncak kehidupan. Sekali lagi kita diingatkan agar tidak takabur dan terlena. Di taman ada bunga mawar, Sering dihinggapi burung manyar. Hidup kita itu selalu berputar, Kita jalani saja dengan setia dan sabar. Wonogiri, tetap berbahagia dan ceria Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 10.09.24
Selasa Biasa XXIII Lukas 6: 12-19 KETIKA misa bersama Bapa Suci Fransiskus di Gelora Bung Karno akan dimulai, mendung menggelayut dia atas langit. Badan Meteorologi dan Geofisika memberi laporan bahwa akan terjadi hujan pada sore hari di Jakarta. Saat persiapan misa itu mendung sudah berubah menjadi gerimis kecil. Para romo yang duduk di pinggir lapangan sudah mulai memakai jas hujan yang ada di tiap kursinya. MC di panggung mengajak seluruh umat untuk berdoa 10X Salam Maria. Perlahan-lahan mendung gelap di atas GBK berubah menjadi terang. Matahari mulai bersinar cerah. Umat dan para romo mulai membuka jas hujannya karena hawanya panas. Hujan tidak jadi turun sampai acara selesai. Semua bersukacita mengikuti misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus. Kekuatan doa sungguh luar biasa. Doa yang dilandasi iman yang kuat mempunyai daya magnet yang hebat. Dari peristiwa ini kita diyakinkan bahwa doa yang sungguh-sungguh pasti didengarkan Tuhan. Dalam Injil diceritakan sebelum memilih duabelas murid-Nya, Yesus berdoa di tempat yang sepi semalam suntuk. Memilih murid adalah peristiwa penting. Maka Yesus berdoa terlebih dahulu. Ia memilih tempat yang sunyi untuk berdialog dengan Bapa-Nya. Yesus memilih duabelas rasul atau murid yang akan mengikuti-Nya dan kemudian meneruskan karya pelayanan-Nya di dunia. Dengan doa, Yesus selalu memulai karya-karya yang penting dalam hidup-Nya. Apakah kita juga selalu memulai suatu tugas atau pekerjaan dengan lebih dahulu berdoa kepada Tuhan? Jangan lupa untuk selalu berdoa. Doa-doa itu mempunyai kekuatan yang besar untuk menghadapi segala tantangan dan cobaan. Setelah kunjungan ke Indonesia, Paus pergi ke Papua Nugini. Jangan lupa selalu berdoa, Tuhan pasti akan mendampingi. Wonogiri, berdoalah senantiasa, Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 9 September 2024
Senin Biasa XXIII Lukas 6: 6-11 NETHINK atau negative thinking adalah sebuah sikap mental yang memandang segala sesuatu dari sudut atau sisi negative. Kalau ini sering terjadi dalam diri kita, waspadalah mungkin kita perlu menemui psikiater untuk diterapi. Nethink bisa terjadi karena kita sering mengalami peristiwa-peristiwa traumatis. Sering dibully, dicemooh, tidak dihargai atau pengalaman buruk yang melukai. Tidak percaya diri juga bisa menimbulkan nethink. Bahkan tidak PD ini bisa jadi akar masalah nethink yang akut. Lingkungan dimana kita hidup juga bisa membuat seseorang mudah nethink. Keluarga, teman, rekan kerja bisa memengaruhi pola pikir kita. Jika orang di sekitar cenderung pesimistis, ragu dan bimbang, hal ini bisa menular kepada kita. Orang yang sering mengalami penyakit mental seperti depresi dan kecemasan, takut, gelisah dan stress sangat mudah berpikiran negatif. Gangguan yang mereka alami membuatnya takut, khawatir dan ragu dalam memandang dunia. Kaum Farisi yang melihat Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangannya pada hari Sabat ini terjangkiti mental nethink. Mereka selalu memandang buruk apa yang dibuat Yesus. Bahkan mereka mencari-cari kesalahan Yesus. Mereka selalu menyoroti dan memata-matai apa yang dibuat Yesus. Bahkan perbuatan baik pun selalu dinilai negative bagi orang-orang ini. Maka Yesus bertanya, "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Kaum Farisi itu makin benci karena Yesus makin cemerlang melakukan kebaikan. Sementara mereka makin sakit hati dan berusaha menjatuhkannya. Ngurusi orang nethink tidak ada habis-habisnya, karena tidak ada yang baik sedikitpun menurut kacamata mereka. Yang dilihat dan dicari hanyalah keburukan dan kejelekan kita. Teruslah berbuat baik tanpa terpengaruh penilaian orang-orang nethink. Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Tetap fokus untuk berbuat baik dan berguna bagi orang lain. Kalau kita pergi ke kota Pisa, Jangan lupa kunjungi Menara miring. Seringlah memuji pasangan anda, Agar punya mental positif thinking. Wonogiri, kembangkan mental posthink Rm. A. Joko Purwanto, Pr Puncta 8 September 2024
Minggu Biasa XXIII Markus 7: 31-37 LAGU rohani di bawah ini menggambarkan bagaimana Allah membentuk diri kita: Bagaikan bejana siap dibentuk. Demikian hidupku di tangan-Mu Dengan urapan kuasa Roh-Mu. Ku dibaharui selalu Jadikan ku alat dalam rumah-Mu. Inilah hidupku di tangan-Mu Bentuklan sturut kehendak-Mu. Pakailah sesuai rencana-Mu. Kita ini seperti bejana tanah liat yang dibentuk oleh Tuhan menjadi ciptaan-Nya. Tangan Sang Pencipta itu membentuk, mengolah dan membuat kita menjadi sebuah bejana yang indah dan berguna. Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus melakukan penyembuhan dengan tindakan aneh. Yesus memisahkan orang yang gagap dan tuli dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Tindakan Yesus itu seperti seorang tukang periuk yang memperbaiki bejana yang pecah dan rusak. Tindakan Yesus mengingatkan kita pada kisah penciptaan manusia pertama. Manusia diciptakan dari debu tanah. Komentar orang banyak , "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Hal ini mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Allah dalam kisah penciptaan sungguh amat baik. "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh sangat baik" Kisah penciptaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Kita ini sekarang sedang dibentuk oleh Tuhan. Dengan berbagai macam pengalaman jatuh bangun, gagal sukses, suka dan duka, Allah sedang membentuk kita. Sebagai orang lemah, rapuh dan mudah hancur, kita ada di tangan Tuhan. Mari kita siapkan diri untuk dibentuk sesuai dengan rencana-Nya. Rencana Tuhan pasti yang terbaik bagi kita walau kadang terasa sakit dan penuh dukacita. Mari kita jadikan hidup kita pujian kemuliaan bagi Tuhan, sehingga banyak orang akan bersukacita dan memuji Tuhan. Orang yang diselamatkan tadi langsung mewartakan kegembiraan sehingga banyak orang kagum dan tercengang. Banyak karya Tuhan bagi kita, mari kita wartakan dengan gembira. Waduk Gajah Mungkur banyak ikan, Ditangkap warga dijadikan santapan. Tidak ada hal yang membahagiakan, Selain bisa mengasihi sesama dan Tuhan, Wonogiri, bentuklah aku ya Tuhan Rm. A. Joko Purwanto, Pr |
Archives
December 2034
Categories |
RSS Feed