Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Aksi Panggilan

8/16/2025

0 Comments

 
Puncta 16 Agustus 2025
Sabtu Biasa XIX
Matius 19: 13-15

LAGU “Selamat Datang” dengan iringan kulintang yang meriah menyambut kami di Novisiat CB Gejayan. Kami mengantar anak-anak remaja putri Paroki Wonogiri mengadakan Live in Panggilan. 

Kami mengubah metode aksi panggilan dengan mengajak anak-anak datang langsung ke biara. Biar mereka mengenal langsung kehidupan para suster.

Kalau hanya disuruh mendengarkan sharing-sharing para suster, anak-anak zaman sekarang tidak terlalu antusias. 

Tetapi dengan datang dan mengenal langsung ada pengalaman yang menarik bagi mereka. Datang dan melihat langsung itulah yang kami tawarkan pada anak-anak muda.

Sebagaimana Yesus juga mengundang agar anak-anak datang kepada-Nya, demikian pun kita diajak memberi kesempatan agar mereka bisa datang dan mengenal Yesus secara langsung. 

Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."

Dalam pembinaan iman pun saya kira para orangtua harus mengajak anak-anak untuk datang kepada Tuhan. Kadang saya melihat orangtua tidak menghiraukan anak-anaknya untuk datang pada Tuhan. 

Misalnya, orangtua sering datang ke gereja tidak mengajak anak-anaknya. Dalam pertemuan lingkungan, doa-doa keluarga, anak-anak seringkali tidak dilibatkan. Ini membuat anak-anak merasa asing dengan Gereja dan kehidupan rohani.

Tindakan seperti ini sama halnya dengan para murid yang menghalangi anak-anak datang kepada Yesus. Orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Yesus telah membuka tangan-Nya bagi anak-anak, marilah kita memberi kesempatan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya. 

Jangan menghalangi atau menutup pintu bagi anak-anak untuk dekat pada Yesus.

Belajarlah dari warga masyarakat Pati,
Bersuara melawan arogansi penguasa.
Anak-anak kecil polos dan murni hati,
Merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Wonogiri, biarkan anak-anak datang
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Perceraian

8/15/2025

0 Comments

 
Puncta 15 Agustus 2025
Jum’at Biasa XIX
Matius 19:3-12

BEBERAPA pasangan datang berkonsultasi tentang hidup perkawinan. Ada yag baru menikah 4 tahun sudah merasa tidak cocok dan minta cerai. Seolah-olah janji perkawinan itu hanya masalah “like or dislike.”

Kalau merasa tidak senang terus dilepaskan atau ditinggalkan. Perkawinan bukan masalah like or dislike, tetapi soal menjalankan komitmen dengan setia. Dalam menjalankan komitmen itu dibutuhkan pengorbanan.

Kisah dalam Injil hari ini mengisahkan bagaimana orang-orang bertanya apakah boleh orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja. 

Seolah masalah-masalah kecil saja bisa dijadikan alasan untuk bercerai. Masalah apa saja bisa menjadi alasan untuk berpisah dengan pasangan.

Orang hanya ingin mencari keuntungannya sendiri, sehingga berbagai alasan dipakai untuk membenarkan dirinya. 

Arus zaman ini membawa kecenderungan orang memandang sesuatu berdasar senang atau tidak senang.

Ukuran sebuah komitmen bukan masalah senang atau tidak senang, tetapi tanggungjawab dan kesediaan untuk berkorban. Perkawinan adalah sebuah panggilan untuk memperjuangkan komitmen.

Oleh karena itu Yesus mengingatkan kembali akan panggilan hidup perkawinan. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Maka apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.

Perkawinan atau status hidup lain, misalnya imamat adalah sebuah panggilan komitmen. Komitmen itu tidak langsung sekali jadi. Ia akan melalui proses jatuh bangun yang panjang. Disinilah wujud perjuangannya. Kesetiaan diuji dari sikap legawa menghadapi cobaan-cobaan.

Kita semua diingatkan apa pun panggilan kita, entah sebagai keluarga atau hidup sebagai biarawan-biarawati, kesetiaan akan panggilan menjadi perjuangan yang terus menerus tiada henti. 

