Paroki St. Yohanes Rasul Wonogiri
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki

katekese

Raja yang Murah Hati

3/17/2025

0 Comments

 
Puncta 17 Maret 2025
Senin Prapaskah II
Lukas 6: 36-38

PUNTADEWA adalah raja Amarta. Dia adalah kakak pertama dari para Pandawa. Puntadewa adalah titisan Batara Dharma, dewanya kebajikan. 

Dia dikisahkan mempunyai darah putih. Artinya segala tindakannya hanya didasarkan pada kebaikan semata.

Sejak muda dia adalah pribadi yang berhati mulia. Mengasihi siapa pun tanpa membeda-bedakan. Hatinya jujur tidak berpura-pura. Yang benar dikatakan benar. Yang salah dikatakan salah tanpa dikurangi atau ditambah.

Dia menerima kekalahan saat bermain dadu dengan para Kurawa. Dia tidak sakit hati ketika tahta dan kuasa diambil Kurawa. Dia menerima dengan legawa saat dibuang di tengah hutan selama duabelas tahun.

Ketika perang Baratayuda, Puntadewa tidak mau maju sebagai panglima. Baginya perang hanya membawa kehancuran di kedua belah pihak. Ia lebih suka hidup dalam damai kendati harus mengalah. 

Oleh Kresna, dia dinilai sebagai pribadi yang selalu berbuat dharma. Yang baik diberi kebaikan. Yang jahat pun tetap diberi kebaikan yang sama. 

Hanya karena perintah Dewa Wisnu, Puntadewa harus maju perang mengalahkan Prabu Salya dengan senjata Jimat Kalimasada (Kalimat Syahadat atau Credo).

Yesus mengajarkan kepada para murid agar meniru Allah Bapa yang murah hati. Ia berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.  Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.”

Murah hati tidak hanya soal materi. Murah hati adalah sikap batin yang mau mengasihi dan mengampuni, suka memberi tanpa mengharapkan balasan. Semakin banyak memberi, kita juga akan makin banyak menerima berkah dari Tuhan.

Hujan rintik-rintik belum juga reda,
Mendung gelap masih ada di atas mega.
Marilah kita seperti Bapa di surga,
Murah hati suka memberi dengan cinta.

Wonogiri, marilah kita bermurah hati
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Buah dari Perjuangan

3/16/2025

0 Comments

 
Puncta 16 Maret 2025
Minggu Prapaskah II
Lukas 9: 28b-36

KITA sering mendengar pepatah berkata, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang kemudian.” 

Pepatah ini mengajak kita untuk mau bekerja keras, bersakit-sakit bahkan sampai berdarah-darah dahulu. Baru sesudah itu kita akan memetik hasilnya dan bisa bersenang-senang kemudian.

Hasil tidak akan mengkhianati segala jerih payah kita. Kesuksesan dan kebahagiaan akan mengiringi kerja keras setiap usaha yang kita jalankan dengan tekun dan giat. 

Kita tidak boleh terlena oleh kepuasan atau kesenangan. Fokus pada tugas dan tanggungjawab, pasti nanti akan ada buahnya.

Yesus mengajak tiga murid inti yakni, Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk naik ke gunung. Mungkin mereka ingin sedikit refreshing dari padatnya pelayanan. Kadang kita juga perlu “healing” agar memperoleh kesegaran dalam rutinitas tugas.

Di atas gunung itu Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Ketika berdoa, Ia berubah rupa dan pakaian-Nya berkilau-kilauan bercahaya dalam kemegahan. Ia sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Mereka adalah dua nabi besar di Israel.

Kebahagiaan tiada tara dialami para murid saat Yesus dimuliakan. Mereka ingin tetap tinggal di sana dengan mendirikan kemah. Kemuliaan surgawi itu sungguh mempesonakan mereka.

Namun mereka tidak boleh terbuai oleh pesona surgawi itu. Yesus mengajak mereka turun kembali ke dunia nyata. 

Karena tugas perutusan-Nya belum selesai. Musa, Elia dan Yesus membicarakan tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi di Yerusalem.

Itu berarti tugas perutusan harus diselesaikan dengan perjuangan memanggul salib. Di Yerusalem Yesus menggenapi tugas kenabian-Nya dengan pengorbanan di kayu salib. Para murid diajak untuk ikut serta dalam penggenapan karya-Nya. 