Kita sudah memilih sebuah panggilan, berjuang tetap pada komitmen awal adalah wujud dari kesetiaan kita.

Jalan-jalan sore membeli gorengan,
Lupa dompet terpaksa cari utangan.
Hidup itu adalah sebuah panggilan,
Terus berjuang mewujudkan kesetiaan.

Wonogiri, setia dalam panggilan
Rm.A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Mandela dan Sipir Penjara

8/14/2025

0 Comments

 
Puncta 14 Agustus 2025
Pw. St. Maximilianus Maria Kolbe, imam dan martir
Matius 18: 21-19:1

Nelson Mandela pernah menjadi tahanan politik zaman pemerintahan Apartheid Afrika Selatan. 

Saat berada dalam penjara, Nelson Mandela pernah digantung terbalik sambil dikencingi oleh salah satu sipir penjara. Mandela hanya menyimpan perkara ini di dalam hatinya. 

Ketika Mandela bebas dan terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan, ia menyuruh ajudannya untuk mencari sipir penjara yang menyiksanya tersebut dan membawanya kepadanya. 

Sipir tersebut sangat ketakutan. Ia berpikir bahwa Mandela akan membalas dendam dan menghukum balik dirinya. 

Namun apa yang terjadi? Mandela justru memeluk sipir tersebut sambil berkata, “Hal pertama yang kulakukan ketika menjadi Presiden adalah memaafkanmu.”

Salah satu ciri orang yang berada dalam jalur Allah adalah kesediaannya untuk mengampuni. Mengampuni bukan tindakan kalah atau hina, justru mengampuni adalah tindakan paling luhur dan berbudi.

Ketika Petrus bertanya, "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 

Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Sebagaimana Allah selalu mengampuni kita, maka kita pun diajak untuk terus menerus mengampuni sesama kita. Tidak ada batasnya pengampunan Allah seperti matahari yang selalu muncul di pagi hari.

Demikianlah Yesus mengajarkan kepada kita semangat pengampunan yang terus menerus. Mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita memang bukan perkara mudah, apa lagi jika luka yang ditimbulkan begitu dalam dan terasa perih.

Namun menyimpan dendam ibaratnya memendam bara api panas yang justru malah menghancurkan diri sendiri. Jika berani mengampuni, kita juga disembuhkan dari luka-luka batin yang membebani.

Mari kita tetap mengampuni, karena itulah ciri orang yang berbudi pekerti.

Pagi-pagi sudah lari terbirit-birit,
Nahan sakit sampai lidah terjepit.
Pengampunan ibarat obat pahit,
Tetapi bisa menyembuhkan penyakit.

Wonogiri, belajar mengampuni
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Katanya…Katanya!

8/13/2025

0 Comments

 
Puncta 13 Agustus 2025
Rabu Biasa XIX
Matius 18: 15-20

ADA kecenderungan orang senang membicarakan keburukan orang lain. Dimana ada dua atau tiga orang berkumpul, maka tersebarlah gosip membicarakan kejelekan orang. 

Apalagi dengan adanya medsos, seolah panggung gosip makin terbuka lebar. Orang merasa hebat kalau sudah mengunggah di medsos.

Medsos menjadi panggung untuk menghakimi orang lain. Medsos menjadi cara menyebarkan berita-berita bohong, fitnah, kebencian dan hoax. Akibatnya orang mudah tersulut dan terpecah belah saling menjatuhkan.

Seringkali kita hanya mendengar secuil berita dari orang lain. Katanya ibu itu! Katanya Bu RT atau katanya Romo! Kita dengan mudah memberi bumbu-bumbu pelengkap untuk bergulirnya sebuah gosip. 

Gosip itu lalu menggelinding bak bola salju. Semakin berjalan makin lama jadi besar. Lalu seperti bom waktu dia akan meledak menghancurkan, entah itu pribadi, kelompok atau institusi. Semua hanya bermula dari katanya….! Katanya….!

Yesus memberi nasehat  yang sangat jelas untuk menyelesaikan suatu masalah. Setiap kejelekan atau keburukan yang dilakukan oleh sesama, tidak boleh dijadikan bahan gosip untuk dikisahkan kepada orang lain. Sebaliknya, yang perlu dilakukan adalah menegur secara empat mata. Dialog dari hati ke hati!

Sayangnya, kita sering takut untuk memberi teguran. Kita sering hadir sebagai hakim yang memberikan penilaian dan vonis atas keburukan orang lain, daripada sebagai sahabat yang datang menawarkan nasihat dan teguran. 

Teguran itu bukan tanda kebencian, teguran justru tanda kasih agar orang kembali ke jalan yang benar. Teguran justru tanda kepedulian demi kebaikan sesama kita. Sering rasa sungkan, tidak enak dan takut menghalangi niat untuk menegur.

Banyak Romo/biarawan/biarawati yang mengalami kesulitan karena menjadi korban gosip liar tanpa kroscek kebenarannya. 

Seperti kapas putih yang berserakan dibawa angin menyebar kemana-mana, dan tak bisa dikumpulkan kembali, demikian pun gosip yang sudah menyebar tak bisa ditarik kembali. 

Korban hanya merenungi nasib dan berjuang sendiri. Tak ada kesempatan untuk membela diri.

Lebih baik ajak bicara empat mata dari hati ke hati, pasti tidak akan menyakiti dan tidak menjadi perbincangan liar tanpa henti. Mari saling belajar rendah hati.

Belum piknik ke Raja Ampat,
Sudah rusak karena tambang bauksit.
Penyebar gosip itu seperti lalat,
Terbang sana-sini membawa penyakit.

Wonogiri, kroscek dulu sebelum menggosip
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Menjadi Anak Kecil

8/12/2025

0 Comments

 
Puncta 12 Agustus 2025
Selasa Biasa XIX
Matius 18:1-5.10.12-14

KETIKA nonton film animasi anak-anak, kita bisa ikut larut dalam cerita dan terharu dengan petualangan-petualangan hidup mereka. Film-Film seperti Finding Nemo, Jumbo, Encanto atau Toy Story tidak hanya untuk anak-anak, tetapi orang dewasa pun bisa belajar dari ketulusan dan kepolosan anak-anak.

Kisah Jumbo atau Nemo mengajarkan tentang keberanian, cinta orangtua, ketulusan, menghilangkan rasa takut dan berani menghadapi berbagai tantangan. 

Dunia anak-anak adalah dunia penuh sukacita, tanpa beban, berani mempercayakan diri tanpa prasangka dan praduga. 

Dunia anak bukan cuma masa lalu yang harus ditinggalkan, tetapi masa kanak-kanak adalah masa kebahagiaan yang sempurna. Kembali ke masa kanak-kanak bukan berarti kita menjadi kekanak-kanakan, tetapi belajar hidup tanpa beban, damai dan penuh sukacita.

Itulah sebabnya ketika Yesus ditanya oleh para murid-Nya, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 

Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. 

Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”

Sifat anak-anak yang polos, bersih, suci, tanpa prasangka dan berani percaya penuh pada orangtuanya adalah sifat-sifat yang menuntun kita ke surga. 

Seperti anak kecil yang merasa tenang dan damai di pelukan orangtua, demikianlah kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Marilah kita belajar seperti anak-anak yang tidak takut karena berada dekat dalam buaian orangtua. Kita semua juga berada dalam rengkuhan kasih Allah. Pengalaman dikasihi seperti anak-anak itulah yang membahagiakan kita.

Kalau ke Jogja makanlah bakpia,
Jangan hanya makan gudeg saja.
Anak kecil suci murni hatinya,
Merekalah yang empunya Surga.

Wonogiri, merendahkan diri seperti anak kecil
Rm. A. Joko Purwanto,Pr
0 Comments

Bupati dan Pajak 250%

8/11/2025

0 Comments

 
Puncta 11 Agustus 2025
Pw. St. Klara, Perawan
Matius 17: 22-27   


Masyarakat Kabupaten Pati sedang bergolak. Mereka merencanakan demo besar-besaran untuk menuntut peraturan Bupati yang menaikkan pajak hingga 250%. Hal inilah yang memicu masyarakat resah dan protes.