Kebangkitan hanya terjadi setelah penyaliban. Kebahagiaan akan tiba setelah pengorbanan. Kita bisa bersenang-senang setelah bersakit-sakit dahulu. Kesuksesan hanya bisa tercapai jika kita mau bekerja dengan keras. 

Dengan pengalaman transfigurasi, Tuhan memberi janji atas perjuangan yang tiada henti. Ada kemuliaan dibalik pengorbanan. Ada kebangkitan dibalik salib. Mari kita jalani hidup bersama Yesus.

Naik-naik ke puncak gunung,
Tinggi-tinggi sekali.
Jangan kita ragu dan bingung,
Mari kerja sekuat hati.

Wonogiri, setia memanggul salib
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Yesus Kristus

3/15/2025

0 Comments

 
Pada bagian kedua dari credo, kita akan membahas Pribadi kedua dari Allah Tritunggal, yaitu Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah, Allah yang menjelma menjadi manusia. Ada begitu banyak hal yang bisa diungkap tentang Yesus, namun pada bagian ini kita hanya membahas hal-hal pokok saja. Kita memisahkan secara khusus pendalaman tentang Maria, ibu-Nya, karena ada banyak hal yang harus dibahas secara detail tentang Bunda Maria terkait dengan iman Katolik.

Arti Nama
“Yesus” berarti “Allah menyelamatkan”. Anak Perawan Maria dinamakan “Yesus”, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat 1:21). Di bawah kolong langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan (Kis 4:12). “Kristus” berarti” yang diurapi” atau “Mesias”. Yesus adalah Kristus, karena Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuat kuasa (Kis 10:38). Yesus adalah Dia yang akan datang (Luk 7:19), harapan Israel (Kis 28.20) untuk menyelamatkan manusia.

Gelar Putera Allah dan Tuhan
“Putera Allah” menyatakan hubungan unik dan abadi dari Yesus kristus dengan Allah Bapa-Nya: Dialah Putera Bapa yang tunggal. Kita harus percaya bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah. “Tuhan” menyatakan kekuasaan Ilahi. Mengakui Yesus sebagai Tuhan atau berseru kepada-Nya berarti percaya pada kemahakuasaan-Nya yang mengatasi apapun. Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku ‘Yesus adalah Tuhan’ selain oleh Roh Kudus (1Kor 12:3).

Misteri Penjelmaan
Allah menjelma menjadi manusia karena kehendak baik-Nya untuk menyelamatkan manusia. Misteri penjelmaan ini biasa kita sebut misteri inkarnasi. Yesus adalah Allah yang mansuk dalam kehidupan manusia 100%. Ia sama seperti kita manusia kecuali dalam hal dosa. Ia ingin menjadi sama dengan kita karena ingin berbelarasa dengan manusia yang menderita dan ingin menyelamatkan manusia yang berdosa. Oleh Katekismus Gereja Katolik no. 479-483 diterangkan demikian: Yesus Kristus memiliki dua kodrat, yang ilahi dan manusiawi. Karena Kristus sungguh Allah dan sungguh manusia, Ia memiliki akal budi manusiawi dan kehendak manusiawi. Keduanya serasi dan patuh terhadap akal budi ilahi-Nya dan kehendak Ilahi-Nya, yang Ia miliki bersama Bapa dan Roh Kudus. Inkarnasi, penjelmaan menjadi manusia yang mengagumkan dari kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam Pribadi Yesus.

Alasan penjelmaan
“Buat apa ya...Allah capek-capek jadi manusia..? Udah jelasa enakan di Surga..! Di dunia harus menghadapi manusia yang keras kepala dan degil hatinya......
Allah telah turun dari Surga dan dengan kekuatan Roh Kudus, Ia telah menjadi manusia dengan perantaraan Maria. Ada 4 alasan Allah menjelma menjadi manusia (Katekismes Gereja Katolik no. 457-460)
  • Menyelamatkan mansuia dengan mendamaikan kita dengan Allah
  • Membantu kita agar kita lebih mudah merasakan cinta Allah
  • Menjadi contoh/model kesucian hidup kita
  • Membuat kita ambil bagian dalam kodrat ilahi-Nya

​​Oleh Romo Heribertus Budi Purwantoro, Pr
0 Comments

Ikut Arus alias “Ampyak Awur-Awur”

3/15/2025

0 Comments

 
Puncta 15 Maret2025
Sabtu Prapaskah I
Matius 5: 43-48

DALAM politik pewayangan ada istilah “ampyak awur-awur” artinya orang tidak lagi ikut aturan dan hanya mengikuti arus masyarakat umum yang belum tentu benar. 