Kenaikan pajak yang sangat tinggi itu jelas membuat rakyat menjerit. Apalagi situasi sekarang sangat sulit. Bupati sudah membatalkan kenaikan pajak. Tetapi rakyat sudah terlanjur tidak percaya. Mereka bahkan menuntut Bupati untuk mundur dari jabatannya. 


Petrus ditanya oleh petugas pajak Bait Allah, "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?"  Jawabnya: "Memang membayar."


Yesus mempersoalkan pajak itu dan berbicara kepada Petrus. Siapa yang wajib membayar pajak kepada penguasa. Yang harus membayar pajak adalah orang asing. Rakyat tidak karena mereka yang empunya mandat kekuasaan. 


Tetapi supaya tidak menjadi batu sandungan, Yesus menyuruh Petrus untuk membayar pajak Bait Suci. Yesus mau mengajarkan kepada para murid-Nya untuk taat pada peraturan atau hukum.


Semestinya Yesus tidak perlu membayar pajak, karena Bait Allah adalah “rumah Bapa-Ku.” Ia adalah pemilik Bait Allah. Tetapi Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada kehendak Allah. 


Sebagai manusia Yesus juga menunjukkan ketaatan-Nya pada hukum manusia antara lain membayar pajak. Hal ini dilakukan sebagai teladan agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.


Dengan teladan Yesus itu, marilah kita juga menjadi pribadi-pribadi yang taat baik kepada Allah penguasa kehidupan, maupun juga kepada pemerintah dengan aturan-aturan yang ada. Jangan sampai kita justru menjadi batu sandungan bagi orang lain.


Rakyat gelar demo besar-besaran,
Menuntut pimpinan turun jabatan.
Jalani hidup dengan keteladanan,
Jangan malah jadi batu sandungan.


Wonogiri, jangan jadi batu sandungan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Pieta; Iman Maria yang Teguh Sampai Akhir

8/10/2025

0 Comments

 
Puncta 10 Agustus 2025
HR. St. Maria Diangkat Ke Surga
Lukas 1:39-56

KALAU kita berziarah ke Basilika St. Petrus di Vatikan, dari pintu masuk kita diarahkan menuju kapel pertama sebelah kanan, di sana kita akan menemukan patung Pieta karya Michelangelo yang sangat monumental. 

Patung itu menggambarkan Maria yang memangku jenasah Yesus yang diturunkan dari salib. Pieta berbicara sangat banyak tentang iman dan perjuangan Maria sebagai ibu Tuhan. 

Karena keteguhan imannya sampai di bawah kaki salib Yesus itu, Gereja meyakini Maria mengalami kemuliaan diangkat jiwa raganya ke dalam surga.

Itulah iman yang kita rayakan pada hari ini. Perayaan Maria Diangkat ke Surga jatuh pada tanggal 15 Agustus. Tetapi supaya banyak orang bisa ikut merayakannya, maka dimajukan ke hari Minggu. Kalau di negara Katolik biasanya tanggal 15 Agustus adalah hari libur. 

Maria yang naik ke surga menjadi teladan hidup bagi kita umat Katolik. Selain kita memuji Maria, kita juga mengagumi perjuangan dan kegigihannya. 

Ia disebut Maria Gaudiosa (Maria yang bergembira) tetapi dia juga mengalami derita (Maria Dolorosa)
Maria disebut Virgo (Perawan) yang suci, tetapi Maria juga Bunda (Mater) yang berjuang bagi anak-Nya.

Sebagaimana Maria menjadi tumpuan Yesus di pangkuannya, kita pun juga bisa mendamba berada di pangkuan Maria. Tetapi lebih dari itu, kita bisa meneladan semangat hidup Maria. 

Kita pun juga bisa diangkat ke surga, jika kita dengan sungguh-sungguh percaya dan menjalankan sabda Tuhan seperti Maria.

Maria bisa menjadi teladan iman, bintang penunjuk, “Stella Maris” atau mercu suar yang mengarahkan peziarahan kita pulang kembali ke rumah Bapa. 

Dengan mengikuti bintang penunjuk “Stella Maris” yaitu Maria, kita akan sampai pada asal tujuan hidup yakni Kerajaan Surga.

Kendati dalam mengarungi samudera kehidupan, kita sering menghadapi badai, taufan, gelombang yang menerjang, tetapi iman yang teguh seperti Maria tidak membuat kita putus asa, mundur, lelah dan terombang-ambing. Maria menjadi teladan untuk terus maju sampai ke tujuan akhir yakni kemuliaan Tuhan.

Seperti lagu tentang Maria yang sungguh indah menggambarkan perjuangan iman kita menghadapi terjangan ombak badai, mari kita lantunkan dengan khidmat;

O kawula menika palwa upaminya. 
Alit tur tan prakosa ngambah ing samudra.
Dipun tempuh prahara lan aluning samudra. 
Dhuh Dewi Mariyah pangayoman amba.

(Aku ini hanyalah biduk kecil dan lemah yang sedang berlayar di tengah samudra. Dihadang prahara dan ombak di tengah samudra. Duh Dewi Maria, engkaulah pelindungku yang aman)

Bulan Agustus banyak lomba-lomba,
Bapak-bapak main volley pakai kebaya.
Tetap teguh bersama Bunda Maria,
Mengarungi badai dan ombak samudera.

Wonogiri, doakanlah kami ya Maria
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Kurang Percaya

8/9/2025

0 Comments

 
Puncta 9 Agustus 2025
Sabtu Biasa XVIII
Matius 17:14-20

PANDAWA dan Kurawa adalah murid-murid Pandita Dorna. Ketika diadakan “gladen perang” para murid perguruan Sokalima, mereka saling berlomba 
menjadi murid terbaik. 
Lomba memanah dimenangkan oleh Arjuna. 

Para Kurawa gagal total. Mereka tak punya keyakinan diri maju di medan laga. Tak satu pun yang berhasil. Mereka meninggalkan gelanggang dengan malu dan muka tertunduk lesu.

Yakin dan percaya diri itulah yang dikuasai oleh Arjuna sehingga dia berhasil memanah kepala burung  yang digantung di pohon gorda. Keyakinan itu juga yang dimiliki Bima saat dia mencari “Banyu Suci Perwitasari.” 

Kendati harus menerjang hutan belantara dan terjun ke dasar samudera, namun karena iman dan keyakinan kepada perintah gurunya, Bima berhasil menemukan ilmu “kasampurnaning dumadi.” 

Juga Puntadewa yang awalnya takut berperang melawan Prabu Salya yang punya senjata “Candrabirawa,” akhirnya mampu mengalahkan musuh karena keyakinan akan kekuatan “Jimat Kalimasada” (iman akan kalimat syahadat).

Ketika para murid bertanya kepada Yesus, "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. 

Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”

Kalau kita memiliki iman yang kuat teguh tak tergoncangkan, maka apa pun yang sulit, mustahil dan tak mungkin terjadi, bisa terjadi seketika itu juga. 

Yesus menegur kita semua yang kurang percaya. "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?”

Mari kita mohon kepada Tuhan agar diberi iman sebesar biji sesawi saja. Untuk itu kita harus rela menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Tuhan.

Seorang sahabat dari Girisonta,
Berpamitan pulang ke rumah Bapa.
Hati bimbang dan kurang percaya,
Menghambat karya Tuhan yang luar biasa.

Wonogiri, tambahkanlah iman kami
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Syarat Mengikuti Dia; Memanggul Salib

8/8/2025

0 Comments

 
Puncta 8 Agustus 2025
Pw. St. Dominikus, Pendiri Ordo Pengkotbah
Matius 16: 24-28

KALAU ada orang Katolik dipenjara karena korupsi atau ada seorang pemuda Katolik dijatuhi hukuman karena menganiaya temannya, mereka mengalami penderitaan lahir batin di dalam jeruji rumah tahanan, apakah ini yang kita sebut sedang memanggul salib?

Kadang kata-kata hiburan, “Harap sabar ya mas anda sedang ikut memanggul salib Tuhan,” mudah sekali meluncur dari mulut kita saat melihat orang yang mempunyai beban seperti itu. Apakah benar itu salib yang dimaksudkan Tuhan?