Sebagian warga termakan kabar kabur yang dibuat untuk tujuan elite tertentu dan mereka tersulut dan ikut-ikutan larut dalam gerakan koalisi.

Misalnya terjadi di Kerajaan Wirata. Pangeran Kencakarupa berkoalisi dengan Rupakenca dan Rajamala ingin menggulingkan Raja Matswapati yang masih kerabat sendiri. 

Mereka membuat propaganda dengan menyebarkan berita bohong, hoax, fitnah, ujaran kebencian yang meracuni masyarakat. Orang Jawa bilang, “Dhandhang diunekake kuntul. Kuntul diunekake Dhandhang.”

Warga menjadi percaya dan ikut-ikutan mendukung mereka. Kelompok-kelompok anti pemerintah dikompori, “sampah-sampah” masyarakat dipanas-panasi agar bergerak melakukan demo-demo. Itulah gerakan politik “ampyak awur-awur.”

Dalam dunia medsos yang sangat terbuka dan tanpa kendali, kita mudah sekali ikut arus media. Ikut-ikutan menyebarkan berita bohong. Suka ngeshare fitnah dan adu domba. Kalau tidak ikut-ikutan dianggap ketinggalan zaman.

Yesus mempunyai jalan pikiran berbeda bagi para pengikut-Nya. Ia mengajak murid-murid-Nya bertindak lebih, beda dengan yang lain, tidak ikut arus kebanyakan. 

Ia berkata, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?”

Beranikah kita memperjuangkan prinsip walau berbeda dengan pandangan umum? Maukah kita memperjuangkan kebenaran walau ditentang oleh orang banyak? 

Janganlah mudah ikut-ikutan dengan hal-hal yang tidak benar, kendati didukung orang banyak. 

Orang benar akan tetap bercahaya,
Walau berada di dalam kegelapan.
Jangan mudah terbawa arus massa,
Teruslah berjuang demi kebenaran.

Wonogiri, hendaklah kamu sempurna
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Membunuh Karakter

3/14/2025

1 Comment

 
Puncta 14 Maret 2025
Jum’at Prapaskah I
Matius 5: 20-26

PADA zaman Yesus penghuni surga dipegang oleh kaum Farisi dan ahli-ahli kitab. Dengan cara hidup mereka, para Farisi merasa mendapat jaminan masuk surga. 

Mereka merasa diri sebagai penghuni tetap kerajaan surga. Orang lain yang tidak sepaham  dianggap tidak punya peluang masuk surga.

Mereka menilai diri sebagai rohaniwan terbaik dan terkemuka pada era itu. Ketekunan mereka memegang tradisi agama dan kesalehan ibadahnya adalah gold standard hidup keagamaan orang Israel.

Tetapi Yesus menjungkir-balikkan penilaian hitam putih itu. Yesus tidak mau kita hidup dengan polesan kosmetik keagamaan yang semu. Luarnya kelihatan baik tetapi dalamnya bobrok seperti kuburan.

Maka Yesus menegaskan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Yesus memberikan tuntutan yang lebih berat dan tegas dalam menjalani praktek hidup keagamaan. Bukan hanya soal membunuh, tetapi Yesus mempertegas dengan berkata, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Sekarang ini hampir tidak ada hari tanpa kemarahan dimana pun. Kita bisa menemui orang marah-marah dimana-mana; di jalan, di kantor, di rumah, bahkan di gereja. Kemarahan juga meledak dan tertumpah di media sosial. Sumpah serapah dan hojatan-hojatan berseliweran di medsos.

Kemarahan dan hojatan sama beratnya dengan pembunuhan. Hojatan-hojatan bisa membunuh karakter seseorang. Itu akan lebih kejam karena orangnya masih hidup tetapi karakternya dijelek-jelekkan dan direndahkan. 

Apakah kita sudah sempurna, baik dan tak bercacat sehingga kita membunuh karakter orang dengan mengumbar kemarahan di mana-mana? 

Anda tidak membunuh orang, tetapi kemarahan anda bisa membunuh karakternya. Hati-hatilah!


Jalan di pinggir waduk Wonogiri,
Melihat ikan-ikan ke sana kemari.
Jangan meniru orang-orang Farisi,
Merasa paling bersih dan paling suci.

Wonogiri, jangan suka mengumbar kemarahan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
1 Comment

Hukum Kebaikan

3/13/2025

0 Comments

 
Puncta 13 Maret 2025
Kamis Prapaskah I
Matius 7:7-12

“SEGALA sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka,” demikian Yesus mengajarkan kepada orang banyak di dalam kotbah-Nya diatas bukit.

Mari kita belajar dari kisah Sengkuni dalam epic Mahabarata. Sengkuni adalah adik Gendari yang dinikahkan oleh Bisma dengan Destarastra yang buta. 

Ini dianggap sebagai penghinaan terhadap kakak perempuannya. Maka ia sangat benci kepada Bisma dan seluruh keturunannya.

Ia ditunjuk sebagai penasehat Destarastra dan para Kurawa di Kerajaan Astina. Dengan licik dia selalu mengadu domba keturunan Bisma yakni Pandawa dan Kurawa. 

Dia selalu membuat cara bagaimana mereka saling bermusuhan dan saling membunuh.

Ia membujuk Duryudana untuk meracuni Pandawa. Ia menyuruh Puruchana membakar balai “Sigala-gala” tempat Pandawa berpesta. Ia membujuk Pandawa bermain dadu. 

Saat mabuk kemenangan, dia mempermalukan Drupadi di depan umum dengan mengurai kain penutup tubuhnya. Drupadi ditelanjangi.

Bima bersumpah akan membalas penghinaan ini dalam perang Baratayuda. Sengkuni mati dikuliti oleh Bima. Hukum tebar tuai berlaku. “Wong nandur bakal ngundhuh, wong utang kudu nyaur, wong nyilih kudu mbalekake.” 

(Orang menanam akan menuai, orang berhutang harus melunaskan. Orang pinjam harus mengembalikan)

Yesus bersabda, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Yesus merumuskan hukum tebar tuai itu dengan kalimat positif aktif. Perintah lain berbunyi, “Jika kamu tidak ingin disakiti, janganlah menyakiti. Jika kamu tidak ingin direndahkan, janganlah merendahkan sesamamu.” 

Dunia ini berputar dengan hukum-hukumnya. Maka berhati-hatilah dengan segala perbuatan kita. Pada saatnya kita akan memetik buahnya.

Sungguh indah pesona Pantai Drini,
Ombak besar, pantai bersih langitnya biru.
Jika tak mau disakiti, jangan menyakiti.
Jika ingin dicintai, maka cintailah sesamamu.

Wonogiri, taburkan kebaikan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Menuntut Tanda

3/12/2025

0 Comments

 
Puncta 12 Maret 2025
Rabu Prapaskah I
Lukas 11: 29-32

“MANA buktinya kalau kamu mencintaiku?” tanya sang pacar menuntut kekasihnya membuktikan cintanya. Lelaki itu hanya memeluknya, memberi kehangatan dan menenangkan hati pacarnya.

Kemarahan seringkali menutupi mata hati sehingga ia tidak bisa melihat tanda-tanda kasih yang dilakukan pacarnya. Lelaki itu dengan setia mengantar ke kantor. Ia juga dengan tepat waktu menjemputnya. 

Ia menemani di saat-saat sulit. Ia mendengarkan keluh kesah di saat-saat berat. Ia menghibur di saat-saat kesedihan dan kesepian menghantui. Namun hal-hal kecil itu tidak dilihat sebagai tanda kasih kepadanya.

Ketika kekasihnya mati, wanita itu baru menyesal seumur hidup karena belum pernah bisa membalas pengorbanannya, sebab dia selalu menuntut, menuntut dan menuntut bukti atau tanda-tanda. Orang lain akan menyalahkan, mengapa ia menyia-nyiakan pengorbanan kekasihnya.

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”

Mereka tidak mampu melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda. Yesus menyembuhkan orang sakit. Ia memberi makan 5000 orang. Ia membangkitkan anak Yairus dan Lazarus yang mati. 

Yesus lebih berkuasa dari Yunus atau Salomo. Tetapi orang-orang itu tidak mau percaya. Maka Ratu Syeba dari selatan akan datang mengadili mereka karena ratu itu bisa melihat tanda bahwa Yesus adalah Mesias dan dia percaya.

Apakah kita sering juga menuntut tanda agar Tuhan menunjukkan kuasa-Nya? Kita bisa bernafas, bisa melihat indahnya dunia, bisa makan dengan enak, bisa tertawa dengan teman-teman, bisa bangun dengan sehat. 

Semua itu adalah tanda Allah mengasihi kita. Mau tanda apa lagi yang kita butuhkan?

Kalau kita piknik ke pantai Ngobaran,
Jangan lupa beli ikan segar di Ngrenehan.
Kita hidup adalah tanda kasih Tuhan,
Mari kita syukuri dengan kebahagiaan.

Wonogiri, indahnya kasih Tuhan
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Doa atau Indoktrinasi?

3/11/2025

0 Comments

 
Puncta 11 Maret 2025
Selasa Prapaskah I
Matius 6: 7-15

PHILIP YANCEY menulis buku berjudul The Prayer. Diterjemahkan, Doa Mengubah Segalanya. Dia mengatakan bahwa orang-orang ateis pun berdoa. Partai Komunis yang berkuasa di Rusia waktu itu  memasang tulisan di bawah potret pemimpin besar mereka, Joseph Stalin.

 "Jika kamu menghadapi kesukaran dalam pekerjaanmu, atau mendadak ragu pada kemampuanmu, ingatlah akan Stalin-maka kepercayaan dirimu akan pulih. Jika kamu menjadi kelelahan yang tidak pada tempatnya, ingatlah akan Stalin-maka pekerjaanmu akan tetap lancar. Jika kamu perlu mengambil keputusan yang benar, ingatlah Stalin-dan kamu akan berhasil."

Ada dua kelompok pendoa yang disebut Yesus dalam perikope hari ini. Yang pertama adalah kaum munafik. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.”

Kelompok ini suka memamerkan diri dalam hal berdoa. Mereka berdoa di rumah-rumah ibadat dan di tikungan-tikungan jalan raya supaya dilihat orang. Yesus meminta kepada murid-murid-Nya untuk tidak meniru mereka.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya,” kata Yesus.

Ini yang terjadi dengan kaum ateis di Rusia. Partai Komunis menggunakan doa sebagai alat untuk mendewakan tokoh mereka. Doa bukan ditujukan untuk memuliakan Tuhan tetapi untuk memuja tokoh partai. Doa menjadi alat indoktrinasi.

Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang singkat dan padat untuk memuliakan Allah sebagai Bapa. Doa juga ditujukan untuk membangun relasi yang baik dengan sesama melalui semangat pengampunan sebagaimana Allah mengampuni kita. 

Apakah kita sudah berdoa dengan benar di hadapan Allah?

Ubur-ubur ikan lele.
Kalau berdoa jangan bertele-tele.

Wonogiri, berdoalah Bapa Kami
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments

“Pandawa Ngenger”

3/10/2025

0 Comments

 
Puncta 10 Maret 2025
Senin Prapaskah I
Matius 25:31-46

KISAH Mahabarata ini menceritakan para Pandawa yang harus menyamar agar tidak diketahui oleh Kurawa. Setelah duabelas tahun dibuang di tengah hutan, Pandawa harus bersembunyi selama satu tahun lagi. Bila ketahuan para Kurawa, mereka harus kembali menjalani hukuman duabelas tahun lagi.

Pandawa menyamar menjadi orang biasa di Kerajaan Wirata. Puntadewa berganti nama menjadi Kangka. Bima menjadi Bilawa. Arjuna menjadi Wrehatnala. Nakula menjadi Darmaganti dan Sadewa menjadi Tantripala. Drupadi, istri Puntadewa menjadi Nyai Salindri.

Mereka menjadi abdi di Kerajaan Wirata. Kendati mereka adalah para ksatria tetapi harus menjalani tugas sebagai hamba. Ada yang menjadi pengurus kuda. Arjuna bertugas sebagai juru tari. Salindri menjadi tukang rias para putri. Bilawa menjadi tukang jagal hewan.

Sebagai hamba mereka menjalankan tugasnya dengan baik dan suka menolong tuan-tuan mereka. Justru merekalah yang bertindak sebagai pahlawan menyelamatkan kerajaan Wirata dari pemberontakan.

Dalam Injil hari ini, Yesus berkisah tentang keselamatan kekal dalam pengadilan terakhir. Allah digambarkan melakukan penyamaran dalam diri orang-orang kecil dan sederhana. 

Apa yang kita lakukan bagi mereka yang kecil dan sederhana, itu dilakukan untuk Tuhan

“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”

Sang Raja ialah Allah sendiri menegaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Dalam setiap pribadi, khususnya mereka yang lemah, miskin, lapar, tersingkir dan menderita, Tuhan ada disana. Marilah kita menghargai mereka sebagaimana kita memuliakan Tuhan.

Saya salah melihat tanggal,
Sudah Maret kok lihat Februari.
Saya ralat puncta yang awal,
Terimalah puncta yang terakhir ini.

Wonogiri, maaf harus diralat ya...
Rm. A.Joko Purwanto, Pr
0 Comments

Begawan Ciptaning

3/9/2025

0 Comments

 
Puncta, 9 Maret 2025
Minggu Prapaskah I
Lukas 4:1-13

ARJUNA melakukan tapa semedi di Gunung Indrakila. Ia mengambil nama Begawan Ciptaning atau Begawan Mintaraga. Dari namanya Ciptaning, Arjuna ingin menciptakan keheningan agar dapat menyatu dengan Tuhan.

Mintaraga artinya memisahkan raga atau badan “wadhag” dengan jiwanya agar dapat mengendalikan nafsu duniawi yang sering menggangu pikiran menuju kesatuan dengan Tuhan.

Ketika berpuasa dan bertapa, Arjuna digoda oleh tujuh bidadari cantik molek. Mereka adalah Batari Supraba, Wiluttama, Warsiki, Surendra, Gagarmayang, Tunjungbiru, dan Lenglengmulat. 

Mereka semua diutus dari kahyangan untuk mengunjungi Arjuna lalu mempergunakan kecantikan mereka untuk merayu dan menggagalkan tapanya.

Namun Arjuna menang atas rayuan mereka. Ia dapat mengatasi godaan nafsu duniawi dan diberi anugerah senjata oleh Dewa untuk mengalahkan Raksasa Niwatakawaca yang mengamuk di Kahyangan.

Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus akan memulai karya-Nya. Ia berpuasa di padang gurun. Yesus digoda oleh setan dengan kenikmatan, kekuasaan dan prestasi atau kesuksesan. 

Namun Yesus teguh dan menang atas godaan setan. Ia berpegang kuat pada rencana Allah. 

Di Taman Getsemani saat Yesus siap menghadapi salib dan penderitaan untuk menebus manusia, setan menggoda-Nya lagi untuk mundur. 

Tetapi kesetiaan pada kehendak Bapa lebih kuat daripada godaan setan yang ingin menghancurkan.

Kita semua pasti juga pernah mengalami digoda setan untuk berbuat jahat, melanggar perintah Tuhan, tunduk padanya. 

Bagaimana sikap kita terhadap godaan? Apakah kita tunduk atau kita mengikuti Yesus berani melawan setan?

Mari kita berdoa kepada Yesus agar dikuatkan dalam menghadapi setiap godaan setan, agar seperti Dia, kita mampu setia kepada kehendak Bapa.

Naik kereta senja menuju ke Jakarta,
Ternyata keliru naik jurusan Surabaya.
Setan menawarkan apa yang kita suka,
Jangan mudah terjerumus ke dalamnya.

Wonogiri, godaan selalu mempesona
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
0 Comments
<<Previous
Forward>>

    Archives

    December 2034
    September 2025
    August 2025
    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025
    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    February 2024
    February 2022
    January 2022
    December 2021
    November 2021
    October 2021
    July 2021

    Categories

    All
    Hello Romo!
    Katekese
    Puncta
    Rubrik Alkitab

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Rumahweb Indonesia
  • Home
  • Profil Paroki
  • Katekese
  • Pelayanan
  • Berita Paroki