Asal orang sedang mengalami susah, sakit atau punya beban dibilang sedang memanggul salib. Penderitaan itu adalah akibat perbuatan kita sendiri. 

Masalahnya itu muncul karena kita bodoh, ceroboh, salah perhitungan sehingga kita terjerat oleh tindak kriminal dan dihukum. 

Bukan segala penderitaan itu adalah salib. Itu berbeda dengan yang dikehendaki Yesus. Yesus memanggul salib demi menyelamatkan manusia berdosa agar kita selamat. Salib itu ditanggung demi orang lain bukan untuk diri sendiri karena kebodohan atau kecerobohan kita.

Memanggul salib demi kebahagiaan atau keselamatan orang lain, itulah yang dikehendaki oleh Yesus. Misalnya, Aloysius Gonzaga menolong orang-orang yang terkena wabah pes. Dia ikut terjangkit dan harus sakit bahkan meninggal karena dia ingin menolong sesamanya.

Maximilianus Kolbe rela memilih hukuman mati demi menggantikan posisi seorang bapak keluarga yang masih harus menghidupi anak-anak dan istrinya juga contoh tindakan memanggul salib. 

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”

“Kehilangan nyawanya karena Aku” itulah yang dimaksud dengan memikul salib. Rela menderita demi Yesus yang telah mengasihi kita dan mengorbankan hidup-Nya demi keselamatan manusia. 

Bukan setiap penderitaan bisa dianggap memikul salib, tetapi derita demi keselamatan sesama kita, bukan untuk diri sendiri.

Melihat bintang yang kerlap-kerlip,
Nampak terang di malam yang gulita.
Bukan setiap penderitaan itu salib,
Tapi derita demi kebahagiaan sesama.

Wonogiri, siap mengikuti Dia
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Nama Mengandung Makna

8/7/2025

0 Comments

 
Puncta 7 Agustus 2025
Kamis Biasa XVIII
Matius 16:13-23

ORANGTUA memberi nama pada anak tidak sembarang nama. Mereka mempunyai harapan tertentu pada anaknya. Ayah saya memberi nama Joko Purwanto. 

Joko artinya seorang jejaka, pemuda lajang. Purwanto terdiri dari dua suku kata; Purwa dan anto. Purwa antinya permulaan, awal atau yang pertama. Sedang anto menggambarkan jenis kelamin laki-laki. Kalau perempuan jadi Purwanti.

Kira-kira kalau dimaknai nama itu berarti seorang anak laki-laki pertama atau sulung diharapkan menjadi jejaka atau pemuda gagah perkasa. 

Apakah anda tahu makna dan arti dari nama anda sendiri?

Memahami arti nama kiranya akan membantu mengetahui harapan-harapan orang yang memberi nama. Sehingga kita dibantu mewujudkan harapan-harapan itu dalam kehidupan kita.

Para murid ditanya oleh Yesus, tentang pribadi-Nya. Menurut kata orang, siapakah Anak Manusia itu. Para murid menjawab apa yang didengarnya dari banyak orang. “Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis. Ada juga yang mengatakan Elia, Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

Nama-nama itu diterapkan pada Yesus karena hidup dan karya-Nya mirip seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis, Elia atau Yeremia. Mereka adalah tokoh-tokoh besar yang mempengaruhi sejarah Israel.

Tetapi Yesus tidak puas hanya mendengar kata orang. Ia ingin mendengar murid-murid mengenal-Nya secara pribadi. “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Putera Allah yang Hidup.”

Petrus mengenal dan meyakini bahwa Yesus adalah Utusan Allah, seorang Mesias yang dijanjikan untuk menyelamatkan manusia. 

Keyakinan ini dihidupi Petrus sampai akhir hayatnya. Ia berani mati demi keyakinannya akan Yesus Sang Mesias, Putra Allah.

Bagaimanakah pengenalan kita akan Yesus? sudahkah mendarah-daging menjadi sebuah keyakinan yang mendasari tindakan kita sebagaimana Petrus Sang Batu Karang yang kuat membela imannya?

Agustusan banyak bendera,
One Piece berkibar dimana-mana.
Nama kita punya makna,
Bawa berkah bagi sesama.

Wonogiri, siapa Yesus bagimu?
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki